1. Kehidupan Awal dan Latar Belakang Keluarga
Aldous Huxley lahir dalam keluarga yang menonjol di bidang intelektual dan sains, dan masa mudanya ditandai oleh pendidikan yang kuat serta tantangan kesehatan yang memengaruhi pilihan kariernya.
1.1. Kelahiran dan Keluarga
Huxley lahir di Godalming, Surrey, Inggris, pada 26 Juli 1894. Ia adalah putra ketiga dari Leonard Huxley, seorang penulis dan kepala sekolah yang juga mengedit The Cornhill Magazine, dan istri pertamanya, Julia Arnold. Julia adalah keponakan dari penyair dan kritikus Matthew Arnold serta saudara perempuan dari Mrs. Humphry Ward. Aldous dinamai oleh ibunya dari sebuah karakter dalam salah satu novel saudara perempuannya.
Kakeknya adalah Thomas Henry Huxley, seorang zoolog terkemuka, agnostik, dan kontroversialis yang dikenal sebagai "Buldog Darwin" karena dukungannya yang gigih terhadap teori evolusi Charles Darwin. Saudara laki-lakinya, Julian Huxley, juga menjadi biolog dan kritikus terkemuka yang kemudian menjabat sebagai Direktur Jenderal UNESCO. Adik tirinya, Andrew Huxley, adalah seorang penerima Nobel di bidang fisiologi dan kedokteran. Aldous juga memiliki seorang kakak laki-laki, Noel Trevenen Huxley (1889-1914), yang meninggal karena depresi klinis dan bunuh diri.
Saat kecil, Huxley memiliki julukan "Ogie", kependekan dari "Ogre". Ia digambarkan oleh saudaranya, Julian, sebagai seseorang yang sering merenungkan "keanehan berbagai hal". Menurut sepupu dan teman sebayanya, Gervas Huxley, ia memiliki minat awal dalam menggambar.

1.2. Pendidikan dan Masa Muda
Pendidikan awal Huxley dimulai di laboratorium botani ayahnya yang lengkap, setelah itu ia mendaftar di Hillside School dekat Godalming. Ia diajar di sana oleh ibunya sendiri selama beberapa tahun hingga ibunya sakit parah. Setelah Hillside, ia melanjutkan ke Eton College. Ibunya meninggal pada tahun 1908, saat ia berusia 14 tahun.
Pada tahun 1911, ia menderita penyakit mata keratitis punctata, yang menyebabkan ia "praktis buta selama dua hingga tiga tahun" dan "mengakhiri impian awalnya untuk menjadi seorang dokter". Meskipun demikian, penglihatannya kemudian pulih sebagian. Pada Oktober 1913, Huxley masuk Balliol College, Oxford, tempat ia belajar sastra Inggris. Ia mengajukan diri untuk Angkatan Darat Britania Raya pada Januari 1916 untuk Perang Dunia I, namun ditolak karena masalah kesehatan, yaitu setengah buta pada satu mata. Ia mengedit Oxford Poetry pada tahun 1916, dan pada Juni tahun itu ia lulus dengan gelar kehormatan kelas satu. Saudaranya Julian menulis, "Saya percaya kebutaannya adalah berkah tersembunyi. Salah satunya, itu mengakhiri idenya untuk mengambil kedokteran sebagai karier... Keunikannya terletak pada universalismenya. Ia mampu menjadikan semua pengetahuan sebagai provinsinya."
Setelah tahun-tahunnya di Balliol, Huxley, yang berutang finansial kepada ayahnya, memutuskan untuk mencari pekerjaan. Ia mengajar bahasa Prancis selama setahun di Eton College, di mana Eric Blair (yang kemudian mengambil nama pena George Orwell) dan Steven Runciman adalah di antara murid-muridnya. Ia terutama dikenang sebagai guru yang tidak kompeten yang tidak mampu menjaga ketertiban di kelas. Namun demikian, Blair dan yang lainnya memuji kemampuannya yang luar biasa dalam berbahasa. Huxley juga bekerja untuk sementara waktu pada tahun 1920-an di Brunner and Mond, sebuah pabrik kimia canggih di Billingham, County Durham, timur laut Inggris. Menurut pengantar novel fiksi ilmiahnya Brave New World (1932), pengalaman yang ia dapatkan di sana tentang "alam semesta yang teratur dalam dunia yang tidak teratur tanpa rencana" adalah sumber penting bagi novel tersebut.
2. Karier Sastra dan Karya Awal
Aldous Huxley memulai karier sastranya di usia muda, dengan cepat membangun reputasi sebagai penulis satir sosial yang tajam sebelum beralih ke eksplorasi tema-tema yang lebih mendalam dan filosofis.
2.1. Awal Karier dan Penerbitan
Huxley menyelesaikan novel pertamanya (yang tidak diterbitkan) pada usia 17 tahun dan mulai menulis secara serius di awal usia dua puluhan, membangun dirinya sebagai penulis sukses dan satir sosial. Novel-novel pertamanya yang diterbitkan adalah satir sosial, yaitu Crome Yellow (1921), Antic Hay (1923), Those Barren Leaves (1925), dan Point Counter Point (1928). Brave New World (1932) adalah novel kelimanya dan karya distopia pertamanya. Pada tahun 1920-an, ia juga menjadi kontributor majalah Vanity Fair dan British Vogue.
2.2. Pengaruh dan Gaya Awal
Selama Perang Dunia I, Huxley menghabiskan banyak waktunya di Garsington Manor dekat Oxford, rumah Lady Ottoline Morrell, bekerja sebagai buruh tani. Saat di Manor, ia bertemu beberapa tokoh Bloomsbury Group, termasuk Bertrand Russell, Alfred North Whitehead, dan Clive Bell. Kemudian, dalam Crome Yellow (1921), ia mengkarikaturkan gaya hidup Garsington.


Pekerjaan sangat langka pada masa itu, tetapi pada tahun 1919, John Middleton Murry sedang menata ulang Athenaeum dan mengundang Huxley untuk bergabung dengan staf. Ia segera menerima, dan dengan cepat menikahi pengungsi Belgia Maria Nys (1899-1955), juga di Garsington. Mereka tinggal bersama putra muda mereka di Italia sebagian waktu selama tahun 1920-an, di mana Huxley akan mengunjungi temannya D. H. Lawrence. Setelah kematian Lawrence pada tahun 1930 (ia dan Maria hadir saat kematiannya di Provence), Huxley mengedit surat-surat Lawrence (1932). Pada awal tahun 1929, di London, Huxley bertemu Gerald Heard, seorang penulis dan penyiar, filsuf dan penafsir ilmu kontemporer. Heard hampir lima tahun lebih tua dari Huxley, dan memperkenalkannya pada berbagai ide mendalam, interkoneksi halus, dan berbagai metode spiritual dan psikoterapi yang baru muncul.
Karya-karya pada periode ini termasuk novel-novel tentang aspek-aspek dehumanisasi dari kemajuan ilmiah, (karya utamanya Brave New World), dan tentang tema-tema pasifis (Eyeless in Gaza). Dalam Brave New World, yang berlatar di London distopia, Huxley menggambarkan masyarakat yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip produksi massal dan pengkondisian Pavlovian. Huxley sangat dipengaruhi oleh F. Matthias Alexander, yang ia jadikan dasar karakter dalam Eyeless in Gaza.
Pada periode ini, Huxley mulai menulis dan mengedit karya-karya non-fiksi tentang isu-isu pasifis, termasuk Ends and Means (1937), An Encyclopedia of Pacifism, dan Pacifism and Philosophy, serta menjadi anggota aktif dari Peace Pledge Union (PPU).
3. Karya Utama dan Tema
Karya Aldous Huxley mencakup berbagai genre, dari novel distopia yang meramalkan masa depan hingga esai filosofis yang mengeksplorasi kesadaran dan spiritualitas, semuanya mencerminkan perhatiannya yang mendalam terhadap kondisi manusia dan masyarakat.
3.1. Novel
Huxley dikenal luas melalui novel-novelnya yang menyoroti isu-isu sosial dan filosofis. Karyanya yang paling terkenal adalah Brave New World (1932), sebuah novel distopia yang berlatar di London masa depan. Dalam karya ini, Huxley menggambarkan masyarakat yang dikendalikan secara ketat melalui rekayasa genetik, pengkondisian psikologis sejak bayi, dan penggunaan obat penenang "soma" untuk menjaga kepatuhan dan kebahagiaan semu. Novel ini secara tajam mengkritik bahaya kemajuan teknologi dan kontrol sosial yang mengorbankan individualitas dan kebebasan.
Di sisi lain spektrum, novel terakhirnya, Island (1962), menyajikan visi utopia. Berlatar di pulau fiksi Pala, novel ini mengeksplorasi masyarakat yang harmonis, ekologis, dan spiritual yang mencari pencerahan melalui pendidikan, kesadaran, dan penggunaan obat-obatan psikedelik secara bijaksana.
Novel-novel signifikannya yang lain meliputi:
- Crome Yellow (1921)
- Antic Hay (1923)
- Those Barren Leaves (1925)
- Point Counter Point (1928)
- Eyeless in Gaza (1936)
- After Many a Summer (1939)
- Time Must Have a Stop (1944)
- Ape and Essence (1948)
- The Devils of Loudun (1952)
- The Genius and the Goddess (1955)
3.2. Kumpulan Cerita Pendek
Huxley juga menulis beberapa kumpulan cerita pendek yang menunjukkan variasi gaya dan tematiknya:
- Limbo (1920)
- Mortal Coils (1922)
- Little Mexican (judul AS: Young Archimedes) (1924)
- Two or Three Graces (1926)
- Brief Candles (1930)
- Collected Short Stories (1944)
- Jacob's Hands: A Fable (ditulis bersama Christopher Isherwood; ditemukan tahun 1997)
3.3. Puisi
Sebagai seorang penyair, Huxley menerbitkan beberapa kumpulan puisi di awal kariernya:
- Oxford Poetry (sebagai editor, 1916)
- The Burning Wheel (1916)
- Jonah (1917)
- The Defeat of Youth and Other Poems (1918)
- Leda (1920)
- Selected Poems (1925)
- Arabia Infelix and Other Poems (1929)
- The Cicadas and Other Poems (1931)
- Collected Poems (1971)
3.4. Esai dan Non-fiksi
Karya non-fiksi dan esai Huxley sangat berpengaruh, mencerminkan komentar filosofis, spiritual, dan sosialnya yang mendalam.
- The Perennial Philosophy (1945) adalah salah satu karyanya yang paling penting, di mana ia mengeksplorasi kesamaan metafisika dan spiritual yang ditemukan di semua agama besar dunia, serta mistisisme Barat dan Timur. Ia menganggapnya sebagai "pernyataan kitab suci yang paling sistematis dari Filsafat Abadi".
- The Doors of Perception (1954) adalah esai yang merinci pengalamannya dengan obat psikedelik meskalin, yang memengaruhi persepsinya tentang kesadaran dan potensi wawasan pribadi.
- Ends and Means (1937) berisi risalah tentang perang, ketimpangan, agama, dan etika, mencerminkan komitmennya terhadap pasifisme.
- The Art of Seeing (1942) adalah buku tentang pengalamannya dengan Metode Bates untuk meningkatkan penglihatan, meskipun teori-teorinya dalam buku ini sering diperdebatkan.
- Brave New World Revisited (1958) adalah karya non-fiksi yang meninjau kembali tema-tema dari novel distopianya, memberikan peringatan tentang bahaya kelebihan populasi, organisasi sosial hierarkis, penggunaan teknologi dalam masyarakat massal yang rentan terhadap persuasi, dan promosi politisi modern sebagai komoditas yang dipasarkan.
- Dalam buku terakhirnya, Literature and Science (1963), Huxley menulis bahwa "implikasi etika dan filosofis ilmu pengetahuan modern lebih bersifat Buddhis daripada Kristen."
Karya non-fiksi dan esai lainnya meliputi:
- On the Margin (1923)
- Along the Road (1925)
- Essays New and Old (1926)
- Proper Studies (1927)
- Do What You Will (1929)
- Vulgarity in Literature (1930)
- Music at Night (1931)
- Texts and Pretexts (1932)
- The Olive Tree and other essays (1936)
- Words and their Meanings (1940)
- Science, Liberty and Peace (1946)
- Themes and Variations (1950)
- Heaven and Hell (1956)
- Adonis and the Alphabet (judul AS: Tomorrow and Tomorrow and Tomorrow) (1956)
- Collected Essays (1958)
- Moksha: Writings on Psychedelics and the Visionary Experience 1931-63 (1977)
- The Human Situation: Lectures at Santa Barbara, 1959 (1977)
Huxley juga menulis kata pengantar untuk The Gospel of Ramakrishna (1942) dan Bhagavad Gita - The Song of God (1944), yang diterjemahkan oleh Swami Prabhavananda dan Christopher Isherwood. Dalam pengantar Bhagavad Gita, ia menjelaskan "Hipotesis Kerja Minimum" sebagai kerangka kerja untuk merealisasikan "Realitas Ilahi".
3.5. Naskah dan Karya Lain
Huxley juga berkontribusi dalam penulisan skenario, tulisan perjalanan, dan bentuk sastra lainnya:
- Naskah Film: Ia menerima kredit untuk Pride and Prejudice (1940) dan dibayar untuk karyanya di beberapa film lain, termasuk Madame Curie (1943, tanpa kredit) dan Jane Eyre (1944, bersama John Houseman). Ia juga menulis naskah untuk A Woman's Vengeance (1947) dan Prelude to Fame (1950). Pada tahun 1945, ia ditugaskan oleh Walt Disney untuk menulis naskah berdasarkan Alice's Adventures in Wonderland dan biografi penulis cerita, Lewis Carroll, namun naskah tersebut tidak digunakan.
- Tulisan Perjalanan:
- Along The Road: Notes and essays of a tourist (1925)
- Jesting Pilate: The Diary of a Journey (1926)
- Beyond the Mexique Bay: A Traveller's Journey (1934)
- Drama:
- The Discovery (diadaptasi dari Francis Sheridan, 1924)
- The World of Light (1931)
- Mortal Coils - A Play (versi panggung dari The Gioconda Smile, 1948)
- The Genius and the Goddess (versi panggung, ditulis bersama Betty Wendel, 1958)
- The Ambassador of Captripedia (1967)
- Now More Than Ever (drama lama yang ditemukan kembali, 2000)
- Fiksi Anak-anak:
- The Crows of Pearblossom (1967)
- Karya Lain:
- Pacifism and Philosophy (1936)
- An Encyclopedia of Pacifism (editor, 1937)
- Grey Eminence (biografi François Leclerc du Tremblay, 1941)
- The Politics of Ecology (1962)
- Selected Letters (2007)
Huxley juga berkontribusi pada jurnal Vedanta and the West dengan 48 artikel antara tahun 1941 dan 1960. Dua rekamannya, Knowledge and Understanding dan Who Are We?, dirilis pada tahun 1955.
4. Pemikiran dan Eksplorasi Spiritual
Pemikiran filosofis dan spiritual Huxley yang berkembang mencerminkan perjalanan intelektualnya dari kritik sosial yang tajam hingga eksplorasi mendalam tentang kesadaran, mistisisme, dan potensi transformatif pengalaman pribadi. Ia tertarik pada implikasi sosial dan etika dari ide-ide ini, selalu menekankan kebebasan, kesetaraan sosial, dan kesejahteraan manusia.
4.1. Pasifisme dan Kritik Sosial
Huxley adalah seorang pasifis yang berkomitmen. Ia secara kritis memeriksa struktur sosial, teknologi, dan potensi kontrol sosial, menekankan kepeduliannya terhadap kebebasan, kesetaraan sosial, dan kesejahteraan manusia. Ia adalah anggota aktif Peace Pledge Union (PPU) di Inggris. Pada tahun 1935, ia mengungkapkan frustrasinya dengan politik, menulis bahwa "masalah ini akhirnya berubah menjadi masalah agama - fakta tidak nyaman yang harus dihadapi dan yang selama setahun terakhir ini saya anggap lebih mudah dihadapi."
Dalam suratnya kepada George Orwell, penulis Nineteen Eighty-Four, pada 21 Oktober 1949, Huxley memuji buku Orwell dan memprediksi: "Dalam generasi berikutnya saya percaya bahwa para pemimpin dunia akan menemukan bahwa pengkondisian bayi dan narkohipnosis lebih efisien, sebagai instrumen pemerintahan, daripada pentungan dan penjara, dan bahwa nafsu akan kekuasaan dapat dipuaskan sepenuhnya dengan menyarankan orang untuk mencintai perbudakan mereka daripada mencambuk dan menendang mereka agar patuh."
Dalam wawancara televisi dengan jurnalis Mike Wallace pada tahun 1958, Huxley menguraikan beberapa kekhawatiran utamanya: kesulitan dan bahaya kelebihan populasi dunia; kecenderungan menuju organisasi sosial yang hierarkis; pentingnya mengevaluasi penggunaan teknologi dalam masyarakat massal yang rentan terhadap persuasi; dan kecenderungan untuk mempromosikan politisi modern kepada publik yang naif sebagai komoditas yang dipasarkan. Dalam suratnya pada Desember 1962 kepada saudaranya Julian, ia menulis, "Yang saya katakan adalah jika kita tidak segera mulai memikirkan masalah manusia dalam istilah ekologis daripada dalam istilah politik kekuasaan, kita akan segera berada dalam situasi yang buruk."
4.2. Minat pada Mistisisme dan Filsafat Timur
Huxley menggambarkan dirinya sebagai agnostik, sebuah kata yang diciptakan oleh kakeknya, Thomas Henry Huxley. Agnostisisme Huxley, bersama dengan kecenderungan spekulatifnya, membuatnya sulit untuk sepenuhnya merangkul bentuk agama institusional apa pun. Namun, selama 30 tahun terakhir hidupnya, ia menerima dan menulis tentang konsep-konsep yang ditemukan dalam Vedanta dan merupakan advokat terkemuka dari Filsafat Abadi (Perennial Philosophy), yang menyatakan bahwa kebenaran metafisika yang sama ditemukan di semua agama besar dunia.
Pada tahun 1920-an, Huxley skeptis terhadap agama, bahkan "di awal kariernya ia telah menolak mistisisme, seringkali mengolok-oloknya dalam novel-novelnya." Namun, Gerald Heard menjadi teman berpengaruh bagi Huxley, dan sejak pertengahan 1920-an telah mengeksplorasi Vedanta sebagai cara memahami kehidupan manusia individu dan hubungannya dengan alam semesta. Heard dan Huxley sama-sama melihat implikasi politik dari Vedanta, yang dapat membantu membawa perdamaian, khususnya bahwa ada realitas mendasar yang menjadi bagian dari semua manusia dan alam semesta.
Setelah bergabung dengan PPU, Huxley dan Heard mengalihkan perhatian mereka untuk mengatasi masalah-masalah besar dunia melalui transformasi individu, "sebuah hutan hanya sehijau pohon-pohon individu di hutan itu hijau." Ini adalah awal mula Gerakan Potensi Manusia yang mendapatkan daya tarik pada tahun 1960-an.
Pada akhir 1930-an, Huxley dan Heard berimigrasi ke Amerika Serikat, dan mulai tahun 1939 hingga kematiannya pada tahun 1963, Huxley memiliki hubungan yang luas dengan Vedanta Society of Southern California, yang didirikan dan dipimpin oleh Swami Prabhavananda. Bersama Gerald Heard, Christopher Isherwood, dan pengikut lainnya, ia diinisiasi oleh Swami dan diajari meditasi serta praktik spiritual. Dari tahun 1941 hingga 1960, Huxley menyumbangkan 48 artikel untuk Vedanta and the West, yang diterbitkan oleh perkumpulan tersebut. Ia juga menjabat di dewan redaksi bersama Isherwood, Heard, dan dramawan John Van Druten dari tahun 1951 hingga 1962.
Pada tahun 1942, The Gospel of Ramakrishna diterbitkan oleh Ramakrishna-Vivekananda Center di New York. Huxley menulis dalam kata pengantarnya, "...sebuah buku yang unik, sejauh pengetahuan saya, dalam literatur hagiografi. Belum pernah peristiwa-peristiwa kecil dalam kehidupan sehari-hari seorang kontemplatif digambarkan dengan begitu banyak detail intim. Belum pernah ucapan-ucapan santai dan tidak terencana dari seorang guru agama besar dicatat dengan kesetiaan yang begitu teliti." Pada tahun 1944, Huxley menulis pengantar untuk Bhagavad Gita - The Song of God, yang diterjemahkan oleh Swami Prabhavananda dan Christopher Isherwood. Sebagai pendukung filsafat abadi, Huxley tertarik pada Gita, menjelaskan dalam pengantar yang ditulis selama Perang Dunia II: "Bhagavad Gita mungkin merupakan pernyataan kitab suci yang paling sistematis dari Filsafat Abadi. Bagi dunia yang sedang berperang, dunia yang, karena tidak memiliki prasyarat intelektual dan spiritual untuk perdamaian, hanya dapat berharap untuk menambal semacam gencatan senjata bersenjata yang tidak stabil, ia menunjuk, dengan jelas dan tidak salah lagi, ke satu-satunya jalan keluar dari keharusan penghancuran diri yang dipaksakan sendiri."
Bagi Huxley, salah satu fitur menarik dari Vedanta adalah bahwa ia menyediakan filosofi dan praktik historis dan mapan yang merangkul Filsafat Abadi; yaitu adanya kesamaan pengalaman di semua cabang mistik agama-agama dunia. Huxley juga sesekali memberikan kuliah di kuil-kuil Vedanta Hollywood dan Santa Barbara. Dua kuliah tersebut telah dirilis dalam bentuk CD: Knowledge and Understanding dan Who Are We? dari tahun 1955.
Banyak rekan sezaman dan kritikus Huxley kecewa dengan pergeseran Huxley ke mistisisme. Isherwood menggambarkan dalam buku hariannya bagaimana ia harus menjelaskan kritik tersebut kepada janda Huxley, Laura: "[11 Desember 1963, beberapa minggu setelah kematian Aldous Huxley] Penerbit menyarankan John Lehmann untuk menulis biografi. Laura [Huxley] bertanya apa pendapat saya tentang ide itu, jadi saya harus memberitahunya bahwa John tidak percaya, dan agresif terhadap, keyakinan metafisika yang dipegang Aldous. Yang akan dia gambarkan hanyalah seorang intelektual muda yang cerdas yang kemudian dirusak oleh Hollywood dan tersesat setelah 'hantu'."
4.3. Pengalaman Psikedelik
Pada awal tahun 1953, Huxley memiliki pengalaman pertamanya dengan obat psikedelik meskalin. Huxley telah memulai korespondensi dengan Dokter Humphry Osmond, seorang psikiater Inggris yang saat itu bekerja di sebuah institusi Kanada, dan akhirnya memintanya untuk menyediakan dosis meskalin; Osmond mengabulkan dan mengawasi sesi Huxley di California selatan. Setelah penerbitan The Doors of Perception, di mana ia menceritakan pengalaman ini, Huxley dan Swami Prabhavananda tidak setuju tentang makna dan pentingnya pengalaman obat psikedelik, yang mungkin menyebabkan hubungan mereka mendingin, tetapi Huxley terus menulis artikel untuk jurnal perkumpulan, memberikan kuliah di kuil, dan menghadiri acara sosial. Huxley kemudian memiliki pengalaman dengan meskalin yang ia anggap lebih mendalam daripada yang dirinci dalam The Doors of Perception.
Huxley menulis bahwa "Pengalaman mistik sangat berharga ganda; itu berharga karena memberikan pengalaman pemahaman yang lebih baik tentang dirinya dan dunia dan karena dapat membantunya menjalani kehidupan yang kurang egois dan lebih kreatif." Setelah mencoba LSD pada tahun 1950-an, ia menjadi penasihat bagi Timothy Leary dan Richard Alpert dalam pekerjaan penelitian mereka di awal 1960-an dengan obat-obatan psikedelik di Harvard. Perbedaan kepribadian menyebabkan Huxley menjauhkan diri dari Leary, ketika Huxley khawatir bahwa Leary terlalu bersemangat untuk mempromosikan obat-obatan tanpa pandang bulu. Pada ranjang kematiannya, tidak dapat berbicara karena kanker yang telah menyebar, Huxley membuat permintaan tertulis kepada istrinya Laura untuk "LSD, 100 mikrogram, intramuskular."
5. Kehidupan di Amerika Serikat
Setelah pindah ke Amerika Serikat, Aldous Huxley menjalani fase produktif dalam hidupnya, menyeimbangkan karier sebagai penulis skenario Hollywood dengan aktivitas intelektual dan spiritual yang mendalam, sambil terus mengkritisi isu-isu sosial.
5.1. Kepindahan dan Kehidupan di California
Pada tahun 1937, Huxley pindah ke Hollywood bersama istrinya Maria, putranya Matthew Huxley, dan temannya Gerald Heard. Cyril Connolly menulis, tentang kedua intelektual (Huxley dan Heard) pada akhir 1930-an, "semua jalan Eropa telah habis dalam pencarian jalan ke depan - politik, seni, sains - mendorong mereka berdua ke AS pada tahun 1937." Huxley tinggal di AS, terutama California selatan, hingga kematiannya, dan untuk sementara waktu di Taos, New Mexico, tempat ia menulis Ends and Means (1937). Buku ini berisi risalah tentang perang, ketimpangan, agama, dan etika.
Huxley berteman dekat dengan Remsen Bird, presiden Occidental College. Ia menghabiskan banyak waktu di kampus di lingkungan Eagle Rock di Los Angeles. Kampus tersebut muncul sebagai "Tarzana College" dalam novel satirinya After Many a Summer (1939). Novel ini memenangkan Huxley penghargaan sastra Inggris, James Tait Black Memorial Prize 1939 untuk fiksi. Huxley juga memasukkan Bird ke dalam novel tersebut.
5.2. Karier sebagai Penulis Naskah
Selama periode ini, Huxley memperoleh penghasilan besar sebagai penulis skenario Hollywood; Christopher Isherwood, dalam otobiografinya My Guru and His Disciple, menyatakan bahwa Huxley menghasilkan lebih dari 3.00 K USD per minggu (sekitar 50.00 K USD pada nilai tahun 2020) sebagai penulis skenario, dan bahwa ia menggunakan sebagian besar dari uang itu untuk mengangkut pengungsi penulis dan seniman Yahudi dan kiri dari Jerman Hitler ke AS. Pada Maret 1938, teman Huxley, Anita Loos, seorang novelis dan penulis skenario, menghubungkannya dengan Metro-Goldwyn-Mayer (MGM), yang mempekerjakannya untuk Madame Curie yang awalnya akan dibintangi Greta Garbo dan disutradarai oleh George Cukor. (Akhirnya, film tersebut diselesaikan oleh MGM pada tahun 1943 dengan sutradara dan pemeran yang berbeda.) Huxley menerima kredit layar untuk Pride and Prejudice (1940) dan dibayar untuk karyanya di sejumlah film lain, termasuk Jane Eyre (1944). Ia ditugaskan oleh Walt Disney pada tahun 1945 untuk menulis naskah berdasarkan Alice's Adventures in Wonderland dan biografi penulis cerita, Lewis Carroll, namun naskah tersebut tidak digunakan.
5.3. Aktivitas Intelektual dan Sosial di AS
Pada 21 Oktober 1949, Huxley menulis surat kepada George Orwell, penulis Nineteen Eighty-Four, mengucapkan selamat kepadanya atas "betapa bagus dan betapa sangat pentingnya buku itu". Dalam suratnya, ia memprediksi bahwa pengkondisian bayi dan narkohipnosis akan menjadi instrumen pemerintahan yang lebih efisien daripada klub dan penjara.
Pada tahun 1953, Huxley dan Maria mengajukan permohonan kewarganegaraan Amerika Serikat dan menjalani pemeriksaan. Ketika Huxley menolak untuk mengangkat senjata untuk AS dan tidak akan menyatakan bahwa keberatannya didasarkan pada cita-cita agama, satu-satunya alasan yang diizinkan di bawah Undang-Undang McCarran, hakim harus menunda proses. Ia menarik permohonannya. Namun demikian, ia tetap tinggal di AS. Pada tahun 1959, Huxley menolak tawaran untuk dijadikan Knight Bachelor oleh pemerintah Macmillan tanpa memberikan alasan; saudaranya Julian telah diberi gelar bangsawan pada tahun 1958, sementara saudaranya Andrew akan diberi gelar bangsawan pada tahun 1974.
Pada semester musim gugur 1960, Huxley diundang oleh Profesor Huston Smith untuk menjadi profesor tamu Carnegie di bidang humaniora di Massachusetts Institute of Technology (MIT). Sebagai bagian dari program acara seratus tahun MIT yang diselenggarakan oleh Departemen Humaniora, Huxley menyajikan serangkaian kuliah berjudul, "What a Piece of Work is a Man" yang membahas sejarah, bahasa, dan seni.
Robert S. de Ropp (ilmuwan, humanis, dan penulis), yang pernah menghabiskan waktu bersama Huxley di Inggris pada tahun 1930-an, terhubung kembali dengannya di AS pada awal 1960-an dan menulis bahwa "intelek yang luar biasa, suara yang dimodulasi dengan indah, objektivitas yang lembut, semuanya tidak berubah. Ia adalah salah satu manusia yang paling beradab yang pernah saya temui."
Dalam bukunya Literature and Science, Huxley menulis bahwa "Implikasi etika dan filosofis ilmu pengetahuan modern lebih bersifat Buddhis daripada Kristen...." Dalam "A Philosopher's Visionary Prediction", yang diterbitkan sebulan sebelum ia meninggal, Huxley mendukung pelatihan dalam semantik umum dan "dunia nonverbal dari kesadaran yang tidak terkontaminasi secara budaya", menulis bahwa "Kita harus belajar bagaimana menjadi diam secara mental, kita harus mengembangkan seni penerimaan murni.... Individu harus belajar untuk mendekondisikan dirinya sendiri, harus mampu membuat lubang di pagar simbol-simbol verbal yang mengurungnya."
Huxley adalah teman dekat Jiddu Krishnamurti dan Rosalind Rajagopal, dan terlibat dalam pembentukan Happy Valley School, yang sekarang menjadi Besant Hill School, di Happy Valley, Ojai, California.
6. Kehidupan Pribadi
Kehidupan pribadi Aldous Huxley ditandai oleh hubungan keluarga yang mendalam, tantangan kesehatan yang signifikan, dan eksplorasi spiritual yang terus-menerus hingga akhir hayatnya.
6.1. Pernikahan dan Keluarga
Huxley menikah pada 10 Juli 1919 dengan Maria Nys (10 September 1899 - 12 Februari 1955), seorang epidemiolog Belgia dari Bellem, yang ia temui di Garsington pada tahun 1919. Mereka memiliki satu anak, Matthew Huxley (19 April 1920 - 10 Februari 2005), yang berkarier sebagai penulis, antropolog, dan epidemiolog terkemuka. Pada tahun 1955, Maria Huxley meninggal dunia karena kanker.
Pada tahun 1956, Huxley menikah dengan Laura Archera (1911-2007), yang juga seorang penulis, pemain biola, dan psikoterapis. Laura menulis This Timeless Moment, sebuah biografi Huxley. Ia menceritakan kisah pernikahan mereka melalui dokumenter Mary Ann Braubach tahun 2010, Huxley on Huxley.
6.2. Kesehatan dan Kehidupan Akhir

Terdapat berbagai laporan tentang kualitas penglihatan Huxley pada titik-titik tertentu dalam hidupnya. Sekitar tahun 1939, Huxley menemukan Metode Bates, di mana ia diajar oleh Margaret Darst Corbett. Pada tahun 1940, Huxley pindah dari Hollywood ke sebuah ranchito seluas 40 acre di dusun gurun tinggi Llano, California, di utara Los Angeles County. Huxley kemudian mengatakan bahwa penglihatannya meningkat secara dramatis dengan metode Bates dan pencahayaan alami yang ekstrem dan murni di gurun barat daya Amerika. Ia melaporkan bahwa, untuk pertama kalinya dalam lebih dari 25 tahun, ia dapat membaca tanpa kacamata dan tanpa ketegangan. Ia bahkan mencoba mengemudikan mobil di jalan tanah di samping peternakan. Ia menulis buku tentang pengalamannya dengan metode Bates, The Art of Seeing, yang diterbitkan pada tahun 1942 (AS) dan 1943 (Inggris). Buku tersebut berisi beberapa teori yang umumnya diperdebatkan, dan penerbitannya menciptakan tingkat kontroversi populer yang meningkat tentang penglihatan Huxley.
Secara luas diyakini bahwa Huxley hampir buta sejak penyakit di masa remajanya, meskipun ada pemulihan sebagian yang memungkinkannya belajar di Oxford. Misalnya, sekitar sepuluh tahun setelah penerbitan The Art of Seeing, pada tahun 1952, Bennett Cerf hadir ketika Huxley berbicara di sebuah jamuan makan malam di Hollywood, tidak mengenakan kacamata dan tampaknya membaca makalahnya dari mimbar tanpa kesulitan: "Kemudian tiba-tiba ia tersendat-dan kebenaran yang mengganggu menjadi jelas. Ia sama sekali tidak membaca pidatonya. Ia telah menghafalnya. Untuk menyegarkan ingatannya, ia mendekatkan kertas itu semakin dekat ke matanya. Ketika jaraknya hanya sekitar satu inci, ia masih tidak bisa membacanya, dan harus mencari kaca pembesar di sakunya untuk membuat tulisan itu terlihat olehnya. Itu adalah momen yang menyakitkan." Penulis Brasil João Ubaldo Ribeiro, yang sebagai jurnalis muda menghabiskan beberapa malam bersama keluarga Huxley pada akhir 1950-an, menulis bahwa Huxley pernah berkata kepadanya, dengan senyum masam: "Saya hampir tidak bisa melihat sama sekali. Dan saya tidak peduli, sungguh."
Di sisi lain, istri kedua Huxley, Laura, kemudian menekankan dalam catatan biografinya, This Timeless Moment: "Salah satu pencapaian besar dalam hidupnya: yaitu telah mendapatkan kembali penglihatannya." Setelah mengungkapkan surat yang ia tulis kepada Los Angeles Times yang menyangkal label Huxley sebagai "orang malang yang hampir tidak bisa melihat" oleh Walter C. Alvarez, ia memperlunak pernyataannya: "Meskipun saya merasa tidak adil memperlakukan Aldous seolah-olah ia buta, memang benar ada banyak indikasi gangguan penglihatannya. Misalnya, meskipun Aldous tidak memakai kacamata, ia cukup sering menggunakan lensa pembesar." Laura Huxley kemudian menguraikan beberapa nuansa inkonsistensi yang aneh pada penglihatan Huxley. Catatannya, dalam hal ini, sesuai dengan contoh kata-kata Huxley sendiri dari The Art of Seeing: "Fakta paling karakteristik tentang fungsi organisme total, atau bagian mana pun dari organisme, adalah bahwa ia tidak konstan, tetapi sangat bervariasi." Namun demikian, topik penglihatan Huxley terus mengalami kontroversi serupa yang signifikan.
Penulis sains populer Amerika Steven Johnson, dalam bukunya Mind Wide Open, mengutip Huxley tentang kesulitannya dengan encoding visual: "Saya dan, selama saya bisa mengingat, saya selalu menjadi visualizer yang buruk. Kata-kata, bahkan kata-kata penyair yang sarat makna, tidak membangkitkan gambaran dalam pikiran saya. Tidak ada visi hipnagogik yang menyambut saya di ambang tidur. Ketika saya mengingat sesuatu, ingatan itu tidak menampilkan dirinya kepada saya sebagai peristiwa atau objek yang terlihat jelas. Dengan upaya kemauan, saya dapat membangkitkan gambaran yang tidak terlalu jelas tentang apa yang terjadi kemarin sore..."
Huxley didiagnosis menderita kanker laring pada tahun 1960; pada tahun-tahun berikutnya, dengan kesehatannya yang memburuk, ia menulis novel utopia Island, dan memberikan kuliah tentang "Potensi Manusia" baik di UCSF Medical Center maupun di Esalen Institute. Kuliah-kuliah ini menjadi dasar bagi dimulainya Gerakan Potensi Manusia.
Koleksi paling substansial dari sedikit sisa-sisa makalah Huxley, setelah sebagian besar hancur dalam Kebakaran Bel Air 1961, berada di Perpustakaan University of California, Los Angeles. Beberapa juga berada di Stanford University Libraries. Pada 9 April 1962, Huxley diberitahu bahwa ia terpilih sebagai Companion of Literature oleh Royal Society of Literature, organisasi sastra senior di Inggris, dan ia menerima gelar tersebut melalui surat pada 28 April 1962. Korespondensi antara Huxley dan perkumpulan tersebut disimpan di Cambridge University Library. Perkumpulan tersebut mengundang Huxley untuk tampil di sebuah jamuan makan dan memberikan kuliah di Somerset House, London, pada Juni 1963. Huxley menulis draf pidato yang ingin ia sampaikan di perkumpulan tersebut; namun, kesehatannya yang memburuk membuatnya tidak dapat hadir.
7. Kematian dan Warisan
Kematian Aldous Huxley, meskipun dibayangi oleh peristiwa bersejarah, tidak mengurangi dampak abadi yang ia tinggalkan pada sastra, filsafat, dan budaya, diakui sebagai salah satu pemikir paling signifikan di abad ke-20.
7.1. Kondisi Menjelang Akhir Hayat dan Kematian
Pada tahun 1960, Huxley didiagnosis menderita kanker mulut dan selama tiga tahun berikutnya kesehatannya terus menurun. Pada 4 November 1963, kurang dari tiga minggu sebelum kematian Huxley, penulis Christopher Isherwood, seorang teman selama 25 tahun, berkunjung ke Cedars Sinai Hospital dan menulis kesannya: "Saya pergi dengan gambaran kapal besar yang mulia tenggelam dengan tenang ke kedalaman; banyak mekanisme indahnya yang halus masih dalam kondisi sempurna, semua lampunya masih menyala."
Di rumahnya di ranjang kematiannya, tidak dapat berbicara karena kanker yang telah menyebar, Huxley membuat permintaan tertulis kepada istrinya Laura untuk "LSD, 100 mikrogram, intramuskular." Menurut catatannya tentang kematiannya dalam This Timeless Moment, ia memenuhinya dengan suntikan pada pukul 11:20 pagi dan dosis kedua satu jam kemudian; Huxley meninggal pada usia 69 tahun, pada pukul 5:20 sore PST pada 22 November 1963.
Liputan media tentang kematian Huxley, bersama dengan penulis Inggris lainnya C. S. Lewis, dibayangi oleh pembunuhan John F. Kennedy pada hari yang sama, kurang dari tujuh jam sebelum kematian Huxley. Dalam artikel tahun 2009 untuk majalah New York berjudul "The Eclipsed Celebrity Death Club", Christopher Bonanos menulis: "Piala kejuaraan untuk kematian yang salah waktu, bagaimanapun, jatuh kepada sepasang penulis Inggris. Aldous Huxley, penulis Brave New World, meninggal pada hari yang sama dengan C. S. Lewis, yang menulis serial Chronicles of Narnia. Sayangnya bagi warisan keduanya, hari itu adalah 22 November 1963, tepat ketika iring-iringan mobil John Kennedy melewati Texas School Book Depository. Huxley, setidaknya, membuatnya menarik: Atas permintaannya, istrinya menyuntiknya dengan LSD beberapa jam sebelum akhir, dan ia melakukan perjalanan keluar dari dunia ini." Kebetulan ini menjadi dasar bagi buku Peter Kreeft Between Heaven and Hell: A Dialog Somewhere Beyond Death with John F. Kennedy, C. S. Lewis, & Aldous Huxley, yang membayangkan percakapan antara ketiga pria tersebut yang terjadi di Purgatory setelah kematian mereka.
7.2. Penilaian dan Pengaruh Pasca-Kematian
Upacara peringatan Huxley diadakan di London pada Desember 1963; dipimpin oleh kakak laki-lakinya Julian. Pada 27 Oktober 1971, abunya dimakamkan di makam keluarga di Watts Cemetery, rumah Watts Mortuary Chapel di Compton, Guildford, Surrey, Inggris.
Huxley telah lama menjadi teman komposer Rusia Igor Stravinsky, yang mendedikasikan komposisi orkestra terakhirnya untuk Huxley. Karya yang kemudian menjadi Variations: Aldous Huxley in memoriam dimulai pada Juli 1963, selesai pada Oktober 1964, dan pertama kali dipentaskan oleh Chicago Symphony Orchestra pada 17 April 1965.
8. Penghargaan dan Penghormatan
Aldous Huxley menerima beberapa penghargaan dan kehormatan signifikan sepanjang kariernya dan setelah kematiannya, yang menggarisbawahi pengakuannya sebagai tokoh sastra dan intelektual terkemuka.
- 1939: James Tait Black Memorial Prize (untuk After Many a Summer)
- 1959: American Academy of Arts and Letters Award of Merit (untuk Brave New World)
- 1962: Companion of Literature (Royal Society of Literature)
Pada tahun 2021, Huxley adalah salah satu dari enam penulis Inggris yang diperingati dalam serangkaian perangko pos Inggris yang dikeluarkan oleh Royal Mail untuk merayakan fiksi ilmiah Inggris. Satu novel fiksi ilmiah klasik dari setiap penulis digambarkan, dengan Brave New World dipilih untuk mewakili Huxley.
9. Adaptasi Karya
Karya-karya Aldous Huxley telah diadaptasi ke berbagai media, termasuk film, serial televisi, dan drama, menunjukkan relevansi dan daya tarik abadi dari ide-idenya.
- 1968: Point Counter Point (miniseri BBC yang disutradarai oleh Simon Raven)
- 1971: The Devils (film yang diadaptasi oleh Ken Russell dari novel The Devils of Loudun; peristiwa yang sama juga digambarkan dalam film Mother Joan of the Angels tahun 1961)
- 1980: Brave New World (adaptasi televisi AS)
- 1998: Brave New World (adaptasi televisi AS)
- 2020: Brave New World (serial televisi)
- 1971: Eyeless in Gaza (miniseri BBC yang bekerja sama dengan Robin Chapman)
- 1958: The Genius and the Goddess (versi panggung, ditulis bersama Betty Wendel)
- 1948: Mortal Coils - A Play (versi panggung dari The Gioconda Smile)
- 1967: The Crows of Pearblossom (buku anak-anak)
Judul bukunya The Doors of Perception juga menginspirasi nama band rock Amerika The Doors.