1. Overview
Charibert I (CaribertCaribertBahasa Prancis; CharibertusCharibertusBahasa Latin; sekitar tahun 517 - Desember 567) adalah seorang raja dari Dinasti Meroving yang memerintah Kerajaan Paris dari tahun 561 hingga 567. Ia adalah putra kedua dari Chlothar I, Raja Franka, dan istri pertamanya, Ingund. Setelah kematian ayahnya pada tahun 561, Kerajaan Franka dibagi di antara putra-putranya, dan Charibert menerima wilayah yang berpusat di Paris, termasuk Neustria, Aquitaine, dan Novempopulana.
Meskipun Charibert dikenal karena kefasihannya dan pengetahuannya dalam hukum, Gregorius dari Tours menggambarkannya sebagai salah satu penguasa Merovingian yang paling "bejat" karena kehidupan pribadinya yang kompleks, termasuk memiliki empat istri secara bersamaan, dua di antaranya adalah saudara kandung. Perilaku ini menyebabkan ia diekskomunikasi oleh Uskup Germanus dari Paris, menjadikannya raja Merovingian pertama yang mengalami ekskomunikasi.
Salah satu warisan penting dari pemerintahannya adalah pernikahan putrinya, Bertha, dengan Æthelberht dari Kent, Raja pagan Kent. Pengaruh Bertha di istana Kent sangat berperan dalam keberhasilan misi Santo Agustinus dari Canterbury pada tahun 597, yang berujung pada konversi penguasa Anglo-Saxon pertama ke Kekristenan. Setelah kematiannya yang tidak terhormat pada tahun 567, wilayah Charibert dibagi di antara saudara-saudaranya, Sigebert I dan Chilperic I, yang awalnya sepakat untuk berbagi kendali atas Paris.
2. Kehidupan
2.1. Kelahiran dan Latar Belakang
Charibert I lahir sekitar tahun 517. Ia adalah putra kedua dari Raja Franka, Chlothar I, dan istri pertamanya, Ingund. Kakak laki-lakinya, Gunthar, meninggal beberapa waktu sebelum kematian ayah mereka. Charibert memiliki beberapa saudara kandung dan saudara tiri, termasuk Guntram, Sigebert I, dan Chilperic I. Sumber lain juga menyebutkan saudara tiri Chram (putra dari Chunna) dan Gundobald (putra dari Cunsia).
2.2. Hubungan Keluarga
Charibert I menikah dengan Ingoberga, dan mereka memiliki beberapa anak, termasuk Blithide, Bertha, Clithorice, dan Chlothar Muda. Ia juga memiliki anak yang bernama Charibert dari Hesbaye, yang juga disebut Chrodobertus. Kehidupan pernikahannya yang lebih kompleks dan detail mengenai istri-istri lainnya akan dibahas lebih lanjut di bagian "Pernikahan dan Anak".
3. Pemerintahan dan Wilayah
3.1. Pembagian Kerajaan Franka
Setelah kematian ayahnya, Chlothar I, pada tahun 561, Kerajaan Franka dibagi di antara putra-putranya dalam konfigurasi baru. Setiap putra memerintah wilayah yang berbeda, yang tidak selalu koheren secara geografis tetapi bisa terdiri dari dua wilayah yang tidak terhubung. Kerajaan-kerajaan mereka dinamai berdasarkan kota tempat mereka memerintah.
Charibert menerima wilayah kerajaan lama Childebert I, dengan ibu kotanya di Paris. Wilayah kekuasaannya mencakup Neustria (wilayah antara Somme dan Loire), Aquitaine, dan Novempopulana. Kota-kota utama lainnya di bawah kekuasaannya adalah Rouen, Tours, Poitiers, Limoges, Bordeaux, Toulouse, Cahors, dan Albi. Sementara itu, saudaranya Guntram menerima Burgundy, Sigebert I menerima Austrasia (termasuk Rheims) dengan ibu kota di Metz, dan adik bungsunya Chilperic I menerima kerajaan yang lebih padat dengan Soissons sebagai ibu kotanya.
4. Kegiatan Utama
4.1. Kampanye Militer
Pada tahun 556, ketika ayahnya, Chlothar, masih hidup, Charibert dan adiknya, Guntram, diutus untuk menghadapi ibu tiri mereka, Chunna, dan saudara tiri mereka, Chram, yang sedang memberontak. Selama negosiasi berlangsung, Chram bersembunyi di Gunung Hitam di Limousin. Ketika negosiasi gagal, kedua pasukan bersiap untuk bertempur. Namun, badai petir mencegah terjadinya pertempuran. Chram, yang masih bersembunyi, kemudian mengirim surat palsu kepada Charibert dan Guntram, yang secara keliru melaporkan kematian ayah mereka, Chlothar. Mendengar kabar tersebut, Charibert dan Guntram segera kembali ke Burgundy untuk mengamankan posisi mereka.
4.2. Pengaruh Putri Bertha
Putri Charibert, Bertha, menikah dengan Æthelberht dari Kent, yang pada saat itu adalah Raja pagan Kent. Bertha membawa Uskup Liudhard bersamanya sebagai bapa pengaku pribadinya. Kehadiran dan pengaruh Bertha di istana Kent sangat instrumental dalam keberhasilan misi Santo Agustinus dari Canterbury pada tahun 597. Misi ini berhasil mengkonversi penguasa Anglo-Saxon pertama, Æthelberht, ke Kekristenan, menandai tonggak penting dalam kristenisasi Inggris.
5. Kehidupan Pribadi dan Karakter
5.1. Pernikahan dan Anak
Charibert I memiliki kehidupan pribadi yang kompleks terkait pernikahan. Ia menikah dengan Ingoberga, dan mereka memiliki beberapa anak:
- Blithide dari Köln (538-603), yang kemungkinan menikah dengan Ansbertus, seorang senator Galia-Romawi.
- Charibert dari Hesbaye (wafat 636), yang juga disebut Chrodobertus dalam beberapa sumber. Ia adalah putra tidak sah yang tidak menerima warisan apapun setelah kematian ayahnya.
- Clithorice (541-569).
- Bertha, yang menikah dengan Æthelberht dari Kent.
- Chlothar Muda (542).
Selain Ingoberga, Charibert juga memiliki empat istri secara bersamaan, dua di antaranya adalah saudara kandung. Istri-istri ini termasuk Merofleda, putri seorang penenun wol, dan saudara perempuannya, Marcovefa. Dengan Merofleda, Charibert memiliki dua putri: Berthefled, yang menjadi biarawati di Tours, dan Clothild, yang menjadi biarawati di Sainte-Croix, Poitiers. Ia juga memiliki seorang putra yang meninggal saat masih bayi dengan Theudogilda (atau Theudechild), putri seorang penggembala sapi. Theudechild adalah salah satu ratu yang masih hidup setelah kematian Charibert.
5.2. Karakter dan Masalah Keagamaan
Meskipun Charibert dikenal sebagai sosok yang fasih berbicara dan terpelajar dalam hukum, Gregorius dari Tours menggambarkannya sebagai salah satu raja Merovingian awal yang paling "bejat" atau tidak bermoral. Kehidupan pernikahannya yang melibatkan empat istri secara bersamaan, termasuk dua saudara perempuan, dianggap sebagai inses. Sebuah konsili uskup yang diadakan di Paris pada tahun 557 atau 561/562 telah secara sempit mendefinisikan hubungan kekerabatan yang dianggap sebagai inses. Akibat dari praktik pernikahannya ini, Charibert I diekskomunikasi oleh Uskup Germanus dari Paris. Ini adalah ekskomunikasi pertama yang pernah terjadi terhadap seorang raja Merovingian, menunjukkan betapa seriusnya pelanggaran keagamaan yang dilakukannya di mata Gereja pada masa itu.
6. Kematian
6.1. Kematian dan Pemakaman
Charibert I meninggal pada bulan Desember 567. Akibat dari kehidupan pribadinya yang dianggap tidak bermoral dan ekskomunikasinya, ia dimakamkan dalam keadaan yang tidak terhormat. Pemakamannya dilakukan di *Blavia castellum*, sebuah benteng di Tractus Armoricanus.
7. Warisan dan Penilaian
7.1. Pembagian Wilayah
Setelah kematian Charibert I, wilayah kekuasaannya dibagi di antara saudara-saudaranya. Wilayah Kerajaan Paris yang ditinggalkannya dibagi antara Sigebert I dan Chilperic I. Pada awalnya, mereka sepakat untuk menguasai Paris secara bersama-sama. Ratu Charibert yang masih hidup, Theudechild, sempat mengusulkan pernikahan dengan Guntram, saudaranya. Namun, usulan ini ditolak karena konsili yang diadakan di Paris pada tahun 557 telah melarang pernikahan semacam itu sebagai inses. Akhirnya, Guntram memutuskan untuk menempatkan Theudechild dengan aman, meskipun enggan, di sebuah biara di Arles. Putra tidak sah Charibert, Charibert dari Hesbaye, tidak menerima bagian warisan apapun dari kerajaan ayahnya.
7.2. Penilaian Sejarah
Sumber utama untuk kehidupan Charibert I adalah Sejarah Bangsa Franka karya Gregorius dari Tours (Buku IV, 3,16,22,26 dan IX, 26), serta dari perspektif Inggris, Sejarah Gerejawi Bangsa Inggris karya Bede. Catatan-catatan ini menggambarkan Charibert sebagai seorang raja yang fasih berbicara dan berpengetahuan dalam hukum. Namun, ia juga digambarkan sebagai salah satu penguasa Merovingian yang paling "bejat" karena kehidupan pribadinya yang kompleks dan melanggar norma-norma agama pada masanya, terutama terkait pernikahannya dengan banyak istri secara bersamaan, termasuk saudara kandung. Ekskomunikasinya oleh Uskup Germanus menandai peristiwa penting sebagai ekskomunikasi pertama terhadap seorang raja Merovingian. Meskipun demikian, melalui putrinya Bertha, Charibert secara tidak langsung memiliki peran dalam kristenisasi Anglo-Saxon di Inggris, yang menjadi warisan penting bagi sejarah Eropa.