1. Kehidupan dan Latar Belakang
Bagian ini membahas asal-usul keluarga Decimus Brutus yang terhormat, termasuk silsilah dan adopsinya, serta hubungan dekatnya dengan tokoh-tokoh penting Romawi, terutama Julius Caesar, yang sangat memengaruhi jalur kariernya.
1.1. Kelahiran dan Silsilah Keluarga
Decimus Junius Brutus Albinus (Decimus Junius Brutus AlbinusBahasa Latin) kemungkinan lahir pada 27 April 81 SM, atau mungkin sedikit lebih awal. Ia adalah putra dari senator Romawi Decimus Junius Brutus (konsul 77 SM) dan istrinya yang terkenal, Sempronia, yang merupakan salah satu partisipan dalam Konspirasi Catilina pada 63 SM. Namun, ada juga hipotesis yang diajukan oleh Ronald Syme yang menyebutkan bahwa ibunya adalah Postumia, karena Decimus memiliki hubungan adopsi dengan keluarga Postumii Albini, yang mungkin juga menunjukkan hubungan darah. Hipotesis ini, bagaimanapun, kurang mendapatkan dukungan luas dalam kajian modern.
Decimus berasal dari garis keturunan yang terhormat; ayah, kakek, dan kakek buyutnya semuanya pernah menjabat sebagai konsul Romawi. Ibunya kemungkinan besar merupakan keturunan dari Gaius Gracchus, seorang reformis populer yang berakhir tragis. Ia juga diadopsi oleh seorang patrisian bernama Aulus Postumius Albinus, salah satu anggota terakhir dari keluarga bangsawan kuno yang menyandang nama tersebut. Meskipun beberapa sumber kuno kadang merujuk kepadanya sebagai 'Albinus' dan nama itu muncul pada beberapa koin yang ia cetak sendiri, Decimus tampaknya tidak mengubah namanya untuk mencerminkan adopsi tersebut seperti yang lazim, dan orang-orang sezamannya terus merujuk kepadanya dengan nama kelahirannya bahkan dalam konteks resmi.

1.2. Masa Muda dan Hubungan Awal
Masa muda Decimus Brutus sebagian besar dihabiskan bersama teman-temannya seperti Publius Clodius Pulcher, Gaius Scribonius Curio, dan Marcus Antonius.
Julius Caesar sendiri beberapa kali mengungkapkan betapa ia mencintai Decimus Brutus seperti putranya sendiri. Ronald Syme berpendapat bahwa jika ada seorang Brutus yang merupakan putra kandung Caesar, Decimus lebih mungkin daripada Marcus Junius Brutus. Dalam surat wasiat Caesar, Decimus disebutkan sebagai ahli waris tingkat kedua dan ditunjuk sebagai wali bagi anak Caesar, jika Caesar memiliki anak. Sejarawan Romawi Appian menafsirkan hal ini sebagai adopsi Decimus oleh Caesar. Hubungan dekat ini sangat memengaruhi jalur kariernya di bawah perlindungan Caesar.
2. Karier Militer dan Politik
Decimus Brutus mulai menorehkan namanya dalam sejarah ketika ia bergabung dengan Julius Caesar dalam Perang Galia. Selama dinas militernya, ia membuktikan dirinya sebagai komandan yang cakap, terutama dalam operasi angkatan laut, dan kemudian memainkan peran penting dalam Perang Saudara Romawi.
2.1. Dinas dalam Perang Galia

Ia bertugas sebagai legatus dalam pasukan Caesar selama Perang Galia. Pada 56 SM, ia diberi komando armada dalam perang melawan Veneti. Dalam Pertempuran Morbihan yang menentukan, Decimus Brutus berhasil menghancurkan armada Veneti. Menggunakan kait berbentuk sabit yang dipasang pada tiang panjang, ia menyerang layar musuh, membuat mereka tidak bergerak dan menjadi sasaran empuk bagi pasukan boarding Romawi. Ia juga bertugas melawan Vercingetorix pada 52 SM dan berpartisipasi dalam Pengepungan Alesia. Keberhasilannya dalam berbagai kampanye ini sangat berkontribusi pada kemenangan Caesar di Galia.
2.2. Perang Saudara dan Operasi Laut
Ketika Perang Saudara Romawi pecah antara Caesar dan Pompey Agung, Decimus Brutus memilih berpihak pada komandannya, Caesar, dan sekali lagi dipercayakan dengan operasi angkatan laut. Pada 50 SM, ia menikahi Paula Valeria, saudara perempuan Gaius Valerius Triarius, seorang teman Cicero yang kemudian bertarung bersama Pompey di Pertempuran Farsalos.
Ketika kota Yunani Massilia (Marseille saat ini) memihak Pompey Agung, Caesar, yang sedang terburu-buru mencapai Hispania untuk memotong pasukan Pompey, meninggalkan Decimus Brutus untuk memimpin blokade laut Massilia. Dalam waktu tiga puluh hari, Decimus Brutus berhasil membangun armada dari nol, mengalahkan armada Massilia dua kali dalam Pertempuran Tauroento, dan bersama dengan Gaius Trebonius (yang memimpin pengepungan darat) berhasil mengamankan penyerahan Massilia.
2.3. Jabatan Publik dan Administrasi
Setelah kemenangan Caesar dalam perang saudara, Decimus Brutus terus menerima penghargaan. Ia menjabat sebagai Quaestor pada 50 SM dan Legatus di Transalpine Gaul dari 47 SM hingga 46 SM. Pada 45 SM, ia diangkat sebagai Praetor Peregrinus oleh penunjukan pribadi Caesar. Selain itu, ia ditunjuk untuk menjadi gubernur Galia Cisalpina pada tahun berikutnya (44 SM) dan juga telah ditunjuk sebagai konsul untuk 42 SM. Pengalamannya dalam berbagai jabatan ini menunjukkan kemampuan administrasi dan kepercayaan yang diberikan kepadanya dalam struktur Republik Romawi.
3. Pembunuhan Caesar
Keterlibatan Decimus Brutus dalam konspirasi pembunuhan Julius Caesar, dari perannya dalam meyakinkan Caesar untuk hadir di Senat hingga eksekusi pembunuhan itu sendiri, merupakan titik balik krusial dalam sejarah Romawi, yang memicu kekosongan kekuasaan dan gejolak politik.
3.1. Keterlibatan dalam Konspirasi
Ketika Caesar kembali ke Roma sebagai diktator setelah kekalahan terakhir faksi Konservatif dalam Pertempuran Munda pada 45 SM, Decimus Brutus bergabung dalam konspirasi untuk membunuh Caesar. Ia bergabung setelah diyakinkan oleh Cassius dan Marcus Junius Brutus. Meskipun motifnya tidak sepenuhnya jelas, beberapa pihak berspekulasi bahwa ia mungkin memiliki kekhawatiran tentang ambisi monarki Caesar atau kekecewaan pribadi.
Pada Idus Martiae (Idus MartiaeBahasa Latin, 15 Maret) 44 SM, Caesar awalnya memutuskan untuk tidak menghadiri pertemuan Senat di curia di Teater Pompey karena kekhawatiran istrinya, Calpurnia. Namun, Decimus Brutus berhasil meyakinkan Caesar untuk hadir. Ia bahkan mengawal Caesar ke rumah Senat dan dengan cekatan menghindari Mark Antony, yang mungkin telah mencoba memberi tahu Caesar tentang plot pembunuhan tersebut. Peran Decimus dalam memastikan kehadiran Caesar di hari itu sangat krusial bagi keberhasilan konspirasi.
3.2. Pelaksanaan Pembunuhan
Setelah Caesar diserang oleh penyerang pertama, Servilius Casca, Decimus Brutus dan para konspirator lainnya menyerang dan membunuh sang diktator. Caesar menderita sekitar 23 tusukan pisau. Menurut Nicolaus dari Damaskus, Decimus menusuk Caesar melalui pahanya. Kematian Caesar secara tiba-tiba ini menciptakan kekosongan kekuasaan yang besar dan memicu gejolak politik yang lebih lanjut di seluruh Republik Romawi, yang pada akhirnya mengarah pada runtuhnya Republik dan kebangkitan Kekaisaran Romawi.
Setelah pembunuhan itu, para pembunuh menerima amnesti keesokan harinya, yang dikeluarkan oleh Senat atas desakan Mark Antony, rekan konsul Caesar. Namun, situasi tidaklah damai; penduduk Roma dan legiun Caesar ingin melihat para konspirator dihukum. Kelompok itu memutuskan untuk bersembunyi, dan Decimus menggunakan jabatannya sebagai Praetor Peregrinus untuk menjauh dari Roma. Decimus juga disebutkan sebagai ahli waris tingkat kedua dalam surat wasiat Caesar. Berita ini, menurut beberapa sumber, sangat mengejutkan Decimus, membuatnya pucat dan mengurung diri di rumahnya.

4. Aktivitas Pasca-Pembunuhan dan Akhir Hayat
Setelah pembunuhan Caesar, Decimus Brutus menghadapi masa yang penuh gejolak. Iklim rekonsiliasi segera berlalu, dan para konspirator mulai merasakan tekanan dari tindakan mereka.
4.1. Konflik di Galia Cisalpina
Pada Maret 44 SM, alokasi provinsi Galia Cisalpina kepada Decimus Brutus sebelumnya ditentang oleh Mark Antony. Meskipun demikian, pada musim gugur, Decimus Brutus berkampanye melawan suku-suku lokal di provinsi yang telah ditugaskan kepadanya oleh Caesar sebagai propraetor, dengan pasukannya sendiri. Ia diperintahkan oleh Senat untuk menyerahkan provinsinya kepada Antony, tetapi ia menolak. Tindakan provokasi ini disambut baik oleh Antony, yang ingin mendapatkan kembali dominasinya dan menguasai Galia Italia yang strategis. Sebaliknya, Cicero mendorong Decimus Brutus untuk menghancurkan Antony dan dengan demikian memulihkan persemakmuran.
Pada 43 SM, Decimus Brutus menduduki Mutina, mempersiapkan perbekalan untuk pengepungan yang berkepanjangan. Antony kemudian memblokade pasukan Decimus Brutus, berniat membuat mereka kelaparan. Namun, para konsul tahun itu, Aulus Hirtius dan Gaius Pansa, berbaris ke utara untuk membebaskan pengepungan. Dipandu oleh Cicero (yang Philippicae (PhilippicaeBahasa Latin)-nya berasal dari masa ini), Senat cenderung memandang Mark Antony sebagai musuh. Caesar Octavian, ahli waris Caesar yang berusia sembilan belas tahun, dan telah diangkat ke pangkat propraetor, menemani Gaius Pansa ke utara.
Konfrontasi pertama terjadi pada 14 April di Pertempuran Forum Gallorum, di mana Antony berharap dapat menghadapi lawan-lawannya secara terpisah. Antony mengalahkan pasukan Gaius Pansa dan Octavian, yang mengakibatkan Pansa menderita luka fatal; namun, Antony kemudian dikalahkan oleh serangan kejutan dari Hirtius. Pertempuran kedua pada 21 April di Pertempuran Mutina mengakibatkan kekalahan lebih lanjut bagi Antony dan kematian Hirtius. Antony mundur, tidak bersedia menjadi sasaran circumvallation ganda seperti yang dilakukan Vercingetorix terhadap Caesar di Alesia.
Dengan pengepungan yang berhasil dibebaskan, Decimus Brutus dengan hati-hati berterima kasih kepada Octavian, yang kini menjadi komandan legiun yang telah menyelamatkannya, dari sisi lain sungai. Octavian dengan dingin menyatakan bahwa ia datang untuk menentang Antony, bukan membantu para pembunuh Caesar. Decimus Brutus diberi perintah untuk melancarkan perang melawan Antony, tetapi banyak tentaranya membelot ke Octavian.
4.2. Pelarian dan Eksekusi
Dengan dukungan Cicero, Decimus Brutus menyeberangi Pegunungan Alpen untuk bergabung dengan Plancus dalam perang melawan Antony. Namun, ketika Plancus berganti pihak dan membelot kepada Antony, posisi Decimus Brutus menjadi tidak dapat dipertahankan dan ia terpaksa melarikan diri. Ia ditinggalkan oleh pasukannya.
Ia mencoba mencapai Makedonia, tempat Marcus Junius Brutus dan Cassius menempatkan diri, tetapi ia ditangkap dan dieksekusi di tengah perjalanan pada pertengahan September 43 SM. Ia ditangkap oleh seorang kepala suku Galia yang setia kepada Mark Antony, menjadikannya salah satu pembunuh Caesar yang pertama dieksekusi. Beberapa surat yang ditulis oleh Decimus Brutus selama dua tahun terakhir hidupnya masih tersimpan dalam kumpulan korespondensi Cicero.
5. Evaluasi dan Dampak
Peran Decimus Brutus dalam sejarah Romawi sering kali kompleks dan disalahpahami, terutama karena adanya kebingungan dengan tokoh lain yang memiliki nama serupa.
5.1. Evaluasi Sejarah dan Kebingungan
Decimus Brutus memiliki peran yang signifikan dalam transisi Republik Romawi, terutama sebagai salah satu tokoh sentral dalam pembunuhan Julius Caesar. Namun, warisannya tidak sepenting Marcus Junius Brutus, yang sering kali dikacaukan atau digabungkan dengannya dalam berbagai penggambaran sejarah dan budaya. Kebingungan ini diperparah oleh kesamaan nama belakang mereka dan keterlibatan keduanya dalam konspirasi yang sama. Decimus adalah sepupu jauh Marcus, bukan saudara kandung.
Tindakan Decimus seringkali diinterpretasikan secara berbeda. Bagi sebagian orang, ia adalah seorang pengkhianat yang menikam punggung patronnya. Bagi yang lain, ia mungkin dipandang sebagai seorang republiken yang berusaha mengembalikan kebebasan dari tirani yang dirasakan. Perdebatan mengenai motifnya, terutama mengingat ia adalah ahli waris kedua Caesar, masih menjadi topik diskusi di kalangan sejarawan. Beberapa sarjana, termasuk penulis Robert Harris dalam novelnya Dictator dan novelis Shiono Nanami dalam Romanjin Monogatari (ローマ人の物語Romanjin MonogatariBahasa Jepang), berpendapat bahwa kalimat terkenal "Et tu, Brute?" (Et tu, Brute?Bahasa Latin) atau "Kai su, teknon" (Kai su, teknonBahasa Yunani Kuno, yang berarti "Engkau juga, anakku?") mungkin sebenarnya ditujukan kepada Decimus, bukan Marcus, karena Decimus adalah orang yang secara pribadi sangat dekat dengan Caesar dan telah disayangi layaknya seorang putra.
5.2. Penggambaran Budaya

Decimus Brutus telah digambarkan dalam berbagai karya budaya, meskipun sering kali dengan kekeliruan atau penyimpangan:
- Dalam drama William Shakespeare Julius Caesar, Decimus Brutus secara keliru disebut "Decius". Ia juga muncul dalam drama Cato, a Tragedy karya Joseph Addison juga dengan nama "Decius".
- Namun, ia muncul dengan nama aslinya dalam drama The Tragedy of Cicero.
- Dalam buku Allan Massie tahun 1993 berjudul Caesar, Decimus Junius Brutus Albinus menceritakan kisahnya dan alasan ia bergabung dalam pembunuhan Caesar saat ditawan oleh kepala suku Galia.
- Dalam novel Colleen McCullough Caesar dan The October Horse (dari seri Masters of Rome-nya), Decimus Brutus adalah karakter penting. Dalam novel-novel ini, ia dan Gaius Trebonius digambarkan sebagai pemimpin sebenarnya dari konspirasi pembunuhan.
- Dalam seri buku Emperor karya Conn Iggulden, tokoh sejarah Decimus Brutus dan Marcus Brutus digabungkan menjadi satu karakter bernama Marcus Brutus.
- Dalam buku-buku Ben Kane The Forgotten Legion, The Silver Eagle, dan Road To Rome, Decimus Brutus ditampilkan sebagai karakter yang cukup penting dalam plot dan sisa buku sebagai kekasih Fabiola.
- Dalam novel Dictator karya Robert Harris, Decimus, bukan Marcus, adalah Brutus yang menjadi sasaran kata-kata tuduhan Caesar, "Engkau juga?". Frasa tersebut, yang lebih sering diterjemahkan sebagai "Et tu, Brute?", diabadikan dalam Julius Caesar karya Shakespeare.
- Dalam seri novel Marius Mules karya S.J.A Turney, Decimus Brutus banyak ditampilkan sebagai komandan angkatan laut yang brilian dan salah satu perwira Caesar yang paling setia.