1. Kehidupan Awal dan Latar Belakang
Dong Biwu lahir di keluarga pemilik tanah di Hubei dan menerima pendidikan klasik yang kuat. Ia kemudian melanjutkan studi hukum di Jepang dan terlibat dalam aktivitas revolusioner awal, bergabung dengan Tongmenghui dan mengorganisir perlawanan terhadap rezim Yuan Shikai, sebelum akhirnya terpapar Marxisme dan mendirikan aparat Komunis lokal.
1.1. Kelahiran dan Masa Kanak-kanak
Dong Biwu lahir pada tanggal 5 Maret 1886, di Huanggang, Hubei, Tiongkok. Ia berasal dari keluarga pemilik tanah dan menerima pendidikan klasik yang komprehensif, yang memberinya dasar pengetahuan yang kuat.
1.2. Studi di Jepang dan Aktivitas Revolusioner Awal
Pada tahun 1911, Dong Biwu bergabung dengan Tongmenghui dan berpartisipasi aktif dalam Pemberontakan Wuchang, sebuah peristiwa penting yang memicu Revolusi Xinhai dan menggulingkan Dinasti Qing. Setelah itu, pada tahun 1913, ia pergi ke Jepang untuk menempuh studi hukum di Universitas Nihon. Selama berada di Jepang, ia bergabung dengan Partai Revolusioner Tiongkok yang baru dibentuk oleh Sun Yat-sen, yang kemudian dikenal sebagai Kuomintang.
Pada tahun 1915, ia kembali ke Tiongkok dan mengorganisir perlawanan terhadap rezim Yuan Shikai di kampung halamannya di Hubei. Aktivitas ini menyebabkan ia dipenjara selama enam bulan. Setelah dibebaskan, ia kembali ke Jepang untuk menyelesaikan studi hukumnya. Antara tahun 1919 dan 1920, Dong Biwu tinggal di Shanghai, di mana ia pertama kali terpapar Marxisme melalui kelompok intelektual Komunis yang berpusat di sekitar Li Hanjun. Sekembalinya ke Hubei, ia mendirikan aparat Komunis lokal, menandai awal keterlibatannya yang mendalam dalam gerakan Komunis.
2. Pendirian Partai Komunis Tiongkok dan Periode Revolusioner
Dong Biwu memainkan peran sentral dalam pembentukan Partai Komunis Tiongkok dan aktif terlibat dalam berbagai peristiwa penting selama periode revolusioner, yang membentuk fondasi negara Tiongkok modern.
2.1. Partisipasi dalam Kongres Nasional Pertama Partai Komunis Tiongkok
Pada tahun 1921, Dong Biwu menghadiri Kongres Nasional Pertama Partai Komunis Tiongkok, mewakili wilayah Wuhan bersama Chen Tanqiu. Kehadirannya dalam kongres pendirian partai ini sangat signifikan. Secara kebetulan, ia adalah satu-satunya orang selain Mao Zedong yang hadir dalam kongres pendirian partai dan upacara proklamasi Republik Rakyat Tiongkok dua puluh delapan tahun kemudian.
2.2. Studi di Jepang dan Uni Soviet
Setelah menyelesaikan studi hukumnya di Jepang, Dong Biwu melanjutkan pendidikan politiknya di Uni Soviet. Antara tahun 1928 dan 1931, ia belajar di Sekolah Internasional Lenin dan Universitas Sun Yat-sen Moskow. Ia berhasil meraih gelar Magister Hukum dari Universitas Sun Yat-sen Moskow pada tahun 1932, memperdalam pemahaman ideologi dan teori politiknya.
2.3. Long March, Periode Yan'an, dan 'Lima Tetua Yan'an'
Sekembalinya ke Tiongkok pada tahun 1932, Dong Biwu menjadi aktif di Soviet Jiangxi, di mana ia menjabat sebagai Direktur Politik Akademi Tentara Merah dan Presiden Sekolah Partai. Selama periode ini, ia mendukung Mao Zedong dalam perebutan kepemimpinan partai melawan Li Lisan. Ia kemudian turut serta dalam Long March, sebuah perjalanan epik yang menjadi simbol ketahanan Partai Komunis.
Setelah tiba di Yan'an, ia kembali menjalankan tugas kepemimpinan sekolah. Pada periode ini, Dong Biwu dikenal sebagai salah satu dari Lima Tetua Yan'an (延安五老Bahasa Tionghoa), bersama dengan Lin Boqu, Xu Teli, Wu Yuzhang, dan Xie Juezai, yang merupakan tokoh-tokoh senior dan berpengaruh di kalangan revolusioner Komunis.
2.4. Hubungan dengan Kuomintang dan Komitmen pada Partai Komunis
Sepanjang paruh pertama tahun 1920-an, Dong Biwu tetap menjadi anggota Kuomintang dan Partai Komunis Tiongkok. Namun, seiring meningkatnya ketegangan antara kedua partai, ia akhirnya memilih untuk berpihak pada Komunis pada musim panas tahun 1927. Setelah Pemberontakan Nanchang, ia terpaksa bersembunyi, mencari perlindungan di Kyoto selama delapan bulan, sebelum akhirnya menuju ke Uni Soviet.
Selama Perang Tiongkok-Jepang Kedua, Dong Biwu membagi waktunya antara Wuhan dan Chongqing sebagai penghubung dengan pemerintah Nasionalis, memanfaatkan asosiasinya dengan Kuomintang sebelumnya. Peran ini menunjukkan kemampuannya dalam berdiplomasi dan menjaga komunikasi di tengah konflik yang kompleks.
3. Karier di Republik Rakyat Tiongkok
Setelah berdirinya Republik Rakyat Tiongkok, Dong Biwu memegang berbagai jabatan penting, memberikan kontribusi besar dalam pembangunan negara dan sistem hukumnya.

3.1. Pendirian RRT dan Peran Awal dalam Pemerintahan
Sebelum berdirinya Republik Rakyat Tiongkok, pada tahun 1948, Dong Biwu diangkat sebagai Ketua Pemerintah Rakyat Tiongkok Utara. Setelah proklamasi Republik Rakyat Tiongkok pada tahun 1949, ia menjabat sebagai Direktur Komite Keuangan dan Ekonomi Dewan Pemerintahan. Ia juga memegang posisi Wakil Perdana Menteri Dewan Administrasi Pemerintahan (政务院副总理) dari Oktober 1949 hingga September 1954, menunjukkan perannya yang signifikan dalam struktur pemerintahan awal.
3.2. Peran sebagai Presiden Mahkamah Agung Rakyat
Pada tahun 1954, Dong Biwu diangkat sebagai Presiden Mahkamah Agung Rakyat, posisi yang diembannya hingga April 1959. Selama masa jabatannya, ia memainkan peran penting dalam membangun sistem hukum sosialis Tiongkok. Pada tahun 1958, ketika ia memimpin delegasi ke Eropa Timur dan Uni Soviet selama dua bulan, pekerjaan Mahkamah Agung Rakyat selama beberapa tahun terakhir ditinjau oleh sebuah kelompok yang dipimpin oleh Peng Zhen. Sekembalinya, Dong Biwu menerima tanggung jawab atas kekurangan yang terungkap dalam pemeriksaan tersebut pada sebuah konferensi yudisial khusus.
3.3. Wakil Presiden dan Penjabat Presiden RRT
Pada awal tahun 1959, Dong Biwu diangkat sebagai Wakil Presiden Tiongkok, sebuah jabatan bersama dengan Soong Ching-ling, yang dipegangnya hingga kematiannya pada tahun 1975. Setelah jatuhnya Liu Shaoqi pada tahun 1968, jabatan Ketua Republik Rakyat Tiongkok menjadi kosong. Sebagai Wakil Presiden, Dong Biwu mengemban tugas sebagai penjabat kepala negara dari tahun 1968 hingga 1972, awalnya berbagi tanggung jawab dengan Soong Ching-ling. Dari Februari 1972 hingga Januari 1975, ia menjabat sebagai penjabat Ketua Republik Rakyat Tiongkok.
Pada Januari 1975, jabatan presiden dihapuskan, dan Ketua Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional (saat itu Zhu De) menjadi kepala negara resmi. Dong Biwu kemudian terpilih sebagai Wakil Ketua Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional. Selama Revolusi Kebudayaan, meskipun berasal dari latar belakang yang relatif istimewa, Dong Biwu tetap tidak terpengaruh oleh gejolak politik dan bahkan semakin menonjol di mata publik, mengambil alih banyak tanggung jawab diplomatik dan seremonial yang sebelumnya dipegang oleh Liu Shaoqi yang telah disingkirkan. Para sejarawan mengaitkan fakta menarik ini bukan karena manuver politik yang cerdik, melainkan karena hubungan khusus Dong Biwu dengan Mao Zedong dan hubungan baik mereka yang selalu terjalin sejak pertemuan pertama mereka pada pendirian Partai Komunis tahun 1921.
3.4. Aktivitas Diplomatik dan Panggung Internasional
Pada tahun 1945, Dong Biwu melakukan perjalanan ke San Francisco, Amerika Serikat, untuk menghadiri sesi pendirian Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai bagian dari delegasi yang dipimpin oleh T.V. Soong. Ia adalah satu-satunya perwakilan dari Partai Komunis, yang Komite Sentralnya menguraikan tujuan perjalanan tersebut sebagai berikut: "untuk memenangkan teman-teman asing, untuk meningkatkan posisi internasional partai, dan untuk mencoba tinggal dan bekerja di Amerika Serikat." Setelah konferensi, Dong Biwu menghabiskan beberapa bulan bepergian di Amerika Serikat, berusaha mencapai tujuan diplomatik ini. Pengalamannya sebelumnya dalam diplomasi internasional menjadikannya pilihan untuk memimpin delegasi ke Eropa Timur dan Uni Soviet pada tahun 1958.
4. Kontribusi Ideologis dan Hukum
Dong Biwu secara luas diakui sebagai "pendiri sistem hukum sosialis Tiongkok." Masa jabatannya sebagai Presiden Mahkamah Agung Rakyat dari tahun 1954 hingga 1959 sangat krusial dalam membentuk kerangka hukum Republik Rakyat Tiongkok yang baru didirikan, meletakkan dasar bagi prinsip-prinsip hukum sosialisnya. Ia juga menjabat sebagai Sekretaris Komisi Sentral untuk Inspeksi Disiplin (sebelumnya Komisi Kontrol Sentral) dari tahun 1955 hingga 1966, menunjukkan perannya dalam menjaga integritas partai.
Selain itu, ia adalah anggota Politbiro Partai Komunis Tiongkok dari Komite Sentral ke-7, ke-8, ke-9, dan ke-10, serta anggota Komite Tetap Politbiro ke-10, yang menunjukkan pengaruh signifikan dalam ideologi dan kebijakan partai. Kontribusi ideologisnya juga tercermin dalam karya-karya tulisnya, seperti "Karya Terpilih Dong Biwu," "Dong Biwu: Politik dan Hukum," dan "Kumpulan Puisi Dong Biwu."
5. Kehidupan Pribadi
Dong Biwu dikenal memiliki ketertarikan pada sastra, khususnya dalam bidang puisi. Sebuah koleksi puisinya, "詩選" (Puisi Pilihan), diterbitkan pada tahun 1977. Selain itu, "Kumpulan Puisi Dong Biwu" juga dirilis, menunjukkan warisan sastranya.
6. Kematian
Dong Biwu meninggal dunia di Beijing pada tanggal 2 April 1975, pada usia 89 tahun. Dalam obituari resminya, ia digambarkan sebagai "salah satu pendiri Partai Komunis Tiongkok, seorang Marxis yang hebat, seorang revolusioner proletar yang luar biasa, seorang bapak pendiri Republik Rakyat Tiongkok," dan "seorang pendiri sistem hukum sosialis Tiongkok." Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Kurt Waldheim menyampaikan belasungkawa dan menyebutnya sebagai "salah satu pendiri Perserikatan Bangsa-Bangsa."
7. Penilaian dan Warisan
Penilaian dan warisan Dong Biwu sangat penting dalam sejarah Tiongkok, mencerminkan perannya yang kompleks dan multifaset dalam pembentukan dan pengembangan negara.
7.1. Penilaian Positif
Dong Biwu secara luas dianggap sebagai tokoh penting dalam sejarah Partai Komunis Tiongkok dan Republik Rakyat Tiongkok. Statusnya sebagai salah satu dari sedikit individu (bersama Mao Zedong) yang menyaksikan baik pendirian partai maupun pembentukan negara menggarisbawahi komitmen abadi dan peran sentralnya. Ia dirayakan sebagai seorang Marxis yang hebat, seorang revolusioner proletar yang luar biasa, dan seorang bapak pendiri Republik Rakyat Tiongkok. Kontribusi signifikannya terhadap pembentukan dan pengembangan sistem hukum sosialis Tiongkok secara khusus disorot, memperkuat warisannya sebagai arsitek kunci kerangka hukum negara tersebut.
7.2. Kritik dan Kontroversi
Meskipun sumber-sumber tidak secara eksplisit merinci kritik luas atau kontroversi besar terkait tindakan Dong Biwu, kemampuannya untuk tetap tidak terpengaruh oleh gejolak politik Revolusi Kebudayaan, meskipun berasal dari latar belakang yang relatif istimewa, telah dicatat oleh para sejarawan. Kelangsungan hidupnya yang dikaitkan dengan hubungan pribadi yang kuat dengan Mao Zedong, menyoroti kompleksitas kelangsungan hidup politik selama periode yang penuh gejolak tersebut. Namun, sumber-sumber tidak mengategorikan ini sebagai "kritik" melainkan sebagai observasi terhadap dinamika kekuasaan pada masa itu.
8. Pengaruh
Karier Dong Biwu yang panjang dan berpengaruh meninggalkan dampak yang abadi pada politik dan hukum Tiongkok. Sebagai anggota pendiri Partai Komunis dan tokoh kunci dalam pendirian Republik Rakyat, kontribusinya membantu membentuk prinsip-prinsip dasar negara baru. Karyanya sebagai Presiden Mahkamah Agung Rakyat sangat berperan dalam meletakkan dasar bagi sistem hukum sosialis Tiongkok, memengaruhi perkembangan hukum di masa depan. Komitmennya yang teguh terhadap partai dan kemampuannya untuk menavigasi lanskap politik yang kompleks menjadi contoh bagi generasi pemimpin Tiongkok berikutnya.
9. Peringatan dan Penghormatan
Pada tahun 1991, sebuah patung Dong Biwu didirikan di Hongshan Guangchang, salah satu alun-alun pusat di Wuhan. Museum Provinsi Hubei menyimpan koleksi barang-barang pribadinya, yang melestarikan warisannya. Pada tahun 1986, bertepatan dengan peringatan 100 tahun kelahirannya, sebuah prangko peringatan diterbitkan untuk menghormatinya.
