1. Hidup
Fazl-e-Haq Khairabadi menjalani hidupnya sebagai seorang cendekiawan, penyair, dan pemimpin agama yang berpengaruh di India pada abad ke-19. Ia mewarisi tradisi keilmuan dan kepemimpinan dari keluarganya dan memainkan peran penting dalam bidang pendidikan serta perlawanan terhadap kolonialisme.
1.1. Kelahiran dan Latar Belakang
Fazl-e-Haq Khairabadi lahir pada tahun 1796 atau 1797 di Khairabad, Sitapur, sebuah kota di India. Ia berasal dari keluarga Muslim India terkemuka. Ayahnya, yang dikenal dengan gelar Sadr al-Sadur, menjabat sebagai penasihat utama bagi Kekaisaran Mughal dalam urusan keagamaan, menunjukkan latar belakang keluarga yang kaya akan tradisi keilmuan dan kepemimpinan.
1.2. Pendidikan dan Karier Awal
Sejak usia muda, Fazl-e-Haq Khairabadi menunjukkan bakat dan kecerdasannya yang luar biasa. Ia menjadi seorang guru pada usia 13 tahun, menunjukkan penguasaan yang mendalam atas berbagai disiplin ilmu Islam. Pada tahun 1828, ia diangkat pada posisi mufti di Departemen Qaza, sebuah posisi yang memberinya otoritas untuk mengeluarkan fatwa atau keputusan agama, menegaskan reputasinya sebagai seorang ahli hukum yang dihormati. Selain kecakapan dalam studi Islam dan teologi, ia juga merupakan seorang persona sastra yang unggul, khususnya dalam sastra Urdu, Arab, dan Persia. Kemampuannya sebagai penyair terbukti dengan lebih dari 400 bait dalam bahasa Arab yang diatribusikan kepadanya. Ia bahkan mengedit diwan (kumpulan puisi) pertama Mirza Ghalib atas permintaannya sendiri, menunjukkan hubungan dekat dan saling menghargai antara dua tokoh sastra besar pada masa itu.
2. Pencapaian Keilmuan dan Agama
Fazl-e-Haq Khairabadi dikenal karena kontribusi akademisnya yang mendalam dan perannya yang signifikan dalam perdebatan teologis pada masanya. Ia merupakan seorang otoritas dalam berbagai bidang ilmu Islam dan vokal dalam membela keyakinan tradisional.
2.1. Teologi dan Yurisprudensi
Fazl-e-Haq Khairabadi menganut mazhab Hanafi dalam hukum Islam dan merupakan seorang teolog beraliran Maturidi. Ia juga dikenal sebagai seorang master logika, filsafat, dan sastra. Karena pengetahuan dan kecerdasannya yang mendalam, ia dianugerahi gelar "Allamah", yang berarti 'cendekiawan yang sangat terpelajar', dan kemudian dihormati sebagai seorang Sufi besar. Ia juga dijuluki Imam logika, filsafat, dan sastra, dan dianggap oleh para cendekiawan sebagai otoritas terakhir dalam mengeluarkan fatwa atau keputusan keagamaan.

2.2. Sangkalan terhadap Shah Ismail Dehlvi
Salah satu kontribusi teologis paling signifikan dari Fazl-e-Haq Khairabadi adalah sangkalannya terhadap pandangan Shah Ismail Dehlvi. Ia menulis buku berjudul Tahqeeq al-Fatwa Fi Abtal al-TaghwaPenelitian Fatwa tentang Pembatalan TiraniBahasa Arab sebagai respons terhadap buku Dehlvi, Taqwiyat al-Iman. Perdebatan ini menjadi titik penting dalam sejarah pemikiran Islam di India.
2.3. Fatwa Melawan Wahhabisme
Dalam kariernya, Khairabadi telah menulis berbagai Masnavi yang menentang pandangan Wahhabisme. Pada tahun 1825, Khairabadi mengeluarkan fatwa yang menentang Ismail Dehlvi atas doktrinnya mengenai kemungkinan Tuhan untuk berbohong (Imkan al-KidhbKemungkinan BerbohongBahasa Arab). Ismail Dehlvi dianggap sebagai leluhur intelektual bagi Deobandi. Pendiri Darul Uloom Deoband, Rashid Ahmad Gangohi, kemudian menerima doktrin Imkan al-Kidhb yang menyatakan bahwa Tuhan memiliki kemampuan untuk berbohong, sebuah doktrin yang juga dikenal sebagai Imkan al-Kidhb. Menurut doktrin ini, karena Tuhan adalah mahakuasa, maka Tuhan mampu berbohong. Gangohi juga mendukung doktrin bahwa Tuhan memiliki kemampuan untuk menciptakan nabi tambahan setelah Nabi Muhammad (Imkan al-NazirKemungkinan Nabi LainBahasa Arab) dan nabi-nabi lain yang setara dengan Muhammad.
Allamah Fazl-e-Haq Khairabadi menyanggah teori-teori ini dan menulis bahwa, menurut Al-Qur'an dan Hadits, Muhammad adalah nabi terakhir, dan tidak mungkin ada nabi atau "utusan" lain setelahnya. Percaya bahwa mungkin ada Muhammad lain akan memerlukan bahwa Allah melakukan sesuatu di luar apa yang telah Dia nyatakan dalam Al-Qur'an, yaitu, bahwa Allah telah berbohong. Berbohong adalah sebuah cela, dan tidak mungkin bagi Allah untuk memiliki cela.
3. Peran dalam Gerakan Kemerdekaan India
Fazl-e-Haq Khairabadi adalah salah satu tokoh penting dalam gerakan perlawanan terhadap kekuasaan kolonial Inggris di India. Ia menggunakan pengaruh agama dan intelektualnya untuk membangkitkan semangat nasionalisme dan perlawanan.
3.1. Penentangan terhadap Kekuasaan Kolonial Britania
Ketika rakyat India mulai berjuang melawan pendudukan Inggris, Khairabadi melakukan beberapa pertemuan pribadi dengan Kaisar Mughal, Bahadur Shah Zafar, yang berlangsung hingga Mei 1857. Pertemuan-pertemuan ini menunjukkan komitmennya untuk berkoordinasi dengan penguasa tradisional dalam upaya perlawanan.
3.2. Pemberontakan 1857 dan Fatwa
Pada tanggal 26 Juni 1857, ketika Jenderal Bakht Khan bersama pasukannya yang berjumlah 14.000 orang tiba di Delhi dari Bareilly, Khairabadi menyampaikan Khutbah Jumat yang dihadiri oleh banyak cendekiawan Muslim. Dalam khutbah tersebut, ia mengeluarkan dekrit agama yang mendukung jihad melawan pemerintah kolonial. Fatwa ini ditandatangani oleh sejumlah cendekiawan terkemuka lainnya, termasuk Sadruddin Azurda, Abdul Qadir, Faizullah Dehalvi, Faiz Ahmed Badayuni, Wazir Khan, dan Syed Mubarak Shah Rampuri. Melalui fatwa ini, ia menginspirasi orang-orang untuk berpartisipasi dalam Pemberontakan India 1857. Menyusul dikeluarkannya fatwa Khairabadi, pihak Inggris mengerahkan sekitar 90.000 tentara di sekitar Delhi untuk melindungi kepentingannya dan menekan penyebaran jihad. Salah satu alasan utama pecahnya perang adalah ketakutan di kalangan rakyat bahwa pemerintah Kristen Inggris akan menghancurkan agama mereka dan mengubah orang India menjadi Kristen.
3.3. Penangkapan, Pengadilan, dan Pengasingan
Pada tanggal 30 Januari 1859, Fazl-e-Haq Khairabadi ditangkap oleh otoritas Inggris di Khairabad, Sitapur atas tuduhan menghasut kekerasan. Ia diadili dan dinyatakan bersalah atas tuduhan mendorong pembunuhan dan perannya dalam pemberontakan. Otoritas menganggapnya sebagai "kecerdasan dan ketajaman luar biasa yang harus dianggap sebagai ancaman paling berbahaya bagi kehadiran Inggris di India, dan oleh karena itu harus diusir dari daratan India." Ia dituduh sebagai kekuatan utama di balik pemberontakan, membujuk massa untuk bangkit memberontak melawan otoritas Perusahaan, berkampanye dan memotivasi massa untuk bergabung dalam pemberontakan dengan menyebutnya perang kemerdekaan dan mengeluarkan fatwa yang menghasut kekerasan serta membuat pidato provokatif.
Ia memilih untuk membela dirinya sendiri dan membela kasusnya dengan argumen dan cara yang begitu meyakinkan sehingga hakim yang memimpin persidangan sedang menulis keputusan untuk membebaskannya, ketika ia mengaku telah memberikan fatwa, menyatakan bahwa ia tidak bisa berbohong. Ia dijatuhi hukuman penjara seumur hidup di Kepulauan Andaman, dan propertinya disita oleh komisioner yudisial pengadilan Awadh. Ia tiba di Pulau Andaman pada tanggal 8 Oktober 1859, dengan kapal fregat uap Fire Queen. Ia tetap dipenjara di sana hingga kematiannya pada tahun 1861.
4. Karya Sastra
Fazl-e-Haq Khairabadi bukan hanya seorang ulama, tetapi juga seorang sastrawan dan penyair yang produktif, meninggalkan warisan karya yang signifikan.
4.1. Karya Utama
Di antara karya-karya utamanya adalah Tahqeeq al-Fatwa Fi Abtal al-Taghwa, yang merupakan sangkalan terhadap pandangan Shah Ismail Dehlvi dalam Taqwiyat al-Iman. Karya penting lainnya adalah al-Thawra al-HindiyyaRevolusi IndiaBahasa Arab yang ditulis dalam bahasa Arab. Buku ini merupakan analisis peristiwa Pemberontakan India 1857 dan merupakan buku pertama yang mendokumentasikan kejadian-kejadian tersebut.
Karya-karya lain yang diatribusikan kepadanya meliputi:
- al-Hidayah al-Sayyidiyya
- al-Raudh al-Majud: Maslahi Wahdat al-Wujud Ki Buland Payah Takhliq
- al-Hashiyya lil-Mawlawi Fazl e Haq Khairabadi ʻala Sharh al-Salam lil-Qadi Mubarak
4.2. Kegiatan Sastra
Fazl-e-Haq Khairabadi memainkan peran penting dalam sastra Arab, Persia, dan Urdu. Ia dikenal sebagai seorang penyair berbakat, dengan lebih dari 400 bait dalam bahasa Arab yang diatribusikan kepadanya. Ia juga memiliki hubungan intelektual yang erat dengan tokoh-tokoh sastra kontemporer, termasuk Mirza Ghalib, penyair Urdu terkemuka. Khairabadi bahkan mengedit diwan (kumpulan puisi) pertama Mirza Ghalib atas permintaan Ghalib sendiri, menunjukkan pengakuan atas keahlian sastra Khairabadi. Ia memiliki kehadiran pikiran yang hebat dan sangat cerdas. Ada banyak cerita tentang percakapannya yang cerdas dengan Mirza Ghalib dan penyair, penulis, serta intelektual terkemuka kontemporer lainnya.
5. Kehidupan Pribadi
Selain peran publiknya sebagai ulama dan aktivis, Fazl-e-Haq Khairabadi juga memiliki kehidupan pribadi yang kaya, dengan keturunan yang melanjutkan warisan intelektual dan artistiknya.
5.1. Hubungan Keluarga
Fazl-e-Haq Khairabadi berasal dari keluarga Farooqui. Ayahnya bernama Imam Fazl-e-Iman. Salah satu putranya, Abdul Haq Khairabadi, juga merupakan seorang cendekiawan terkemuka dan dihormati, yang dianugerahi gelar Shams al-Ulama (Matahari Para Ulama). Abdul Haq Khairabadi dikenal sebagai seorang sarjana rasionalis dan menjadi guru bagi Majid Ali Jaunpuri. Fazl-e-Haq dan putranya mendirikan Madrasah Khairabad di India Utara, tempat banyak cendekiawan dididik. Cucunya adalah Muztar Khairabadi, seorang penyair terkenal. Penyair dan penulis lirik terkemuka Jan Nisar Akhtar adalah cicitnya, dan keturunannya yang lebih baru termasuk Javed Akhtar, Farhan Akhtar, dan Zoya Akhtar, semuanya adalah tokoh terkemuka di bidang hiburan India.
6. Kematian
Fazl-e-Haq Khairabadi wafat pada tanggal 19 Agustus 1861, di Kepulauan Andaman, tempat ia diasingkan. Ia menghabiskan 22 bulan dalam penahanan di Andaman. Selama dalam penahanan, Allamah menulis sejumlah catatan mata yang berupa qasidah (puisi ode) dalam bahasa Arab, selain bukunya al-Thawra al-Hindiyya, yang merupakan analisis perang dan peristiwa tahun 1857.
7. Warisan dan Penilaian
Warisan Fazl-e-Haq Khairabadi sangatlah besar, mencakup kontribusi intelektual, keagamaan, dan politik. Ia dikenang sebagai seorang ulama yang gigih membela ortodoksi Islam tradisional dari ancaman-ancaman doktrinal, terutama melalui penolakannya terhadap Wahhabisme dan pandangan-pandangan Shah Ismail Dehlvi. Lebih dari itu, perannya dalam Pemberontakan India 1857 dengan mengeluarkan fatwa jihad menentang kekuasaan kolonial Inggris mengukuhkan posisinya sebagai tokoh nasionalis dan pejuang kemerdekaan. Kecerdasannya yang luar biasa, penguasaannya atas berbagai ilmu, dan kemampuan sastranya yang memukau dalam bahasa Arab, Persia, dan Urdu menjadikannya figur multidimensional yang dihormati. Bahkan di balik jeruji besi di pengasingan Andaman, ia terus berkarya, menuliskan pengalamannya dalam al-Thawra al-Hindiyya, sebuah catatan penting tentang pemberontakan tersebut. Melalui keturunannya yang melanjutkan jejaknya dalam bidang keilmuan dan seni, pengaruh Fazl-e-Haq Khairabadi terus terasa hingga generasi selanjutnya, menegaskan tempatnya sebagai salah satu intelektual dan pemimpin perlawanan paling berpengaruh dalam sejarah India.