1. Ikhtisar
Gilbert Ryle (19 Agustus 1900 - 6 Oktober 1976) adalah seorang filsuf Inggris terkemuka dari aliran bahasa biasa Universitas Oxford. Ia dikenal luas atas kritiknya yang mendalam terhadap dualisme Cartesian, sebuah pandangan yang memisahkan pikiran dan tubuh sebagai entitas yang berbeda. Ryle secara khas menciptakan frasa "hantu dalam mesin" (ghost in the machinehantu dalam mesinBahasa Inggris) untuk menggambarkan dan menolak konsep dualisme ini, menganggapnya sebagai kesalahan kategori.
Dalam karyanya yang paling terkenal, The Concept of Mind (1949), Ryle berargumen bahwa sebagian besar masalah dalam filsafat pikiran muncul dari kekeliruan linguistik dan konseptual. Ia berpandangan bahwa pemahaman kita tentang fenomena mental seharusnya tidak didasarkan pada entitas internal yang tidak dapat diakses, melainkan pada bagaimana kita berbicara tentang dan mengamati perilaku yang terwujud secara publik. Setelah mempelajari para filsuf seperti Bernard Bolzano, Franz Brentano, Alexius Meinong, Edmund Husserl, dan Martin Heidegger, Ryle bahkan mengisyaratkan bahwa bukunya dapat digambarkan sebagai sebuah esai berkelanjutan dalam fenomenologi. Pemikiran Ryle memiliki dampak signifikan pada psikologi filosofis dan mempengaruhi berbagai disiplin ilmu, termasuk antropologi budaya, yang menunjukkan relevansinya dalam memahami kompleksitas pengalaman manusia dari perspektif yang lebih konkret dan terbuka.
2. Biografi
Gilbert Ryle menjalani kehidupan akademis yang cemerlang dan memiliki peran penting di luar dunia filsafat, termasuk pengabdiannya selama Perang Dunia II.
2.1. Latar Belakang Keluarga
Gilbert Ryle lahir dari keluarga yang berpendidikan dan memiliki koneksi penting dalam masyarakat. Ayahnya, Reginald John Ryle, adalah seorang dokter di Brighton yang memiliki minat luas dalam filsafat dan astronomi, mewariskan perpustakaan besar kepada anak-anaknya. Reginald John Ryle adalah putra John Charles Ryle, Uskup Liverpool Anglikan pertama. Keluarga Ryle berasal dari Cheshire dan termasuk dalam aristokrasi pedesaan (landed gentry); kakak laki-laki Gilbert, John Alfred Ryle, yang tinggal di Barkhale, Sussex, kemudian menjadi kepala keluarga.
Ibu Gilbert Ryle, Catherine, adalah putri Samuel King Scott, adik laki-laki arsitek Sir George Gilbert Scott. Dengan demikian, sepupu keluarga Ryle termasuk hematolog Ronald Bodley Scott, arsitek George Gilbert Scott Jr., pendiri Watts & Co., dan putranya, Giles Gilbert Scott, yang dikenal sebagai perancang Pembangkit Listrik Battersea.
2.2. Kehidupan Awal dan Pendidikan
Gilbert Ryle lahir di Brighton, Inggris, pada 19 Agustus 1900. Ia tumbuh dalam lingkungan yang kaya akan ilmu pengetahuan. Ia menempuh pendidikan di Brighton College dan pada tahun 1919 melanjutkan studi di Queen's College, Universitas Oxford, awalnya untuk mempelajari kajian klasik. Namun, ia dengan cepat tertarik pada filsafat. Ryle menunjukkan keunggulan akademis yang luar biasa, lulus dengan "triple first", yaitu memperoleh Honours Kelas Satu dalam Honour Moderations klasik (1921), Literae Humaniores (1923), dan filsafat, politik, dan ekonomi (1924).
2.3. Karier
Pada tahun 1924, Ryle diangkat sebagai dosen filsafat di Christ Church, Oxford. Setahun kemudian, ia menjadi fellow dan tutor di Christ Church, di mana ia mengabdi hingga tahun 1940. Selama Perang Dunia II, Ryle diangkat menjadi perwira di Welsh Guards. Karena kemampuannya dalam linguistik, ia direkrut untuk pekerjaan intelijen militer dan pada akhir perang telah naik pangkat menjadi mayor.
Setelah perang, ia kembali ke Oxford dan terpilih sebagai Waynflete Professor of Metaphysical Philosophy dan Fellow di Magdalen College, Oxford. Ia menerbitkan karyanya yang paling berpengaruh, The Concept of Mind, pada tahun 1949. Ryle menjabat sebagai presiden Aristotelian Society dari tahun 1945 hingga 1946, dan menjadi editor jurnal filosofis terkemuka Mind dari tahun 1947 hingga 1971. Di Oxford, ia juga berkontribusi pada pendirian program BPhil (magister filsafat). Ia mengabdi hingga tahun 1968, dan digantikan oleh Peter Frederick Strawson.
Saudara-saudara Ryle, John Alfred (1889-1950) dan George Bodley (1902-1978), keduanya juga lulusan Brighton College, memiliki karier yang menonjol. John menjadi Regius Professor of Physic di Universitas Cambridge dan dokter pribadi George V. George, setelah menjabat sebagai Direktur Kehutanan untuk Wales dan kemudian Inggris, menjadi Wakil Direktur Komisi Kehutanan dan dianugerahi gelar CBE.
Gilbert Ryle juga menjadi subjek potret oleh Rex Whistler, yang menurutnya membuat ia tampak seperti "seorang jenderal Jerman yang tenggelam".
3. Gagasan Filosofis dan Karya Utama
Gilbert Ryle adalah seorang pemikir yang revolusioner dalam filsafat abad ke-20, menantang pandangan tradisional tentang pikiran dan pengetahuan. Pemikirannya berpusat pada analisis bahasa untuk membongkar kekeliruan konseptual yang ia yakini mendasari banyak masalah filosofis.
3.1. "The Concept of Mind"

Dalam karyanya yang monumental, The Concept of Mind (1949), Gilbert Ryle secara fundamental mengkritik dualisme filsafat pikiran, khususnya pandangan Descartes. Ryle berpendapat bahwa dualisme melibatkan "kesalahan kategori" dan dianggapnya sebagai "omong kosong filosofis". Ia menggambarkan pandangan Cartesian tentang pikiran sebagai entitas non-fisik yang mengendalikan tubuh sebagai "hantu dalam mesin" (ghost in the machinehantu dalam mesinBahasa Inggris) atau "dogma hantu dalam mesin." Meskipun beberapa idenya dalam filsafat pikiran disebut behaviorisme logis, Ryle sendiri menulis bahwa "kecenderungan umum buku ini tidak diragukan lagi, dan tanpa bahaya, akan dicap sebagai 'behaviorisme'."
Ryle berargumen bahwa ketika seseorang mencoba menjelaskan perilaku manusia dengan mengandaikan adanya entitas mental internal yang tersembunyi di balik perilaku tersebut, ia jatuh ke dalam kesalahan kategori. Sebagai contoh, Ryle secara retoris bertanya kepada mahasiswanya pada tahun 1967-68 mengenai kesalahan dalam mengatakan bahwa ada tiga hal di sebuah padang: dua sapi dan sepasang sapi. Ia juga mengajak mereka merenungkan apakah lubang pada tong bir adalah bagian dari tong atau bukan. Analogi ini menunjukkan bahwa pikiran bukanlah objek tersembunyi yang ada di samping tubuh, melainkan cara kita memahami dan menggambarkan bagaimana individu bertindak atau berfungsi.
Menurut Ryle, jika alam adalah mesin yang kompleks dan manusia adalah mesin yang lebih kecil, maka kecerdasan dan spontanitas manusia tidak dapat dijelaskan hanya dengan mekanika, sehingga membutuhkan "hantu" di dalam mesin tersebut. Ia berpendapat bahwa tujuan utama dalam membahas masalah pikiran-tubuh adalah untuk menggambarkan bagaimana organisme yang sangat terorganisir seperti manusia dapat melakukan abstraksi dan pembentukan hipotesis berdasarkan bukti yang diperoleh dari perilaku mereka.
Ryle mengemukakan bahwa kosakata psikologis memainkan peran penting dalam menggambarkan dan menjelaskan perilaku manusia. Namun, ia menekankan bahwa pikiran tidak dapat dipisahkan dari gerak tubuh. Pikiran dan tubuh terhubung, dan kosakata psikologis tidak banyak berbeda dari mendeskripsikan tindakan fisik. Ia berpandangan bahwa makna dari istilah-istilah mental (seperti motivasi atau emosi) sebenarnya terletak pada "kecenderungan" (propensity) seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu dalam situasi tertentu. Misalnya, kesombongan bukanlah perasaan yang jelas atau rasa sakit, melainkan serangkaian tindakan dan perasaan yang termasuk dalam kecenderungan umum atau tren perilaku, yang kemudian disebut "kesombongan".
Ryle juga menambahkan kritik klasik terhadap teori kognitivisme. Ia berargumen bahwa psikologi kognitif mengandaikan adanya sistem kognitif tertentu sebagai prasyarat bagi perilaku kognitif. Namun, karena perumusan sistem kognitif itu sendiri adalah suatu tindakan, penjelasan kausal semacam itu akan mengarah pada regres tak terbatas (infinite regress) dan menjadi tidak memadai.
3.2. Konsep-konsep Kunci
Selain kritik terhadap dualisme Cartesian, Ryle juga memperkenalkan beberapa konsep kunci lain yang membentuk landasan filosofinya.
3.2.1. Mengetahui-cara dan Mengetahui-bahwa
Salah satu perbedaan penting yang dikemukakan Ryle dalam The Concept of Mind adalah antara 'mengetahui-cara' (knowing-how) dan 'mengetahui-bahwa' (knowing-that). Perbedaan ini telah menarik perhatian tersendiri dalam filsafat dan merupakan asal mula model memori jangka panjang pengetahuan prosedural (mengetahui-cara) dan pengetahuan deklaratif (mengetahui-bahwa).
Ryle berpendapat bahwa para filsuf sering kali tidak memberikan perhatian yang cukup pada perbedaan ini. Dalam teori-teori pengetahuan, mereka cenderung fokus pada penemuan kebenaran atau fakta, dan mengabaikan atau mencoba mereduksi penemuan cara dan metode melakukan sesuatu menjadi penemuan fakta. Ia menyoroti asumsi bahwa kecerdasan setara dengan kontemplasi proposisi dan habis dalam kontemplasi ini. Contoh klasiknya untuk menjelaskan perbedaan ini adalah mengetahui cara mengikat simpul mati dibandingkan dengan mengetahui bahwa Ratu Victoria meninggal pada tahun 1901.
3.2.2. Filsafat sebagai Kartografi
Ryle menganalogikan filsafat dengan kartografi. Ia percaya bahwa tugas filsuf bukan lagi mempelajari objek mental yang berlawanan dengan objek fisik. Sebaliknya, Ryle melihat kecenderungan para filsuf untuk mencari objek yang sifatnya bukan fisik maupun mental. Ryle percaya bahwa "masalah filosofis adalah masalah jenis tertentu; mereka bukanlah masalah biasa tentang entitas khusus."
Menurut Ryle, penutur bahasa yang kompeten bagi seorang filsuf adalah seperti penduduk desa biasa bagi pembuat peta: penduduk desa biasa memiliki pemahaman yang kompeten tentang desanya, dan akrab dengan penduduk serta geografinya. Namun, ketika diminta untuk menafsirkan peta dari pengetahuan itu, penduduk desa akan mengalami kesulitan sampai ia dapat menerjemahkan pengetahuan praktisnya ke dalam istilah kartografis universal. Penduduk desa berpikir tentang desa dalam istilah pribadi dan praktis, sementara pembuat peta berpikir tentang desa dalam istilah kartografis yang netral dan publik.
Dengan "memetakan" kata-kata dan frasa dari suatu pernyataan tertentu, para filsuf mampu menghasilkan apa yang Ryle sebut sebagai untaian implikasi (implication threads). Setiap kata atau frasa dalam sebuah pernyataan berkontribusi pada pernyataan tersebut sedemikian rupa sehingga jika kata atau frasa tersebut diubah, pernyataan itu akan memiliki implikasi yang berbeda. Filsuf harus menunjukkan arah dan batas-batas untaian implikasi yang "konsep kontribusikan pada pernyataan di mana ia muncul." Untuk menunjukkan ini, ia harus "menarik" untaian-untaian yang berdekatan, yang pada gilirannya juga harus "menarik." Filsafat, kemudian, mencari makna dari untaian implikasi ini dalam pernyataan di mana mereka digunakan.
3.2.3. Deskripsi Tebal
Pada tahun 1968, Ryle pertama kali memperkenalkan gagasan 'deskripsi tebal' (thick description) dalam esai "The Thinking of Thoughts: What is 'Le Penseur' Doing?" dan "Thinking and Reflecting". Menurut Ryle, ada dua jenis deskripsi:
- Deskripsi tipis (thin description): Pengamatan perilaku pada tingkat permukaan, misalnya 'Tangan kanannya terangkat ke dahinya, telapak tangan terbuka, ketika ia berada di dekat dan menghadap orang lain.'
- Deskripsi tebal (thick description): Menambahkan konteks pada perilaku tersebut. Menjelaskan konteks ini membutuhkan pemahaman tentang motivasi yang dimiliki orang terhadap perilaku mereka, serta bagaimana pengamat dalam komunitas memahami perilaku tersebut: 'Ia memberi hormat kepada Jenderal.'
Konsep deskripsi tebal ini lebih dari sekadar mengamati apa yang dilakukan seseorang; ia melibatkan interpretasi niat, norma sosial, dan makna budaya yang mendasari tindakan tersebut. Hal ini mengharuskan peneliti untuk memahami bagaimana aktor dan komunitasnya mengonseptualisasikan perilaku yang diamati.
3.3. Tema Filosofis Lainnya
Selain karya-karya utamanya, Ryle juga mengeksplorasi tema-tema filosofis penting lainnya. Ia memiliki pandangan kritis terhadap kognitivisme dan konsep 'kecenderungan' (propensity) merupakan inti pemikirannya tentang perilaku dan disposisi mental.
Ryle dan John L. Austin sama-sama dianggap sebagai tokoh penting dalam aliran bahasa biasa dan bekerja di Universitas Oxford pada periode yang sama (Ryle 10 tahun lebih tua). Meskipun Ryle dan Ludwig Wittgenstein menjadi dekat setelah tahun 1929, Ryle juga menulis bahwa terlepas dari rasa hormat teoretisnya kepada Wittgenstein, ia merasa tidak nyaman dengan gaya mengajar Wittgenstein. Menurut Motohiro Sakamoto, tidak banyak interaksi antara Ryle dan Austin. Perbedaannya terletak pada penekanan mereka: Ryle lebih menekankan aspek non-logis dari bahasa sehari-hari, sementara Austin menekankan aspek pembentukan tatanan.
4. Kehidupan Pribadi
Gilbert Ryle adalah seorang bujangan seumur hidup. Di masa pensiunnya, ia tinggal bersama saudari kembarnya, Mary. Kehidupan pribadinya yang sederhana mencerminkan fokusnya pada pekerjaan akademis dan filosofis.
5. Kematian
Gilbert Ryle meninggal dunia pada 6 Oktober 1976 di Whitby, North Yorkshire, Inggris, pada usia 76 tahun.
6. Warisan dan Pengaruh
Warisan filosofis Gilbert Ryle terus mempengaruhi pemikiran modern, terutama dalam bidang-bidang yang menekankan pemahaman perilaku dan konteks budaya.
6.1. Resepsi Filosofis
The Concept of Mind diakui pada saat penerbitannya sebagai kontribusi penting bagi psikologi filosofis dan karya penting dalam gerakan filsafat bahasa biasa. Namun, pada tahun 1960-an dan 1970-an, pengaruh teori-teori kognitivisme yang semakin meningkat dari Noam Chomsky, Herbert A. Simon, Jerry Fodor, dan para pemikir lain dalam aliran neo-Cartesian menjadi dominan. Dua aliran utama pasca-perang dalam filsafat pikiran, yaitu representasionalisme Fodor dan fungsionalisme Wilfrid Sellars, justru mengandaikan adanya keadaan kognitif 'internal' yang Ryle perdebatkan.
Meskipun demikian, filsuf Daniel Dennett, salah satu murid Ryle, menyatakan bahwa tren terbaru dalam psikologi seperti kognisi terwujud (embodied cognition), psikologi diskursif (discursive psychology), kognisi situasi (situated cognition), dan aliran lain dalam tradisi pasca-kognitivisme telah memicu minat baru terhadap karya Ryle. Dennett bahkan menulis pengantar yang simpatik untuk edisi tahun 2000 dari The Concept of Mind. Hingga hari ini, Ryle tetap menjadi seorang teoretikus utama yang berpendapat bahwa aktivitas manusia tingkat tinggi dapat dijelaskan dengan cara yang jelas dan bermakna tanpa perlu bergantung pada konsep kabur seperti 'jiwa'.
Penulis Richard Webster mendukung argumen Ryle melawan filsafat mentalis. Dalam bukunya Why Freud Was Wrong (1995), Webster mengemukakan bahwa pemikiran Ryle menyiratkan bahwa "teori-teori sifat manusia yang menolak bukti perilaku dan merujuk semata-mata atau terutama pada peristiwa mental yang tidak terlihat tidak akan pernah dengan sendirinya mampu membuka misteri paling signifikan dari sifat manusia."
6.2. Pengaruh pada Disiplin Ilmu Lain
Gagasan Ryle tentang deskripsi tebal telah menjadi pengaruh penting bagi antropolog budaya seperti Clifford Geertz. Geertz secara eksplisit mengutip konsep ini dalam karyanya, menjadikan deskripsi tebal sebagai fondasi metodologis untuk memahami dan menafsirkan budaya dalam antropologi. Hal ini menunjukkan bagaimana pemikiran filosofis Ryle melampaui batas-batas disiplin ilmu tradisional, memberikan kerangka kerja yang kuat untuk analisis perilaku manusia dalam konteks sosial dan budayanya yang kaya.
7. Daftar Karya
- 1949. The Concept of Mind
- 1954. Dilemmas: The Tarner Lectures 1953 (kumpulan esai-esai pendek)
- 1962. A Rational Animal: Auguste Comte Memorial Lecture Delivered on 26 April 1962 at the London School of Economics and Political Science
- 1966. Plato's Progress
- 1971. Collected Essays 1929 - 1968 (dua volume, 57 esai)
- 1977. Contemporary Aspects of Philosophy (editor)
- 1979. On Thinking