1. Kehidupan dan Karier Publik
Gnaeus Arrius Antoninus menjalani kehidupan yang aktif dalam politik Romawi, mencapai puncak karier dengan dua kali menjabat sebagai konsul dan proconsul. Ia juga dikenal karena hubungan sosialnya yang luas dan reputasinya sebagai individu yang saleh dalam masyarakat Romawi.
1.1. Latar Belakang Keluarga dan Kehidupan Awal
Gnaeus Arrius Antoninus lahir pada tahun 31 Masehi. Ia berasal dari gens Arria, sebuah keluarga terkemuka yang telah mencapai peringkat konsuler dalam Kekaisaran Romawi. Anggota gens Arria sering kali menduduki jabatan publik yang tinggi, menunjukkan status sosial dan pengaruh politik mereka. Latar belakang keluarganya yang mapan memberikan dasar yang kuat bagi kariernya di kemudian hari.
1.2. Aktivitas Jabatan Publik Utama
Karier publik Gnaeus Arrius Antoninus ditandai dengan pencapaian penting dalam administrasi Romawi. Ia menjabat sebagai konsul Romawi sebanyak dua kali. Konsulat pertamanya terjadi pada tahun 69 Masehi, di mana ia bertugas bersama Aulus Marius Celsus sebagai rekannya. Konsulat kedua diembannya pada tahun 97 Masehi, dengan Gaius Calpurnius Piso sebagai rekannya.
Selain dua jabatan konsul, Antoninus juga memegang posisi penting sebagai proconsul di provinsi Asia pada tahun 78/79 Masehi. Jabatan proconsul ini memberinya wewenang dan tanggung jawab besar dalam pengelolaan salah satu provinsi kekaisaran yang paling kaya dan strategis.
1.3. Hubungan Sosial dan Reputasi
Gnaeus Arrius Antoninus dikenal memiliki hubungan sosial yang luas dan dihormati dalam lingkungan politik dan intelektual Romawi. Ia adalah teman dekat dan koresponden dari senator sekaligus sejarawan terkenal, Pliny Muda. Persahabatan ini menunjukkan posisinya dalam lingkaran elit intelektual pada masanya.
Reputasinya yang baik juga tercatat dalam Historia Augusta, sebuah kumpulan biografi kaisar Romawi, yang menggambarkannya sebagai "orang yang benar" (righteous personorang yang benarBahasa Latin). Catatan tersebut juga menyebutkan bahwa ia merasa kasihan terhadap Nerva ketika Nerva menjadi Kaisar pada tahun 96 Masehi. Hal ini menunjukkan integritas moral dan simpati kemanusiaan Antoninus, bahkan di tengah intrik politik kekaisaran.
Sejarawan John Grainger lebih lanjut mencatat bahwa Antoninus adalah "tokoh senior dalam jaringan aristokratik yang kuat yang berpusat di Gallia Narbonensis dan meluas hingga ke Hispania". Jaringan ini mencakup tokoh-tokoh berpengaruh lainnya seperti T. Aurelius Fulvus, Publius Julius Lupus, dan M. Annius Verus. Keberadaan dan posisinya dalam jaringan semacam itu menggarisbawahi pengaruh signifikan Gnaeus Arrius Antoninus di luar jabatan formalnya, memainkan peran penting dalam dinamika sosial dan politik elit Romawi.
2. Hubungan Keluarga
Kehidupan keluarga Gnaeus Arrius Antoninus memiliki signifikansi besar, terutama karena hubungannya dengan cucunya, Antoninus Pius, yang kemudian menjadi salah satu kaisar Romawi yang paling dihormati.
Antoninus menikah dengan Boionia Procilla. Dari pernikahan ini, mereka memiliki dua orang putri: Arria Antonina dan Arria Fadilla. Putri keduanya, Arria Fadilla, menikah dengan Titus Aurelius Fulvus, yang menjabat sebagai konsul biasa pada tahun 89 Masehi. Mereka memiliki satu-satunya anak bernama Titus Aurelius Fulvus Boionius Arrius Antoninus, yang kelak dikenal sebagai Kaisar Antoninus Pius (memerintah 138-161 M).
Ayah Antoninus Pius, Titus Aurelius Fulvus, meninggal dunia ketika Antoninus Pius masih sangat muda. Setelah kematian suaminya, Arria Fadilla kemudian menikah lagi dengan Publius Julius Lupus, yang menjabat sebagai konsul suffect pada tahun 98 Masehi. Dari pernikahan keduanya ini, Arria Fadilla melahirkan dua putri lagi, yaitu Julia Fadilla dan Arria Lupula.
Gnaeus Arrius Antoninus memainkan peran sentral dalam kehidupan cucunya, Antoninus Pius. Ia yang membesarkan cucu laki-lakinya dari pihak ibu tersebut. Ketika Antoninus meninggal dunia, Antoninus Pius mewarisi kekayaannya. Melalui warisan dari kedua belah pihak keluarganya (paternal dan maternal), Antoninus Pius tumbuh menjadi salah satu orang terkaya di Roma, yang kemudian memberinya pijakan finansial yang kokoh untuk karier politiknya dan akhirnya, untuk mengemban tanggung jawab kekaisaran.
3. Silsilah Keluarga Nerva-Antonine
Gnaeus Arrius Antoninus memiliki hubungan kekerabatan yang strategis dengan Dinasti Nerva-Antonine, sebuah dinasti kekaisaran yang memerintah Roma dari tahun 96 hingga 192 Masehi. Meskipun bukan seorang kaisar sendiri, posisinya sebagai kakek dari pihak ibu Antoninus Pius secara langsung mengaitkannya dengan garis suksesi kekaisaran yang penting.
Melalui putrinya, Arria Fadilla, Gnaeus Arrius Antoninus menjadi kakek dari Antoninus Pius. Arria Fadilla pertama kali menikah dengan Titus Aurelius Fulvus, seorang konsul pada tahun 89 M. Putra mereka, yang juga bernama Titus Aurelius Fulvus, kemudian diadopsi oleh Kaisar Hadrianus dan menjadi Antoninus Pius, penerus takhta kekaisaran. Kematian dini ayah Antoninus Pius menjadikan peran Gnaeus Arrius Antoninus dalam pengasuhan cucunya semakin menonjol, secara efektif menempatkan keluarga Arria sebagai bagian integral dari jaringan kekerabatan yang mendukung dan menopang dinasti kekaisaran.
Hubungan ini menggarisbawahi bagaimana jaringan perkawinan dan warisan antar keluarga aristokratik memainkan peran kunci dalam konsolidasi kekuasaan di Roma kuno. Gnaeus Arrius Antoninus, sebagai tokoh senior dalam jaringannya, menyediakan dasar sosial dan finansial bagi kebangkitan cucunya ke tampuk kekaisaran, sekaligus menghubungkan kekayaannya dan pengaruh keluarganya dengan masa depan dinasti tersebut.
4. Warisan dan Pengaruh
Warisan Gnaeus Arrius Antoninus memiliki dampak yang signifikan dan mendalam, terutama terhadap cucunya, Antoninus Pius, serta melalui jaringan aristokratik luas yang ia bangun dan pimpin.
Dampak paling langsung dari Antoninus adalah pada pengasuhan dan warisan finansial yang ia berikan kepada Antoninus Pius. Setelah kematian ayah Antoninus Pius, Gnaeus Arrius Antoninus mengambil alih tanggung jawab dalam membesarkan cucunya. Peran ini sangat penting karena ia tidak hanya menyediakan bimbingan pribadi, tetapi juga memastikan stabilitas finansial bagi Antoninus Pius. Saat Gnaeus Arrius Antoninus meninggal, Antoninus Pius mewarisi kekayaannya. Bersama dengan warisan dari garis paternal, ini menjadikan Antoninus Pius salah satu individu terkaya di Roma. Kekayaan ini tidak hanya menjamin kemandiriannya tetapi juga memberinya sumber daya yang diperlukan untuk meniti karier politik yang ambisius, yang pada akhirnya membawanya ke takhta kekaisaran. Pengasuhan yang stabil dan dukungan finansial yang besar ini dapat dianggap sebagai fondasi bagi pemerintahan Antoninus Pius yang stabil dan damai.
Selain itu, pengaruh Antoninus meluas melalui posisinya sebagai "tokoh senior dalam jaringan aristokratik yang kuat". Jaringan ini, yang melibatkan nama-nama besar seperti Titus Aurelius Fulvus, Publius Julius Lupus, dan Marcus Annius Verus, memungkinkannya untuk mempengaruhi keputusan dan aliansi politik di tingkat tertinggi. Sebagai individu yang digambarkan sebagai "orang yang benar" dalam Historia Augusta, reputasi moralnya kemungkinan besar memperkuat otoritasnya dalam jaringan ini, memungkinkan dia untuk menggerakkan pengaruhnya demi kepentingan keluarga dan negara. Dengan demikian, warisan Gnaeus Arrius Antoninus bukan hanya tentang kekayaan materi, tetapi juga tentang kontribusi terhadap stabilitas sosial dan politik Roma melalui pengaruhnya dalam lingkaran elit dan persiapan yang ia berikan kepada kaisar masa depan.