1. Biografi
Guo Xi adalah salah satu seniman terkemuka pada masa Dinasti Song Utara, yang kehidupannya ditandai dengan pencapaian artistik di istana kekaisaran serta pergeseran penerimaan karyanya seiring waktu.
1.1. Kehidupan Awal dan Latar Belakang
Guo Xi, dengan nama gaya Chunfu (淳夫ChúnfūBahasa Tionghoa), lahir sekitar tahun 1020 di Kabupaten Wen, Provinsi Henan, Tiongkok. Masa awal kehidupannya tidak banyak didokumentasikan, namun ia tumbuh menjadi seorang pelukis lanskap yang sangat berbakat dan terampil, dengan pendidikan yang memungkinkan dia menjadi seorang literatus atau scholar-bureaucrat.
1.2. Aktivitas di Istana
Karier Guo Xi mencapai puncaknya pada masa pemerintahan Kaisar Shenzong dari Song Utara (berkuasa 1067-1085). Ia diangkat ke istana pada awal masa pemerintahan Shenzong dan kemudian memegang jabatan penting di istana kekaisaran. Ia menjadi seniman resmi di 御書院YùshūyuànBahasa Tionghoa, sebuah departemen yang berbeda dari 翰林図画院Hànlín TúhuàyuànBahasa Tionghoa tempat para pelukis istana biasanya ditempatkan. Hal ini menunjukkan perhatian khusus dari Kaisar Shenzong, yang ingin Guo Xi bebas mengekspresikan bakatnya tanpa terikat oleh konvensi akademi lukisan yang lebih kaku.
Atas perintah Wu Chong (呉充Wú ChōngBahasa Tionghoa), seorang pejabat tinggi dan Wakil Menteri Urusan Garam dan Besi (鹽鉄副使Yántiě FùshǐBahasa Tionghoa) dari Tiga Kantor (三司SānsīBahasa Tionghoa), Guo Xi banyak membuat mural dan layar besar untuk gedung-gedung pemerintahan, istana, dan kuil. Bakatnya dan gaya lukisan berukuran besar yang inovatif mengesankan Kaisar Shenzong yang muda dan bersemangat akan reformasi. Ia segera diangkat ke posisi 芸学YìxuéBahasa Tionghoa, seorang ahli seni di 御書院YùshūyuànBahasa Tionghoa, dan beberapa tahun kemudian naik pangkat menjadi 待詔DàizhàoBahasa Tionghoa, posisi tertinggi untuk seorang teknisi yang bertanggung jawab atas lukisan dan kaligrafi.
1.3. Tahun-tahun Akhir dan Kemunduran
Setelah kematian Kaisar Shenzong pada tahun 1085, aktivitas Guo Xi di istana mulai berkurang. Ia kehilangan pendukung utamanya, dan gaya lukisannya yang sangat teknis dan fokus pada detail, meskipun brilian, menjadi kurang selaras dengan estetika literati (士大夫ShìdàfūBahasa Tionghoa) yang lebih mengutamakan ekspresi pribadi dan kesederhanaan.
Pada masa Kaisar Huizong (berkuasa 1100-1126), yang dikenal sebagai seniman dan patron seni yang hebat, karya-karya Guo Xi mulai terlupakan. Deng Chun dalam risalahnya, Huaji (画継HuàjìBahasa Tionghoa), bahkan mencatat bahwa mural dan layar buatan Guo Xi telah disingkirkan dari istana dan diperlakukan sebagai barang bekas. Ini menandai penurunan apresiasi terhadap karyanya di akhir hayatnya dan setelah kematiannya, yang diperkirakan sekitar tahun 1090.
2. Gaya dan Teknik Artistik
Guo Xi mengembangkan gaya lukisan lanskap yang khas dan inovatif, memadukan observasi alam yang mendalam dengan teknik melukis yang revolusioner. Pendekatannya terhadap seni bukan hanya tentang representasi visual tetapi juga tentang penyerapan filosofis terhadap esensi alam.
2.1. Filosofi Seni dan Alam
Filosofi seni Guo Xi berpusat pada pemahaman dan penggambaran alam sebagai entitas hidup dan dinamis. Ia sangat percaya bahwa untuk benar-benar memahami dan melukis lanskap, seorang seniman harus terlebih dahulu "menikmati dan mengamati alam dengan menjelajahi gunung dan sungai, membuat bentuk-bentuknya terbentang jelas di dalam pikiran seseorang." Kalimat ini, yang muncul dalam risalahnya Linquan Gaozhi, menekankan pentingnya pengalaman langsung dan asimilasi mental terhadap subjek.
Menurutnya, alam, khususnya awan dan uap, tidaklah sama di keempat musim. Di musim semi, mereka ringan dan menyebar; di musim panas, kaya dan padat; di musim gugur, tersebar dan tipis; dan di musim dingin, gelap dan sunyi. Demikian pula, kabut di sekitar gunung bervariasi: gunung di musim semi ringan dan menggoda seolah tersenyum; di musim panas memiliki warna biru-hijau yang seolah menyelimutinya; di musim gugur cerah dan rapi seolah baru dilukis; dan di musim dingin sedih dan tenang seolah tidur. Observasi rinci ini menunjukkan pendekatannya yang holistik terhadap penggambaran alam, menangkap esensinya yang selalu berubah.
2.2. Teknik Lukisan Utama
Guo Xi terkenal karena pengembangan beberapa teknik lukisan lanskap yang inovatif:
- Metode "Tiga Jarak" (三遠法SānyuǎnfǎBahasa Tionghoa): Ini adalah teknik perspektif khas dalam lukisan lanskap Tiongkok yang dikembangkan oleh Guo Xi.
- Jarak Datar (平遠): Melihat dari dekat ke kejauhan secara horizontal, menciptakan kesan hamparan luas.
- Jarak Tinggi (高遠): Melihat dari bawah ke atas, menciptakan kesan gunung yang menjulang tinggi dan megah.
- Jarak Dalam (深遠): Melihat dari depan ke belakang, menciptakan kesan lembah yang dalam dan tersembunyi.
Teknik ini memungkinkan Guo Xi untuk menyatukan berbagai sudut pandang dalam satu komposisi, memberikan kedalaman dan dinamisme pada lukisannya.
- Sapuan Kuas Unik: Ia menciptakan atau menyempurnakan sapuan kuas idiomatis tertentu:
- Goresan Tekstur Kepala Awan (雲頭皴YuntoucunBahasa Tionghoa): Sapuan kuas yang berbentuk seperti awan atau gulungan, digunakan untuk memberikan tekstur pada gunung dan bebatuan, menciptakan kesan bergelombang dan berawan.
- Pohon Cakar Kepiting (蟹爪樹XiezhaoshuBahasa Tionghoa): Gaya penggambaran pohon telanjang di musim dingin, di mana cabangnya menjulur ke samping seperti cakar kepiting, menunjukkan ketahanan dan kerentanan mereka dalam menghadapi cuaca dingin.
- Penggambaran Perubahan Musim dan Cuaca: Guo Xi adalah seorang master dalam menggambarkan suasana musiman dan kondisi cuaca. Ia mampu menangkap perbedaan antara pagi, sore, hari cerah, hujan, atau berkabut. Ia menggunakan lapisan sapuan tinta yang ringan dan bertekstur untuk membangun bentuk dan menyarankan efek atmosfer.
2.3. "Perspektif Mengambang"
Teknik inovatif Guo Xi yang paling terkenal adalah apa yang disebutnya "Sudut Totalitas" (Angle of Totality), yang kemudian dikenal sebagai "Perspektif Mengambang" (Floating Perspective). Teknik ini secara radikal memindahkan mata statis penonton, memungkinkan berbagai sudut pandang dalam satu lukisan. Berbeda dengan perspektif linear Barat yang menciptakan satu titik pandang tetap, "Perspektif Mengambang" dalam lukisan Tiongkok memungkinkan penonton untuk "berjalan" melalui lanskap, menjelajahi detail-detailnya dari berbagai arah. Ini menyoroti perbedaan mendasar antara mode representasi spasial Tiongkok dan Barat, di mana seni Tiongkok menekankan pengalaman bergerak melalui lanskap imajiner daripada pandangan tunggal yang beku.
3. Karya Utama
Guo Xi meninggalkan sejumlah mahakarya lukisan lanskap yang menunjukkan penguasaannya terhadap teknik dan filosofi artistiknya.

- Awal Musim Semi (早春圖Zǎochūn TúBahasa Tionghoa, 1072): Ini adalah salah satu karya Guo Xi yang paling terkenal dan merupakan contoh utama dari inovasinya. Lukisan ini menggambarkan lanskap pegunungan yang subur di awal musim semi, dengan kabut tipis yang menyelimuti puncak-puncak dan pepohonan yang mulai bersemi. Detailnya yang rumit, penggunaan sapuan kuas yang halus, dan komposisi multi-perspektif yang khas "Sudut Totalitas" menjadikan lukisan ini tonggak penting dalam sejarah lukisan lanskap Tiongkok. Karya ini secara sempurna menangkap suasana musiman dan menunjukkan penguasaan Guo Xi dalam menciptakan kedalaman spasial.

- Musim Gugur di Lembah Sungai (溪山秋霽圖Xīshān Qiūjì TúBahasa Tionghoa): Lukisan ini, yang juga dikenal sebagai The Coming of Autumn, menangkap suasana musiman dengan presisi yang sama dengan Awal Musim Semi. Karya ini memperlihatkan keahlian Guo Xi dalam menggambarkan atmosfer dan perubahan iklim. Ia dianggap sebagai pencapaian penting dari Dinasti Song, menunjukkan keserbagunaan dan penguasaannya dalam menggambarkan berbagai suasana alam.
- Gunung Salju (雪山XuěshānBahasa Tionghoa, juga dikenal sebagai Lembah Dalam / Deep Valley): Lukisan ini menggambarkan pemandangan lembah gunung yang dalam dan tenang yang tertutup salju, dengan beberapa pohon tua yang berjuang untuk bertahan hidup di tebing terjal. Penggunaan sapuan tinta ringan dan komposisi megah dalam lukisan ini mengekspresikan konsepsi artistik Guo Xi yang terbuka dan tinggi. Ini adalah contoh luar biasa dari kemampuannya untuk menampilkan pegunungan, sungai, dan hutan di musim dingin, serta menggunakan sapuan tinta yang amorf untuk menciptakan efek atmosfer yang menyelimuti.
Selain itu, lukisan lain yang dikaitkan dengannya adalah Old Trees, Level Distance (老樹平遠圖Lǎoshù Píngyuǎn TúBahasa Tionghoa), yang menunjukkan kemampuannya dalam menciptakan lanskap dengan perspektif datar.
4. Tulisan dan Teori Seni
Kontribusi Guo Xi terhadap seni Tiongkok tidak terbatas pada lukisannya saja; ia juga seorang teoretikus seni yang berpengaruh. Pemikiran-pemikiran artistiknya dikumpulkan dalam risalah yang sangat penting.
Risalah utamanya adalah Linquan Gaozhi Ji (林泉高致集Línquán Gāozhì JíBahasa Tionghoa), yang dapat diterjemahkan sebagai "Kumpulan Pesan Hutan dan Sungai yang Tinggi" atau "Risalah Agung tentang Hutan dan Sungai". Meskipun dikaitkan dengan Guo Xi, karya ini sebenarnya disusun dan diedit oleh putranya, Guo Si (郭思Guō SīBahasa Tionghoa), berdasarkan catatan, komentar, dan ajaran ayahnya.
Linquan Gaozhi Ji mencakup berbagai tema yang berpusat pada cara yang tepat untuk melukis lanskap. Di dalamnya, Guo Xi menguraikan filosofi artistiknya, teknik-teknik melukisnya (termasuk "Tiga Jarak" dan penggambaran musim), serta sikap spiritual yang diperlukan untuk menciptakan karya seni yang mendalam. Sebuah kutipan dari risalah ini, "Gunung dan perairan", menggambarkan bagaimana awan dan uap lanskap nyata tidak sama di keempat musim, dan bagaimana pegunungan menunjukkan karakteristik berbeda yang mencerminkan suasana musiman.
Risalah ini memiliki pengaruh yang sangat besar pada teori seni Tiongkok di kemudian hari. Ini menjadi teks klasik yang dipelajari oleh generasi pelukis dan teoretikus, membantu membentuk konvensi dan pemahaman lukisan lanskap Tiongkok selama berabad-abad. Penekanannya pada observasi alam, asimilasi spiritual, dan teknik formal memberikan kerangka kerja yang komprehensif bagi praktisi dan kritikus seni.
5. Penilaian dan Pengaruh
Guo Xi secara luas diakui sebagai salah satu master terkemuka dalam lukisan lanskap Dinasti Song Utara, dan karyanya meninggalkan jejak mendalam dalam sejarah seni Tiongkok.
5.1. Dampak pada Pelukis Selanjutnya
Guo Xi, bersama dengan Li Cheng (李成Lǐ ChéngBahasa Tionghoa), membentuk apa yang dikenal sebagai "Li-Guo School" (李郭派Lǐguō PàiBahasa Tionghoa). Aliran ini menjadi salah satu dari dua gaya utama dalam lukisan lanskap Tiongkok, bersanding dengan gaya "Dong-Ju" (董巨風格Dǒngjù FēnggéBahasa Tionghoa) yang diasosiasikan dengan Dong Yuan dan Juran. Aliran Li-Guo, dengan penekanannya pada komposisi megah, efek atmosfer, dan sapuan kuas yang khas seperti "goresan kepala awan" dan "pohon cakar kepiting," sangat memengaruhi banyak seniman berikutnya. Banyak pelukis kemudian mempelajari dan mengadopsi elemen-elemen dari gayanya, menjadikan Guo Xi sebagai figur sentral dalam evolusi lukisan lanskap Tiongkok. Karyanya menginspirasi banyak seniman di kemudian hari, dan bahkan ada lukisan lanskap yang didedikasikan untuk menghormatinya.
5.2. Penerimaan Kritis dan Evaluasi Sejarah
Selama masa hidupnya, Guo Xi menerima pengakuan dan pujian dari intelektual dan penyair terkemuka. Ia mendapatkan evaluasi tinggi dari tokoh-tokoh seperti Su Shi, Huang Tingjian, dan Wang Anshi, yang merupakan beberapa pemikir dan seniman paling berpengaruh di zamannya.
Meskipun mendapat pengakuan awal yang luas dan menjadi pelukis istana yang disegani, penerimaan karyanya bergeser setelah kematian Kaisar Shenzong. Seperti yang disebutkan sebelumnya, pada masa Kaisar Huizong, karyanya tidak lagi dihargai dan bahkan disingkirkan dari istana. Pergeseran ini mungkin mencerminkan perubahan selera artistik dan munculnya estetika literati yang berbeda, yang mungkin kurang menghargai gaya Guo Xi yang lebih formal dan teknis. Namun, terlepas dari periode ketidakpopuleran ini, warisan Guo Xi sebagai inovator dan master lukisan lanskap telah diakui kembali oleh generasi-generasi selanjutnya, menjadikannya salah satu tokoh paling penting dalam kanon seni Tiongkok.
6. Kehidupan Pribadi dan Metode Kerja
Meskipun sedikit yang diketahui tentang kehidupan pribadi Guo Xi di luar karier artistiknya, putranya, Guo Si, memberikan gambaran yang berharga tentang dedikasi dan metode kerja ayahnya dalam Linquan Gaozhi Ji.
Guo Xi mendekati seni melukis dengan ketenangan dan ketelitian yang luar biasa, memperlakukannya seolah-olah itu adalah ritual suci. Putranya menggambarkan rutinitasnya sebagai berikut: "Pada hari-hari ketika ia akan melukis, ia akan duduk di meja yang bersih, di dekat jendela yang cerah, membakar dupa di sebelah kanan dan kiri. Ia akan memilih kuas-kuas terbaik, tinta yang paling indah; mencuci tangannya, dan membersihkan batu tinta, seolah-olah ia sedang menantikan kedatangan tamu penting. Ia menunggu sampai pikirannya tenang dan tidak terganggu, baru kemudian ia mulai [melukis]."
Deskripsi ini menyoroti sikap Guo Xi yang sangat disiplin dan penuh perhatian terhadap proses kreatifnya. Ini menunjukkan bahwa bagi Guo Xi, melukis bukan sekadar kegiatan teknis, melainkan praktik meditatif yang membutuhkan persiapan fisik dan mental yang cermat. Pendekatan ini mencerminkan penghormatan mendalamnya terhadap seni dan keyakinannya bahwa kondisi pikiran seniman secara langsung memengaruhi kualitas karya yang dihasilkan.