1. Kehidupan
Guo Zixing adalah seorang pemimpin pemberontak penting pada akhir Dinasti Yuan yang memainkan peran krusial dalam Pemberontakan Serban Merah. Kehidupannya ditandai oleh kepemimpinan awal dalam gerakan perlawanan, perebutan kota strategis, dan interaksi yang kompleks dengan tokoh-tokoh penting, termasuk menantu masa depannya, Zhu Yuanzhang.
1.1. Awal Kehidupan dan Awal Pemberontakan
Guo Zixing berasal dari Dingyuan, sebuah wilayah di Haozhou (sekarang Provinsi Anhui). Ia lahir sebagai putra tengah dari tiga bersaudara dari Guo Gong, seorang peramal, dan ibunya adalah seorang buta yang merupakan putri dari seorang pria kaya. Guo Zixing memiliki karakter yang baik dalam bertarung, namun cenderung tergesa-gesa dalam pengambilan keputusan.
Sebagai pemimpin lokal Masyarakat Teratai Putih (White Lotus SocietyBahasa Inggris) dan pengikut Maitreya Buddha, Guo Zixing sangat meyakini bahwa perubahan besar akan segera terjadi. Ia menggunakan kekayaannya untuk mengumpulkan sekelompok tentara yang setia kepadanya. Pada bulan Februari 1352, Guo Zixing bersama empat temannya-termasuk Sun Deya (孫德崖Sūn DéyáBahasa Tionghoa), yang semuanya diangkat menjadi panglima-memimpin pengikut mereka untuk merebut Haozhou. Meskipun berhasil merebut kota, peran Guo Zixing sebagai pemimpin sejak awal tidak stabil, dan ia berjuang keras untuk mengendalikan bawahannya.
Tanggapan awal Dinasti Yuan terhadap penaklukan Haozhou terkesan lambat dan tidak terorganisir, sering kali hanya berupa penyerbuan desa dan pembakaran kuil. Kuil tempat Zhu Yuanzhang tinggal terbakar pada Februari 1352. Peristiwa inilah yang mendorong Zhu Yuanzhang untuk pergi ke Haozhou pada bulan April dan bergabung dengan pasukan Guo Zixing.
1.2. Kegiatan di Haozhou dan Kepemimpinan
Setelah bergabung, Zhu Yuanzhang dengan cepat menjadi orang kesayangan Guo Zixing. Istri muda Guo Zixing juga terkesan dengan Zhu dan meyakinkan Guo untuk menikahkan putri angkatnya (kelak Permaisuri Ma) dengan Zhu, yang tertarik pada ketangkasan dan kejernihan mental wanita itu. Zhu juga menjalin hubungan dekat dengan istri muda Guo dan kemudian mengambil putri istri muda Guo sebagai selir. Guo kemudian mempercayakan Zhu Yuanzhang untuk menguasai Chuzhou dan Hezhou.
Situasi di Haozhou semakin menegang ketika pasukan Dinasti Yuan di bawah Toqto'a mengusir Sesame Seed Li (芝麻李Bahasa Tionghoa) dari Xuzhou pada akhir 1352. Dua jenderalnya, Peng Da (彭大Bahasa Tionghoa) dan Zhao Junyong (趙均用Bahasa Tionghoa), mencari perlindungan di Haozhou pada awal 1353. Kedatangan mereka memperparah keterbatasan sumber daya kota dan memicu munculnya faksi-faksi di dalam pasukan pemberontak. Guo Zixing memihak Peng Da dan kemudian diculik oleh faksi lawan yang dipimpin oleh Sun Deya dan Zhao Junyong. Zhu Yuanzhang, yang saat itu sedang kembali dari ekspedisi, berhasil menyelamatkan Guo setelah membawa istri muda Guo, anak-anaknya, dan Peng Da ke kamp faksi lawan serta menyerbu rumah Sun Deya.
Pasukan Dinasti Yuan di bawah insinyur hidrolik Jia Lu (賈魯Bahasa Tionghoa) mengepung Haozhou pada musim dingin 1352, namun pengepungan berakhir pada Juni 1353 setelah Jia Lu meninggal. Setelah kematian Peng Da, Zhao Junyong menjadi pemimpin terkuat di Haozhou, menyebabkan Guo dan Zhu kehilangan pengaruh.
1.3. Hubungan dengan Zhu Yuanzhang dan Dinamika Kekuasaan
Pada musim gugur 1353, Guo Zixing memberikan komisi independen kepada Zhu Yuanzhang, yang menandai awal kebangkitan kekuatan Zhu. Sementara itu, Zhao Junyong dan Guo Zixing mengepung Xuyi, dengan harapan merebut Xuzhou setelahnya. Zhao sengaja mengirim Zhu ke selatan menuju Sungai Yangtze dengan harapan ia akan gagal. Namun, Zhu justru berhasil merebut Dingyuan, Benteng Lupai (驢牌寨Bahasa Tionghoa), dan Chuzhou, serta menyergap jenderal Yuan Zhang Zhiyuan (張知院Bahasa Tionghoa). Keberhasilan ini membuat pasukannya membengkak hingga 20.000 orang. Setelah itu, Guo Zixing dan 10.000 pasukannya meninggalkan Zhao Junyong dan bergabung dengan Zhu.
Meskipun demikian, ketegangan mulai berkembang antara Zhu Yuanzhang dan Guo Zixing. Keduanya sepakat untuk merebut Hezhou, dengan Guo mengirim pasukannya terlebih dahulu dan jenderal Zhu, Tang He, merebut kota tersebut kemudian. Zhu juga mempermalukan jenderal-jenderal Guo, salah satunya adalah ipar Guo, Zhang Tianyou (張天祐Bahasa Tionghoa). Setelah pengepungan balik Yuan yang gagal, Zhu mengizinkan musuh lama Guo, Sun Deya, untuk bergabung dengan pasukan mereka. Hal ini semakin memperdalam kebencian Guo terhadap Zhu.
2. Kematian
Guo Zixing meninggal dunia di Heyang pada bulan Mei 1355 (menurut sumber lain, pada tanggal 18 Agustus 1355 di Chuzhou). Kematiannya menjadi titik balik penting dalam konsolidasi kekuatan pemberontak.
3. Dampak dan Penilaian Historis
Kematian Guo Zixing tidak hanya menandai akhir dari kiprahnya sebagai pemimpin pemberontak tetapi juga secara signifikan mengubah lanskap kekuasaan, khususnya bagi Zhu Yuanzhang. Dampak warisannya dan evaluasi sejarahnya telah menjadi subjek diskusi, terutama terkait dengan perannya dalam Pemberontakan Serban Merah dan hubungannya dengan Masyarakat Teratai Putih.
3.1. Konsolidasi Kekuasaan oleh Zhu Yuanzhang dan Nasib Keturunan
Setelah kematian Guo Zixing, putra sulungnya, Guo Tianxu (郭天敍Bahasa Tionghoa), dan iparnya, Zhang Tianyou, menganggap diri mereka sebagai penerus Guo. Keduanya dikukuhkan oleh Han Lin'er, kaisar nominal dari Serban Merah Utara. Zhu Yuanzhang pada awalnya tidak menerima hal ini, menyatakan, "Apakah pria dengan tongkat besar harus menerima otoritas orang lain?" Namun, ia kemudian memutuskan untuk memanfaatkan legitimasi Han dan mempekerjakan kedua kerabat Guo ini.
Sayangnya, kedua kerabat Guo tersebut tewas saat berpartisipasi dalam serangan Zhu Yuanzhang ke Nanjing pada Oktober 1355. Putra kedua Guo, Guo Tianxu, dan putra ketiganya, Guo Tianjue, disebutkan tewas dalam pertempuran atau dibunuh oleh Zhu Yuanzhang karena kekhawatiran Zhu terhadap potensi bahaya yang mereka timbulkan. Putra Guo yang lebih muda diangkat menjadi wakil komandan Zhu pada April 1356 tetapi kemudian dieksekusi setelah merencanakan pemberontakan. Perkembangan ini secara efektif mengonsolidasikan peran Zhu Yuanzhang sebagai pemimpin de facto Serban Merah Utara. Putri Guo Zixing, Guo Huifei, menjadi selir Zhu Yuanzhang dan melahirkan tiga pangeran: Zhu Chun (Pangeran Xian dari Shu), Zhu Gui (Pangeran Jian dari Dai), dan Zhu Hui (Pangeran Gu).
3.2. Penghargaan Anumerta dan Perspektif Sejarah
Pada tahun 1370, 15 tahun setelah kematiannya dan dua tahun setelah Zhu Yuanzhang naik takhta sebagai Kaisar Hongwu, Guo Zixing dianugerahi gelar kehormatan anumerta sebagai Pangeran Chuyang (滁陽王Chúyáng WángBahasa Tionghoa).
Dari sudut pandang sejarah, Guo Zixing dievaluasi sebagai tokoh penting yang memimpin pemberontakan awal dan memberikan platform bagi kebangkitan Zhu Yuanzhang. Namun, kepemimpinannya juga ditandai oleh ketidakmampuannya mengendalikan faksi-faksi di bawahnya dan konflik internal yang berkelanjutan. Keterlibatannya dengan Masyarakat Teratai Putih juga menjadi salah satu aspek kontroversial dalam biografinya.
Kaisar Kangxi dari Dinasti Qing pernah menyatakan kekhawatiran ketika mendengar bahwa Sejarah Ming (Mingshi) mengandung fitnah terhadap Zhu Yuanzhang, terutama terkait asosiasi Zhu dengan Masyarakat Teratai Putih. Sebagai tanggapan, Zhang Tingyu, penyusun Sejarah Ming, membenarkan keputusannya untuk menyandingkan biografi Guo Zixing (ayah mertua Zhu) dengan biografi Han Lin'er, dengan menunjukkan bahwa Zhu Yuanzhang secara nominal telah menyatakan kesetiaannya kepada Han hingga tahun 1367.