1. Kehidupan
Kwon Sang-ha menempuh perjalanan hidup yang panjang dan penuh gejolak di tengah dinamika politik dan intelektual akhir Dinasti Joseon, dari masa muda yang berfokus pada pendidikan hingga peran sentralnya sebagai pemimpin faksi dan pemikir Neo-Konfusianisme.
1.1. Masa Muda dan Pendidikan Akademik
Kwon Sang-ha lahir pada tahun 1641 di Hanseongbu (sekarang Seoul), Joseon. Ia adalah putra dari Kwon Gyeok (1620-1671), seorang pejabat yang pernah menjabat sebagai *Saheonbu Jipui*. Ia memiliki dua adik laki-laki, Kwon Sang-myeong (1652-1684) dan Kwon Sang-yu (1656-1724), yang kemudian juga menjadi muridnya. Sejak usia muda, bakatnya yang luar biasa telah diakui oleh Yu Gye (1607-1664), seorang sarjana terkemuka pada masa itu.
Ia memulai pendidikan akademiknya di bawah bimbingan Yu Gye, sebelum kemudian menjadi murid dari dua tokoh Neo-Konfusianisme paling berpengaruh di Joseon, Song Si-yeol (1607-1689) dan Song Jun-gil (1606-1672). Kwon Sang-ha dengan cepat menjadi murid kesayangan dan penerus akademik utama Song Si-yeol, bahkan dijuluki sebagai "penerus sah dari ajaran gurunya".
Pada tahun 1660, di usia 19 tahun, ia berhasil lulus ujian *jinsa*. Namun, setelah gurunya, Song Si-yeol, diasingkan pada tahun 1659 akibat Debat Yesong pertama, Kwon Sang-ha memutuskan untuk mengabaikan karier politik dan mendedikasikan dirinya sepenuhnya pada studi akademis. Ia melanjutkan pendidikannya di Seonggyungwan, institusi pendidikan tertinggi di Joseon. Setelah menyelesaikan masa berkabung tiga tahun untuk orang tuanya, ia mengikuti Song Si-yeol ke Hwayang dan mendalami ajaran Neo-Konfusianisme, mengkaji dan menguraikan *Empat Kitab*, *Gyemong*, *Gyesa*, dan *Hongbeom Naepyeon*. Pada tahun 1668, ketika Song Si-yeol mengundurkan diri dari jabatan *Uuijeong* (Menteri Kanan Negara) karena perselisihan dengan faksi Namin dan kerabat kerajaan, Kwon Sang-ha mengajukan petisi agar gurunya tetap dipertahankan. Pada tahun 1672, ia menyaksikan wafatnya Song Jun-gil, gurunya yang lain, dan menyelesaikan masa berkabung tiga tahun untuknya. Pada tahun 1674, ketika faksi Seoin kehilangan kekuasaan dan petisi dari sarjana Namin terus menuntut hukuman bagi Song Si-yeol, Kwon Sang-ha membela gurunya melalui petisi, lalu kembali ke kampung halaman untuk mengajar murid-muridnya.
1.2. Aktivitas Politik dan Jabatan Resmi
Meskipun awalnya bertekad untuk menjauhi politik, Kwon Sang-ha secara bertahap terlibat dalam pemerintahan Joseon. Setelah Gapsulhwanguk pada tahun 1694, ketika faksi Namin runtuh, ia tetap menolak jabatan tinggi dan memilih fokus pada akademisi. Namun, ia kemudian diangkat ke berbagai posisi, termasuk *Gongneung Chambong*, *Sunneung Chambong*, *Uigeumbu Dosa*, *Sanguiwon Jubu*, dan *Gongjo Jeongrang*. Ia juga dipromosikan menjadi *Saheonbu Jipyeong*, *Jangnyeong*, dan *Jipui*.
Kwon Sang-ha memegang jabatan penting lainnya seperti *Seonggyungwan Saeop*, *Sigangwon Jinseon*, dan *Jongbusijeong*. Ia sering mengajukan petisi untuk memulihkan gelar anumerta Raja Danjong dan menghormati para menteri setia yang gugur demi Danjong, seperti Sayuksin dan Saengyuksin.
Pada tahun 1698 (tahun ke-24 pemerintahan Raja Sukjong), ia secara khusus dipromosikan menjadi *Hojo Chamui* (Penasihat Kementerian Keuangan), kemudian menjadi *Ijo Chamui* (Penasihat Kementerian Personalia), merangkap sebagai *Sejasi-gangwon Chanseon* (Penasihat Putra Mahkota) dan *Seonggyungwan Jwaeju*. Meskipun Mugo-ui Ok pada tahun 1701 menyebabkan kejatuhan total faksi Namin, ia tetap memilih untuk tidak terlibat dalam pemerintahan dan fokus pada penelitian akademis. Pada tahun 1703, ia kembali menjabat sebagai *Sejasi-gangwon Chanseon*, dan pada tahun 1704, ia dipromosikan menjadi *Hojo Champan* (Wakil Menteri Keuangan). Pada tahun 1705, ia mengundurkan diri dari jabatannya dan ditunjuk sebagai *Daesaheon* (Kepala Sensor), tetapi ia menolaknya. Selama 13 tahun berikutnya, hingga tahun 1716, ia terus-menerus ditunjuk sebagai *Daesaheon* setiap tahun, namun selalu menolak.
Pada tahun 1712, ia menjabat sebagai *Hanseongbu Pan-yun* (Gubernur Hanseongbu) dan kemudian *Ijo Panseo* (Menteri Personalia). Pada tahun 1717, ia dipromosikan menjadi *Uijeongbu Jwachanseong* (Wakil Menteri Kiri Negara) dan kemudian *Uuijeong* (Menteri Kanan Negara). Meskipun ditunjuk sebagai *Jwauijeong* (Menteri Kiri Negara), ia menolak jabatan tersebut dan mengundurkan diri dari pemerintahan. Pada tahun 1721 (tahun pertama pemerintahan Raja Gyeongjong), ia ditunjuk sebagai *Panchungchubusa* (Kepala Dewan Penasihat Kerajaan), tetapi sekali lagi ia menolak dan tetap dalam masa pensiunnya.
1.3. Penelitian Akademik dan Pemikiran
Sebagai pemimpin Giho Hakpa, Kwon Sang-ha merupakan penerus langsung dari garis keilmuan yang dimulai dari Yi I, Kim Jang-saeng, hingga Song Si-yeol. Ia secara teguh mendukung teori "Gi-bal-i-seung-il-do-seol" (氣發理乘一途說) yang diajukan oleh Yi I, yang menyatakan bahwa *gi* (energi material) muncul dan *i* (prinsip) menungganginya dalam satu jalur.
Fokus penelitian akademiknya adalah pada masalah-masalah fundamental Neo-Konfusianisme yang telah dibahas oleh para sarjana sebelumnya seperti Seo Gyeong-deok, Yi Hwang, Gi Dae-seung, Yi I, dan Seong Hon. Ia berupaya untuk mengklarifikasi dan memperdalam pemahaman tentang isu-isu ini.
Salah satu kontribusi intelektualnya yang paling signifikan adalah perannya dalam Debat Ho-Rak (호락논변Horak NonbyeonBahasa Korea 湖洛論辨Horak NonbyeonBahasa Tionghoa), yang membahas perbedaan antara sifat manusia (*inseong*) dan sifat materi (*mulseong*). Debat ini dipicu oleh murid-muridnya sendiri, Yi Gan (1677-1729) dan Han Won-jin (1682-1751). Kwon Sang-ha mendukung teori *Inseong-Mulseong sang-i-ron* (人性物性相異論), yang menyatakan bahwa sifat manusia dan sifat materi adalah berbeda. Ia berargumen, mengutip teori "I-tong-gi-guk" (理通氣局) dari Yi I, bahwa "perbedaan antara sifat manusia dan sifat materi disebabkan oleh 'keterbatasan *gi*', dan fakta bahwa prinsip manusia adalah prinsip materi disebabkan oleh 'pervasian *i*'."
Latar belakang teori *Inseong-Mulseong sang-i-ron* adalah untuk membedakan dan melindungi sifat manusia dari sifat hewani, dengan menyatakan bahwa sifat dasar manusia dapat bervariasi tergantung pada *gi* (temperamen) yang diperoleh. Pendekatan ini memperluas konsep sifat manusia hingga mencakup objek-objek alami, menunjukkan perkembangan teoretis dalam Neo-Konfusianisme Joseon. Ini juga berkontribusi pada aktivasi dan pendalaman teori-teori ritualistik (*Yaehak*) dalam iklim akademik yang semakin kaku akibat studi ritual. Namun, dukungannya terhadap Han Won-jin dalam debat ini menyebabkan perpecahan dalam aliran Giho menjadi faksi Horon (yang berpusat di Chungcheong) dan Nakron (yang berpusat di Gyeonggi), yang memperdalam fragmentasi intelektual dan politik.
1.4. Hubungan dengan Guru dan Tokoh Kontemporer
Kwon Sang-ha memiliki hubungan yang mendalam dengan para gurunya dan terlibat dalam berbagai konflik intelektual dengan tokoh-tokoh sezamannya.

Sebagai murid, ia sangat loyal kepada Song Si-yeol dan Song Jun-gil. Ia menyaksikan wafatnya Song Jun-gil pada tahun 1672 dan Song Si-yeol pada tahun 1689. Song Si-yeol bahkan mewariskan pakaian dan buku-bukunya kepada Kwon Sang-ha, menunjuknya sebagai penerus untuk melanjutkan "Jongju Daeui" (penghormatan terhadap Dinasti Ming) dan "Do" (Jalan Kebenaran).

Namun, hubungan Kwon Sang-ha dengan Yun Jeung (1629-1714), sesama murid Song Si-yeol, berubah menjadi permusuhan. Awalnya mereka berinteraksi, tetapi ketika Yun Jeung dan Song Si-yeol berselisih mengenai masalah Hoe-ni dan tulisan makam Yun Seon-geo, Kwon Sang-ha memutuskan hubungan dengan Yun Jeung dan menganggapnya sebagai musuh. Ia secara terbuka menyerang Yun Jeung dan para pengikutnya. Pada tahun 1715, dalam sengketa kepenulisan *Garye Wonryu* (antara putra Yun Seon-geo, Yun Jeung, dan cucu Yu Gye, Yu Sang-gi), Kwon Sang-ha menulis kata pengantar yang menyatakan Yu Gye sebagai satu-satunya penulis, yang memicu kritik dari Yun Jeung. Kwon Sang-ha kemudian menuduh Yun Jeung mengkhianati guru mereka. Ia juga menulis epitaf makam Song Si-yeol, yang menyatakan bahwa kemalangan Song Si-yeol "direkayasa oleh Yun Jeung, Yun Hyu, dan Heo Mok", yang menyebabkan protes keras dari para sarjana faksi Soron.
Kwon Sang-ha juga memiliki permusuhan yang mendalam terhadap Heo Mok (1595-1682) dan Yun Hyu (1617-1680), yang dianggapnya sebagai musuh gurunya, Song Si-yeol. Ia secara konsisten merujuk pada Yun Hyu dengan istilah merendahkan seperti *jeokhyu* (賊鑴, Yun Hyu pengkhianat) atau *chamjeok* (斬賊, pengkhianat yang harus dipenggal), dan Heo Mok sebagai *dokmul* (毒물, racun) atau *hyungmok* (凶穆, Heo Mok yang jahat), bahkan dalam dokumen resmi dan epitaf. Hal ini menunjukkan tingkat permusuhan dan kekakuan faksionalismenya.
Selain itu, ia berselisih dengan Park Se-dang (1629-1703) karena komentar independen Park Se-dang terhadap *Empat Kitab* dan *Lima Klasik* karya Zhu Xi dalam karyanya *Sabyeonrok*. Ia juga memimpin para pejabat Noron untuk mengkritik Park Se-dang karena mengkritik Song Si-yeol dalam epitaf makam Yi Gyeong-seok.
Meskipun demikian, ia tetap menjalin persahabatan dengan sarjana-sarjana terkemuka lainnya seperti Yi Dan-ha (1625-1689), Park Se-chae (1631-1695), dan Kim Chang-hyeop (1651-1708).
1.5. Aktivitas dan Prestasi Utama
Sebagai penerus sah dari ajaran Song Si-yeol, Kwon Sang-ha memikul tanggung jawab besar dalam melanjutkan warisan intelektual dan politik gurunya.
Salah satu prestasi utamanya adalah pendirian Mandongmyo (만동묘MandongmyoBahasa Korea 萬東廟MandongmyoBahasa Tionghoa) dan Daebodan (대보단DaebodanBahasa Korea 大報壇DaebodanBahasa Tionghoa). Mengikuti wasiat terakhir Song Si-yeol yang disampaikan dalam surat saat diasingkan ke Pulau Jeju pada tahun 1689, Kwon Sang-ha mendirikan Mandongmyo di Hwayang-dong, Cheongju. Tujuan Mandongmyo adalah untuk menghormati kaisar-kaisar Dinasti Ming: Kaisar Shenzong (萬曆帝) atas bantuannya selama Invasi Imjin (sebagai bentuk balas budi atas anugerah menyelamatkan negara yang hampir runtuh), dan Kaisar Yizong (崇禎帝) karena menunjukkan "jalan yang benar" bagi seorang raja untuk mati bersama negaranya. Ia juga mendirikan Daebodan, sebuah altar untuk memperingati para prajurit Ming yang membantu Joseon selama Invasi Imjin, atas perintah khusus dari Raja Sukjong.
Sebagai pemimpin Giho Hakpa, ia mendedikasikan hidupnya untuk penelitian akademis dan mendidik generasi penerus. Di masa tuanya, ia juga mengawasi penerbitan dan penyebaran karya-karya Song Si-yeol, memastikan ajaran gurunya terus tersebar luas.
1.6. Kehidupan Mengasingkan Diri dan Pembinaan Murid
Setelah Gapsulhwanguk pada tahun 1694, Kwon Sang-ha mengundurkan diri dari jabatan publik dan kembali ke kampung halamannya. Ia memilih untuk hidup dalam pengasingan di pegunungan Cheongpung, di mana ia sepenuhnya mencurahkan diri pada penelitian akademis dan mendidik murid-muridnya. Di sana, ia mengajar Konfusianisme dan secara aktif mengoreksi serta menerjemahkan karya-karya Zhu Xi.
Terinspirasi oleh gurunya, Song Si-yeol, Kwon Sang-ha juga mempromosikan penyebaran terjemahan bahasa Korea dari *Sajaso-hak* (Empat Karakter Pelajaran Anak) serta *Empat Kitab* dan *Tiga Klasik* kepada kaum wanita, menunjukkan komitmennya terhadap pendidikan yang lebih luas.
Dari ratusan murid yang ia didik, beberapa di antaranya menjadi sarjana terkemuka. Kelompok delapan muridnya yang paling terkenal dikenal sebagai "Gangmun Palhaksasa" (江門八學士), yang meliputi Han Won-jin (1682-1751), Yi Gan (1677-1729), Yun Bong-gu (1681-1767), Yi I-geun (1683-1757), Hyeon Sang-byeok (1677-1732), Choe Jing-hu (1683-1740), Chae Ji-hong (1683-1740), dan Seong Man-jing (1681-1746). Garis keilmuan Kwon Sang-ha kemudian berlanjut melalui murid-muridnya ini, khususnya Yi Gan dan Han Won-jin, serta sarjana-sarjana berikutnya seperti Hong Gye-hui, Yi Jae, dan Im Seong-ju.
1.7. Tahun-tahun Akhir dan Kematian
Di tahun-tahun terakhir hidupnya, Kwon Sang-ha terus menunjukkan integritasnya dengan menolak berbagai jabatan tinggi. Ia menolak penunjukan sebagai *Daesaheon* selama 13 tahun berturut-turut hingga 1716, serta jabatan *Uuijeong* dan *Jwauijeong*.
Pada tahun 1717, saat ia sedang beristirahat di Onyang karena sakit, ia tiba-tiba ditunjuk sebagai *Uuijeong*. Ia segera kembali ke rumahnya di Goesan dan mengajukan pengunduran diri, tetapi Raja Sukjong bersikeras agar ia menerima jabatan tersebut, bahkan menawarkan untuk menemuinya secara pribadi. Kwon Sang-ha akhirnya terpaksa pergi ke istana sementara dengan mengenakan pakaian militer untuk menghadap raja. Dalam pertemuan itu, ia menekankan pentingnya kejujuran (*jik*) dalam hati raja dan mendesak Sukjong untuk melanjutkan "Chun-chu Dae-ui" (Kebenaran Agung Musim Semi dan Musim Gugur) dari Raja Hyojong, mengulang wasiat terakhir Song Si-yeol. Sukjong sangat gembira dan memintanya untuk tetap tinggal, namun Kwon Sang-ha kembali menolak jabatan tersebut dan segera pulang ke kampung halamannya. Sukjong kemudian mempromosikannya menjadi *Jwauijeong*, tetapi ia tetap menolak keras dan tidak pernah menjabat.
Pada tahun 1717, ia mengalami duka mendalam atas meninggalnya putranya, Kwon Uk. Pada tahun 1721 (tahun pertama pemerintahan Raja Gyeongjong), ia ditunjuk sebagai *Panchungchubusa*, tetapi ia kembali mengajukan pengunduran diri dan tidak pernah mengambil posisi tersebut.
Kwon Sang-ha meninggal dunia pada tanggal 29 Agustus 1721 (atau 2 September 1721 menurut beberapa sumber), pada usia 80 tahun. Kematiannya ditangisi oleh banyak mahasiswa Seonggyungwan dan ratusan muridnya yang mengenakan pakaian berkabung. Setelah wafat, ia dianugerahi nama anumerta Munsun (文純). Makamnya terletak di Sondong-ri, Dongnyang-myeon, Chungju, Chungcheongbuk-do, dengan makam putranya, Kwon Uk, berada di depannya.
2. Karya Tulis
Kwon Sang-ha adalah seorang penulis yang produktif, meninggalkan beberapa karya penting yang mencerminkan pemikiran dan ajarannya dalam Neo-Konfusianisme. Karya-karya utamanya meliputi:
- Hansujaejip (한수재집HansujaejipBahasa Korea): Ini adalah kumpulan esai dan tulisan-tulisan Kwon Sang-ha. Karya ini merupakan sumber utama untuk memahami pemikiran filosofis, pandangan politik, dan interaksi sosialnya.
- Samseojibui (삼서집의SamseojibuiBahasa Korea): Kumpulan esai lainnya yang menunjukkan kedalaman pemahamannya terhadap ajaran Neo-Konfusianisme.
- Gibaegitaeyeonpyo (기백이태연표GibaegitaeyeonpyoBahasa Korea)
- Hyeongchamgwongeukhwapyo (형참권극화표HyeongchamgwongeukhwapyoBahasa Korea)
- Busagwaisukpyo (부사과이숙표BusagwaisukpyoBahasa Korea)
3. Kehidupan Pribadi dan Keluarga
Kwon Sang-ha berasal dari klan Andong Kwon. Kehidupan pribadinya, meskipun tidak banyak didokumentasikan secara rinci, menunjukkan keterikatan yang kuat dengan keluarganya dan tradisi Konfusianisme.
- Ayah: Kwon Gyeok (권격Gwon GyeokBahasa Korea; 1620-1671), seorang *Saheonbu Jipui*.
- Ibu: Nyonya Yi dari klan Hampyeong Yi (함평 이씨Hampyeong Yi-ssiBahasa Korea; 1622-?), putri dari Yi Cho-ro (이초로Yi Cho-roBahasa Korea; 1603-1678).
- Kakek dari pihak ayah: Kwon Seong-won (권성원Gwon Seong-wonBahasa Korea; 1602-1662).
- Nenek dari pihak ayah: Nyonya Kang dari klan Jinju Kang, putri dari Kang Seon-yeo.
- Kakek dari pihak ibu: Yi Cho-ro (이초로Yi Cho-roBahasa Korea; 1603-1678).
- Nenek dari pihak ibu: Nyonya Byeon dari klan Miryang Byeon, putri dari Byeon Je-won.
- Saudara Kandung:
- Adik laki-laki: Kwon Sang-myeong (권상명Gwon Sang-myeongBahasa Korea; 1652-1684).
- Adik laki-laki sekaligus murid: Kwon Sang-yu (권상유Gwon Sang-yuBahasa Korea; 1656-1724). Ia belajar di bawah bimbingan Song Si-yeol dan Song Jun-gil, kemudian melanjutkan studinya di bawah Kwon Sang-ha.
- Adik perempuan: Kwon Gye-gang (권계강Gwon Gye-gangBahasa Korea; 1657-?).
- Adik perempuan: Kwon Cha-gang (권차강Gwon Cha-gangBahasa Korea; 1663-?).
- Istri: Nyonya Yi (이씨Yi-ssiBahasa Korea) dari klan Jeonju Yi, putri dari Yi Jung-hwi (이중휘Yi Jung-hwiBahasa Korea).
- Keturunan:
- Putra: Kwon Uk (권욱Gwon UkBahasa Korea; 1658-1717). Ia meninggal sebelum ayahnya.
- Cucu laki-laki: Kwon Yang-seong (권양성Gwon Yang-seongBahasa Korea; 1675-1746).
- Cucu laki-laki: Kwon Jeong-seong (권정성Gwon Jeong-seongBahasa Korea).
- Cucu perempuan: Nyonya Kwon dari klan Andong Kwon (안동 권씨Andong Gwon-ssiBahasa Korea; 1687-1723), istri pertama dari Hwang Jae. Ada juga cucu perempuan yang menikah dengan Yi Sa-hwi.
- Putra: Kwon Uk (권욱Gwon UkBahasa Korea; 1658-1717). Ia meninggal sebelum ayahnya.
4. Evaluasi Pasca Kematian dan Warisan
Setelah kematiannya, Kwon Sang-ha diakui sebagai penerus sah dari garis keilmuan Song Si-yeol, yang berakar dari Yi I, Seong Hon, Kim Jang-saeng, dan Kim Jip. Namun, warisannya juga diwarnai oleh kontroversi dan perpecahan yang ia picu selama hidupnya.
Segera setelah wafatnya pada tahun 1721, gelar-gelar resminya dicabut atas petisi dari sarjana Soron, Sin Chi-un, yang menuduhnya sebagai pemimpin faksi Noron. Namun, pada tahun 1724, setelah Raja Yeongjo naik takhta, gelar-gelarnya dipulihkan, dan ia dianugerahi nama anumerta Munsun (文純) tanpa musyawarah.
Kwon Sang-ha dihormati di banyak *seowon* (akademi Konfusianisme) di seluruh Joseon, termasuk:
- Louam Seowon (누암서원Nuam SeowonBahasa Korea) di Chungju.
- Hwanggang Seowon (황강서원Hwanggang SeowonBahasa Korea) di Cheongpung (sekarang Jecheon).
- Goam Seowon (고암서원Goam SeowonBahasa Korea) di Jeongeup.
- San-ang Sa (산앙사San-ang SaBahasa Korea) di Boeun.
- Nogang Seowon (노강서원Nogang SeowonBahasa Korea) di Seongju.
- Jipseong Sa (집성사Jipseong SaBahasa Korea) di Yesan.
- Yeongdang (影堂) di Songhwa.
Ia adalah salah satu dari sedikit sarjana Giho Hakpa, bersama dengan Song Jun-gil, yang diabadikan di kuil-kuil di wilayah Yeongnam.
Pengaruh Kwon Sang-ha sangat besar dalam membentuk arah Neo-Konfusianisme Joseon. Garis keilmuannya berlanjut melalui murid-muridnya, terutama Yi Gan (dari faksi Horon) dan Han Won-jin (juga dari faksi Horon), serta sarjana-sarjana berikutnya seperti Hong Gye-hui, Yi Jae, dan Im Seong-ju. Debat Ho-Rak, yang diprakarsai oleh murid-muridnya dan diperparah oleh dukungannya terhadap Han Won-jin, menyebabkan perpecahan dalam garis keilmuan Noron menjadi faksi Horon (Chungcheong) dan Nakron (Gyeonggi). Meskipun terjadi perpecahan ini, muridnya Yi Gan terus menghormatinya sebagai penerus sah dari aliran Giho. Penekanannya pada teori *Inseong-Mulseong sang-i-ron* (perbedaan sifat manusia dan sifat materi) berkontribusi pada pengembangan teoretis Neo-Konfusianisme Joseon, terutama dalam studi ritual.
Namun, kekakuan ortodoksi dan faksionalismenya yang kuat, seperti menyebut Yun Hyu dan Heo Mok sebagai "pengkhianat" dan "racun", memperdalam perpecahan politik dan akademik. Sikap ini menghambat diskusi intelektual yang lebih luas dan reformasi sosial yang diperlukan pada masanya. Pendirian Mandongmyo, meskipun bertujuan menghormati Dinasti Ming, memperkuat ideologi *Sadaejuui* (melayani yang besar) yang konservatif, yang dapat dilihat sebagai penghalang bagi kemandirian Joseon dan pemikiran progresif. Mandongmyo kemudian menjadi pusat pembinaan bakat Noron hingga akhirnya ditutup oleh Heungseon Daewongun di kemudian hari.