1. Tinjauan
Hong Rengan (洪仁玕Hóng RéngānBahasa Tionghoa; 20 Februari 1822 - 23 November 1864) adalah seorang pemimpin penting dalam Pemberontakan Taiping di Tiongkok pada abad ke-19. Ia merupakan sepupu jauh dari pendiri dan pemimpin spiritual gerakan tersebut, Hong Xiuquan. Posisinya sebagai Gan Wang (干王, secara harfiah "Pangeran Perisai") menyerupai peran seorang perdana menteri dalam pemerintahan Taiping. Hong Rengan dikenal dalam sejarah karena upaya reformasi besar-besaran yang ia coba terapkan selama masa kepemimpinannya, serta popularitasnya di kalangan Barat. Ide-idenya yang progresif untuk kemajuan sosial dan perubahan sistemik, terutama yang tertuang dalam karyanya Zizheng Xinpian (Traktat Baru tentang Urusan Negara), menunjukkan pandangan jauh ke depan yang melampaui zamannya, meskipun sebagian besar tidak terealisasi selama Pemberontakan Taiping.
2. Kehidupan Awal dan Latar Belakang
Hong Rengan lahir dan besar di wilayah Guangdong, di mana ia menerima pendidikan awal dan mulai terlibat dalam gerakan keagamaan yang menjadi cikal bakal Pemberontakan Taiping.
2.1. Kelahiran dan Keluarga
Hong Rengan lahir pada 20 Februari 1822 di Desa Guanlubu, Distrik Huadu, Guangzhou, Guangdong, Dinasti Qing. Ia adalah sepupu jauh dari Hong Xiuquan, pemimpin tertinggi Kerajaan Surgawi Taiping.
2.2. Pendidikan dan Keterlibatan Awal
Sejak muda, Hong Rengan bekerja sebagai guru desa di kampung halamannya. Meskipun berpendidikan, ia tidak berhasil lulus dalam ujian kenegaraan kekaisaran. Ia adalah salah satu penganut awal Hong Xiuquan dan bergabung dengan Masyarakat Penyembah Tuhan (拜上帝會), organisasi keagamaan yang mendahului Pemberontakan Taiping. Pada tahun 1847, ia menemani Hong Xiuquan dalam perjalanannya ke Guangzhou dan sempat belajar Alkitab di sana bersama Hong Xiuquan dan Issachar Jacox Roberts, seorang misionaris Amerika.
3. Kehidupan di Hong Kong
Selama tahun-tahun awal Pemberontakan Taiping, Hong Rengan terpisah dari gerakan utama dan mencari perlindungan di Hong Kong, di mana ia mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi dengan budaya dan pengetahuan Barat secara mendalam.
3.1. Aktivitas Misionaris dan Studi
Di Hong Kong, Hong Rengan bertemu dengan misionaris Swedia bernama Theodore Hamberg dan kemudian memeluk agama Kristen. Ia dibaptis pada tahun 1853. Hong Rengan membantu pekerjaan gereja untuk Misi Basel di Sheung Wan dan belajar banyak tentang Kekristenan. Ia juga memberikan informasi penting kepada Hamberg mengenai Pemberontakan Taiping, yang kemudian digunakan Hamberg untuk menulis sebuah buku tentang gerakan tersebut, berjudul The visions of Hung-Siu-tshuen, and origin of the Kwang-si insurrection, yang diterbitkan di Hong Kong pada tahun 1854.
3.2. Memperoleh Pengetahuan Barat
Setelah kematian Hamberg, Hong Rengan melanjutkan studinya di London Missionary Society. Ia menjadi asisten James Legge, seorang sinolog dan misionaris Skotlandia, dan membantunya dalam penerjemahan karya-karya klasik Tiongkok ke dalam bahasa Inggris. Ia juga terlibat dalam penerbitan Chinese Serial, surat kabar berbahasa Tionghoa pertama di Hong Kong. Selama periode ini, Hong Rengan belajar banyak tentang politik, ekonomi, sejarah, geografi, astronomi, dan ilmu pengetahuan Barat lainnya. Pengalaman di Hong Kong ini memberinya pemahaman yang unik tentang peradaban Barat, yang membedakannya dari sebagian besar pemimpin Taiping lainnya dan cendekiawan Konfusianisme pada masanya.
4. Bergabung dengan Kerajaan Surgawi Taiping
Setelah beberapa tahun di Hong Kong, Hong Rengan memutuskan untuk bergabung kembali dengan kepemimpinan Taiping di Nanjing, di mana ia dengan cepat naik pangkat dan menjadi salah satu tokoh paling berpengaruh.
4.1. Perjalanan ke Nanjing
Ketika Hong Xiuquan memanggil sepupunya, Hong Rengan, untuk datang ke Nanjing dan membantunya memerintah, administrasi Taiping sedang dilanda perebutan kekuasaan yang sengit. Basis kekuatan gerakan tersebut sebagian besar terpecah antara pengikut agama Taiping yang taat di Nanjing dan para jenderal yang memimpin pasukan di luar kota. James Legge, yang tidak mempercayai dan mengecam keyakinan Taiping, tidak ingin Hong Rengan terlibat dengan para pemberontak. Ketika Legge meninggalkan Hong Kong menuju Inggris, ia memberikan perintah ketat kepada Hong Rengan untuk tetap di Hong Kong dan tidak bergabung dengan pasukan pemberontak. Namun, Hong Rengan mengabaikan larangan tersebut dan meninggalkan Hong Kong pada musim semi tahun 1858. Beberapa misionaris lain memberinya uang dan menjanjikan tunjangan untuk keluarganya. Ia menyamar sebagai pedagang dalam perjalanannya menuju Nanjing. Ia sempat mencoba pergi ke Shanghai tetapi tidak berhasil mencapai Tianjing dan kembali ke Hong Kong. Pada tahun 1859, ia memanfaatkan koneksi misionarisnya untuk akhirnya tiba di Tianjing.
4.2. Peran sebagai Gan Wang (Pangeran Perisai)
Sebelum kedatangan Hong Rengan, terjadi perebutan kekuasaan internal yang dikenal sebagai Insiden Tianjing, yang menewaskan lebih dari 20.000 orang penduduk Nanjing dan Raja Timur Yang Xiuqing, yang pada saat itu lebih berkuasa daripada Hong Xiuquan sendiri. Hong Rengan akhirnya tiba di ibu kota Taiping, Tianjing, pada 22 April 1859. Dalam lingkungan inilah Hong Rengan diberikan posisi terpenting kedua dalam gerakan Taiping; hanya Hong Xiuquan sendiri yang lebih berkuasa. Hong Xiuquan sangat gembira dengan kedatangannya di tengah gejolak internal kepemimpinan. Hong Rengan segera diangkat sebagai Gan Wang (Pangeran Perisai) dan dipercayakan untuk menguasai urusan internal. Ia mendapatkan posisi ini karena pendidikannya, terutama pengetahuannya tentang banyak aspek politik, seni, dan teknologi Barat yang diperolehnya selama di Hong Kong. Ia juga datang ke Nanjing dengan pola pikir yang sangat Protestan. Hal ini berbeda dengan keyakinan para pendiri Taiping yang sebagian besar didominasi oleh Perjanjian Lama. Hong Rengan mereformasi layanan ibadah dan doa menjadi upacara bergaya Protestan. Ia juga melarang penggunaan kata "barbar" untuk menggambarkan orang Barat. Ini adalah beberapa reformasi awalnya.
5. Proposal dan Rencana Reformasi
Hong Rengan adalah seorang reformis visioner yang mengusulkan agenda komprehensif untuk memodernisasi Kerajaan Surgawi Taiping, yang tertuang dalam karya-karya utamanya.
5.1. Zizheng Xinpian (Traktat Baru tentang Urusan Negara)
Karya utama Hong Rengan adalah Zizheng Xinpian (資政新編, Traktat Baru tentang Urusan Negara), yang merinci visi reformasi institusional dan sosialnya. Dalam karyanya ini, ia mengusulkan serangkaian perubahan radikal yang bertujuan untuk memodernisasi Tiongkok berdasarkan model Barat.
5.2. Reformasi Domestik
Dalam hal kebijakan domestik, Hong Rengan merinci rencananya untuk pembangunan infrastruktur transportasi, termasuk pembangunan jalur kereta api dan penggunaan kapal uap. Ia juga mengusulkan pengembangan pertambangan, penerbitan surat kabar, peningkatan kesejahteraan sosial, dan reformasi ujian kenegaraan kekaisaran. Ia bahkan menganjurkan untuk mengadopsi sistem politik yang meniru Amerika Serikat di masa depan.
5.3. Kebijakan Luar Negeri dan Hubungan Internasional
Mengenai kebijakan luar negeri, Hong Rengan menganjurkan agar kekuatan Barat diperlakukan sebagai entitas yang setara. Ia mendukung pembentukan hubungan perdagangan yang setara dan mengizinkan kegiatan misionaris di wilayah Taiping. Ia percaya bahwa memperoleh dukungan dari kekuatan Barat sangat penting bagi keberhasilan gerakan Taiping.
5.4. Pengaruh Ideologis dan Keagamaan
Pola pikir Protestan Hong Rengan sangat memengaruhi ide-ide reformasinya. Ia mengkritik filsafat tradisional Tiongkok seperti Konfusianisme, Buddhisme, dan Taoisme dalam karyanya Yingjie Guizhen (英傑帰眞). Ia juga mempromosikan penggunaan bahasa vernakular dan praktik administrasi modern. Ide-idenya yang berani ini membuatnya kadang-kadang disebut sebagai nasionalis Tiongkok modern pertama, dan ia bahkan disebutkan dalam tulisan-tulisan awal oleh Kuomintang dan Partai Komunis Tiongkok. Pandangan-pandangannya, bersama dengan sistem kepercayaannya yang jelas-jelas Protestan, menarik perhatian kalangan Barat terhadap Pemberontakan Taiping, meskipun minat ini kemudian berkurang ketika pasukan Taiping mendekati Shanghai dan secara aktif menegakkan larangan opium di wilayah mereka.
6. Tantangan dan Penolakan
Meskipun visi reformasi Hong Rengan sangat progresif, ia menghadapi berbagai tantangan dan penolakan yang menghambat implementasi ide-idenya.
6.1. Perebutan Kekuasaan Internal
Administrasi Taiping dilanda perebutan kekuasaan internal yang pahit. Basis kekuatan gerakan tersebut sebagian besar terpecah antara para pengikut agama Taiping yang taat di Nanjing dan para jenderal yang memimpin pasukan di luar kota. Sebagian besar energi Hong Rengan didedikasikan untuk memusatkan otoritas administrasi Taiping dan merevitalisasi keberhasilan militernya. Namun, para pemimpin Taiping lainnya sering kali tidak memahami atau menolak ide-ide Hong Rengan karena terlalu jauh dari norma dan pengalaman mereka.
6.2. Konflik dengan Pemimpin Lain
Ide-ide Hong Rengan sering kali bertentangan dengan Li Xiucheng, pangeran militer Taiping yang paling terkemuka. Dalam sebuah misi besar untuk merebut kembali wilayah hulu Sungai Yangtze, Li Xiucheng menolak perintah Hong Rengan dan kembali ke Nanjing. Konflik ini juga muncul dari pandangan Hong Rengan yang menganjurkan kerja sama dengan kekuatan Barat, yang sangat ditentang oleh Li Xiucheng yang merupakan seorang garis keras dalam kebijakan luar negeri.
6.3. Kegagalan Implementasi Reformasi
Sebagian besar reformasi Hong Rengan tidak pernah diimplementasikan. Kegagalan misi di Yangtze ini memungkinkan pasukan Dinasti Qing untuk melakukan blokade besar-besaran terhadap wilayah kendali Taiping dan akhirnya menyebabkan runtuhnya pemberontakan. Kekuasaan Hong Rengan segera berkurang menjadi dekret-dekret yang didukung oleh Hong Xiuquan, tetapi dekret-dekret tersebut tidak pernah diikuti atau ditegakkan di luar kota.
7. Kejatuhan dan Kematian
Tahap akhir Pemberontakan Taiping ditandai dengan jatuhnya ibu kota dan nasib tragis para pemimpinnya, termasuk Hong Rengan.
7.1. Jatuhnya Nanjing dan Pelarian
Pada tahun 1864, Hong Xiuquan ditemukan meninggal dunia, dan kota Nanjing segera jatuh ke tangan pasukan Qing. Hong Rengan dan para pemimpin Taiping lainnya melarikan diri dari kota. Mereka mencoba mempertahankan kekuasaan mereka melalui dekret-dekret Hong Tianguifu, putra Hong Xiuquan yang masih muda. Hong Rengan, bersama Meng De'en dan beberapa raja Taiping lainnya, membawa Hong Tianguifu yang masih kecil melarikan diri dari pengejaran pasukan Qing yang dipimpin oleh Zeng Guoquan, adik dari Zeng Guofan.
7.2. Penangkapan dan Eksekusi
Setelah pelarian mereka, Hong Rengan dan para pemimpin Taiping lainnya akhirnya tertangkap dan dijatuhi hukuman mati. Seperti yang terlihat dalam pengakuannya sebelum eksekusi, Hong Rengan adalah satu-satunya pangeran Pemberontakan Taiping yang mempertahankan kesetiaannya pada gerakan tersebut dan tidak pernah menarik kembali keyakinannya. Ia dieksekusi di Nanchang, Jiangxi, pada 23 November 1864, tak lama setelah eksekusi Hong Tianguifu muda dan Li Xiucheng.
8. Warisan dan Pengaruh
Meskipun sebagian besar reformasi Hong Rengan tidak terealisasi selama hidupnya, ide-idenya memiliki dampak signifikan dan diakui secara historis setelah Pemberontakan Taiping berakhir.
8.1. Penerimaan Proposalnya
Secara ironis, isi Zizheng Xinpian sangat dihargai oleh Zhao Liewen, seorang staf dari Zeng Guofan, jenderal Qing yang bertanggung jawab atas kehancuran Taiping. Hal ini menunjukkan bahwa ide-ide Hong Rengan memiliki nilai dan relevansi yang diakui bahkan oleh pihak lawan.
8.2. Pengaruh pada Reformasi Tiongkok Selanjutnya
Ide-ide Hong Rengan, terutama yang berkaitan dengan modernisasi dan adopsi teknologi Barat, kemudian direalisasikan dalam Gerakan Yangwu (Westernization Movement) yang dipimpin oleh tokoh-tokoh seperti Zeng Guofan dan Li Hongzhang. Selain itu, isi dari Yingjie Guizhen, yang mengkritik filsafat tradisional dan menganjurkan penggunaan bahasa vernakular, juga terwujud setelah Revolusi Xinhai pada tahun 1911. Hal ini menunjukkan pandangan jauh ke depan Hong Rengan dan pengaruh abadi ide-idenya terhadap upaya modernisasi Tiongkok di kemudian hari.