1. Kehidupan Awal dan Latar Belakang
Huang Zhong berasal dari Nanyang Commandery, sebuah wilayah yang kini berada di sekitar Nanyang, Henan. Tidak banyak informasi yang tercatat secara rinci mengenai kehidupan awal dan masa mudanya, termasuk tanggal pasti kelahirannya. Namun, ia diyakini lahir pada akhir abad ke-2 Masehi.
Huang Zhong memulai karier militernya sebagai seorang perwira di bawah Liu Biao, Gubernur Provinsi Jing. Ia diangkat sebagai Jenderal Rumah Tangga (中郎將) dan ditugaskan untuk mempertahankan Changsha Commandery bersama dengan keponakan Liu Biao, Liu Pan. Dalam kapasitas ini, ia menunjukkan kemampuan tempur yang luar biasa, termasuk keahliannya dalam memanah dan menggunakan pedang, meskipun usianya sudah lanjut.
Pada tahun 208 M, Liu Biao meninggal dunia, dan penggantinya, Liu Cong, menyerahkan Provinsi Jing kepada panglima perang Cao Cao. Huang Zhong kemudian diangkat sebagai penjabat Mayor Jenderal (裨將軍) dan terus mengabdi di Changsha di bawah Han Xuan, administrator komanderi tersebut.
2. Bergabung dengan Liu Bei dan Penaklukan Provinsi Yi
Setelah kekalahan Cao Cao dalam Pertempuran Tebing Merah pada tahun yang sama (208 M), pasukan sekutu yang dipimpin oleh Liu Bei dan Sun Quan secara bertahap mengambil alih berbagai komanderi di selatan Provinsi Jing, termasuk Changsha. Han Xuan akhirnya menyerahkan Changsha, dan Huang Zhong memutuskan untuk mengalihkan kesetiaannya kepada Liu Bei. Liu Bei sangat menghargai kemampuan militer Huang Zhong dan segera mengangkatnya sebagai seorang jenderal dalam pasukannya. Menurut beberapa catatan, Liu Bei, Guan Yu, dan Zhang Fei bahkan menunjukkan rasa hormat yang besar kepada Huang Zhong, yang pada saat itu diperkirakan telah berusia sekitar 60 tahun.
Sejak menerima penugasan militer di Jiameng (葭萌; kini Distrik Zhaohua, Guangyuan, Sichuan), Huang Zhong menunjukkan kinerja yang sangat baik dalam kampanye Liu Bei untuk menaklukkan Provinsi Yi (meliputi wilayah Sichuan dan Chongqing saat ini) dari tahun 212 hingga 214 M. Ia selalu menjadi yang pertama menyerbu formasi musuh, dan di antara seluruh pasukan Liu Bei, tidak ada yang dapat menandingi kehebatan bela diri dan keberaniannya. Setelah Provinsi Yi berhasil ditaklukkan, Huang Zhong dipromosikan menjadi Jenderal Penyerang Pemberontak (討虜將軍).
3. Kampanye Hanzhong dan Pertempuran Gunung Dingjun
Pada tahun 217 M, Liu Bei memulai Kampanye Hanzhong untuk merebut kendali atas Hanzhong Commandery, yang saat itu berada di bawah kendali Cao Cao. Pasukan Liu Bei menghadapi perlawanan sengit yang dipimpin oleh Xiahou Yuan di Celah Yangping. Konfrontasi ini berlangsung selama lebih dari setahun.
Pada suatu malam di tahun 219 M, Liu Bei membakar pagar kawat berduri di sekitar kamp Xiahou Yuan di kaki Gunung Dingjun. Terkejut dengan serangan tersebut, Xiahou Yuan mengirim Zhang He untuk mempertahankan sudut timur kamp sementara ia sendiri menjaga bagian selatan. Pasukan utama Liu Bei menekan Zhang He, mengungguli pasukannya. Xiahou Yuan kemudian mengirim sebagian pasukannya sendiri untuk membantu Zhang He.
Meskipun prajurit Xiahou Yuan jauh lebih berpengalaman, Huang Zhong berhasil mengumpulkan pasukannya. Diiringi oleh genderang yang menggelegar dan teriakan-teriakan yang mengesankan, mereka menyerbu pasukan Xiahou Yuan. Pertempuran tersebut berubah menjadi kekalahan besar bagi Xiahou Yuan, dan ia tewas dalam pertempuran. Kemenangan di Gunung Dingjun ini merupakan langkah besar menuju penaklukan Hanzhong. Atas kontribusinya dalam Kampanye Hanzhong, Huang Zhong dipromosikan menjadi Jenderal Penyerang Barat (征西將軍).
4. Jabatan dan Gelar Utama
Pada tahun yang sama (219 M), Liu Bei memproklamirkan dirinya sebagai "Raja Hanzhong" (漢中王), sebuah langkah simbolis yang menyamakan dirinya dengan Kaisar Gaozu dari Han, kaisar pendiri Dinasti Han. Ia bermaksud mengangkat Huang Zhong sebagai Jenderal Belakang (後將軍), menempatkannya pada tingkat yang sama dengan tiga jenderal senior lainnya: Guan Yu, Zhang Fei, dan Ma Chao.
Namun, Zhuge Liang menyampaikan kekhawatirannya kepada Liu Bei, menyatakan bahwa "Nama dan reputasi Huang Zhong jauh berbeda dari Guan Yu dan Ma Chao. Jika mereka semua diberi status yang sama, Zhang Fei dan Ma Chao mungkin tidak akan keberatan karena mereka telah bersama Huang Zhong selama ini dan menyaksikan kontribusinya. Tetapi Guan Yu yang ditempatkan jauh di sana, mungkin tidak akan setuju dengan pengaturan ini." Liu Bei menjawab, "Aku akan menanganinya sendiri," dan menugaskan Fei Shi untuk melakukan perjalanan ke Provinsi Jing guna memberitahukan Guan Yu tentang pengangkatannya. Akhirnya, Liu Bei mengangkat keempat jenderal tersebut ke status yang sama. Huang Zhong juga menerima gelar Marquis Sekunder (關內侯). Ia secara luas dikenal sebagai salah satu dari Lima Jenderal Harimau Shu Han, sebuah kehormatan tertinggi yang diberikan kepada para jenderal atas kontribusi militer mereka yang luar biasa.
5. Penilaian Sejarah
Chen Shou, penulis biografi Huang Zhong dalam Catatan Sejarah Tiga Negara (Sanguozhi), memberikan komentar mengenai Huang Zhong sebagai berikut: "Huang Zhong dan Zhao Yun adalah prajurit yang tangguh dan perkasa, seperti cakar dan gigi. Apakah mereka adalah penerus Guan Ying dan Xiahou Ying?" Pernyataan ini menyoroti kekuatan dan keganasan mereka di medan perang, menyamakan mereka dengan jenderal-jenderal terkenal dari dinasti sebelumnya.
Meskipun catatan sejarah mengenai Huang Zhong relatif singkat dibandingkan dengan jenderal-jenderal lain, ia juga disebut dalam Jihan Fuchen Zan sebagai "pria dengan kebenaran yang mendalam". Hal ini menunjukkan bahwa ia tidak hanya diakui karena kemampuan militernya, tetapi juga karena karakter dan kesetiaannya. Beberapa sejarawan, seperti Li Guangdi, bahkan membandingkan kemenangan Huang Zhong atas Xiahou Yuan dengan kemenangan Guan Ying atas Xiang Yu, menunjukkan betapa signifikan pencapaiannya dalam konteks sejarah.
6. Penggambaran dalam Romance of the Three Kingdoms
Huang Zhong digambarkan sebagai karakter penting dalam novel sejarah Kisah Tiga Negara karya Luo Guanzhong, yang meromantisasi peristiwa sejarah sebelum dan selama periode Tiga Kerajaan. Dalam novel ini, Huang Zhong diangkat sebagai salah satu dari Lima Jenderal Harimau oleh Liu Bei setelah Liu meraih kemenangan dalam Kampanye Hanzhong pada tahun 219. Novel ini secara signifikan memfiksikan dan memperluas peran Huang Zhong, menggambarkannya sebagai seorang prajurit tua yang sangat terampil dalam memanah, yang meskipun usianya lanjut, masih memiliki semangat dan kekuatan yang luar biasa.
6.1. Aktivitas Utama dalam Novel
Beberapa kisah fiksi penting dalam Kisah Tiga Negara yang melibatkan Huang Zhong meliputi:
- Pertempuran Changsha: Huang Zhong pertama kali muncul dalam Bab 53, di mana ia mengabdi kepada Han Xuan, penguasa Changsha. Ketika Guan Yu memimpin pasukan Liu Bei untuk merebut Changsha, Huang Zhong dan Guan Yu terlibat dalam duel sengit. Meskipun usianya sudah lanjut, Huang Zhong mampu bertarung setara dengan Guan Yu. Dalam salah satu momen, kuda Huang Zhong tersandung, dan ia hampir terbunuh, tetapi Guan Yu menunjukkan rasa hormat dengan tidak menyerangnya, bahkan membantunya kembali ke kudanya. Merasa berutang budi, dalam pertarungan berikutnya, Huang Zhong sengaja menembakkan panah ke tali helm Guan Yu alih-alih membunuhnya. Han Xuan yang melihat ini mencurigai Huang Zhong berkhianat dan memerintahkan eksekusinya. Namun, Wei Yan memberontak, membunuh Han Xuan, dan menyelamatkan Huang Zhong. Setelah itu, Liu Bei secara pribadi mengunjungi Huang Zhong dan berhasil merekrutnya ke dalam pasukannya.
- Kampanye Hanzhong: Dalam versi novel, Huang Zhong berperan sangat besar dalam Pertempuran Gunung Dingjun. Ia bekerja sama dengan Fa Zheng dan secara langsung memimpin serangan yang mematikan terhadap Xiahou Yuan, bahkan digambarkan membelah Xiahou Yuan menjadi dua dengan pedangnya. Novel juga menggambarkan Huang Zhong bekerja sama dengan jenderal tua lainnya, Yan Yan, dalam kampanye Hanzhong, mengalahkan Zhang He dan Xiahou Shang, serta membunuh Han Hao (karakter fiksi yang digambarkan sebagai adik Han Xuan).
- Kematian Fiktif: Meskipun secara historis Huang Zhong meninggal pada tahun 220 M karena penyebab yang tidak ditentukan, novel ini menggambarkan kematiannya dalam Pertempuran Yiling pada tahun 222 M. Ketika Liu Bei mengeluh tentang jenderal-jenderal tua yang tidak berguna, Huang Zhong yang marah memimpin sekelompok kecil pasukan untuk menyerang kamp Wu. Ia berhasil membunuh Shi Ji (bawahan fiktif Pan Zhang) dan bertarung sengit dengan Pan Zhang. Namun, ia akhirnya tertembak panah oleh Ma Zhong di bahu. Meskipun diselamatkan oleh Guan Xing dan Zhang Bao, Huang Zhong meninggal dunia pada usia 75 tahun di hadapan Liu Bei, yang sangat menyesali kata-katanya.
Dalam budaya Tiongkok modern, frasa "Lao Huang Zhong" (老黄忠) sering digunakan untuk menggambarkan orang tua yang masih sangat bersemangat dan mampu melakukan hal-hal besar, terinspirasi dari penggambaran Huang Zhong dalam novel.
7. Kehidupan Pribadi
Huang Zhong memiliki seorang putra bernama Huang Xu (黃叙). Sayangnya, Huang Xu meninggal pada usia muda, bahkan sebelum ayahnya. Akibatnya, Huang Zhong tidak memiliki keturunan yang dapat melanjutkan garis keluarganya, dan garis keturunannya terputus.
8. Kematian dan Kehidupan Pasca Kematian
Huang Zhong meninggal dunia pada tahun 220 M. Penyebab pasti kematiannya tidak disebutkan secara jelas dalam catatan sejarah. Beberapa sumber berspekulasi bahwa ia meninggal karena sakit, sementara yang lain berpendapat bahwa ia mungkin gugur dalam salah satu pertempuran, meskipun tidak ada bukti definitif.
Pada Oktober atau November 260 M, Liu Shan, kaisar kedua Shu Han, menganugerahkan gelar anumerta "Marquis Gang" (剛侯) kepada Huang Zhong. Gelar ini secara harfiah berarti "marquis yang tak tergoyahkan", yang mencerminkan keteguhan dan keberaniannya.

Makam Huang Zhong pertama kali ditemukan di Chengdu selama Dinasti Qing pada tahun 1825. Makam tersebut kemudian diperbaiki, dan sebuah kuil yang didedikasikan untuknya dibangun di sebelahnya. Namun, selama Revolusi Kebudayaan, kuil, patung, plakat, dan makamnya mengalami kerusakan parah, dan peti matinya dikosongkan.
9. Huang Zhong dalam Budaya Populer
Sosok Huang Zhong telah diadaptasi dan direpresentasikan dalam berbagai bentuk media modern, mencerminkan popularitasnya sebagai salah satu tokoh ikonik dari periode Tiga Kerajaan:
- Permainan Video: Huang Zhong muncul sebagai karakter yang dapat dimainkan dalam berbagai seri permainan video yang diproduksi oleh Koei, termasuk Dynasty Warriors, Kessen II, dan Warriors Orochi. Ia juga muncul dalam permainan Capcom Destiny of an Emperor yang dirilis untuk Nintendo Entertainment System asli, dan sebagai karakter yang dapat dimainkan dalam Total War: Three Kingdoms, di mana ia awalnya melayani faksi Liu Biao.
- Permainan Kartu: Huang Zhong ditampilkan pada kartu dalam edisi "Three Kingdoms Portal" dari permainan kartu Magic: The Gathering.
- Seni dan Karya Lainnya: Sebuah organisasi pemuda dan klub seni bela diri Tionghoa-Kanada yang berspesialisasi dalam seni budaya tradisional Tiongkok, Hon Hsing Athletic Club of Vancouver (雲高華漢升體育會), British Columbia, didirikan pada tahun 1939 di bawah naungan Asosiasi Kebajikan Wong Kanada. Nama klub ini diambil dari nama kehormatan Huang Zhong, Hansheng (漢升; Kanton: Hon Hsing).
- Fiksi Modern: USS Huang Zhong adalah nama kapal pengintai kelas Archer yang muncul dalam novel Star Trek berjudul That Which Divides, karya Dayton Ward.
- Permainan Daring: Huang Zhong juga menjadi potensi kulit karakter untuk Hanzo Shimada dalam permainan video Overwatch. Kulit ini dirilis pada tahun 2019 sebagai bagian dari acara Tahun Baru Imlek "Year of the Pig".