1. Gambaran Umum
Raja Hye (wafat 599), yang memerintah dari tahun 598 hingga 599, adalah raja ke-28 Baekje, salah satu dari Tiga Kerajaan Korea. Ia dikenal juga dengan nama lain Heonwang (헌왕HeonwangBahasa Korea) dan memiliki nama pribadi Gye (계GyeBahasa Korea). Sebagai putra kedua dari Raja Seong (raja ke-26) dan adik dari Raja Wideok (raja ke-27), ia naik takhta setelah kematian kakaknya, namun pemerintahannya berlangsung sangat singkat, hanya sekitar dua tahun. Masa kepemimpinannya ditandai oleh tekanan eksternal yang signifikan dari kerajaan tetangga seperti Silla dan Goguryeo, serta perubahan dinamika kekuatan dengan Dinasti Sui di Tiongkok dan Jepang. Penurunan pengaruh perdagangan dan konflik internal di antara kaum bangsawan juga menjadi ciri khas pemerintahannya. Setelah kematiannya, ia digantikan oleh putranya, Raja Beop. Meskipun Samguk Yusa mencatatnya sebagai putra Raja Wideok, sebagian besar sejarawan menganggap ini sebagai kekeliruan dan menegaskan bahwa ia adalah putra Raja Seong.
2. Kehidupan dan Keluarga
Raja Hye, putra kedua Raja Seong, memiliki nama pribadi Gye dan merupakan adik Raja Wideok, dengan beberapa saudara tiri yang berperan penting dalam hubungan Baekje dengan Jepang, dan memiliki seorang putra yang kemudian menjadi Raja Beop.
2.1. Kelahiran dan Awal Kehidupan
Raja Hye, dengan nama pribadi Gye (계GyeBahasa Korea), adalah putra kedua dari Raja Seong, yang merupakan raja ke-26 Baekje. Meskipun detail mengenai masa kecilnya tidak banyak dicatat, ia tampaknya telah terlibat dalam urusan kerajaan jauh sebelum naik takhta. Catatan sejarah Jepang, khususnya Nihon Shoki, menyebutkan bahwa pada bulan Februari tahun 555 (tahun ke-16 Kaisar Kinmei), Raja Hye (disebut sebagai Hye) adalah seorang utusan yang dikirim oleh Raja Wideok untuk mengumumkan kematian Raja Seong. Catatan ini secara eksplisit menyatakan bahwa Hye adalah adik dari Raja Wideok, menunjukkan perannya yang signifikan dalam diplomasi Baekje pada masa itu.
2.2. Pewarisan Takhta dan Hubungan Keluarga
Raja Hye mewarisi takhta setelah kematian kakak laki-lakinya, Raja Wideok, raja ke-27 Baekje. Ayahnya adalah Raja Seong, dan ibunya adalah seorang selir dari klan Yoon (延氏).
Raja Hye memiliki beberapa saudara tiri yang juga memiliki peran penting dalam sejarah dan hubungan Baekje dengan Jepang:
- Pangeran Ajwa-Taeja (아좌태자Ajwa-TaejaBahasa Korea 阿佐太子Asa-TaishiBahasa Jepang, 572-645), yang pindah ke Jepang pada tahun 597. Di Jepang, ia dikenal sebagai Asa-Taishi dan terkenal karena melukis potret Pangeran Shōtoku.
- Pangeran Imseong-Taeja (임성태자Imseong-TaejaBahasa Korea 琳聖太子Rinshō-taishiBahasa Jepang, 577-657), yang juga pindah ke Jepang pada tahun 611 dan kemudian menjadi leluhur klan Ōuchi (大内氏).
Nama permaisuri Raja Hye tidak diketahui secara pasti. Namun, ia memiliki seorang putra bernama Buyeo Seon (부여선Buyeo SeonBahasa Korea) atau Buyeo Hyosun (부여효순Buyeo HyosunBahasa Korea, 扶餘宣/扶餘孝順, ?-600), yang kemudian naik takhta sebagai raja ke-29 Baekje, yaitu Raja Beop. Selain itu, ia juga memiliki seorang putri bernama Putri Wu Yeong (우영공주Wu Yeong GongjuBahasa Korea, 優永公主).
3. Masa Pemerintahan
Masa pemerintahan Raja Hye ditandai oleh periode singkat namun penuh tantangan, menghadapi ketidakstabilan internal dan ancaman eksternal yang signifikan dari kerajaan tetangga dan kekuatan regional.
3.1. Penobatan dan Periode Pemerintahan
Raja Hye naik takhta pada bulan Desember 598, setelah kematian kakak laki-lakinya, Raja Wideok. Masa pemerintahannya sangat singkat, hanya berlangsung sekitar dua tahun, dari tahun 598 hingga kematiannya pada tahun 599. Menurut Samguk Sagi, catatan mengenai pemerintahannya hanya mencakup penobatannya dan kematiannya pada tahun kedua pemerintahannya, di mana ia kemudian diberi nama anumerta Hye.
3.2. Kondisi Baekje Selama Pemerintahan
Selama pemerintahan Raja Hye, Baekje menghadapi kondisi internal yang sulit. Penurunan drastis dalam perdagangan eksternal dan pengaruh di kawasan menyebabkan peningkatan perselisihan di antara kaum bangsawan. Situasi ini menciptakan ketidakstabilan politik dan kesulitan ekonomi yang signifikan di dalam kerajaan, yang semakin melemahkan posisi Baekje di tengah persaingan regional.
3.3. Hubungan Luar Negeri
Masa pemerintahan Raja Hye ditandai oleh tekanan eksternal yang besar dari kerajaan tetangga dan kekuatan regional yang sedang berkembang:
- Silla, di bawah pemerintahan Raja Jinpyeong, melakukan terobosan besar, berhasil menduduki wilayah yang sekarang menjadi Seoul (Lembah Sungai Han) pada tahun 598. Penguasaan wilayah ini memungkinkan Silla untuk berdagang langsung dengan Dinasti Sui di Tiongkok, memberikan keuntungan strategis yang signifikan.
- Posisi komersial Baekje di sepanjang pantai Laut Kuning semakin didominasi oleh Goguryeo, di bawah pemerintahan Raja Yeongyang, mulai tahun 599. Hal ini mengurangi akses Baekje ke jalur perdagangan penting.
- Pos-pos perdagangan Baekje di Tiongkok juga hilang akibat unifikasi Tiongkok di bawah Dinasti Sui (di bawah pemerintahan Kaisar Wen).
- Selain itu, sentralisasi politik Jepang (di bawah pemerintahan Kaisar Suiko) tumbuh melampaui pengaruh Baekje, mengurangi dominasi Baekje di kawasan tersebut dan mengubah dinamika hubungan regional.
4. Catatan Sejarah dan Perbedaan
Berbagai catatan sejarah Korea, Jepang, dan Tiongkok memberikan gambaran yang berbeda atau tidak lengkap mengenai Raja Hye, menyoroti tantangan dalam merekonstruksi sejarahnya secara akurat dan menunjukkan adanya perbedaan interpretasi di berbagai budaya dan era.
4.1. Catatan Sejarah Korea
- Dalam Samguk Sagi, Raja Hye hanya disebutkan secara singkat, dengan catatan mengenai penobatannya dan kematiannya pada tahun 599, serta pemberian nama anumerta Hye. Ini menunjukkan bahwa meskipun ia diakui sebagai raja, detail pemerintahannya mungkin tidak dianggap signifikan atau tidak tercatat secara ekstensif.
- Samguk Yusa mencatat Raja Hye sebagai putra Raja Wideok, namun hal ini secara luas dianggap sebagai kekeliruan oleh para sejarawan, yang meyakini ia adalah putra Raja Seong. Samguk Yusa juga menyebutkan nama lain untuk Raja Hye, yaitu Heonwang (헌왕HeonwangBahasa Korea).
4.2. Catatan Sejarah Jepang
- Nihon Shoki menyebutkan nama "Hye" sebagai seorang utusan penting. Pada bulan Februari tahun 555 (tahun ke-16 Kaisar Kinmei), Hye dikirim oleh Raja Wideok untuk memberitahukan kematian Raja Seong. Catatan ini secara eksplisit menyatakan bahwa Hye adalah adik Raja Wideok, memberikan detail yang tidak ditemukan dalam sumber Korea.
- Shinsen Shojiroku (新撰姓氏録Shinsen ShōjirokuBahasa Jepang), sebuah catatan silsilah Jepang yang disusun pada periode Heian, mencatat bahwa keturunan Raja Hye kemudian menjadi orang Jepang dan menerima gelar Baekje Joseon (백제조신Baekje JoseonBahasa Korea), menunjukkan adanya migrasi dan integrasi bangsawan Baekje ke dalam masyarakat Jepang.
4.3. Catatan Sejarah Tiongkok
- Sui Shu (隋書Suí ShūBahasa Tionghoa), dalam bagian mengenai Baekje, mencatat suksesi kerajaan sebagai berikut: "Setelah Chang (昌, yaitu Raja Wideok) meninggal, putranya Xuan (宣, yaitu Raja Beop) naik takhta. Setelah Xuan meninggal, putranya Zhang (璋, yaitu Raja Mu) naik takhta."
- Catatan ini secara signifikan tidak menyebutkan keberadaan Raja Hye di antara Raja Wideok dan Raja Beop, menunjukkan bahwa keberadaannya mungkin tidak diakui atau dicatat secara langsung dalam sumber-sumber Tiongkok pada masa itu, atau bahwa pemerintahannya dianggap terlalu singkat untuk dicatat secara terpisah.
5. Raja Hye dalam Budaya Populer
Raja Hye digambarkan dalam serial televisi SBS Ballad of Seodong (Seodongyo), yang tayang pada tahun 2005-2006. Dalam drama sejarah ini, perannya dimainkan oleh aktor Park Tae-ho.