1. Kehidupan Awal dan Latar Belakang
João Carlos de Saldanha memiliki latar belakang keluarga yang terkemuka dan memulai kariernya di bidang militer serta diplomasi sebelum terlibat secara mendalam dalam politik Portugal.
1.1. Kelahiran, Keluarga, dan Pendidikan
Saldanha lahir pada tanggal 17 November 1790 di Azinhaga, Portugal. Ia berasal dari keluarga bangsawan yang memiliki ikatan kuat dengan sejarah Portugal; ia adalah cucu dari Sebastião José de Carvalho e Melo, Marquis Pombal Pertama, seorang Sekretaris Negara Kerajaan Portugal dan Algarve yang berpengaruh pada masa Raja Joseph I dari Portugal. Pendidikan awal Saldanha ditempuh di Universitas Coimbra, salah satu institusi pendidikan tertua dan paling bergengsi di Portugal, yang memberinya dasar intelektual yang kuat untuk karier di masa depan.
1.2. Karier Awal dan Kegiatan di Brasil
Setelah menyelesaikan pendidikannya, Saldanha memulai dinas militernya, berjuang melawan pasukan Prancis. Ia ditangkap dan menjadi tawanan perang pada tahun 1810. Setelah dibebaskan, ia pergi ke Brasil, yang pada saat itu masih menjadi bagian dari Kerajaan Portugal. Di sana, ia terlibat dalam pelayanan militer dan diplomatik, memperoleh pengalaman berharga dalam urusan kenegaraan dan strategi militer di luar tanah kelahirannya. Saldanha kembali ke Portugal setelah Deklarasi Kemerdekaan Brasil, membawa serta pengalaman internasionalnya yang luas.
2. Karier Politik dan Militer
Karier politik dan militer João Carlos de Saldanha sangat ekstensif dan penuh gejolak, mencakup partisipasinya dalam konflik-konflik besar dan jabatannya di berbagai posisi kekuasaan tertinggi di Portugal.
2.1. Perang Liberal dan Kegiatan Menteri Awal
Saldanha adalah salah satu tokoh paling dominan dalam Perang Liberal Portugal, konflik saudara yang menentukan nasib Portugal antara pendukung monarki konstitusional di bawah Dom Pedro IV (juga Pedro I dari Brasil) dan pendukung absolutisme di bawah adiknya, Dom Miguel I. Ia dengan tegas mendukung Dom Pedro dalam perjuangan ini.
Pada tahun 1825, Saldanha diangkat sebagai Menteri Luar Negeri. Setahun kemudian, pada tahun 1826-1827, ia menjabat sebagai Gubernur Porto. Keterlibatannya dalam Perang Liberal sangat aktif; ia berjuang dalam pertempuran-pertempuran penting seperti Belfastada, Pengepungan Porto, dan Pertempuran Almoster. Atas jasa-jasanya, ia dianugerahi gelar Marsekal Portugal pada tahun 1833. Setahun kemudian, pada tahun 1834, ia menandatangani Perjanjian Evoramonte dengan Dom Miguel yang kalah, mengakhiri perang saudara tersebut dan mengamankan kemenangan bagi faksi liberal.
2.2. Jabatan Perdana Menteri Pertama dan Periode Pengasingan
Pada tahun 1835, Saldanha mencapai puncak kekuasaan ketika ia diangkat sebagai Menteri Perang dan Presiden Dewan Negara (setara dengan Perdana Menteri). Namun, ia hanya menjabat beberapa bulan dan mengundurkan diri pada tahun yang sama. Pengunduran dirinya ini diikuti oleh keterlibatannya dalam Revolusi 1836 yang ia instigasi, sebuah gerakan yang menggulingkan pemerintahan dan mengembalikan konstitusi yang lebih liberal. Setelah revolusi tersebut, ia terpaksa menjalani pengasingan, sebuah periode yang berlangsung hingga ia dipanggil kembali ke Portugal pada tahun 1846.
2.3. Kembali Berkuasa dan Era Regenerasi
Setelah kembali dari pengasingan pada tahun 1846, João Carlos de Saldanha dianugerahi gelar Adipati Saldanha, sebuah pengakuan atas status dan pengaruhnya. Ia segera membentuk kabinet baru, namun pemerintahan ini tidak bertahan lama dan runtuh pada tahun 1849.
Namun, ia kembali menunjukkan kemampuannya dalam menggalang kekuatan politik. Pada tahun 1851, ia mengorganisir sebuah pemberontakan baru yang berhasil. Setelah keberhasilan ini, ia menjadi Menteri Utama (jabatan Perdana Menteri) sebagai pemimpin koalisi yang terdiri dari faksi Septembrist dan Chartist yang tidak puas. Periode kepemimpinannya ini, dari tahun 1851 hingga aksesi Pedro V pada tahun 1856, dikenal sebagai era Regenerasi. Era ini ditandai oleh upaya modernisasi dan pembangunan infrastruktur di Portugal.
2.4. Peran Pemerintahan Kemudian dan Jabatan Duta Besar Terakhir
Setelah periode Regenerasi, Saldanha masih memegang beberapa peran penting dalam pemerintahan dan diplomasi Portugal. Ia menjabat sebagai Duta Besar untuk Roma dalam dua periode (1862-1864 dan 1866-1869). Pada tahun 1870, meskipun sudah berusia 80-an, ia kembali menjabat sebagai Perdana Menteri untuk beberapa bulan (Mei-Agustus) di bawah pemerintahan Raja Luís I. Pada tahun 1871, ia diutus sebagai Duta Besar ke London, tempat ia menghabiskan tahun-tahun terakhir hidupnya.

3. Pemikiran dan Karya
Selain karier militer dan politiknya, Saldanha juga dikenal sebagai seorang intelektual yang berpengetahuan luas.
3.1. Minat Intelektual dan Kemampuan Bahasa
Saldanha memiliki reputasi sebagai seorang ahli bahasa yang ulung dan sarjana yang berpengetahuan luas. Ia dikenal mampu berbicara bahasa Inggris, bahasa Prancis, dan bahasa Jerman dengan kefasihan yang sempurna, menunjukkan minatnya yang mendalam terhadap pengetahuan dan budaya di luar batas Portugal.
3.2. Karya Filosofis yang Diterbitkan
Minat intelektualnya juga tercermin dalam karyanya yang diterbitkan. Ia menulis sebuah buku berjudul "On the Connexion between true Sciences and Revealed Religion" (Tentang Hubungan antara Ilmu Pengetahuan Sejati dan Agama Wahyu), yang diterbitkan di Berlin. Karya ini mencerminkan pemikirannya tentang hubungan antara sains dan agama, sebuah topik yang relevan pada masanya.
4. Kehidupan Pribadi dan Keluarga
Meskipun sebagian besar hidupnya didedikasikan untuk pelayanan publik, ada beberapa aspek kehidupan pribadi Saldanha yang tercatat. Diketahui bahwa ia memiliki seorang putra yang meninggal dunia di Berlin pada tahun 1845.
5. Kematian
João Carlos de Saldanha meninggal dunia pada tanggal 20 November 1876 di London, saat masih menjabat sebagai Duta Besar Portugal untuk Britania Raya. Kematiannya menandai berakhirnya era panjang di mana ia menjadi salah satu tokoh sentral dalam sejarah Portugal.
6. Warisan dan Penilaian
Warisan João Carlos de Saldanha adalah subjek berbagai penilaian, baik oleh para pengamat kontemporer maupun sejarawan, mencerminkan perannya yang kompleks dan seringkali kontroversial dalam sejarah Portugal.
6.1. Penilaian Kontemporer
Pada tahun 1846, Terence Hughes, seorang pengamat kontemporer, menggambarkan karakter Saldanha dengan sangat detail. Hughes menulis bahwa Saldanha adalah seorang prajurit tua yang berpenampilan sangat mulia, dengan penampilan, tata krama, dan kecakapan yang akan menjadi kehormatan bagi bangsawan mana pun di Eropa. Rambut, kumis, dan jambangnya yang lebat seputih salju, yang kontras dengan warna kulitnya yang cokelat. Hughes mencatat bahwa hidungnya sedikit tumpul, tetapi mulutnya menunjukkan kebaikan, matanya cerah dan ekspresif, serta dahinya lebar. Dengan tinggi badan sedang dan sosok yang luwes serta terhormat, ia tampak sangat tegak untuk seorang pria yang saat itu setidaknya berusia enam puluh dua tahun. Hughes menekankan bahwa Adipati Saldanha sama-sama terkemuka dalam bidang militer dan diplomasi, telah mengabdi selama seluruh Perang Peninsular dan kemudian berperan aktif dalam perang melawan Dom Miguel. Ia dianggap sebagai jenderal paling cakap di Portugal, dan tidak ada perselisihan mengenai keunggulan bakat strategisnya. Hughes juga menyebutkan bahwa Saldanha dikatakan berasal dari Bernardo del Carpio yang terkenal, yang ayahnya adalah Conde de Saldana.
6.2. Penilaian Historis dan Dampak Politik
Secara historis, Saldanha dikenang sebagai tokoh dengan pencapaian militer dan diplomatik yang luar biasa, namun juga sebagai simbol ketidakstabilan politik di Portugal abad ke-19. Perannya dalam Perang Liberal sangat penting dalam pembentukan monarki konstitusional. Namun, warisannya secara signifikan diwarnai oleh kecenderungannya untuk melakukan intervensi politik melalui kekuatan militer. Ia tercatat mendalangi tidak kurang dari tujuh kudeta sepanjang kariernya. Tindakan-tindakan ini, meskipun kadang-kadang ia klaim bertujuan untuk "memperbaiki" arah politik negara, secara fundamental merusak stabilitas institusi demokrasi yang sedang berkembang di Portugal. Frekuensi kudeta yang ia lakukan menciptakan preseden yang berbahaya dan berkontribusi pada siklus ketidakpastian politik yang panjang, menghambat konsolidasi demokrasi dan pembangunan sosial yang stabil. Oleh karena itu, penilaian terhadap Saldanha dari perspektif modern dan tengah-kiri cenderung kritis terhadap perannya dalam melemahkan proses politik yang damai dan konstitusional, meskipun ia diakui atas kecakapan militer dan intelektualnya.
7. Lihat Pula
- Devorismo
- Pemberontakan Marsekal