1. Kehidupan dan Latar Belakang
Kanken Toyama memiliki perjalanan hidup yang kaya, dimulai dari kelahirannya di Okinawa hingga perannya yang signifikan dalam menyebarkan karate di Jepang dan melatih generasi penerus.
1.1. Kelahiran dan Kehidupan Awal
Kanken Toyama lahir dengan nama Oyadomari Kanken di Shuri, Prefektur Okinawa, Jepang, pada tahun 1888 (Meiji 21). Kemudian, ia mengubah namanya menjadi Toyama, terinspirasi oleh pemikir Mitsuru Toyama.
1.2. Pendidikan dan Latihan
Pada usia 9 tahun (sekitar tahun 1897), Toyama memulai latihan karate gaya Shuri-te di bawah bimbingan Ankō Itosu, dan tetap menjadi muridnya hingga Itosu meninggal pada tahun 1915. Ia juga mempelajari gaya Naha-te di bawah Kanryō Higaonna dan gaya Tomari-te di bawah Ankichi Aragaki. Selain itu, ia berlatih di bawah bimbingan guru-guru terkemuka lainnya seperti Itarashiki, Ankichi Aragaki, Azato Anko, Chosho Chibana, Oshiro, Tana, dan Yabu Kentsu.
Toyama masuk Okinawa Normal School pada tahun 1906. Selama masa studinya, Itosu Anko menjabat sebagai guru karate di sekolah tersebut, dengan Yabu Kentsu sebagai asistennya. Dari tahun 1908 (Meiji 41) hingga tiga tahun berikutnya, Toyama bertindak sebagai asisten bagi Itosu dan Yabu. Ia lulus dari Normal School pada tahun 1911 (Meiji 44). Bersama Tokuda Anbun dan Makiya, ia dikenal sebagai "Tiga Gagak Itosu Anko" (糸洲安恒の三羽烏). Ia juga mempelajari Bōjutsu dan Saijutsu dari Tana, serta kata "Chibana Kūsankū" dari Chosho Chibana, paman dari Chōshin Chibana.
1.3. Kegiatan di Taiwan
Pada tahun 1924 (Taisho 13), Toyama pindah bersama keluarganya ke Taiwan, di mana ia mengajar di sebuah sekolah dasar di Taipei. Selama di Taiwan, ia memperdalam pengetahuannya tentang Ch'uan Fa (seni bela diri Tiongkok) dari Chen Butsuji di Taipei dan Lin Xiandong di Taichung. Studi ini mencakup teknik-teknik seperti Taku, Makaitan, Rutaobai, dan Ubo. Berkat latar belakang seni bela diri yang beragam ini, pemerintah Jepang segera mengakui keahlian Toyama dan memberinya hak untuk mempromosikan peringkat apa pun dalam gaya karate Okinawa mana pun, serta memberinya gelar instruktur master.
1.4. Perpindahan ke Tokyo dan Pendirian Shudokan
Pada awal tahun 1930, Toyama kembali ke Jepang dan pada tanggal 20 Maret 1930, ia membuka dojo pertamanya di Tokyo. Ia menamai dojo-nya Shu Do Kan (修道舘), yang berarti "aula untuk mempelajari jalan karate." Toyama mengajarkan apa yang telah ia pelajari dari Itosu dan Ch'uan Fa, dan ia tidak pernah mengklaim telah menciptakan gaya karate baru.
Di Shudokan, Toyama melatih banyak murid, termasuk individu-individu kelahiran Korea seperti Yoon Byung-in, Yun Kwae-byung, dan Kim Ki-whang. Setelah Perang Dunia II berakhir, seni bela diri dilarang oleh GHQ. Untuk mengatasi larangan ini dan melanjutkan praktik karate, beberapa murid Toyama yang berperingkat tinggi membentuk dojo bernama Kanbukan (Aula Seni Bela Diri Korea) dan menunjuk Yun Kwae-byung (yang memiliki status khusus sebagai orang dari negara ketiga) sebagai direkturnya untuk menghindari penutupan oleh GHQ.
Toyama juga terlibat dalam pendidikan anak usia dini. Ia bersimpati dengan ideologi pendidikan baru dari pasangan Kazuo Hatoyama (mantan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Jepang) dan Haruko Hatoyama, dan menjabat sebagai direktur Taman Kanak-kanak Hatoyama di Otowa, Tokyo.
2. Filosofi dan Ajaran Karate
Filosofi Kanken Toyama mengenai karate sangat mendalam, menekankan aspek etika, moral, dan pengembangan diri di atas sekadar teknik fisik.
2.1. Definisi Karate
Toyama mendefinisikan karate sebagai "seni bela diri yang melindungi diri dengan tangan kosong berdasarkan prinsip kekakuan, yin dan yang, serta pernapasan, dan bebas untuk menyerang serta bertahan melawan musuh, dengan pelajaran etika sebagai prioritas utama."
2.2. Ajaran Moral
Dalam tiga buku yang ditinggalkan oleh Kanken Toyama, terdapat enam ajaran moral yang dijelaskan sebagai berikut:
- Shurei no kuni (守礼のくにShurei no kuniBahasa Jepang): Tanah kesopanan.
- Karate ni sente nashi (空手に先手なしKarate ni sente nashiBahasa Jepang): Tidak ada gerakan pertama dalam karate. Ini mengajarkan sikap spiritual untuk tidak bertindak sembarangan, tidak meremehkan musuh kecil sekalipun, tidak agresif, dan tidak mengambil inisiatif secara aktif. Ketiadaan inisiatif dalam bentuk karate mencerminkan makna perdamaian dan etika yang luas, serta merupakan pelajaran besar sepanjang masa.
- Shinobu wa hyaku gyō no kinari (忍は百行の基なりShinobu wa hyaku gyo no kinariBahasa Jepang): Kesabaran adalah fondasi dari semua tindakan.
- Te ga detara iji o hike, iji ga detara te o hike (手が出たら意地を引け、意地が出たら手を引けTe ga detara iji o hike, iji ga detara te o hikeBahasa Jepang): Jika tanganmu terulur, tarik kembali kemauanmu; jika kemauanmu terulur, tarik kembali tanganmu.
- Jū soku wa, gō soku wa (柔即和、剛即和Ju soku wa, go soku waBahasa Jepang): Kelembutan adalah harmoni, kekerasan adalah harmoni.
- Kenka arasoi wa katte mo suteyo (喧嘩争いは買っても捨てよKenka arasoi wa katte mo suteyoBahasa Jepang): Bahkan jika kamu terlibat dalam pertengkaran, buanglah itu.
2.3. Sikap dan Pola Pikir Praktisi
Toyama juga menguraikan prinsip-prinsip penting bagi seorang praktisi karate, yang mencakup:
- Makna dari karakter "Wu" (武WǔBahasa Tionghoa): berarti menghentikan pertarungan dengan masuk di antara dua orang yang sedang berkonflik. Seseorang harus merenungkan esensi makna ini dan menerapkannya dalam pertempuran sesungguhnya.
- Tidak ada gerakan pertama dalam karate. Ini adalah ajaran yang menunjukkan sikap spiritual untuk tidak bergerak sembarangan, tidak meremehkan musuh kecil sekalipun, tidak bersifat agresif, dan tidak mengambil inisiatif secara aktif. Ketiadaan inisiatif dalam bentuk karate mencerminkan makna perdamaian dan etika yang luas, serta merupakan pelajaran besar sepanjang masa.
- Jika seseorang melakukannya sekali, ia akan melakukannya 100 kali; jika ia melakukannya 100 kali, ia akan melakukannya 1.000 kali. Singkatnya, latihan keras, usaha, dan kecerdikan adalah rahasia untuk meningkatkan kemampuan karate.
- Mereka yang memahami alasan lebih unggul daripada mereka yang hanya menguasai keterampilan. Pelajaran ini mengajarkan bahwa seseorang harus terlebih dahulu memahami alasan, kemudian menguasai teknik, dan setelah itu melatih anggota tubuhnya.
- Karate memiliki keterampilan ofensif, defensif, dan bela diri terakhir dan satu-satunya yang berada di luar jangkauan orang yang berhati-hati, rendah hati, dan dermawan.
- Menurut Sun Tzu, "Prajurit yang baik di masa lalu, pertama-tama membuat diri tak terkalahkan, kemudian menunggu kesempatan untuk mengalahkan musuh." Dengan kata lain, ini berarti pertama-tama menempati posisi yang tak terkalahkan bagi diri sendiri, dan kemudian memanfaatkan kekalahan musuh.
- Bersikaplah berani dan lakukan dengan teliti. Keberanian harus seperti samudra, dan kehati-hatian harus seperti aliran sungai tanpa suara. Penting untuk memiliki kesiapan untuk tidak takut pada musuh besar dan tidak meremehkan musuh kecil.
- Lindungi dirimu sendiri. Jika kamu ingin menyerang lawan, kamu akan menciptakan celah bagi dirimu sendiri, yang dapat dimanfaatkan oleh musuh. Jika kamu melindungi dirimu sendiri, celah lawan akan muncul secara alami.
- Delapan kalimat utama dari Quanfa (拳QuánBahasa Tionghoa): "Hati manusia sama dengan langit dan bumi, darah seperti matahari dan bulan, hukumnya kaku dan lembut, menelan dan memuntahkan, dan tubuh siap merespons kapan saja. Ketika tangan di udara, kode maju dan mundur. Mata perlu melihat empat arah, telinga dapat mendengar delapan arah."
2.4. Prinsip Tanpa Aliran (Non-school principle)
Toyama, yang menganggap dirinya sebagai garis keturunan langsung dari Anko Itosu, menganut prinsip tanpa aliran sepanjang hidupnya. Ia tidak memberikan nama aliran pada karate-nya dan menolak keberadaan aliran itu sendiri. Teorinya adalah "tidak ada alasan mengapa seni yang paling khidmat harus memiliki dua atau tiga gaya seni yang berbeda." Ia berpendapat bahwa "adalah cara biasa dalam karate untuk berlatih dengan berbagai cara, dan itu secara fundamental berbeda dari aliran." Ia menganggap semua hal yang pada saat itu dinamakan aliran sebagai perbedaan dalam pelatihan, dan tidak seharusnya ditetapkan sebagai aliran.
Dalam bukunya, Karatedo Daihokan, Toyama membahas Shorin-ryu dan Shorei-ryu, yang sudah dikenal luas pada saat itu, dengan menulis: "Dunia diberitahu seolah-olah kelas kedua ini sekarang ada, tetapi tidak ada dasar atau bukti yang kuat berdasarkan fakta sejarah." Ia bersikeras bahwa keduanya diintegrasikan dalam format yang sama.
Selain itu, mengenai berbagai aliran yang lahir pada awal periode Showa, Toyama sendiri mengajukan pertanyaan ketika ia bertemu Kenwa Mabuni dari Shito-ryu dan Chojun Miyagi dari Goju-ryu. Mabuni menjawab, "Bukankah lebih bermakna untuk memberinya nama, dan juga bermakna untuk memikirkan gurumu?" Miyagi mengatakan, "Karena orang-orang di dunia tidak menyadari karate, gambaran keseluruhannya diekspresikan dalam dua huruf, Go dan Juu." Pada akhirnya, Toyama menyimpulkan bahwa "nama karate tidak ada artinya karena itu adalah karate Okinawa asli tanpa gaya atau aliran." Ia juga mengkritik munculnya aliran-aliran baru pada waktu itu, menyatakan, "Baru-baru ini, ada beberapa karateka yang tidak dikenal yang memperkenalkan nama aliran baru yang aneh. Ini adalah orang-orang yang tidak mengetahui gambaran keseluruhan karate ortodoks."
2.5. Teknik Rahasia yang Diwariskan
Toyama meyakini bahwa ia mewarisi tujuh teknik misterius berikut dari gurunya, Anko Itosu:
- Fukushiki kokyūhō (複式呼吸法Fukushiki kokyūhōBahasa Jepang): metode pernapasan sistem ganda (pernapasan perut).
- Shishi no hō (獅子の法Shishi no hōBahasa Jepang): metode singa.
- Tora no hō (虎の法Tora no hōBahasa Jepang): metode harimau.
- Akuryokuhō (握力法AkuryokuhōBahasa Jepang): metode kekuatan genggaman.
- Tanganhō (鍛眼法TanganhōBahasa Jepang): metode latihan mata.
- Kuma no te (熊の手Kuma no teBahasa Jepang): cakar beruang.
- Sankakutobi (三角飛びSankakutobiBahasa Jepang): lompatan segitiga.
Meskipun demikian, Toyama juga menyatakan bahwa "teknik rahasia dimulai dengan teknik biasa, dan teknik biasa berakhir dengan teknik rahasia. Tidak ada teknik rahasia di awal, tetapi ada teknik rahasia di akhir. Latihan memegang kunci keberhasilan atau kegagalan." Ini berarti bahwa bahkan teknik biasa pun dapat menjadi teknik rahasia yang unik jika dilatih dengan cukup intensif.
3. Aktivitas dan Pencapaian Utama
Kanken Toyama memberikan kontribusi signifikan dalam pengembangan dan penyebaran karate, baik melalui dojo-nya maupun melalui perannya dalam mempromosikan karate sebagai olahraga dan melalui karya-karya tulisnya.
3.1. Kegiatan Shudokan dan Pembinaan Murid

Dojo Shudokan yang didirikan Toyama di Tokyo pada tahun 1930 menjadi pusat penting untuk pelatihan karate. Di sana, ia melatih banyak murid, termasuk beberapa tokoh penting yang kemudian membawa pengaruh besar, seperti Yoon Byung-in, Yun Kwae-byung, dan Kim Ki-whang yang berasal dari Korea.
Berikut adalah daftar murid-murid Shudokan yang tercatat dalam Karate-Do Tai Hokan dan sumber lainnya, yang dianugerahi lisensi gelar shihan dan hanshi serta peringkat tinggi (dan kelima hingga kedelapan):
Nama | Gelar | Posisi / Lokasi |
---|---|---|
Iji Choshin | Shihan | Kota Shuri, Okinawa, To Sho Kan |
Iwasa Kahoya | Hanshi Shihan | Direktur Tambang Batubara Cabang Superior Hokaido |
Ito Mikihiro | Hanshi Shihan | Guru Perguruan Tinggi Terkemuka Tokyo, Direktur Dojo Mori |
In Hei Jin (Yoon Byung-in) | Shihan | Dojo Seoul, Korea |
In ? Hei (Yun Kwae-byung) | Shihan | Direktur Kanbukan (Aula Bela Diri Korea) Tokyo |
Inoue Kiyoshi | Shihan | Distrik Ota Metropolitan Tokyo |
Izumikawa Hiroki | Hanshi Shihan | Direktur Senbukan Kota Kawasaki |
Hanaue Toshio | Hanshin Shihan | Direktur Kodokan Kota Atsugi, Prefektur Kanagawa |
Toshishinga Fumio | Shihan | Direktur Dojo Toshishinga Hokaido |
Chitose Tadashi | Hanshin Shihan | Nen Dojo Cho Kota Choshi, Prefektur Chiba |
Onishi Eizo | Shihan | Pendiri/Direktur Koei-Kan Karate-Do Kota Iyo, Prefektur Ehime |
Onishi Kazuhiro | Shihan | Kawanoishi, Prefektur Ehime |
Ogawa Hideharu | Shihan | Distrik Shinjuku Metropolitan Tokyo |
Watanabe Kenichi | Hanshin Shihan | Direktur Seidokan Distrik Ota Metropolitan Tokyo |
Katsumura Masao | Hanshin Shihan | Direktur Seidokan Kota Yokohama |
Yoshikawa Hideo | Hanshin Shihan | Direktur Seifukan Distrik Nerima Metropolitan Tokyo |
Yoshida Tetsuo | Shihan | Direktur Klub Karate Taiikukyokai Kota Tatsugazaki, Prefektur Ibaragi |
Tamaki Hakufu | Hanshin Shihan | Kepala Sekolah Menengah Bagian Tachinaka Kota Beppu, Prefektur Oita |
Takamine Michio | Shihan | Kyushu |
Mou Hozo | Shihan | Kyushu |
Tsuchiya Hideo | Shihan | Kota Odawara, Prefektur Kanagawa |
Narazaki Takeo | Hanshin Shihan | Direktur Kempokan Setagaya Metropolitan Tokyo |
Nakagomi Ichiro | Shihan | Ketua Yu Dan Sha (Peringkat) Prefektur Yamanashi |
Korishima Ichiro | Hanshin Shihan | Letnan Jenderal Angkatan Darat Pensiunan Tokyo |
Kurita Yoshifumi | Shihan | Prefektur Ehime |
Yabiku Isamu | Shihan | Muronouchi Metropolitan Tokyo |
Fujiwara Fumiyoshi | Shihan | Direktur Dojo Seiki Tenjin Cho Kota Fukuoka |
Kinoshita Yoshifumi | Shihan | County Kitaadachi, Prefektur Saitama |
Koizumi Shonosuke | Shihan | Distrik Meguro Metropolitan Tokyo |
Koyasu Michio | Shihan | Kyushu |
Amamiya Hiroshi | Shihan | Kota Shioyama, Prefektur Yamnashi |
Akamine Shozuke | Shosuke Shihan | Nakajima, Kota Kawasaki |
Arai Toshiro | Shihan | Direktur Sekolah Persiapan Chihaya Distrik Toshima Metropolitan Tokyo |
Arakaki Ryusho | Shihan | Direktur Dojo Cabang Yoyogi Shudokan Metropolitan Tokyo |
Sakura Toshio | Shihan | Distrik Daito Metropolitan Tokyo |
Kinjo Hiroshi | Hanshi Shihan | Shihan Renbukan Tokyo |
Shimabukuro Kosuke | Shihan | Direktur Dojo Shimabukuro Distrik Tsurumi Kota Yokohama |
Shibanaka Iwao | Shihan | Prefektur Ehime |
Shimono Keiji | Shihan | Direktur Urusan Umum Pasukan Bela Diri |
Higa Yoshito | Hanshi Shihan | Jaksa Agung Okinawa |
Higa Yoshiaki | Shihan | Distrik Tsurumi Kota Yokohama |
Higashiona Hiroshi | Hanshi Shihan | Direktur Markas Besar Omichikan Prefektur Kanagawa |
Higa Seitoku | Shihan | Pengacara Penuntut Kantor Kejaksaan Umum Ryukyu |
Isao Ichikawa | Hanshin Shihan | Pendiri Karatedo Doshinkan |
Morita Sadao | Shihan | Kota Yokohama |
Suzuki Hideaki | Shihan | Distrik Ota Metropolitan Tokyo |
Suzuki Yoshitsugu | Shihan | Direktur Seishukan Prefektur Shizuoka |
Sunabe Koichi | Shihan | Direktur Dojo Sunabe Distrik Tsurumi Kota Yokohama |
Akitani Seiji | Shihan | Ketua Shudokan |
Murata Yoshitaro | Shihan | Hokaido |
Takazawa Masanao | Shihan | Kota Okaya, Prefektur Nagano (almarhum) |
3.2. Kontribusi terhadap Olahraga Karate
Toyama memainkan peran penting dalam mempopulerkan karate sebagai olahraga. Ia sering melakukan demonstrasi pada Kejuaraan Karatedo Nasional (saat ini Kejuaraan Karatedo Nasional dengan Pelindung) yang dimulai oleh murid-muridnya. Ketika Federasi Karatedo Seluruh Jepang (lama) - yang sekarang dikenal sebagai Federasi Karatedo Seluruh Jepang Renbukai - didirikan pada tahun 1951, Shudokan menjadi markas besarnya. Sebagai seorang master, Toyama berkontribusi besar pada penyebaran Karate Berpelindung (Bogutsuki Karate) sebagai bentuk kompetisi olahraga.
3.3. Aktivitas Menulis
Toyama adalah seorang penulis yang produktif, dan karya-karyanya menjadi sumber penting untuk memahami ajaran dan filosofinya. Ia menerbitkan beberapa buku melalui Tsuru Shobo, termasuk:
- Karate / Okute Secret (奥義秘伝空手道)
- Karate Daihokan (空手道大宝鑑)
- Introduction to Karatedo (空手道入門)
Buku-buku ini tidak hanya mendokumentasikan teknik, tetapi juga filosofi mendalam yang ia anut, terutama prinsip "tanpa aliran" dan ajaran moralnya.
4. Kontroversi dan Perdebatan
Selama karirnya, Kanken Toyama menghadapi beberapa perselisihan dan pandangan berbeda, yang paling menonjol adalah dengan Gichin Funakoshi mengenai legitimasi garis keturunan karate Okinawa.
4.1. Perselisihan dengan Gichin Funakoshi
Sekitar tahun 1948, Toyama terlibat dalam perselisihan dengan Gichin Funakoshi mengenai "kepala keluarga karate." Toyama, yang mengklaim sebagai murid langsung dari Itosu, berargumen bahwa Funakoshi hanyalah murid sampingan di bawah gerbang Itosu (Funakoshi adalah murid langsung dari Anko Asato). Ia menyatakan bahwa mereka yang tidak memiliki hubungan langsung dengan Itosu bukanlah karate Okinawa yang sah.
Poin lain dalam kontroversi ini adalah latar belakang pendidikan mereka: Toyama adalah lulusan program utama Okinawa Normal School, sementara Funakoshi berasal dari kursus Hayashi (kursus satu tahun) di Okinawa Prefecture Normal School. Toyama berpendapat bahwa hanya mereka yang belajar dari Itosu di program utama Normal School yang merupakan penerus Itosu yang sah.
Namun, Itosu mulai mengajar di Normal School pada tahun 1905. Mengingat Funakoshi lahir pada tahun 1870, ia tidak mungkin memiliki kesempatan untuk belajar langsung di bawah Itosu di Normal School. Bagaimanapun, melalui kontroversi Toyama-Funakoshi, tampak jelas bahwa ada rasa diskriminasi antara murid langsung dan murid sampingan di antara para murid Itosu.
5. Kehidupan Pribadi
Di luar aktivitas profesionalnya sebagai master karate, Kanken Toyama juga memiliki sisi personal yang menarik, termasuk minat pada musik dan beberapa insiden penting dalam hidupnya.
5.1. Keluarga dan Minat Pribadi
Kanken Toyama memiliki seorang putra bernama Hatoyama Hiroshi, seorang pemain biola berbakat yang belajar di bawah Alexander Mogilevsky dan memenangkan juara pertama pada Kontes Musik Jepang ke-5. Kanken Toyama sendiri juga memiliki kegemaran bermain biola.
5.2. Anekdot
Kehidupan Toyama diwarnai oleh beberapa insiden yang menunjukkan ketahanan dan karakternya:
- Pada suatu hari di tahun 1927, seorang pendekar pedang dari aliran koryu menyerang Toyama secara tiba-tiba di jalan dengan pedang sungguhan. Meskipun tidak ada permusuhan pribadi, serangan itu diduga atas permintaan karateka lain yang tidak menyukai Toyama. Toyama dengan sigap menghindari serangan pedang tersebut. Tanpa menunjukkan kepanikan, ia mengambil posisi setengah badan dan bersiap untuk serangan kedua. Setelah hening sejenak, pendekar pedang itu menyerang lagi dengan teriakan. Detik berikutnya, kaki kiri Toyama berhasil menjebak lengan pendekar pedang itu, dan pendekar pedang itu terlempar ke dinding tanah hingga pingsan. Toyama mengambil pedang itu dan pergi dengan tenang seolah tidak terjadi apa-apa. Seluruh insiden itu berlangsung kurang dari tiga menit.
- Pada 10 Desember 1947, Toyama diserang tanpa peringatan oleh seorang tentara Amerika yang mabuk. Toyama sama sekali tidak melawan dan membiarkan tentara itu memukulinya selama beberapa waktu. Akhirnya, tentara Amerika itu lelah memukuli Toyama dan melarikan diri. Toyama tidak terluka parah akibat insiden tersebut. Tubuhnya yang telah ditempa seperti baja melalui latihan "Fukushiki kokyūhō" (metode pernapasan perut ganda) dan teknik rahasia "Tora no hō" (metode harimau) yang diwarisi dari Anko Itosu, membuatnya sangat tangguh bahkan di hadapan tentara Amerika yang kuat.
6. Warisan dan Evaluasi
Kanken Toyama meninggalkan dampak jangka panjang yang signifikan pada dunia karate, baik melalui filosofinya maupun kontribusinya dalam pengembangan seni bela diri ini.
6.1. Evaluasi Pasca-Kematian dan Kontribusi
Kanken Toyama meninggal pada 24 November 1966, di Shuri, Okinawa, pada usia 78 tahun. Setelah Perang Dunia II, kampung halamannya di Okinawa mengalami kerusakan parah, dan terjadi kekurangan buku untuk anak-anak sekolah. Sebagai tanggapan, Toyama mendonasikan ratusan bukunya kepada Prefektur Okinawa. Atas prestasi ini, ia dianugerahi gelar "Karate Dodai Shihan" (Guru Besar Karatedo) oleh Takanobu Shikiya, gubernur pertama Okinawa. Kontribusinya ini diakui sebagai sumbangan penting bagi budaya dan pendidikan di wilayah tersebut.
6.2. Pengaruh terhadap Dunia Karate
Filosofi "tanpa aliran" yang dianut Toyama, yang menegaskan bahwa "tidak ada aliran dalam karate," memiliki dampak mendalam. Ia berpendapat bahwa karate adalah satu kesatuan esensi bela diri yang tidak seharusnya terpecah menjadi berbagai gaya. Pendekatan ini mendorong para praktisi untuk fokus pada prinsip-prinsip universal karate daripada terikat pada batasan-batasan aliran tertentu.
Peran Shudokan sebagai markas besar Federasi Karatedo Seluruh Jepang (lama), serta kontribusinya dalam mempopulerkan Karate Berpelindung (Bogutsuki Karate) sebagai olahraga kompetitif, membantu menyebarkan karate ke khalayak yang lebih luas. Karya-karya tulisnya, terutama Karatedo Daihokan, tetap menjadi sumber penting untuk memahami ajaran dan filosofinya. Melalui murid-muridnya, termasuk mereka yang berasal dari Korea, pengaruh Toyama meluas secara internasional, membentuk generasi praktisi yang membawa warisan ajarannya ke seluruh dunia.