1. Biografi
Biografi Kenji Mizoguchi mencakup perjalanan hidupnya dari masa kanak-kanak yang sulit hingga awal kariernya di industri film, yang banyak membentuk pandangan dan karya-karyanya.
1.1. Kehidupan Awal dan Masa Pertumbuhan
Kenji Mizoguchi lahir pada tanggal 16 Mei 1898 di Yushima Shinhanamachi, Hongō, Tokyo (sekarang Yushima, Bunkyō), sebagai anak kedua dari tiga bersaudara. Ayahnya, Zentaro, adalah seorang tukang kayu pembuat atap, dan ibunya bernama Masa. Keluarga Mizoguchi awalnya sederhana, namun jatuh miskin setelah kegagalan bisnis ayahnya yang mencoba menjual jas hujan kepada pasukan Jepang selama Perang Rusia-Jepang. Akibatnya, keluarga tersebut terpaksa pindah ke distrik Asakusa yang lebih miskin, dan kakak perempuan Mizoguchi, Suzu, diserahkan untuk diadopsi, yang pada praktiknya berarti dijual ke profesi geisha. Peristiwa ini sangat memengaruhi Mizoguchi, dan penderitaan wanita menjadi tema fundamental dalam hampir semua karyanya, terutama pengorbanan seorang saudari untuk saudaranya, yang terlihat dalam film-film terbesarnya seperti Sansho the Bailiff (1954).
Pada tahun 1911, karena kemiskinan orang tuanya, Mizoguchi dikirim untuk tinggal bersama pamannya di Morioka, Jepang utara, selama setahun, di mana ia menyelesaikan sekolah dasarnya. Setelah kembali ke Tokyo pada tahun 1912, ia menderita radang sendi rematik yang melumpuhkan, menyebabkan ia berjalan pincang seumur hidup. Pada tahun 1913, Suzu membantunya mendapatkan magang sebagai desainer untuk produsen yukata, dan pada tahun 1915, setelah kematian ibunya, Suzu membawa kedua adik laki-lakinya untuk tinggal bersamanya. Mizoguchi kemudian mendaftar di sekolah seni Aoibashi Yoga Kenkyuko di Tokyo, yang mengajarkan teknik melukis Barat. Ia juga mengembangkan minat pada opera, khususnya di Teater Royal di Akasaka, di mana ia membantu para dekorator panggung dengan desain dan konstruksi set. Ia juga sering mengunjungi yose (tempat hiburan tradisional Jepang) untuk menikmati kōdan dan rakugo, serta gemar membaca sastra asing seperti Leo Tolstoy, Émile Zola, Guy de Maupassant, dan novelis Jepang seperti Ozaki Kōyō, Natsume Sōseki, Izumi Kyōka, serta Nagai Kafū.
Pada tahun 1917, Suzu kembali membantunya mencari pekerjaan, kali ini sebagai desainer iklan di surat kabar Yuishin Nippon di Kobe. Namun, ia tidak betah dan kembali ke Tokyo dalam waktu kurang dari setahun. Ia menghabiskan hari-harinya di perpustakaan, museum, atau menonton opera dan "gambar bergerak" (film bisu) di Asakusa.
1.2. Masuk ke Industri Film
Pada tahun 1920, Mizoguchi masuk industri film sebagai asisten sutradara di studio Nikkatsu di Mukojima, Tokyo, setelah berteman dengan seorang aktor Nikkatsu yang ia temui saat belajar biwa. Ia awalnya bercita-cita menjadi seorang aktor. Pada tahun 1922, ia menjadi asisten sutradara Eizō Tanaka untuk film Kyōya Erinten, di mana Tanaka mengakui bakatnya. Setelah insiden pemogokan di Nikkatsu yang menyebabkan banyak staf mengundurkan diri, Mizoguchi dipromosikan menjadi sutradara atas rekomendasi Tanaka.
Pada Februari 1923, ia memulai debut penyutradaraannya dengan film Ai ni yomigaeru hi (The Resurrection of Love), berdasarkan skenario karya Osamu Wakayama. Film keduanya, Kokyō, sangat dipotong oleh sensor. Namun, ia mulai dikenal luas dengan film Haisan no uta wa kanashi pada Mei 1923, dan kemudian mendapatkan reputasi sebagai sutradara baru dengan Kiri no minato pada Juli tahun yang sama. Setelah gempa bumi besar Kantō 1923 pada September 1923, Mizoguchi bersama ayahnya dan keponakannya mengungsi ke studio Mukojima yang terbakar sebagian. Ia kemudian ditugaskan untuk merekam kondisi kota setelah gempa dan menyutradarai film drama bertema bencana, Haikyo no naka. Studio Mukojima ditutup, dan Mizoguchi bersama staf lainnya pindah ke studio Nikkatsu di Kyoto pada November 1923. Selama periode di Kyoto, ia menyutradarai berbagai genre film dengan kecepatan satu film per bulan, namun sebagian besar karyanya tidak terlalu sukses, menandai masa-masa sulit dalam kariernya.
Selama di Kyoto, ia mempelajari teater kabuki dan nō, serta tari dan musik tradisional Jepang. Ia juga sering mengunjungi rumah teh, balai dansa, dan rumah bordil di Kyoto dan Osaka. Pada suatu waktu, ia menjadi korban insiden yang tersebar luas, diserang dengan pisau cukur oleh seorang pelacur yang juga kekasihnya saat itu, Ichijo Yuriko. Meski lukanya tidak serius, insiden tersebut menjadi skandal yang menyebabkan ia dicopot dari proyek film Akai yūhi ni terasarete dan dihukum skorsing selama tiga bulan oleh perusahaan. Film-filmnya pada tahun 1926, Kaminingyō haru no sasayaki (A Paper Doll's Whisper of Spring) dan Kyōren no onna shishō (Passion of a Woman Teacher), menandai keluar dari masa sulitnya, di mana Kaminingyō haru no sasayaki menduduki peringkat ke-7 dalam daftar 10 Film Jepang Terbaik oleh Kinema Junpo pada tahun tersebut.
Pada akhir tahun 1926, ia bertemu dengan penari Chieko Saga di Osaka dan menikahinya pada Agustus 1927. Namun, kariernya mengalami penurunan jumlah produksi film pada tahun 1927 dan 1928, dan ia sering jatuh sakit. Pada Mei 1928, studio Nikkatsu pindah dari Daishogun ke Uzumasa, dan Mizoguchi diangkat menjadi kepala departemen skenario, menghentikan sementara penyutradaraan. Ia kembali menyutradarai pada Januari 1929 dengan film Nihonbashi, dan meraih sukses dengan Tokyo March serta Metropolitan Symphony, yang mencerminkan ideologi kiri yang berkembang saat itu.
2. Karier Filmografi
Kenji Mizoguchi memiliki karier penyutradaraan yang panjang dan berkembang, dari era film bisu hingga film bersuara dan berwarna, serta meraih pengakuan internasional, seringkali dengan fokus pada tema-tema sosial dan penderitaan perempuan.
2.1. Era Film Bisu
Pada awal kariernya di era film bisu, Mizoguchi menyutradarai banyak film, termasuk remake dari sinema Ekspresionisme Jerman dan adaptasi karya-karya Eugene O'Neill serta Leo Tolstoy. Ia dikenal dengan kecepatan produksinya, mampu menghasilkan satu film dalam beberapa minggu, yang memungkinkannya menyutradarai sekitar 70 film antara tahun 1920-an hingga 1930-an. Sayangnya, sebagian besar dari film-film bisunya kini telah hilang. Salah satu pengecualian adalah Akai yūhi ni terasarete (1925), yang merupakan film tertua Mizoguchi yang masih ada.
Pada akhir dekade 1920-an, Mizoguchi menyutradarai serangkaian "film tendensi" yang berhaluan kiri, termasuk Tokyo March dan Metropolitan Symphony (Tokai kokyōkyoku). Film Tokai kokyōkyoku secara khusus menggambarkan nasib seorang wanita yang menjadi korban kekuasaan seorang miliarder, yang kemudian bersekutu dengan seorang buruh muda pejuang keadilan untuk membalas dendam terhadap kapitalis tersebut. Selama produksi film ini, Mizoguchi dan timnya menghadapi berbagai rintangan, termasuk larangan dari studio dan interogasi polisi terkait skenario.
2.2. Transisi ke Film Bersuara dan Mahakarya Awal

Transisi ke film bersuara di Jepang dimulai pada Mei 1929. Mizoguchi mencoba format ini dengan film parsial bersuara Fujiwara Yoshie no furusato (1930), namun secara teknis dianggap gagal karena banyaknya suara bising. Film bersuara penuh pertamanya adalah Toki no ujigami pada tahun 1932. Tak lama setelah itu, ia meninggalkan Nikkatsu dan pindah ke Shinko Kinema, lalu bergabung dengan Daiichi Eiga pada tahun 1934 atas undangan Masaichi Nagata.
Pada periode ini, Mizoguchi mulai mengembangkan gaya khasnya. Film-film seperti The Water Magician (Taki no shiraito, 1933) dan Orizuru Osen (1935) disebut sebagai contoh awal dari tema berulang tentang penderitaan wanita dan teknik 'satu adegan-satu tangkapan' (one-scene-one-shot), yang kemudian menjadi ciri khasnya. Taki no shiraito meraih peringkat kedua dalam daftar 10 Film Jepang Terbaik Kinema Junpo, menandai puncak kariernya di era film bisu.
Puncak awal karier Mizoguchi tiba pada tahun 1936 dengan dua film fenomenal: Osaka Elegy (Naniwa erejī) dan Sisters of the Gion (Gion no kyōdai). Kedua film ini, yang menggambarkan wanita muda modern yang memberontak terhadap lingkungan mereka, dianggap sebagai mahakarya awalnya dan dinilai sangat tinggi oleh para kritikus, masing-masing menduduki peringkat ketiga dan pertama dalam daftar 10 Film Jepang Terbaik Kinema Junpo. Mizoguchi sendiri menyatakan bahwa kedua film ini adalah karya di mana ia mencapai kematangan artistik. Osaka Elegy juga merupakan film bersuara penuh pertamanya dan menandai dimulainya kolaborasi panjangnya dengan penulis skenario Yoshikata Yoda.
Pada tahun 1939, Mizoguchi menjadi presiden Directors Guild of Japan, sebuah posisi yang memungkinkannya menjalin persahabatan dengan sutradara-sutradara besar lainnya seperti Yasujirō Ozu, Hiroshi Shimizu, dan Sadao Yamanaka.
2.3. Periode Perang
Selama Perang Dunia II, Mizoguchi menyutradarai serangkaian film yang bersifat patriotik, yang tampak mendukung upaya perang. Yang paling terkenal adalah penceritaan ulang kisah samurai klasik The 47 Ronin (Genroku chūshingura, 1941-42), sebuah jidaigeki (drama sejarah) epik. Meskipun beberapa sejarawan menganggap karya-karya ini sebagai hasil tekanan, yang lain percaya bahwa Mizoguchi bertindak secara sukarela. Matsutarō Kawaguchi, rekan penulis skenario Mizoguchi, bahkan menyebutnya sebagai "oportunis" dalam seninya, yang mengikuti arus waktu, bergeser dari kiri ke kanan dan akhirnya menjadi seorang demokrat.
Pada tahun 1941, istri Mizoguchi, Chieko (menikah tahun 1927), dirawat di rumah sakit jiwa secara permanen. Mizoguchi secara keliru meyakini bahwa ia mengidap penyakit menular seksual, dan ia sangat terpukul oleh kejadian ini, merasa bahwa penyakit istrinya adalah kesalahannya. Meskipun demikian, ia kembali ke lokasi syuting segera setelah merawat istrinya, melanjutkan pekerjaan seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Chieko tidak pernah meninggalkan rumah sakit sampai akhir hayatnya. Mizoguchi kemudian mengambil janda adik istrinya, Fuji Tajima, sebagai istri de facto-nya dan mengadopsi kedua putrinya.
Pada tahun 1942, Asosiasi Sutradara Film Jepang yang diketuai Mizoguchi dibubarkan karena reorganisasi masa perang dan bergabung dengan Asosiasi Film Jepang Raya yang disponsori negara; Mizoguchi menjadi direktur organisasi tersebut. Film-film Mizoguchi pada akhir perang, seperti Danjuro sandai (1944), Miyamoto Musashi (1944), Meitō Bijomaru (1945), dan Hisshōka (1945, disutradarai bersama), umumnya dianggap kurang berhasil.
2.4. Pasca-Perang dan Pengakuan Internasional

Setelah kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II, Mizoguchi memasuki periode pasca-perang yang produktif, di mana ia menyutradarai serangkaian film yang berfokus pada penindasan perempuan dan emansipasi wanita, baik dalam latar sejarah (terutama Periode Meiji) maupun kontemporer. Semua film-film ini ditulis atau ikut ditulis oleh Yoshikata Yoda dan seringkali dibintangi oleh Kinuyo Tanaka, yang menjadi aktris utama langganannya hingga tahun 1954, ketika hubungan mereka retak karena Mizoguchi berusaha menghalanginya menyutradarai film pertamanya sendiri.
Salah satu karya penting dari periode ini adalah Utamaro and His Five Women (1946), sebuah film jidaigeki berlatar Periode Edo. Film ini menjadi pengecualian pada masa Pendudukan Jepang karena genre jidaigeki dianggap nasionalistis atau militaristis oleh sensor Sekutu. Film Flame of My Love (Waga koi wa moenu, 1949) seringkali disorot karena presentasinya yang tanpa kompromi. Dalam film ini, Tanaka berperan sebagai seorang guru muda yang meninggalkan lingkungan tradisionalnya untuk memperjuangkan pembebasan wanita, namun menyadari bahwa pasangannya yang diduga progresif masih memegang teguh sikap superioritas pria. Film Women of the Night (Yoru no onnatachi, 1948) juga mendapat pujian tinggi, menandai kembalinya Mizoguchi ke jalur kesuksesan.
Mizoguchi kemudian kembali ke latar feodal dengan film-film yang memberinya pengakuan internasional: The Life of Oharu (Saikaku ichidai onna, 1952), Ugetsu (Ugetsu monogatari, 1953), dan Sansho the Bailiff (Sanshō dayū, 1954). Film-film ini sangat diapresiasi oleh kritikus Cahiers du Cinéma seperti Jean-Luc Godard, Éric Rohmer, dan Jacques Rivette, serta dianugerahi penghargaan di Festival Film Venesia.
- The Life of Oharu (1952) mengisahkan kemerosotan sosial seorang wanita yang diusir dari istana kekaisaran selama era Edo, memenangkan penghargaan Internasional di Festival Film Venesia 1952.
- Ugetsu (1953) dan Sansho the Bailiff (1954) secara terpisah memenangkan penghargaan Singa Perak di Festival Film Venesia pada tahun 1953 dan 1954. Film-film ini mengeksplorasi dampak brutal perang dan kekerasan terhadap masyarakat kecil dan keluarga.
Di antara ketiga film tersebut, ia juga menyutradarai A Geisha (Gion bayashi, 1953) yang mengangkat tekanan-tekanan yang dialami wanita pekerja di distrik hiburan Kyoto pasca-perang. Film-film lainnya yang dibuat pada periode ini termasuk The Woman in the Rumor (Uwasa no onna, 1954) dan The Crucified Lovers (Chikamatsu monogatari, 1954), di mana ia memenangkan Penghargaan Sutradara Terbaik Blue Ribbon Award untuk Chikamatsu monogatari. Mizoguchi juga menerima Medali Pita Ungu pada tahun 1955.
2.5. Karier Akhir dan Karya Terakhir
Pada akhir kariernya, Mizoguchi mulai bereksperimen dengan film berwarna. Ia menyutradarai dua film sejarah berwarna pada tahun 1955: Princess Yang Kwei Fei (Yōkihi), sebuah kolaborasi antara Daiei Jepang dan Shaw Brothers Hong Kong, dan Tales of the Taira Clan (Shin Heike Monogatari). Kedua film ini meraih kesuksesan komersial, meskipun Yōkihi yang dikirim ke Festival Film Venesia tidak berhasil meraih penghargaan.
Film terakhirnya adalah Street of Shame (Akasen chitai, 1956), yang kembali ke format hitam-putih dan berlatar di distrik bordil Yoshiwara. Film ini menggambarkan kehidupan lima pekerja seks di Tokyo pada masa setelah Perang Dunia II, saat Parlemen Jepang sedang membahas Undang-Undang Pelarangan Prostitusi. Pendapatan sutradara untuk Yuki fujin ezu adalah 2.00 M JPY, menjadikannya sutradara dengan bayaran tertinggi di industri film Jepang saat itu.
3. Gaya Sinematik dan Tema
Karya-karya Kenji Mizoguchi didefinisikan oleh elemen-elemen kunci yang khas, termasuk tema berulang tentang penindasan dan perlawanan perempuan, gaya visual realisme yang kuat, metode produksi yang perfeksionis, dan kolaborasi erat dengan timnya yang setia.
3.1. Tema Berulang: Penindasan dan Perlawanan Perempuan
Sepanjang kariernya, Mizoguchi secara konsisten menggambarkan wanita sebagai korban masyarakat feodal dan patriarkal serta pria. Menurut peneliti film Ayako Saitō, ada dua tipe wanita yang digambarkan Mizoguchi. Pertama, wanita yang mengorbankan diri untuk pria atau masyarakat, mengalami kehancuran atau degradasi ekstrem, namun tetap setia dan tulus. Contohnya termasuk karakter dalam The Story of the Last Chrysanthemums, Ugetsu, dan Sansho the Bailiff, serta karya-karya adaptasi Izumi Kyōka seperti Taki no shiraito dan Orizuru Osen. Kedua, wanita yang, meskipun menjadi korban masyarakat dan pria, berjuang keras melawan nasib dan tatanan sosial. Tipe ini seringkali diwakili oleh wanita-wanita yang jatuh, seperti pelacur atau geisha, yang muncul dalam film-film seperti Osaka Elegy, Sisters of the Gion, Women of the Night, dan Street of Shame.
Sebaliknya, Mizoguchi sering menggambarkan karakter pria sebagai sosok yang tidak berdaya dalam membantu wanita, atau bahkan bersikap pengecut terhadap mereka, dengan jarang menampilkan pria yang kuat dan dapat diandalkan. Ia dianggap sebagai salah satu sutradara feminis populer pertama yang secara terbuka menampilkan kondisi wanita yang teraniaya dan terinjak-injak dalam masyarakat Jepang, padahal mereka seharusnya lebih dihormati. Film-filmnya mengungkapkan potensi kerusakan moral dan penurunan spiritual manusia, sehingga membuka jalan bagi munculnya humanisme baru. Mizoguchi juga peka terhadap perubahan tren, menyesuaikan karyanya dengan "film tendensi" yang berhaluan kiri pada tahun 1920-an, film propaganda perang, dan "film demokrasi" pasca-perang yang berfokus pada pembebasan wanita.
3.2. Gaya Visual: Realisme dan Estetika
Ciri paling khas dalam gaya Mizoguchi adalah realisme naturalistiknya. Ia mengamati manusia dan lingkungan mereka secara mendalam, menggambarkan manusia seutuhnya tanpa kepalsuan atau hiasan. Ia berusaha menangkap "bau tubuh manusia" dan karakter yang "licik," seringkali dengan tatapan dingin dan terpisah. Puncak realisme Mizoguchi terlihat dalam Osaka Elegy dan Sisters of the Gion, di mana ia secara realistis menggambarkan wanita pekerja di Osaka dan geisha di Gion, bahkan menggunakan dialek Kansai secara ekstensif.
Selain realisme, Mizoguchi juga memiliki gaya romantis yang estetis, seringkali mendekati keindahan visual. Gaya ini terlihat dalam film-film "Meiji mono" yang berlatar era Meiji, seperti adaptasi Izumi Kyōka, dan "Trilogi Geido" (The Story of the Last Chrysanthemums, Naniwa onna, Geidō Ichidai Otoko) yang menggambarkan dunia seni tradisional seperti kabuki dan bunraku.
Dalam teknik sinematografi, Mizoguchi dikenal karena penggunaan luas teknik 'satu adegan-satu tangkapan' (one-scene-one-shot) dan pengambilan gambar panjang (long takes). Ia menghindari pemotongan shot untuk menjaga kelancaran akting dan mencegah "kecurangan" yang bisa terjadi dengan teknik cut. Ia juga meminimalkan penggunaan close-up yang dianggap "gaya Barat", lebih memilih long shot (gambar jauh) dan full shot (gambar penuh tubuh). Teknik ini pertama kali diterapkan dalam Tōjin Okichi (1930) dan disempurnakan dalam The Story of the Last Chrysanthemums. Ia juga dikenal dengan gerakan kamera yang lancar dan terampil, sering menggunakan crane shot (pengambilan gambar dari atas dengan derek), bahkan ketika tidak diperlukan, hanya untuk mencapai komposisi yang diinginkan. Setiap bingkai dalam filmnya dirancang seperti lukisan yang utuh dan bermakna, seringkali terinspirasi dari lukisan tradisional Jepang (nihonga) dan cetakan kayu.
3.3. Metode Produksi: Perfeksionisme dan Kolaborasi

Mizoguchi dikenal sebagai seorang perfeksionis yang menuntut yang terbaik dari aktor dan kru-nya, seringkali memaksa mereka melakukan pengambilan gambar berulang kali hingga ia puas. Ia sering memarahi dan membentak mereka, yang membuatnya dijuluki "sadis", "tirani", atau "Goteken" (dari "Goteru", artinya mengeluh atau cerewet). Ia tanpa ampun mengganti aktor yang tidak mampu memenuhi tuntutannya.
Meskipun ia tidak menulis skenario sendiri, ia sangat terlibat dalam proses penulisannya. Ia sering mengkritik draf pertama skenario dan meminta penulisnya, seperti Yoshikata Yoda atau Masashige Narusawa, untuk menulis ulang berkali-kali, kadang hingga lebih dari sepuluh kali. Bahkan setelah skenario selesai, ia masih akan memanggil penulisnya ke lokasi syuting untuk mengoreksi dialog, memastikan dialog terasa alami saat diucapkan oleh aktor. Mizoguchi juga tidak menggunakan storyboard; ia akan menentukan sudut kamera, posisi, dan panjang shot sambil mengamati gerakan aktor selama latihan di lokasi syuting.
Dalam hal seni rupa film, Mizoguchi sangat menekankan keaslian dan akurasi historis. Ia menuntut properti asli dan meminta staf untuk meneliti secara menyeluruh adat istiadat dan gaya hidup zaman yang digambarkan. Misalnya, dalam Genroku Chūshingura, ia mereplikasi koridor Matsu no Roka di Istana Edo dengan ukuran sebenarnya berdasarkan denah asli. Ia sering mengundang pakar untuk berkonsultasi mengenai sejarah seni, kostum, dan arsitektur, seperti pelukis Jepang Nanohane Kaishou dan arsitek terkenal.
Dalam mengarahkan aktor, Mizoguchi tidak memberikan instruksi spesifik, melainkan hanya mengatakan "coba lakukan" dan membiarkan aktor mengulang adegan berkali-kali hingga ia puas. Ia mendorong aktor untuk mencari cara sendiri dalam memerankan karakter, bahkan jika aktor bertanya bagaimana seharusnya mereka bertindak, Mizoguchi akan menjawab, "Itu tugas Anda untuk memikirkannya. Anda seorang aktor, bukan?". Ia sering bertanya, "Apakah Anda memantulkan?" yang berarti apakah aktor bereaksi secara alami terhadap dialog dan gerakan lawan main. Ia memaksa aktor untuk mendalami peran mereka, bahkan meminta Kinuyo Tanaka membaca banyak buku tentang bunraku untuk perannya dalam Naniwa Onna, dan Kyōko Kagawa membaca buku sejarah perbudakan untuk perannya sebagai budak dalam Sansho the Bailiff.
Mizoguchi dikenal sering marah jika akting aktor tidak sesuai keinginannya. Ia pernah memukul kepala Ichirō Sugai dengan sandal dan menyuruhnya pergi ke rumah sakit jiwa karena tidak bisa mengucapkan dialog panjang. Untuk film The Story of the Last Chrysanthemums, ia memecat Reiko Kitami karena aktingnya saat menggendong anak tidak meyakinkan, dengan alasan "kamu belum punya anak". Dalam Ugetsu, ia membentak Mitsuko Mito, bertanya apakah ia "tidak punya pengalaman" ketika aktingnya dalam adegan pemerkosaan tidak memuaskan. Ia bahkan pernah menghina akting Takako Irie sebagai "akting kucing" (istilah merendahkan untuk film bakeneko populer yang dibintangi Irie pada saat itu) dan memaksanya mengundurkan diri dari Princess Yang Kwei Fei, meskipun Mizoguchi berhutang budi padanya di masa lalu.
Meskipun metode produksinya menuntut ketegangan maksimum dari aktor dan staf, Mizoguchi sendiri juga merasakan tekanan yang sama. Ia tidak pernah meninggalkan studio selama syuting, bahkan saat makan siang, untuk menjaga konsentrasi. Di tahun-tahun terakhirnya, ia bahkan membawa botol urine ke lokasi syuting. Diceritakan, saat syuting Ugetsu, ia begitu tegang sampai tangannya gemetar kuat saat memegang pegangan derek kamera, menyebabkan kamera sedikit bergeser.
3.4. Tim "Mizoguchi": Kolaborator Utama

Mizoguchi sering bekerja dengan kru dan aktor yang sama, yang dikenal sebagai "Tim Mizoguchi" (Mizoguchi-gumi). Ia menganggap penulis skenario Yoshikata Yoda dan sutradara seni Hiroshi Mizutani sebagai sosok yang paling ia percayai, bahkan menyebut mereka "bagian dari tubuhku" karena mereka mampu memahami dan mewujudkan visinya tanpa perlu banyak penjelasan. Yoda bekerja sama dengan Mizoguchi selama sekitar 20 tahun sejak Osaka Elegy, menjadi rekannya yang setia.
Kolaborator kunci lainnya termasuk:
- Penulis Skenario:** Yoshikata Yoda (23 film), Shuichi Hatamoto (20 film), Matsutarō Kawaguchi (9 film), Masashige Narusawa (3 film). Kawaguchi, teman sekolah Mizoguchi, sering menjadi penasihatnya.
- Sinematografer:** Tatsuyuki Yokota (27 film), Shigeto Miki (16 film), Kazuo Miyagawa (8 film), Junichiro Aoshima (7 film), Kōhei Sugiyama (6 film). Miyagawa menjadi sinematografer kepercayaannya di kemudian hari.
- Desainer Produksi:** Yoshiaki Kamehara (25 film), Hiroshi Mizutani (21 film).
- Staf Lain:** Tazuko Sakane (asisten sutradara, editor, pencatat skrip; 19 film), Fumio Hayasaka (komposer; 8 film), Kenichi Okamoto (desainer pencahayaan; 7 film), Iwao Ōtani (perekam suara; 7 film).
- Aktor:** Kinuyo Tanaka (15 film, aktris utama langganan Mizoguchi yang sangat disukai, sempat ada rumor pernikahan), Yōko Umemura (16 film), Kumeko Urabe (16 film), Ichirō Sugai (15 film), Eitarō Shindō (12 film), Eiji Nakano (10 film), Yoneko Sakai (10 film), Haruo Tanaka (9 film), Shizue Natsukawa (8 film), Masao Shimizu (8 film), Takako Irie (7 film), Isuzu Yamada (7 film), Haruko Sawamura (6 film), Seizaburō Kawazu (6 film), Kikue Mōri (6 film), Yoshiko Okada (5 film), Tokihiko Okada (5 film), Fumiko Yamaji (5 film), Eijirō Yanagi (5 film), dan Eitarō Ozawa (5 film).
Di antara murid-muridnya, Tazuko Sakane dan Kaneto Shindō adalah yang paling terkenal. Sakane adalah murid Mizoguchi sejak film Shikamo karera wa yuku (1931) dan menjadi sutradara wanita pertama di Jepang pada tahun 1936 dengan film Hatsu sugata, di mana Mizoguchi bertindak sebagai mentor. Shindō, yang awalnya adalah asisten seni untuk Mizoguchi, kemudian menjadi penulis skenario dan sutradara terkenal. Ia sangat mengagumi Mizoguchi dan bahkan menggambarkan Mizoguchi sebagai karakter "Sakaguchi" dalam film debutnya, Story of a Beloved Wife (1951). Shindō kemudian memproduksi film dokumenter Kenji Mizoguchi: The Life of a Film Director (1975) sebagai penghormatan kepada mentornya.
4. Kehidupan Pribadi
Aspek-aspek kehidupan pribadi Mizoguchi seringkali terjalin dengan tema-tema dalam karyanya, mengungkapkan kepribadiannya yang kompleks dan hubungan-hubungannya yang membentuk pandangan dunianya.
4.1. Keluarga dan Hubungan
Masa kecil Mizoguchi sangat dipengaruhi oleh keadaan keluarganya yang sulit. Penyerahan kakak perempuannya, Suzu, ke profesi geisha untuk menopang keuangan keluarga, meninggalkan bekas mendalam dalam dirinya. Peristiwa ini sering dianggap sebagai pemicu tema pengorbanan dan penderitaan wanita yang sangat menonjol dalam film-filmnya. Suzu tidak hanya menopang keuangan keluarga, tetapi juga membantunya mendapatkan pekerjaan di awal kariernya.
Pada tahun 1927, Mizoguchi menikah dengan Chieko Saga. Namun, pada tahun 1941, Chieko dirawat di rumah sakit jiwa secara permanen karena gangguan mental. Mizoguchi merasa sangat bersalah atas penyakit istrinya dan secara emosional sangat bergantung padanya. Meskipun Chieko tidak pernah keluar dari rumah sakit, Mizoguchi kemudian mengambil janda adik istrinya, Fuji Tajima, sebagai istri de facto-nya dan mengadopsi kedua putrinya.
4.2. Kepribadian dan Kebiasaan
Kenji Mizoguchi dikenal memiliki kepribadian ganda: ia bisa sangat keras dan menuntut di lokasi syuting, bahkan sampai memaki aktor dan kru, namun dalam kehidupan pribadi ia adalah sosok yang pemalu, penakut, dan introvert. Perilakunya di tempat kerja dan di kehidupan pribadi seolah-olah adalah dua orang yang berbeda. Ia juga memiliki kelemahan terhadap figur otoritas seperti profesor atau polisi, yang membuatnya sering mengundang akademisi dan ahli untuk melakukan penelitian historis dalam film-filmnya. Lucunya, ia mudah ditipu dengan barang antik palsu jika disajikan oleh "ahli," bahkan dijuluki "Penyebar Gosip Barang Palsu" oleh temannya.
Secara fisik, Mizoguchi memiliki kebiasaan bahu kanannya akan tegang ketika ia marah, dan ia berjalan dengan bahu kanan yang tegang sejak kecil karena radang sendi rematik. Ia juga memiliki bekas luka sayatan pisau cukur di punggungnya, hasil dari insiden dengan kekasihnya pada tahun 1925. Ia pernah mengatakan kepada seorang asisten sutradara yang melihat bekas luka itu, "Kamu, jangan kaget hanya karena ini. Tanpa ini, aku tidak bisa menggambarkan wanita."
Mizoguchi memiliki hobi mengumpulkan barang antik dan sering mengunjungi kuil Buddha serta museum di Kyoto dan Nara. Namun, ia sering membeli barang palsu. Di tahun-tahun terakhirnya, ia juga gemar menulis tulisan segel (tenji). Ia adalah seorang pembaca yang rakus, seringkali membaca buku-buku rekomendasi orang lain sampai dini hari, yang membuatnya terbiasa bangun siang.
Meskipun Mizoguchi adalah peminum berat, ia sering kali menjadi pembuat onar saat mabuk, merusak barang-barang dan menyusahkan orang di sekitarnya. Ada cerita tentang dirinya yang diikat di lentera batu di halaman belakang saat mabuk di sebuah rumah geisha di Kyoto, atau ia pernah hampir memukul penulis Sakunosuke Oda karena perkataan Oda tentang Ihara Saikaku.
5. Kematian
Pada tahun 1956, setelah menyelesaikan film terakhirnya, Street of Shame, Mizoguchi mulai menunjukkan gejala kesehatan yang memburuk, seperti kehilangan selera minum, gusi berdarah, dan kakinya yang membiru. Pada Mei, ia menghentikan persiapan film berikutnya, An Osaka Story, dan dirawat di rumah sakit Universitas Kedokteran Prefektur Kyoto.
Mizoguchi didiagnosis menderita leukemia (leukemia mieloid), namun diagnosis ini tidak diberitahukan kepadanya, hanya kepada petinggi Daiei seperti Masaichi Nagata. Meskipun ia menerima transfusi darah setiap hari, penyakitnya tidak dapat disembuhkan. Ia meninggal dunia pada 24 Agustus 1956, pukul 01:55 dini hari, di usia 58 tahun, di Rumah Sakit Kota Kyoto. Sehari sebelum meninggal, ia meninggalkan catatan terakhir yang berisi harapannya untuk segera bekerja dengan kru filmnya.
Setelah kematiannya, pembuat film dokumenter Kaneto Shindō membuat topeng kematian Mizoguchi pada hari yang sama. Sebuah pemakaman perusahaan diselenggarakan oleh Daiei di Aoyama Funeral Hall. Batu nisannya didirikan di kuil Honkō-ji di Ikegami Honmon-ji, Tokyo. Sebagian abunya juga dimakamkan di kuil Mangan-ji di Kyoto, dan Masaichi Nagata mengukir tulisan "Sutradara Terkenal Dunia" pada batu nisan tersebut. Berita kematian Mizoguchi sampai ke Festival Film Internasional Venesia ke-17, yang sedang berlangsung, dan sebuah penghormatan diberikan sebelum pemutaran film Street of Shame.
Proyek film An Osaka Story yang belum sempat ia selesaikan, kemudian direalisasikan oleh sutradara Kōzaburō Yoshimura pada tahun 1957. Pada Agustus 1957, penghargaan "Mizoguchi Prize" didirikan oleh Sankei Shimbunsha untuk sutradara dan staf film Jepang terbaik, namun penghargaan ini hanya berlangsung selama tiga kali.
6. Warisan dan Pengaruh
Kenji Mizoguchi meninggalkan warisan yang mendalam dalam sejarah perfilman, baik di Jepang maupun secara internasional, mempengaruhi banyak sutradara dan terus diakui secara kritis.
6.1. Penerimaan Kritis dan Penghargaan

Sejak tahun 1930-an, Mizoguchi telah disebut sebagai salah satu "maestro" terkemuka dalam sinema Jepang, sejajar dengan Yasujirō Ozu, Akira Kurosawa, Mikio Naruse, dan Keisuke Kinoshita. Kritikus film Jepang sangat menghargainya sebagai seniman yang paling mahir dalam menggambarkan wanita. Kritikus film Akira Iwasaki menyatakan, "Meskipun ada banyak pembuat film Jepang yang menggambarkan wanita, tidak ada yang setara dengan Mizoguchi setelah Mizoguchi." Hideo Tsumura memujinya sebagai "ahli yang tak tertandingi dalam menangkap potret manusia dan wanita pada titik ekstrem perubahan hidup." Sutradara Kon Ichikawa mengagumi "kehangatan dan kedalaman pandangannya terhadap manusia." Ia juga sangat dihormati sebagai "sutradara realis," terutama untuk film-filmnya seperti Osaka Elegy dan Sisters of the Gion, yang dianggap sebagai karya-karya yang mengukuhkan realisme dalam sinema Jepang. Namun, setelah perang, ia juga dikritik karena tempo filmnya yang lambat (akibat teknik 'satu adegan-satu tangkapan') dan tema-tema yang dianggap kuno.
Sejak film-filmnya memenangkan penghargaan di Festival Film Internasional Venesia tiga tahun berturut-turut pada 1950-an, Mizoguchi meraih pengakuan internasional yang luas. Secara khusus, para kritikus muda dari majalah film Prancis Cahiers du Cinéma, seperti Jean-Luc Godard, Jacques Rivette, dan Éric Rohmer, sangat antusias memujinya. Majalah tersebut menempatkan Ugetsu (1959) dan Sansho the Bailiff (1960) di peringkat pertama dalam daftar 10 Film Terbaik Tahunan mereka. Kritikus Cahiers du Cinéma memuji Mizoguchi sebagai pembuat film universal yang melampaui batasan sinema Jepang atau Barat, dengan penguasaan mise-en-scène yang merupakan bahasa film yang universal. Godard, yang sangat mengagumi Mizoguchi, bahkan menyebutnya "salah satu pembuat film terbesar" dan mengunjungi batu nisan Mizoguchi saat ia berkunjung ke Jepang pada tahun 1966.
Film-film Mizoguchi secara rutin muncul dalam survei "film terbaik," seperti "100 Film Terhebat Sepanjang Masa" versi Sight & Sound (dengan Ugetsu dan Sansho the Bailiff) dan "200 Film Teratas Pilihan Kritikus Kinema Junpo" (dengan The Life of Oharu, Ugetsu, dan The Crucified Lovers). Sebuah retrospeksi dari 30 filmnya yang masih ada, yang disajikan oleh Museum of the Moving Image dan Japan Foundation, melakukan tur ke beberapa kota di Amerika pada tahun 2014.
6.2. Pengaruh pada Sinema
Gaya dan tema Mizoguchi sangat memengaruhi banyak sutradara lain di seluruh dunia. Para sutradara yang mengagumi karyanya antara lain Akira Kurosawa, Orson Welles, Andrei Tarkovsky, Martin Scorsese, Werner Herzog, Theo Angelopoulos, Bernardo Bertolucci, Jean Eustache, Victor Erice, Peter Bogdanovich, dan Ari Aster. Sejarawan film David Thomson menulis, "Penggunaan kamera untuk menyampaikan ide-ide emosional atau perasaan cerdas adalah definisi sinema yang berasal dari film-film Mizoguchi. Ia adalah yang tertinggi dalam mewujudkan keadaan internal dalam pandangan eksternal."
Gerakan Nouvelle Vague Prancis, yang muncul pada akhir 1950-an, sangat dipengaruhi oleh Mizoguchi. Sutradara-sutradara Nouvelle Vague seperti Jacques Rivette dan Jean-Luc Godard secara eksplisit menunjukkan pengaruh Mizoguchi dalam karya-karya mereka. Film Rivette, The Nun (1966), secara terbuka diakui oleh sutradaranya terinspirasi dari The Life of Oharu. Godard mengutip adegan terakhir Sansho the Bailiff dalam adegan panning ke laut di akhir filmnya Contempt (1963) dan juga dalam Pierrot le Fou (1965). Selain itu, dalam film Made in USA (1966), Godard bahkan menampilkan karakter wanita Jepang bernama "Doris Mizoguchi".
Di luar Nouvelle Vague, Theo Angelopoulos, yang juga dikenal dengan long takes dan gerakan kamera yang mengalir, mengakui pengaruh Mizoguchi pada gayanya. Demikian pula, Bernardo Bertolucci juga terinspirasi oleh gerakan kamera Mizoguchi yang mengalir.
7. Filmografi
Kenji Mizoguchi menyutradarai 92 film sepanjang kariernya, namun sebagian besar film-film awal dari periode sebelum perang kini telah hilang. Daftar berikut disusun berdasarkan informasi dari Mizoguchi Kenji: Joen no Hate no Onnatachi yo, Genmu e no Realism dan Eiga Kantoku Mizoguchi Kenji: Seitan Hyakunen Kinen.
- Keterangan:**
- ×: Film hilang
- 〇: Film bisu
- □: Film bersuara (part-talkie atau versi bersuara penuh)
- ◎: Film berwarna
7.1. Film Bisu
- 1923: Ai ni yomigaeru hi (愛に甦へる日) ×〇
- 1923: Kokyō (故郷) ×〇
- 1923: Seishun no yumeji (青春の夢路) ×〇
- 1923: Joen no chimata (情炎の港) ×〇
- 1923: Haisan no uta wa kanashi (敗残の唄は悲し) ×〇
- 1923: 813 (813) ×〇
- 1923: Kiri no minato (霧の港) ×〇
- 1923: Yoru (夜) ×〇
- 1923: Haikyo no naka (廃墟の中) ×〇
- 1923: Chi to rei (血と霊) ×〇
- 1923: Tōge no uta (峠の唄) ×〇
- 1924: Kanashiki hakuchi (哀しき白痴) ×〇
- 1924: Akatsuki no shi (暁の死) ×〇
- 1924: Gendai no joō (現代の女王) ×〇
- 1924: Jose wa tsuyoshi (女性は強し) ×〇
- 1924: Jinkyō (塵境) ×〇
- 1924: Shichimenchō no yukue (七面鳥の行衛) ×〇
- 1924: Itō junsa no shi (伊藤巡査の死) ×〇 (Co-sutradara)
- 1924: Samidare zōshi (さみだれ草紙) ×〇
- 1924: Kanraku no onna (歓楽の女) ×〇
- 1924: Koi o tatsu ono (恋を断つ斧) ×〇 (Co-sutradara)
- 1924: Kyokubadan no Jo (曲馬団の女王) ×〇
- 1925: Uchien Puchan (無銭不戦) ×〇
- 1925: Ā tokumukan Kanto (噫特務艦関東) ×〇 (Co-sutradara)
- 1925: Gakusō o idete (学窓を出て) ×〇
- 1925: Daichi wa hohoemu: Daiichibu (大地は微笑む 第一篇) ×〇
- 1925: Shirayuki wa nageku (白百合は歎く) ×〇
- 1925: Akai yūhi ni terasarete (赫い夕陽に照されて) ×〇
- 1925: Furusato no uta (ふるさとの歌) 〇
- 1925: Shōhin eigashū: Machi no suketchi (小品映画集 街のスケッチ) ×〇 (Co-sutradara)
- 1925: Ningen (人間 前後篇) ×〇
- 1925: Nogi Taisho to Kuma-San (乃木将軍と熊さん) ×〇
- 1926: Dōkaō (銅貨王) ×〇
- 1926: Kaminingyō haru no sasayaki (紙人形春の囁き) ×〇
- 1926: Shinsetsu ono ga tsumi (新説己が罪) ×〇
- 1926: Kyōren no onna shishō (狂恋の女師匠) ×〇
- 1926: Kaikoku danji (海国男児) ×〇
- 1926: Kane (金) ×〇
- 1927: Kōon (皇恩) ×〇
- 1927: Jihishinchō (慈悲心鳥) ×〇
- 1928: Hito no isshō: Jinsei banji kane no maki (人の一生 人生万事金の巻) ×〇
- 1928: Hito no isshō: Ukiyo wa tsurai ne no maki (人の一生 浮世は辛いねの巻) ×〇
- 1928: Hito no isshō: Kuma to tora saikai no maki (人の一生 クマとトラ再会の巻) ×〇
- 1928: Musume kawaiya (娘可愛や) ×〇
- 1929: Nihonbashi (日本橋) ×〇
- 1929: Asahi wa kagayaku (朝日は輝く) ×〇
- 1929: Tokyo March (東京行進曲) 〇
- 1929: Tokai kokyōkyoku (都会交響楽) ×〇
- 1930: Fujiwara Yoshie no furusato (藤原義江のふるさと) □
- 1930: Tōjin Okichi (唐人お吉) ×〇
- 1931: Shikamo karera wa yuku (しかも彼等は行く 前編・後編) ×〇
- 1932: Toki no ujigami (時の氏神) ×□
- 1932: Manmō kenkoku no reimei (満蒙建国の黎明) ×〇
- 1933: Taki no shiraito (瀧の白糸) 〇
- 1933: Gion matsuri (祇園祭) ×〇
- 1934: Jinpūren (神風連) ×〇
7.2. Film Bersuara
Poster film Ugetsu (1953). - 1934: Aizō tōge (愛憎峠) ×□
- 1935: Orizuru Osen (折鶴お千) □
- 1935: Mariya no Oyuki (マリヤのお雪) ×□
- 1935: Ojō Okichi (お嬢お吉) × (Co-sutradara)
- 1935: Gubijinsō (虞美人草)
- 1936: Hatsu sugata (初姿) ×
- 1936: Osaka Elegy (浪華悲歌)
- 1936: Sisters of the Gion (祇園の姉妹)
- 1937: Aien kyō (愛怨峡)
- 1938: Roei no uta (露営の歌) ×
- 1938: Aa kokyo (あゝ故郷) ×
- 1939: The Story of the Last Chrysanthemums (残菊物語)
- 1940: Naniwa onna (浪花女) ×
- 1941: Geidō Ichidai Otoko (芸道一代男) ×
- 1941: Genroku Chūshingura Zenpen (元禄忠臣蔵 前篇)
- 1942: Genroku Chūshingura Kōhen (元禄忠臣蔵 後篇)
- 1944: Danjurō sandai (団十郎三代) ×
- 1944: Miyamoto Musashi (宮本武蔵)
- 1945: Meitō Bijomaru (名刀美女丸)
- 1945: Hisshōka (必勝歌) (Co-sutradara)
- 1946: Josei no shōri (女性の勝利)
- 1946: Utamaro and His Five Women (歌麿をめぐる五人の女)
- 1947: Joyū Sumako no koi (女優須磨子の恋)
- 1948: Women of the Night (夜の女たち)
- 1949: Flame of My Love (わが恋は燃えぬ)
- 1950: Yuki fujin ezu (雪夫人絵図)
- 1951: Miss Oyu (お遊さま)
- 1951: Musashino fujin (武蔵野夫人)
- 1952: The Life of Oharu (西鶴一代女)
- 1953: Ugetsu (雨月物語)
- 1953: A Geisha (祇園囃子)
- 1954: Sansho the Bailiff (山椒大夫)
- 1954: The Woman in the Rumor (噂の女)
- 1954: The Crucified Lovers (近松物語)
- 1955: Princess Yang Kwei Fei (楊貴妃) ◎
- 1955: Tales of the Taira Clan (新・平家物語) ◎
- 1956: Street of Shame (赤線地帯)
7.3. Karya Lain
Selain film-film utamanya, Kenji Mizoguchi juga terlibat dalam berbagai proyek lain termasuk film pendukung, drama radio, dan produksi panggung.
Tahun Judul Film Peran Mizoguchi 1926 Kyōko to Shizuko (京子と倭文子) Sutradara Pendukung 1927 Arisan no Kyōji (阿里山の侠児) Sutradara Pendukung 1928 Chikyū wa Mawaru (地球は廻る) Sutradara Penasihat 1928 Ulsan-oki no Kaisen (蔚山沖の会戦) Direktur Umum 1931 Ichikyūsanichi Nikkatsu Onparēdo (一九三一年日活オンパレード) Penampil 1936 Hatsu sugata (初姿) Asisten Sutradara 1940 Hare Kozode (晴小袖) Penulis Naskah 1955 Chiyari Fuji (血槍富士) Koordinator Proyek 1956 Gion no Kyōdai (祇園の姉妹) Penulis Asli 1957 Osaka Monogatari (大阪物語) Penulis Asli - Drama Radio:**
- 1937: Tsuchi (土)
- 1938: Omoide no Ki (思ひ出の記)
- 1939: Yoshino Kuzu (吉野葛)
- Panggung:**
- 1935: Orizuru Osen (折鶴お千)
8. Penghargaan
Berikut adalah daftar penghargaan dan kehormatan yang diterima oleh Kenji Mizoguchi:
- 1936: Peringkat 1 Film Jepang Terbaik, Kinema Junpo Best Ten (Sisters of the Gion)
- 1952: International Award, Festival Film Venesia (The Life of Oharu)
- 1953: Silver Lion, Festival Film Venesia (Ugetsu)
- 1954: Silver Lion, Festival Film Venesia (Sansho the Bailiff)
- 1954: Sutradara Terbaik, Blue Ribbon Award (The Crucified Lovers)
- 1955: Art Encouragement Prize (The Crucified Lovers)
- 1955: Medal with Purple Ribbon
- 1956: Order of the Sacred Treasure, Kelas Empat (diberikan secara anumerta)
- 1956: Penghargaan Khusus, Mainichi Film Concours (diberikan secara anumerta)
- 1956: Penghargaan Budaya Film Jepang, Blue Ribbon Award (diberikan secara anumerta)
9. Dokumenari tentang Mizoguchi
- Kenji Mizoguchi: The Life of a Film Director (1975), disutradarai oleh Kaneto Shindō
- Jidai o Koeru Mizoguchi Kenji (時代を超える溝口健二, 2006), disutradarai oleh Akihiro Sakurada