1. Kehidupan
Kim Ki-chang lahir di Gyeongseong (sekarang Seoul) dan mengalami kehilangan pendengaran pada usia muda. Ia kemudian mengembangkan bakat seninya di bawah bimbingan seorang seniman terkemuka, namun awal kariernya tercoreng oleh kontroversi kolaborasionisme. Setelah kemerdekaan, ia menikah dengan sesama seniman dan mengeksplorasi gaya lukisan baru.
1.1. Masa Kecil dan Kehilangan Pendengaran
Kim Ki-chang lahir pada tanggal 18 Februari 1913 di Unni-dong, Seoul, yang saat itu dikenal sebagai Keijō, Keiki-dō, Korea, Kekaisaran Jepang. Ia adalah putra tertua dari delapan bersaudara dari pasangan Kim Seung-hwan, seorang pegawai Biro Pengelola Tanah di Kantor Gubernur-Jenderal, dan Han Yun-myeong. Pada masa kecilnya, sebelum masuk sekolah dasar, ia sempat menghabiskan waktu di Gongju, Chungcheongnam-do. Pada usia tujuh tahun, saat ia duduk di kelas dua Sekolah Dasar Seungdong, Kim Ki-chang menderita demam tifoid yang parah, menyebabkan demam tinggi dan kehilangan pendengaran secara permanen. Kondisi ini juga mengakibatkan gangguan bicara. Meskipun ayahnya, Kim Seung-hwan, menginginkan ia menjadi seorang tukang kayu, ibunya, Han Yun-myeong, yang menyadari bakat seni putranya, sangat mendukung pendidikan seninya. Berkat bantuan ibunya, Kim Ki-chang dapat belajar seni lukis.
1.2. Pendidikan Seni dan Awal Karier
Dengan dukungan ibunya, Kim Ki-chang menjadi murid dari Kim Eun-ho (김은호Kim Eun-hoBahasa Korea, 1892-1979), seorang pelukis terkemuka yang sebelumnya pernah melukis potret kerajaan Kaisar Gojong dan Kaisar Sunjong. Di bawah bimbingan Kim Eun-ho, Kim Ki-chang mempelajari lukisan tinta dan warna tradisional Korea (동양화DongyanghwaBahasa Korea). Gaya lukisnya, seperti gurunya, sangat dipengaruhi oleh lukisan tinta dan warna kontemporer Jepang, dengan fokus pada lukisan figuratif (인물화inmunhwaBahasa Korea) yang sering kali menggambarkan wanita dan anak-anak secara realistis dengan nuansa lembut.
Pada tahun 1931, Kim Ki-chang pertama kali berpartisipasi dalam Pameran Seni Chōsen (조선미술전람회Joseon Misul JeonramhoeBahasa Korea, disingkat 'Seonjeon'), sebuah pameran seni tahunan bergengsi yang diselenggarakan oleh Pemerintah-Jenderal Jepang di Korea. Ia memenangkan penghargaan dalam kategori Lukisan Timur dengan karyanya Pansang domu (판상도무Pansang domuBahasa Korea, 'Melompat di Atas Jungkat-jungkit', 1931). Ia terus memenangkan penghargaan hingga tahun 1937, ketika ia meraih Penghargaan Khusus (특선TeukseonBahasa Korea) pertamanya dengan karyanya Godam (고담GodamBahasa Korea, 'Kisah Lama', 1937). Setelah memenangkan empat Penghargaan Khusus berturut-turut, pada usia 27 tahun, ia diakui sebagai salah satu Seniman Rekomendasi (추천작가ChucheonjakgaBahasa Korea), yang menjamin dan membuktikan pengaruhnya dalam dunia seni kontemporer. Seperti banyak seniman kontemporer tahun 1930-an, Kim Ki-chang juga menggunakan 'Warna Lokal' (향토색hyangtosaekBahasa Korea) yang menggambarkan pemandangan pedesaan yang idilis, yang umumnya menarik bagi otoritas kolonial Jepang yang mengendalikan dunia seni. Ia mengadakan pameran tunggal pertamanya pada tahun 1942 setelah menjadi Seniman Rekomendasi. Sayangnya, banyak karyanya yang lebih awal belum ditemukan atau hilang selama Perang Korea.
1.3. Kontroversi Kolaborasionisme Pro-Jepang
Kim Ki-chang dinilai sebagai seniman yang menggunakan bakat melukisnya yang luar biasa untuk mendukung militerisme Kekaisaran Jepang. Karya-karyanya yang pro-Jepang tetap ada sebagai bukti kontroversi ini. Sebagai murid dari Kim Eun-ho, yang merupakan anggota dewan penasihat departemen lukisan Jepang di organisasi seni pro-Jepang Asosiasi Seniman Joseon, Kim Ki-chang mengabaikan realitas tanah airnya yang terjajah dan secara aktif bekerja sama dalam mobilisasi perang Jepang melalui lukisannya.
Selama periode kolonial, Kim Ki-chang menghasilkan sejumlah lukisan yang memuji dan mendukung imperialisme Jepang, militerisme, dan mobilisasi paksa rakyat Korea untuk Perang Asia-Pasifik. Ia terpilih sebagai seniman rekomendasi untuk departemen lukisan Jepang dalam Pameran Seni Barisan Belakang Semenanjung (반도총후미술전Bando Chonghu MisuljeonBahasa Korea), pameran seni pro-Jepang yang menjadi inti dari kegiatan seni kolaborasi pada akhir era kolonial (1942-1944), bersama dengan sesama alumni Husohoe, Jang Wu-seong.
Kim Ki-chang juga memimpin upaya propaganda yang memuji dan mengagungkan militerisme Jepang melalui karya-karyanya. Hal ini dapat dikonfirmasi melalui ilustrasi yang diterbitkan di surat kabar dan majalah populer. Ilustrasi pena dan tinta berwarna samar yang diterbitkan di surat kabar seperti Maeil Sinbo pada 6 Agustus 1943, berjudul Nimeui bureusimeul batgoseo (님의 부르심을 받고서Nimeui bureusimeul batgoseoBahasa Korea, 'Setelah Mendengar Panggilan-Mu'), serta ilustrasi di majalah perusahaan Bank Industri Joseon berjudul Hoesim (회심HoesimBahasa Korea) dan lukisan prajurit pelatihan berjudul Chonghu byeongsa (총후병사Chonghu byeongsaBahasa Korea, 'Prajurit Barisan Belakang'), adalah contohnya. Profesor Lee Tae-ho dari Universitas Myongji, dalam bukunya 99 Tokoh Pro-Jepang, menyatakan bahwa Chonghu byeongsa "menangkap profil samping seorang prajurit yang beristirahat sambil duduk di kursi lipat dengan perlengkapan tempur lengkap, dengan wajah dan tangan terkepal yang dengan jelas menunjukkan tekad kuat untuk berjuang demi perang suci."
Namun, Kim Ki-chang menyangkal bahwa Chonghu byeongsa adalah karya pro-Jepang, dengan mengatakan bahwa itu "hanyalah ilustrasi dan bukan lukisan formal, sehingga tidak dapat dianggap sebagai karya pro-Jepang." Meskipun demikian, pernyataan Kim Ki-chang ini terungkap sebagai kebohongan ketika karyanya Jeokjin yukbak (적진육박Jeokjin yukbakBahasa Korea, 'Menyerbu Garis Musuh', 1944) terungkap ke publik. Lukisan ini menggambarkan pertempuran jarak dekat tentara Jepang yang menyerbu garis musuh dengan bayonet terpasang pada senapan di Kepulauan Pasifik Selatan. Mengenai hal ini, Institut Masalah Nasional menyatakan, "Jeokjin yukbak dipamerkan dalam pameran seni 'Gyeoljeon' (결전GyeoljeonBahasa Korea, 'Pertempuran Penentuan') yang diselenggarakan di Seoul selama tujuh bulan dari Maret 1944 oleh Gyeongseong Ilbo dengan dukungan dari Pemerintah-Jenderal Joseon, untuk memuji militerisme Kekaisaran Jepang dan menginspirasi kejayaan 'Rakyat Kekaisaran'."
Kim Ki-chang, yang memenangkan penghargaan tertinggi di Pameran Seni Joseon pada usia 24 tahun dan menjadi seniman rekomendasi pada usia 27 tahun setelah empat kali berturut-turut memenangkan penghargaan khusus, membalas "kehormatan menjadi seniman rekomendasi" dengan berkolaborasi dengan militerisme Jepang. Ia tidak hanya secara aktif bekerja sama dalam penggalangan dana Jepang melalui Pameran Liga Lukisan Selatan Joseon (조선남화연맹전Joseon Namhwa YeonmaengjeonBahasa Korea, Oktober 1940) dan Pameran Seratus Puisi Patriotik (애국백인일수전람회Aeguk Baekin Ilsu JeonramhoeBahasa Korea, Januari 1943), tetapi juga menggunakan kuasnya yang anggun untuk melukis karya-karya yang memuji dan mengagungkan militerisme Jepang.
Setelah kematiannya, Kim Ki-chang masuk dalam daftar seniman yang akan dimasukkan ke dalam Kamus Kolaborator Pro-Jepang oleh organisasi sipil Institut Masalah Nasional pada tahun 2008. Ia juga termasuk dalam Daftar 705 Tokoh Anti-Nasional Pro-Jepang yang diumumkan oleh Komite Kebenaran dan Rekonsiliasi untuk Tindakan Anti-Nasional Pro-Jepang di bawah naungan Presiden pada tahun 2009.
1.4. Pernikahan dan Kolaborasi Artistik
Pada tahun 1943, Kim Ki-chang pertama kali bertemu dengan sesama seniman, Park Rehyun (박래현Park RehyunBahasa Korea, 1920-1976). Setelah tiga tahun menjalin hubungan melalui tulisan (karena Kim Ki-chang tuli), mereka menikah pada tahun 1946. Pernikahannya dengan Park Rehyun menjadi titik balik penting dalam karier artistiknya. Setelah menikah, ia sering mengadakan pameran bersama Park, dan meninggalkan gaya lukisan figuratif realistis sebelumnya yang berwarna untuk menghasilkan lukisan tinta dan warna yang menggunakan lebih banyak air dan warna yang lebih terang serta transparan. Goresan kuasnya menjadi lebih cepat, dan penggambaran bentuk dalam lukisannya disederhanakan hingga menjadi semi-abstrak. Pasangan ini mengadakan 17 pameran bersama dan bekerja sama erat hingga tahun 1970, ketika Park Rehyun berangkat ke Amerika Serikat untuk belajar seni grafis. Kim Ki-chang sempat berhenti sejenak setelah kematian Park pada tahun 1976, tak lama setelah Park kembali ke Korea.
1.5. Aktivitas Seni Pasca-Kemerdekaan
Setelah kemerdekaan Korea dan pernikahannya, Kim Ki-chang mulai menghasilkan lukisan tinta berwarna (수묵담채화sumuk damchaehwaBahasa Korea) yang lebih ringan dan semi-abstrak. Seri 'Babo Sansu' (바보산수Babo sansuBahasa Korea, 'Pemandangan Bodoh') dan 'Cheongrok Sansu' (청록산수Cheongrok sansuBahasa Korea, 'Pemandangan Biru dan Hijau') dari tahun 1970-an hingga 1990-an diakui sebagai karya Kim Ki-chang yang paling khas dan populer, mengekspresikan kebebasan dan kepolosan. Seri 'Babo Sansu' merupakan upaya untuk memodernisasi lukisan rakyat tradisional Korea (minhwa). Seperti yang dapat disimpulkan dari kata "babo" yang berarti "bodoh" dalam bahasa Korea, ini adalah pendekatan intuitif dan humoris terhadap lukisan pemandangan yang tampak seolah-olah dilukis oleh orang bodoh atau anak kecil. Gaya ini menggunakan bentuk-bentuk sederhana, seperti kartun, yang menekankan ekspresi estetika dan emosi yang murni dan tulus. Pada titik ini, karya-karyanya menggabungkan bentuk-bentuk yang sangat abstrak yang melampaui waktu dan ruang. Gerakan dinamis yang memberikan kehidupan pada lukisan-lukisan pemandangan ini umumnya diinterpretasikan sebagai cara Kim Ki-chang untuk mengekspresikan suara melalui goresan kuas dalam "dunia keheningannya" yang disebabkan oleh disabilitas pendengarannya.
1.6. Karya-karya Utama dan Tema
Selain seri 'Babo Sansu' dan 'Cheongrok Sansu', Kim Ki-chang juga menghasilkan karya-karya penting lainnya. Pada tahun 1970-an, ia membuat beberapa potret standar (표준영정pyojun yeongjeongBahasa Korea) tokoh-tokoh sejarah seperti Raja Sejong Agung (yang juga muncul di uang kertas 10.000 won), Kim Jeong-ho, dan Eulji Mundeok. Karya-karya representatif lainnya termasuk Gunmado (군마도GunmadoBahasa Korea, 'Lukisan Kuda Perang'), Cheongsando (청산도CheongsandoBahasa Korea, 'Pulau Hijau'), Sowa Yeoin (소와 여인Sowa YeoinBahasa Korea, 'Sapi dan Wanita'), Gaeul (가을GaeulBahasa Korea, 'Musim Gugur'), dan Boritakjak (보리타작BoritakjakBahasa Korea, 'Pemanenan Jelai').
Kim Ki-chang juga dikenal karena penggambaran Yesus Kristus dalam lukisan-lukisan yang diinterpretasikan secara lokal. Ia melukis Yesus sebagai orang Korea yang mengenakan Hanbok, yang dianggap sebagai upaya teologis untuk mengindigenisasi Kekristenan di Korea. Namun, penggambaran ini juga menuai kritik karena Yesus yang historis adalah seorang rakyat jelata yang hidup sebagai tukang kayu di Galilea, sebuah daerah yang miskin dan terpinggirkan, sementara dalam lukisan Kim Ki-chang, Yesus digambarkan mengenakan pakaian yangban (bangsawan), yang dianggap kontradiktif. Dalam tahun-tahun terakhirnya, ia juga menghasilkan karya seri 'Cheongrok Sansu' dan Munjado (문자도munjadoBahasa Korea, 'Lukisan Huruf') dan terus menggunakan referensi minhwa tradisional seperti Sipjangsaeng (십장생sipjangsaengBahasa Korea, 'Sepuluh Simbol Panjang Umur') dan jangseung (장승jangseungBahasa Korea, tiang totem Korea).
2. Karier dan Aktivitas Sosial
Selain sebagai seniman, Kim Ki-chang juga berperan sebagai pendidik di berbagai universitas dan mendedikasikan dirinya untuk advokasi bagi komunitas tuli.
2.1. Kegiatan Mengajar
Kim Ki-chang memulai karier mengajarnya di Universitas Hongik pada tahun 1955. Pada tahun 1962, ia menjadi profesor di Sekolah Tinggi Guru Wanita Sudo (yang kemudian menjadi Universitas Sejong). Ia juga aktif berpartisipasi dalam pameran seni internasional. Pada tahun 1957, ia diundang untuk berpameran di Pameran Seniman Kontemporer Korea yang diselenggarakan oleh World House Gallery di New York. Pada tahun 1960, ia menjadi seniman undangan di Pameran Seni Nasional (국전GukjeonBahasa Korea) dan menjabat sebagai juri. Ia juga memamerkan karyanya di pameran seni Korea di Taipei, Hong Kong, Tokyo, dan Manila. Pada tahun 1963, ia menerima Penghargaan Seni Rupa dari Penghargaan Sastra dan Seni Mei ke-5, dan menjadi perwakilan Korea di Bienal Seni São Paulo ke-7. Pada tahun 1964, ia diundang oleh Departemen Luar Negeri Amerika Serikat untuk mengunjungi Amerika, dan pada tahun 1969, ia kembali ke Amerika untuk mengadakan pameran tunggal di New York. Ia juga menerima gelar Doktor Kehormatan Pendidikan dari Universitas Sejong.
2.2. Advokasi dan Kontribusi Sosial
Kim Ki-chang adalah advokat yang bersemangat untuk meningkatkan kesadaran dan kesejahteraan komunitas tuli di Korea Selatan. Pada tahun 1979, ia mendirikan Asosiasi Kesejahteraan Tuli Korea (한국농아복지회Hanguk Nong-a BokjihoeBahasa Korea) dan menjabat sebagai ketua pertamanya. Pada tahun 1984, ia mendirikan Cheongeum Hoegwan (청음회관Cheongeum HoegwanBahasa Korea), sebuah pusat kesejahteraan bagi penyandang disabilitas pendengaran, di Yeoksam-dong, Seoul. Dedikasinya terhadap komunitas tuli mencerminkan pengalaman pribadinya dan komitmennya untuk membantu sesama.
3. Evaluasi dan Dampak
Warisan artistik Kim Ki-chang dinilai sebagai pelopor dalam modernisasi seni lukis Korea, meskipun kariernya juga diwarnai oleh perdebatan sengit terkait aktivitas pro-Jepangnya.
3.1. Penilaian Artistik
Kim Ki-chang dianggap sebagai pelopor dalam modernisasi lukisan tinta dan warna tradisional Korea. Gaya lukisnya membangun dunia karya yang kuat dan dinamis dengan goresan kuas yang bebas dan hidup, mencakup seluruh spektrum seni figuratif dan abstrak, dari lukisan genre tradisional hingga distorsi bentuk yang berani dan abstraksi ekstrem, menunjukkan berbagai kemampuan artistik yang luas. Bertahun-tahun aktivitas artistiknya memberikan wawasan mendalam tentang sejarah seni modern dan seni kontemporer Korea. Ia diakui atas reinterpretasi berani terhadap lukisan rakyat tradisional dan lukisan pemandangan, serta kontribusinya dalam penemuan kembali identitas Korea dalam seni setelah kemerdekaan. Perubahan gaya dalam karya-karya Kim Ki-chang mencerminkan proses eksplorasi identitas Korea yang otonom.
3.2. Kritik dan Perdebatan
Meskipun Kim Ki-chang memiliki pencapaian artistik yang signifikan, kariernya tetap menjadi subjek kritik dan perdebatan, terutama terkait dengan aktivitas pro-Jepangnya selama periode kolonial. Perdebatan ini berpusat pada bagaimana hubungan antara kegiatan kolaborasinya dan pencapaian artistiknya harus dinilai. Beberapa pihak berpendapat bahwa meskipun ia adalah seniman berbakat, keterlibatannya dalam propaganda pro-Jepang tidak dapat diabaikan atau dipisahkan dari warisan seninya. Interpretasi terhadap karya dan kehidupannya bervariasi, dengan beberapa pihak mengakui inovasi artistiknya sambil tetap mengkritik pilihan politiknya, sementara yang lain melihat kolaborasinya sebagai noda yang tidak dapat dihapus dari reputasinya.
4. Penghargaan dan Tanda Kehormatan
Sepanjang kariernya, Kim Ki-chang menerima berbagai penghargaan dan tanda kehormatan atas kontribusinya di bidang seni.
- 1963: Penghargaan Seni Rupa dari Penghargaan Sastra dan Seni Mei ke-5.
- 1977: Orde Jasa Kebudayaan, Eungwan (Mahkota Perak, kelas 2).
- 1991: Penghargaan Inchon.
- 2001: Orde Jasa Kebudayaan, Geumgwan (Mahkota Emas, kelas 1, anumerta).
5. Kehidupan Pribadi
Kim Ki-chang memiliki kehidupan pribadi yang erat kaitannya dengan keluarganya, terutama dengan istri dan saudara-saudaranya yang juga berkecimpung di dunia seni.
5.1. Hubungan Keluarga
- Kakek dari ibu: Han dari Cheongju (wafat 1903)
- Nenek dari ibu: Lee Jeong-jin (이정진Lee Jeong-jinBahasa Korea, 1873-1950)
- Ibu: Han Yun-myeong (한윤명Han Yun-myeongBahasa Korea, 1895-1932)
- Ayah: Kim Seung-hwan (1889-?)
- Istri: Park Rehyun (박래현Park RehyunBahasa Korea, 13 April 1920 - 2 Januari 1976)
- Putri sulung: Kim Hyeon (lahir 1947)
- Putra sulung: Kim Wan (lahir 1949)
- Putri kedua: Kim Seon (lahir 1952)
- Putri ketiga: Kim Yeong (lahir 1956)
- Adik laki-laki: Kim Gi-hak (lahir 1915)
- Adik perempuan: Kim Gi-ok (김기옥Kim Gi-okBahasa Korea, 1926 - 2 Maret 1994)
- Adik laki-laki: Kim Gi-man (김기만Kim Gi-manBahasa Korea, 9 Mei 1929 - 26 Desember 2004)
- Besan: Son Myeong-won (Presiden Hyundai Mipo Dockyard, Ssangyong Motor, lahir 5 Mei 1941)
- Istri: Park Rehyun (박래현Park RehyunBahasa Korea, 13 April 1920 - 2 Januari 1976)
6. Item Terkait
- Yayasan Kebudayaan Unbo (운보문화재단Unbo Munhwa JaedanBahasa Korea)
- Museum Seni Unbo (운보미술관Unbo MisulgwanBahasa Korea)