1. Kehidupan Awal
Kim Min-jung lahir pada tanggal 9 Juni 1981 di Daegu, Korea Selatan.
2. Karier Curling
Karier Kim Min-jung di dunia curling mencakup perjalanan signifikan baik sebagai pemain maupun pelatih, ditandai dengan berbagai pencapaian di tingkat domestik dan internasional.
2.1. Karier Awal sebagai Pemain
Kim Min-jung memulai kariernya sebagai pemain curling, seringkali menjabat sebagai *alternate* untuk Tim Kim Eun-jung. Tim ini mewakili Korea Selatan dalam beberapa kompetisi penting.
Pada Kejuaraan Curling Pasifik-Asia 2012, timnya berhasil meraih posisi ketiga, mengamankan medali perunggu setelah kalah di semifinal dari tim Jepang yang dipimpin oleh Satsuki Fujisawa. Hasil ini membuat mereka gagal lolos ke Kejuaraan Dunia.
Tim Kim juga menunjukkan dominasinya di kompetisi domestik dengan meraih gelar Kejuaraan Curling Korea pada April 2012. Pada Kejuaraan Curling Nasional Korea 2013, mereka meraih medali perak, dan kembali merebut gelar kejuaraan nasional pada April 2014.
Dalam ajang Kejuaraan Curling Pasifik-Asia 2014, Tim Kim tampil cemerlang di babak *round-robin* dengan rekor tak terkalahkan 8-0. Mereka kemudian memenangkan pertandingan semifinal melawan Selandia Baru. Namun, di pertandingan final, mereka harus mengakui keunggulan tim Tiongkok yang dipimpin oleh Liu Sijia, kalah dalam *extra-end steal* dan nyaris kehilangan kesempatan untuk berlaga di Kejuaraan Dunia. Pada tahun 2015, mereka kembali meraih medali perunggu di Kejuaraan Nasional Korea.
Kompetisi | Hasil |
---|---|
Kejuaraan Curling Pasifik-Asia | |
2012 Naseby | Medali Perunggu |
2014 Karuizawa | Medali Perak |
Kejuaraan Curling Wanita Korea | |
2011 Uijeongbu | Medali Perunggu |
2012 Uijeongbu | Medali Emas |
2013 Chuncheon | Medali Perak |
2014 Chongju | Medali Emas |
2015 Icheon | Medali Perunggu |
2.2. Periode Kepelatihan dan Pencapaian Olimpiade
Pada April 2016, setelah Tim Kim meraih gelar kejuaraan nasional ketiga mereka dengan mengalahkan tim curling sekolah menengah yang dipimpin oleh Kim Min-ji, Kim Min-jung beralih peran menjadi pelatih utama tim tersebut. Perubahan ini juga ditandai dengan masuknya Kim Cho-hi sebagai *alternate* baru.
Sebagai pelatih, Kim Min-jung membimbing timnya menuju kesuksesan lebih lanjut. Pada Kejuaraan Curling Pasifik-Asia 2016, tim Korea Selatan berhasil lolos dari babak *round-robin* dengan rekor 6-1. Mereka kemudian memenangkan pertandingan semifinal melawan Selandia Baru dan di final, mereka mengalahkan tim Tiongkok yang dipimpin oleh Wang Bingyu untuk meraih gelar juara Pasifik-Asia. Musim berikutnya, tim ini mewakili Korea Selatan di Kejuaraan Dunia Curling Wanita 2017 dan finis di posisi keenam dengan rekor 5-6.
Pada Mei 2017, Tim Kim berhasil mempertahankan gelar nasional mereka di Kejuaraan Curling Korea Selatan 2017, yang sekaligus berfungsi sebagai babak kualifikasi untuk Olimpiade Musim Dingin Pyeongchang 2018. Mereka memenangkan final *best-of-seven* melawan Kim Min-ji dengan skor 4-1, setelah sebelumnya mengalahkan Gim Un-chi 3-2 di semifinal *best-of-five*. Kemenangan ini secara resmi meloloskan tim ke Olimpiade. Beberapa waktu kemudian di tahun yang sama, Kim dan timnya meraih medali emas di Kejuaraan Curling Pasifik-Asia 2017.
Tim curling Olimpiade 2018, yang terdiri dari *skip* Kim Eun-jung, *vice* Kim Kyeong-ae, *second* Kim Seon-yeong, dan *lead* Kim Yeong-mi, dilatih oleh Peter Gallant dari Kanada dan Kim Min-jung sendiri. Meskipun masuk turnamen sebagai tim yang kurang diunggulkan (*underdogs*), penampilan kuat mereka di Pyeongchang berhasil menarik perhatian dan memberi mereka status selebritas. Korea memuncaki klasemen *round-robin* dengan hanya satu kekalahan, bahkan berhasil mengalahkan tim-tim kuat seperti Kanada dan Swedia. Mereka kemudian melaju ke final, di mana mereka kalah dari Swedia dan meraih medali perak yang membanggakan. Sebulan setelah Olimpiade, tim tersebut berlaga di Kejuaraan Dunia Curling Wanita 2018 namun harus terhenti di perempat final.
3. Tuduhan dan Kontroversi
Setelah keberhasilan meraih medali perak di Olimpiade Musim Dingin Pyeongchang 2018, tim curling wanita Korea Selatan, yang dikenal sebagai Tim Kim, mengajukan tuduhan serius terhadap staf pelatih mereka, termasuk Kim Min-jung dan ayahnya, Kim Kyung-doo. Tuduhan ini tidak hanya mengguncang dunia olahraga Korea Selatan tetapi juga menimbulkan keprihatinan mendalam mengenai perlakuan atlet dan isu hak asasi manusia dalam olahraga profesional.
Tim Kim menuduh staf pelatih (dengan pengecualian Peter Gallant) melakukan penahanan hadiah uang yang seharusnya menjadi hak para atlet. Selain itu, mereka melaporkan adanya pelecehan verbal yang berulang kali dialami. Beberapa insiden spesifik yang dituduhkan mencakup upaya untuk mengeluarkan Kim Cho-hi dari tim, yang diduga bertujuan agar Kim Min-jung dapat menjadi *alternate* dan berkesempatan mendapatkan medali Olimpiade (karena pelatih tidak secara langsung menerima medali).
Yang lebih mengkhawatirkan, tim juga menuduh adanya upaya untuk mengecualikan *skip* Kim Eun-jung dari sesi latihan tim setelah pelatih mengetahui bahwa ia berencana untuk memulai keluarga. Tindakan semacam ini menimbulkan pertanyaan serius mengenai diskriminasi dan hak-hak reproduktif atlet.
Sebagai tanggapan atas tuduhan-tuduhan ini, yang mendapatkan perhatian luas dari media dan publik, Kim Min-jung akhirnya dikeluarkan dari posisi pelatih tim. Kontroversi ini menyoroti perlunya reformasi dalam manajemen olahraga dan perlindungan hak-hak atlet, terutama di tengah tekanan untuk meraih prestasi tinggi.
4. Warisan dan Penilaian
Kim Min-jung meninggalkan warisan yang kompleks dalam dunia curling Korea Selatan. Sebagai pemain dan pelatih, ia memainkan peran penting dalam mengangkat profil curling di negara tersebut, terutama dengan pencapaian bersejarah medali perak di Olimpiade Musim Dingin Pyeongchang 2018. Kesuksesan ini tidak hanya membawa kebanggaan nasional tetapi juga menginspirasi generasi baru atlet curling.
Namun, reputasinya tercoreng oleh tuduhan dan kontroversi yang muncul setelah Olimpiade, terutama terkait masalah perlakuan tidak adil dan penyalahgunaan wewenang terhadap para atlet. Insiden ini memicu diskusi publik yang luas mengenai kesejahteraan atlet, hak asasi manusia, dan akuntabilitas dalam organisasi olahraga Korea Selatan. Peristiwa ini menjadi pengingat pahit bahwa kesuksesan di lapangan harus diimbangi dengan integritas dan perlakuan etis terhadap individu yang terlibat. Meskipun kontribusinya terhadap prestasi olahraga tidak dapat disangkal, kontroversi ini akan selalu menjadi bagian dari penilaian warisannya, menyoroti pentingnya keadilan dan perlindungan atlet di atas segalanya.