1. Kehidupan
Kim Yong-taek lahir di daerah pedesaan Korea Selatan, mendapatkan pendidikan di sekolah menengah pertanian, dan kemudian mengabdikan sebagian besar hidupnya sebagai guru sekolah dasar. Kariernya sebagai pendidik dan debut sastranya saling terkait, mencerminkan komitmennya terhadap sastra dan masyarakat.
1.1. Kelahiran dan Latar Belakang Awal
Kim Yong-taek lahir pada 28 September 1948 di Imsil, Jeollabuk-do, Korea Selatan. Latar belakang pedesaannya ini sangat membentuk sudut pandang dan subjek utama dalam karya-karyanya di kemudian hari, terutama fokusnya pada kehidupan pedesaan dan alam.
1.2. Pendidikan
Ia lulus dari Sekolah Menengah Atas Pertanian Sunchang. Pendidikan ini memberinya pemahaman yang mendalam tentang kehidupan agraris, yang kemudian banyak digambarkan dalam puisinya.
1.3. Karier Mengajar
Kim Yong-taek bekerja sebagai guru di Sekolah Dasar Imsil Tokchi dan Sekolah Dasar Woonam. Selama masa pengabdiannya sebagai guru, ia juga dikenal karena dedikasinya dalam mengajarkan puisi kepada siswa-siswi sekolah dasar, menanamkan kecintaan pada sastra sejak usia dini. Pendekatan pengajarannya mencerminkan filosofi pribadinya yang menekankan pentingnya pengalaman dan kepekaan dalam memahami puisi.
1.4. Debut Sastra dan Awal Karier
Kim Yong-taek melakukan debut sastranya secara resmi pada tahun 1982. Saat itu, pada usia 35 tahun, puisinya yang berjudul "Seomjingang River I" (섬진강 1Bahasa Korea) bersama dengan tujuh puisi lainnya, diterbitkan dalam sebuah antologi puisi berjudul *Undying Flame* (꺼지지 않는 횃불로Bahasa Korea), yang memuat karya-karya dari dua puluh satu penyair terkemuka dan diterbitkan oleh Creation and Criticism. Debut ini menandai awal karier sastranya yang fokus pada tema-tema pedesaan dan kehidupan sehari-hari.
2. Dunia Puisi dan Ciri Khas Sastra
Dunia puisi Kim Yong-taek dicirikan oleh fokusnya pada kehidupan pedesaan dan alam, yang disampaikan melalui gaya ekspresi yang unik dan mendalam.
2.1. Tema dan Subjek Utama
Karya Kim Yong-taek berakar pada hal-hal yang sering terlupakan dalam hiruk pikuk kehidupan modern: pedesaan, sehelai rumput, bau rambut ibu, dan detail-detail kehidupan sehari-hari. Sebagian besar puisi awalnya berpusat pada gambaran kehidupan pedesaan dan petani dengan latar belakang Sungai Seomjin. Ia secara cermat menggambarkan detail kehidupan sehari-hari para petani, namun pada saat yang sama, ia juga mengamati perubahan-perubahan keras yang terjadi di pedesaan dan kemerosotan nilai-nilai pedesaan dengan kritik dan sindiran.
2.2. Ciri Khas dan Ekspresi Puitis
Pendekatan Kim Yong-taek yang penuh kasih sayang dan kepekaan dalam menggambarkan urusan sehari-hari masyarakat pedesaan memberikan gambaran otentik tentang komunitas pertanian kepada penduduk perkotaan. Di balik kepekaan puitisnya yang lembut, terdapat suara teguran yang keras. Misalnya, dalam puisinya "Beat the Drums of Protest" (마당은 비뚤어졌어도 장구는 바로 치자Bahasa Korea, yang berarti "Meskipun Panggungnya Bengkok, Mari Kita Pukul Janggu dengan Benar"), ia menyuarakan ketidaksetujuan yang kuat terhadap politikus kota dan pembuat kebijakan pemerintah yang mendistorsi dan memutarbalikkan laporan tentang kondisi sebenarnya yang dihadapi para petani di pedesaan.
Sejak tahun 1990-an, kecenderungan puitis Kim Yong-taek bergeser menuju puisi liris yang lebih intuitif, emosional, dan berkelas. Perubahan ini terbukti dalam karyanya "Why Don't People Know?" (사람들은 왜 모를까Bahasa Korea), yang memenangkan Penghargaan Sastra Sowol dan mengukuhkan gaya puitisnya yang unik. Puisinya yang sederhana dan jujur, dengan resonansi mendalam, menjembatani nilai-nilai tradisional pedesaan dengan perubahan modern melalui sensibilitas emosional. Imaginasi puitisnya, yang menggambarkan pengalaman sehari-hari dengan kesederhanaan dan urgensi, telah mencapai puncaknya. Ia sangat dihormati karena kemampuannya menyentuh pembaca dengan puisi-puisi yang indah, mempertahankan keseimbangan emosional dan kekangan linguistik tanpa terikat pada modernisme. Jiwa kritis yang kuat dalam puisinya berasal dari penggunaan dialek Jeolla-do dalam bentuk-bentuk puitis tradisional seperti Gasa, Taryeong, dan Pansori. Perpaduan penggunaan dialek, peribahasa, dan bahasa sehari-hari ini memperkuat nuansa komunitas pedesaan dalam puisi Kim Yong-taek. Selain itu, penggunaan ritme tradisional memberikan puisinya kekuatan untuk membangkitkan ketegangan, kemarahan, dan tawa.
2.3. Evaluasi Sastra
Kim Yong-taek dipuji karena upayanya memberikan martabat pada komunitas pedesaan. Namun, pendekatan ini juga membuatnya rentan terhadap kritik sebagai anachronistis dan tidak mampu menawarkan solusi terhadap realitas keras masyarakat modern. Meskipun demikian, keinginan Kim Yong-taek akan komunitas memiliki kualitas lugas yang seringkali tidak ditemukan dalam teori-teori modernitas yang rumit. Pendiriannya menegaskan semangat rakyat, yang ia yakini memperoleh identitas dan martabat mereka dari sejarah panjang kehidupan agraris. Dunia puitisnya yang orisinal telah memberikan kontribusi signifikan terhadap sastra Korea, terutama dalam mempertahankan nilai-nilai tradisional sambil menghadapi perubahan modern.
3. Karya Utama
Kim Yong-taek telah menerbitkan berbagai karya, meliputi kumpulan puisi, kumpulan esai, dan sastra anak-anak.
Kumpulan Puisi:
- Undying Flame* (꺼지지 않는 횃불Bahasa Korea, 1982)
- Seomjingang River* (섬진강Bahasa Korea, 1985)
- A Clear Day* (맑은 날Bahasa Korea, 1986)
- Sister, the Day is Fading* (누이야 날 저문다Bahasa Korea, 1988)
- The Road to Flower Mountain* (꽃산 가는 길Bahasa Korea, 1988)
- Longing for a Flower Letter* (그리운 꽃 편지Bahasa Korea, 1989)
- Your Daring Love* (그대, 거침없는 사랑Bahasa Korea, 1993)
- River-like Years* (강 같은 세월Bahasa Korea, 1995)
- However Crooked the Stage, Let's Play the Drum Right* (마당은 비뚤어졌어도 장구는 바로 치자Bahasa Korea, 1996)
- That Woman's House* (그 여자네 집Bahasa Korea, 1998)
- Bean, You're Dead* (콩, 너는 죽었다Bahasa Korea, 1998)
- Tree* (나무Bahasa Korea, 2002)
- Love Poetry Collection* (연애시집Bahasa Korea, 2002)
- So You* (그래서 당신Bahasa Korea, 2006)
- Life Will Bring You the Answer* (삶이 너에게 해답을 가져다줄 것이다Bahasa Korea, 2008)
- Weeping Willow* (수양버들Bahasa Korea, 2009)
- Lips That Don't Want a Kiss* (키스를 원하지 않는 입술Bahasa Korea, 2013)
- To You Who Came Crying* (울고 들어온 너에게Bahasa Korea, 2016)
Kumpulan Puisi Anak-anak:
- Bean, You're Dead* (콩, 너는 죽었다Bahasa Korea, 1998)
Kumpulan Esai dan Prosa:
- Poetry Came to Me* (시가 내게로 왔다Bahasa Korea, 2001)
- Kim Yong-taek's Mother* (김용택의 어머니Bahasa Korea, 2012)
- Kim Yong-taek's Classroom Diary* (김용택의 교단일기Bahasa Korea, 2013)
- From the Site of My Old House* (내가 살던 집터에서Bahasa Korea, 2013)
- Village Where Apricot Blossoms Bloom* (살구꽃이 피는 마을Bahasa Korea, 2013)
- Seomjingang River Story 1, 2* (섬진강 이야기 1,2Bahasa Korea)
- What I Miss is Behind the Mountain* (그리운 것들은 산 뒤에 있다Bahasa Korea)
- Country Boy Kim Yong-taek in the Theater* (촌놈 김용택 극장에생Bahasa Korea, 2000)
Dongeng Panjang:
- Ogiya Jinmeya* (옥이야 진메야Bahasa Korea)
Beberapa puisinya yang terkenal antara lain "Why Don't People Know?" (사람들은 왜 모를까Bahasa Korea), yang mengekspresikan kesedihan dan perenungan hidup saat memandang keindahan pemandangan musim semi, serta "Our Dad Comes Back from the Countryside" (우리 아빠 시골 갔다 오시면Bahasa Korea) dan "Flower in the Room" (방 안의 꽃Bahasa Korea), yang kemudian dikenal sebagai lagu anak-anak setelah diberi melodi oleh komposer Jeong Geun.
4. Penghargaan dan Kehormatan
Kim Yong-taek telah menerima berbagai penghargaan sastra bergengsi serta kehormatan dari pemerintah atas kontribusinya di bidang sastra dan pendidikan.
- 1986: Kim Suyeong Literary Award
- 1997: Sowol Poetry Prize
- 2002: Sochung Sasun Munhwasang Award
- 2009: Orde Jasa Red Stripes (홍조근정훈장Bahasa Korea), saat pensiun sebagai guru SD Tokchi.
- 2012: Yoon Dongju Literature Award (윤동주 문학대상Bahasa Korea)
- 2018: Medali Camellia Orde Jasa Kebudayaan (국민훈장 동백장Bahasa Korea)
5. Aktivitas Lain
Selain sebagai penyair dan pendidik, Kim Yong-taek juga terlibat dalam berbagai aktivitas artistik dan publik lainnya, termasuk di dunia akting dan penyiaran.
5.1. Aktivitas Akting
Kim Yong-taek memulai karier aktingnya sebagai aktor dalam film pendek independen berjudul *The Forest* (들Bahasa Korea) pada tahun 2001. Kemudian, pada tahun 2010, ia juga tampil sebagai pemeran pendukung dalam film *Poetry* (시Bahasa Korea) yang disutradarai oleh Lee Chang-dong. Ia juga pernah tampil dalam program televisi seperti *Human Theater* (인간극장Bahasa Korea) episode "Our Mom Got Late Blessing" (우리 엄마 늦복 터졌네Bahasa Korea) di KBS 1TV dan episode 204 *Her Leisurely Lives* (그녀들의 여유만만Bahasa Korea) di KBS 2TV, yang mengenalkannya sebagai penyair Sungai Seomjin.
5.2. Aktivitas Pendidikan
Sebagai seorang guru sekolah dasar, Kim Yong-taek dikenal karena mengajar puisi kepada murid-muridnya. Ia memiliki preferensi pribadi terhadap karya-karya penyair seperti Kim So-wol dan Kim Su-yeong, dua nama besar dalam sastra Korea, dan kebetulan ia juga memenangkan penghargaan yang dinamai dari kedua penyair tersebut. Pengalamannya ini tercermin dalam kumpulan esainya *Kim Yong-taek's Classroom Diary*.
6. Pengaruh
Kim Yong-taek memiliki pengaruh signifikan dalam sastra Korea dengan puisinya yang orisinal dan jujur. Karya-karyanya memberikan suara bagi komunitas pedesaan yang sering terpinggirkan, mengangkat martabat kehidupan agraris dan nilai-nilai tradisional. Ia berhasil menjembatani kesenjangan antara nilai-nilai tradisional dan perubahan modern, sambil menyampaikan kritik sosial yang kuat terhadap ketidakadilan. Puisinya yang menggunakan dialek lokal dan ritme tradisional tidak hanya memperkaya bahasa puitis Korea tetapi juga membangkitkan resonansi emosional yang mendalam pada pembaca. Kontribusinya telah diakui dengan berbagai penghargaan bergengsi, menegaskan posisinya sebagai salah satu penyair penting yang membentuk lanskap sastra kontemporer Korea.
7. Kehidupan Pribadi
Dalam kehidupan pribadinya, Kim Yong-taek diketahui memiliki apresiasi yang tinggi terhadap karya-karya penyair lain. Ia secara khusus menyukai Kim So-wol dan Kim Su-yeong, yang ironisnya, ia kemudian menerima penghargaan sastra yang dinamai dari kedua penyair favoritnya tersebut, yaitu Kim Suyeong Literary Award dan Sowol Poetry Prize.