1. Kehidupan Cimon
Bagian ini merangkum perjalanan hidup Cimon, dari masa mudanya yang penuh tantangan hingga karier militer dan politiknya yang berpengaruh, serta aspek-aspek kehidupan pribadinya.
1.1. Masa Muda dan Latar Belakang Keluarga
Kimon lahir dalam keluarga bangsawan Athena sekitar 510 SM. Ia merupakan anggota klan Philaidae, dari deme Laciadae (Lakiadai). Kakeknya adalah Cimon Coalemos, yang memenangkan tiga kemenangan Olimpiade Kuno dengan kereta kuda berempatnya dan dibunuh oleh putra-putra Peisistratus. Ayahnya adalah jenderal Athena yang terkenal, Miltiades, dan ibunya adalah Hegesipyle, putri raja Thrake Olorus dan kerabat sejarawan Thucydides.
Ketika Kimon masih muda, ayahnya didenda 50 talenta setelah dituduh melakukan pengkhianatan oleh negara Athena. Karena Miltiades tidak mampu membayar jumlah ini, ia dipenjara dan meninggal pada 489 SM. Kimon mewarisi utang ini dan, menurut Diodorus, sebagian dari hukuman penjara ayahnya yang belum dijalani untuk mendapatkan jenazahnya agar dapat dimakamkan. Sebagai kepala rumah tangga, ia juga harus mengurus saudara perempuan atau saudari tirinya, Elpinice. Menurut Plutarch, Callias yang kaya memanfaatkan situasi ini dengan menawarkan untuk membayar utang Kimon sebagai imbalan atas pernikahan dengan Elpinice, dan Kimon menyetujuinya.
Pada masa mudanya, Kimon memiliki reputasi sebagai pribadi yang boros, peminum berat, serta blak-blakan dan tidak beradab. Bahkan, ia sering disebut lebih mirip orang Sparta daripada orang Athena dalam hal karakteristik terakhir ini.
1.2. Pernikahan dan Kehidupan Pribadi
Kimon berulang kali dikatakan telah menikah atau terlibat dengan saudara perempuan atau saudari tirinya, Elpinice (yang sendiri memiliki reputasi promiskuitas seksual), sebelum pernikahannya dengan Callias. Namun, ini mungkin merupakan warisan dari fitnah politik belaka.
Ia kemudian menikah dengan Isodice, cucu Megacles dan anggota keluarga Alcmaeonidae. Pernikahan ini merupakan bagian dari aliansi politik antara tiga keluarga bangsawan terkemuka Athena (Alcmaeonidae, Callias, dan Cimon) untuk menandingi pengaruh Themistocles yang semakin besar setelah Perang Persia. Anak pertama mereka adalah sepasang putra kembar bernama Lacedaimonius (yang kemudian menjadi komandan Athena) dan Eleus. Putra ketiga mereka adalah Thessalus (yang kemudian menjadi politikus). Nama-nama anak Kimon yang berbau asing ini, seperti Lacedaemonius (mengacu pada orang Lakedaimon), Eleus (mengacu pada orang Elis), dan Thessalus (mengacu pada orang Thessalia), kemudian dikritik oleh Perikles sebagai tanda kecenderungannya yang "keasing-asingan".
1.3. Karier Militer
Kimon menunjukkan keberanian luar biasa selama Pertempuran Salamis, yang membuatnya mendapatkan ketenaran awal. Ia juga disebutkan sebagai anggota delegasi yang dikirim ke Sparta pada 479 SM.
1.3.1. Pertempuran Salamis
Dalam Pertempuran Salamis pada 480 SM, Kimon menunjukkan keberanian luar biasa dalam pertempuran laut melawan armada Persia. Ketenangan yang ia peroleh dari pertempuran ini menjadi dasar bagi kenaikannya ke pangkat laksamana dan pengakuan sebagai pahlawan militer.
1.3.2. Pembentukan dan Kepemimpinan Liga Delos
Antara 478 SM dan 476 SM, banyak kota maritim Yunani di sekitar Laut Aegea tidak ingin tunduk kembali pada kendali Persia dan menawarkan kesetiaan mereka kepada Athena melalui Aristides di Delos. Di sana, mereka membentuk Liga Delos (juga dikenal sebagai Konfederasi Delos), dan disepakati bahwa Kimon akan menjadi komandan utama mereka. Sebagai strategos, Kimon memimpin sebagian besar operasi Liga hingga 463 SM. Selama periode ini, ia dan Aristides berhasil mengusir pasukan Sparta di bawah Pausanias dari Bizantium.
1.3.3. Penaklukan Eion dan Penguasaan Scyros
Kimon juga berhasil merebut Eion di Strymon dari jenderal Persia Boges. Kota-kota pesisir lainnya di daerah itu menyerah kepadanya setelah Eion, dengan pengecualian Doriscus. Ia juga menaklukkan Scyros dan mengusir para bajak laut yang bermarkas di sana. Sekembalinya ke Athena, ia membawa "tulang-tulang" Theseus yang mitologis. Untuk merayakan pencapaian ini, tiga patung Herma didirikan di sekitar Athena.
1.3.4. Pertempuran Eurymedon

Sekitar 466 SM, Kimon melanjutkan perang melawan Persia ke Asia Kecil dan secara telak mengalahkan Persia dalam Pertempuran Eurymedon di Sungai Eurymedon di Pamphylia. Pasukan darat dan laut Kimon berhasil merebut kamp Persia dan menghancurkan atau menangkap seluruh armada Persia yang terdiri dari 200 trireme yang diawaki oleh orang Fenisia. Ia juga mendirikan koloni Athena di dekatnya yang disebut Amphipolis dengan 10.000 pemukim. Banyak sekutu baru Athena kemudian direkrut ke dalam Liga Delos, seperti kota perdagangan Phaselis di perbatasan Lycia-Pamphylia.
Ada pandangan di kalangan beberapa sejarawan bahwa saat berada di Asia Kecil, Kimon menegosiasikan perdamaian antara Liga dan Persia setelah kemenangannya di Pertempuran Eurymedon. Ini mungkin membantu menjelaskan mengapa Perdamaian Callias yang dinegosiasikan oleh saudara iparnya pada 450 SM kadang-kadang disebut Perdamaian Kimon, karena upaya Callias mungkin telah mengarah pada pembaruan perjanjian Kimon sebelumnya. Ia telah melayani Athena dengan baik selama Perang Persia dan menurut Plutarch: "Dalam semua kualitas yang dituntut perang, ia sepenuhnya setara dengan Themistocles dan ayahnya sendiri, Miltiades."
1.3.5. Penindasan Pemberontakan Thasos
Setelah keberhasilannya di Asia Kecil, Kimon pindah ke koloni Thrakia, Chersonesus. Di sana ia menaklukkan suku-suku lokal dan mengakhiri pemberontakan orang Thasos antara 465 SM dan 463 SM. Thasos telah memberontak dari Liga Delos karena persaingan perdagangan dengan pedalaman Thrakia dan, khususnya, atas kepemilikan tambang emas. Athena di bawah Kimon mengepung Thasos setelah armada Athena mengalahkan armada Thasos. Tindakan ini membuatnya mendapatkan permusuhan dari Stesimbrotus of Thasos (seorang sumber yang digunakan oleh Plutarch dalam tulisannya tentang periode ini dalam sejarah Yunani). Pemberontakan Thasos dan penindasannya oleh Kimon menandai titik balik penting dalam sejarah Liga Delos, mengubahnya dari aliansi sukarela menjadi entitas yang lebih mirip Kekaisaran Athena, di mana Athena mulai menggunakan kekuatan untuk menekan sekutunya.
1.3.6. Ekspedisi Siprus
Pada 451 SM, dengan armada Persia yang bergerak melawan Siprus yang memberontak, Kimon mengusulkan ekspedisi untuk melawan Persia. Ia mendapat dukungan Perikles dan berlayar ke Siprus dengan 200 trireme Liga Delos. Dari sana, ia mengirim 60 kapal di bawah Laksamana Charitimides ke Mesir untuk membantu pemberontakan Mesir Inaros di Delta Nil. Kimon menggunakan sisa kapal untuk membantu pemberontakan negara-kota Yunani Siprus.
2. Karier Politik dan Ideologi
Kimon memiliki pandangan politik yang konservatif dan cenderung aristokratis, yang sering bertentangan dengan arus reformasi demokratis di Athena.
2.1. Kebijakan Pro-Sparta (Lakonofilia)
Kimon adalah Proxenos Sparta di Athena, dan ia sangat menganjurkan kebijakan kerja sama antara kedua negara. Ia dikenal sangat menyukai Sparta sehingga ia menamai salah satu putranya Lacedaemonius, yang berarti "orang Lakedaimon" (nama lain untuk Sparta). Pada 462 SM, Kimon mencari dukungan warga Athena untuk memberikan bantuan kepada Sparta. Meskipun Ephialtes berpendapat bahwa Sparta adalah saingan Athena dalam perebutan kekuasaan dan harus dibiarkan mengurus dirinya sendiri, pandangan Kimon yang pro-Sparta akhirnya menang.
2.2. Penentangan terhadap Reformasi Demokratis
Kimon memimpin partai aristokrat Athena dan secara terbuka menentang perluasan demokrasi Athena. Ia berusaha mempertahankan kendali partai aristokrat atas institusi-institusi Athena, terutama Dewan Areopagus, yang merupakan benteng oligarki yang diisi oleh mantan archon. Ia secara aktif menentang revolusi demokratis yang dipimpin oleh Ephialtes dan Perikles, yang bertujuan untuk mengurangi kekuasaan Areopagus dan mentransfernya kepada Dewan Lima Ratus, Majelis Rakyat, dan pengadilan rakyat. Kebijakan domestiknya yang secara konsisten anti-demokratis ini pada akhirnya gagal, membuka jalan bagi perkembangan demokrasi yang lebih luas di Athena.
2.3. Pemberontakan Helot dan Pengasingan (Ostracism)

Pada 462 SM, Kimon memimpin 4.000 hoplite ke Gunung Ithome untuk membantu aristokrasi Sparta menghadapi pemberontakan besar oleh Helot mereka (disebut Perang Messenia Ketiga). Namun, ekspedisi ini berakhir dengan penghinaan bagi Kimon dan Athena. Sparta, karena takut bahwa Athena akan berpihak pada para helot, dan juga karena Athena bukan bangsa Doria serta memiliki "keberanian dan semangat inovasi" yang mencurigakan bagi Sparta, mengusir pasukan Athena kembali ke Attika.
Penolakan yang menghina ini menyebabkan runtuhnya popularitas Kimon di Athena. Akibatnya, ia diasingkan dari Athena selama sepuluh tahun, dimulai pada 461 SM. Banyak ostraca yang bertuliskan namanya bertahan; salah satunya bertuliskan prasasti yang menyakitkan: "Kimon, putra Miltiades, dan juga Elpinice" (saudari perempuannya yang angkuh).
Setelah pengasingan Kimon, Ephialtes mengambil alih kepemimpinan di Athena. Dengan dukungan Perikles, Ephialtes mengurangi kekuasaan Dewan Areopagus, yang merupakan benteng oligarki, dan mentransfer kekuasaan kepada warga negara, yaitu Dewan Lima Ratus, Majelis Rakyat, dan pengadilan rakyat. Beberapa kebijakan Kimon dibatalkan, termasuk kebijakan pro-Spartanya dan upayanya untuk berdamai dengan Persia. Pada 458 SM, Kimon berusaha kembali ke Athena untuk membantu perjuangannya melawan Sparta di Tanagra, tetapi ditolak.
2.4. Negosiasi Gencatan Senjata dengan Sparta
Akhirnya, sekitar 451 SM, Kimon kembali ke Athena. Meskipun ia tidak diizinkan untuk kembali ke tingkat kekuasaan yang pernah ia nikmati, ia berhasil menegosiasikan gencatan senjata lima tahun dengan Sparta atas nama Athena. Kemampuannya untuk menengahi perdamaian ini menunjukkan pengaruhnya yang berkelanjutan dalam diplomasi, meskipun ia telah kehilangan sebagian besar kekuatan politiknya.
3. Pembangunan Kembali Athena
Dari banyak eksploitasi militer dan uang yang diperoleh melalui Liga Delos, Kimon mendanai banyak proyek konstruksi di seluruh Athena. Proyek-proyek ini sangat dibutuhkan untuk membangun kembali kota setelah Penghancuran Athena oleh Akhemeniyah. Ia memerintahkan perluasan Akropolis dan tembok di sekitar Athena, serta pembangunan jalan umum, taman umum, dan banyak bangunan politik. Kimon dikenal sebagai sosok yang sangat murah hati; ia membuka lahan pertaniannya tanpa pagar sehingga siapa pun dapat mengambil hasilnya, dan menyediakan makanan untuk publik. Menurut Cornelius Nepos, tidak ada seorang pun yang tidak merasakan manfaat dari kekayaannya.
4. Kematian
Kimon mengepung benteng Fenisia dan Persia di Kition di pantai barat daya Siprus pada 450 SM. Ia meninggal selama atau segera setelah upaya pengepungan yang gagal tersebut, meskipun penyebab kematiannya tidak tercatat. Namun, kematiannya dirahasiakan dari pasukan Athena, yang kemudian memenangkan kemenangan penting atas Persia di bawah 'komandonya' dalam Pertempuran Salamis di Siprus (450 SM). Ia kemudian dimakamkan di Athena, di mana sebuah monumen didirikan untuk mengenangnya.
5. Evaluasi Sejarah dan Pengaruh
Warisan Kimon dalam sejarah Yunani Kuno adalah kompleks, mencerminkan keberhasilan militer yang luar biasa di satu sisi, dan kebijakan politik domestik yang konservatif di sisi lain.
5.1. Prestasi Utama dan Kontribusi Positif
Selama periode popularitas dan pengaruhnya yang besar di Athena, keberhasilan dan pengaruh abadi Kimon datang dari pencapaian militernya dan kebijakan luar negerinya. Ia memainkan peran kunci dalam mengakhiri agresi militer langsung Persia terhadap Yunani melalui kemenangan-kemenangan penting seperti Pertempuran Eurymedon. Prinsip kebijakan luar negerinya didasarkan pada dua hal: perlawanan berkelanjutan terhadap agresi Persia, dan pengakuan bahwa Athena harus menjadi kekuatan laut dominan di Yunani, sementara Sparta menjadi kekuatan darat dominan. Prinsip kedua ini kemungkinan besar secara signifikan menunda pecahnya Perang Peloponnesos.
Kimon juga berkontribusi besar pada kemajuan ekonomi dan pembangunan Athena. Dana yang ia peroleh dari kampanye militer dan Liga Delos digunakan untuk membiayai proyek-proyek publik yang sangat dibutuhkan untuk membangun kembali Athena setelah kehancuran akibat Perang Persia. Ia mendanai perluasan Akropolis, pembangunan tembok kota, jalan umum, taman, dan berbagai bangunan politik, yang semuanya meningkatkan infrastruktur dan keindahan kota. Kemurahan hatinya yang dikenal publik, seperti membuka lahan pertaniannya dan menyediakan makanan bagi warga, juga meningkatkan citra positifnya di mata rakyat.
5.2. Kritik dan Kontroversi
Meskipun keberhasilan militernya diakui, kebijakan domestik Kimon secara konsisten bersifat anti-demokrasi dan pada akhirnya gagal dalam menghadapi gelombang reformasi. Ia secara teguh mendukung faksi aristokrat dan menentang perluasan demokrasi yang diadvokasi oleh Ephialtes dan Perikles. Pandangan politiknya yang konservatif seringkali dianggap sebagai penghalang bagi kemajuan sosial dan politik Athena menuju sistem yang lebih inklusif.
Kimon juga menghadapi kritik dan kontroversi di masanya. Ia pernah dituntut oleh Perikles atas tuduhan menerima suap dari Alexander I dari Makedonia. Meskipun ia akhirnya dibebaskan dari tuduhan tersebut, insiden ini menyoroti ketegangan politik dan intrik yang mengelilingi kariernya. Selain itu, hubungan pribadinya, seperti dugaan keterlibatannya dengan saudara perempuannya Elpinice, juga menjadi sasaran fitnah politik, seperti yang terlihat dari tulisan-tulisan pada ostraca yang digunakan dalam pengasingannya. Pengasingannya sendiri menjadi bukti bahwa kebijakan pro-Sparta dan penentangannya terhadap reformasi demokratis pada akhirnya merusak popularitasnya di kalangan warga Athena.