1. Kehidupan dan Latar Belakang
Kehidupan Lambert dimulai dalam lingkungan keluarga bangsawan yang berpengaruh di Italia, dengan garis keturunan yang terhubung erat dengan Dinasti Karoling. Periode awal kekuasaannya ditandai oleh peran sebagai penguasa bersama ayahnya, Guy III dari Spoleto, di mana ia mulai terlibat dalam intrik politik dan perebutan kekuasaan di semenanjung Italia.
1.1. Kelahiran dan Latar Belakang Keluarga
Lambert lahir sekitar tahun 870/875 atau sekitar 880 di San Rufino. Ia adalah putra dari Guy III dari Spoleto, yang merupakan Adipati Spoleto dan kemudian menjadi Raja Italia serta Kaisar Romawi Suci, dan Ageltrude dari Benevento. Ageltrude sendiri adalah putri dari Adelchis dari Benevento, Adipati Benevento.
Keluarga Lambert memiliki hubungan kekerabatan yang signifikan dengan Dinasti Karoling. Nenek buyut Lambert dari pihak ayah, Adelaide dari Lombardy, adalah putri dari Pippin Carloman, putra dari Karel Agung. Selain itu, bibi buyutnya, Rotilde, istri dari Lambert III dari Nantes (adik kakeknya), adalah putri dari Lothair I, Kaisar Franka Tengah. Meskipun garis keturunannya agak jauh dari garis utama kekaisaran, koneksi ini memberikan legitimasi bagi klaim keluarganya atas takhta Italia dan kekaisaran, terutama setelah ayahnya, Guy III, terpilih sebagai Raja Italia oleh para bangsawan pada Desember 888 di Pavia.
1.2. Masa Awal Pemerintahan dan Peran sebagai Penguasa Bersama
Setelah ayahnya, Guy III, terpilih sebagai Raja Italia pada 889, Lambert mulai mengambil peran aktif dalam pemerintahan. Pada Mei 889, ia diangkat sebagai wali kekaisaran dan wali Kerajaan Italia, menunjukkan niat ayahnya untuk mengamankan suksesi. Guy III berulang kali meminta Paus untuk memberikan mahkota kekaisaran kepada Lambert, tetapi permintaan tersebut sering kali ditolak.
Pada Mei 891, Lambert secara resmi dinobatkan sebagai Raja Italia di Pavia. Penobatan ini dilakukan oleh Paus Stefanus V. Namun, pada tahun yang sama, Paus Stefanus V meninggal dunia dan digantikan oleh Paus Formosus. Hubungan dengan Paus Formosus terbukti lebih rumit. Meskipun Lambert dan ayahnya, Guy III, mendatangi Ravenna pada 30 April 892 untuk menuntut mahkota kekaisaran, Paus Formosus awalnya enggan memberikannya. Di bawah tekanan militer dari Guy, Paus Formosus akhirnya dengan terpaksa mengakui Lambert sebagai Kaisar bersama ayahnya. Lambert dan ayahnya kemudian menandatangani sebuah pakta dengan Paus, mengkonfirmasi Donasi Pepin dan hadiah-hadiah Karoling berikutnya kepada kepausan. Guy juga berusaha untuk mengesahkan undang-undang yang mengakui putra Kaisar atau Raja sebagai penguasa bersama, tetapi upaya ini tidak berhasil.
2. Pemerintahan dan Konflik
Masa pemerintahan Lambert sebagai Raja Italia dan Kaisar Romawi Suci ditandai oleh serangkaian konflik politik dan militer yang intens, terutama dalam mempertahankan kekuasaannya dari ancaman eksternal dan internal.
2.1. Penobatan sebagai Raja Italia dan Kaisar Romawi Suci
Lambert dinobatkan sebagai Raja Italia pada Mei 891 di Pavia. Penobatan ini dilakukan oleh Paus Stefanus V, yang juga telah menobatkan ayahnya, Guy III, sebagai Kaisar pada tahun yang sama. Setelah kematian Stefanus V dan terpilihnya Paus Formosus sebagai penggantinya, Lambert dan ayahnya, Guy III, melakukan perjalanan ke Ravenna pada 30 April 892. Di sana, mereka menuntut agar Paus Formosus menobatkan Lambert sebagai Kaisar bersama ayahnya. Meskipun Paus Formosus awalnya enggan dan menolak permintaan tersebut, ia akhirnya terpaksa melakukannya di bawah tekanan militer dari Guy III. Dalam kesempatan tersebut, Lambert dan ayahnya juga menandatangani pakta dengan kepausan yang mengkonfirmasi kembali Donasi Pepin dan sumbangan-sumbangan Karoling sebelumnya kepada Gereja.
2.2. Konflik dengan Arnulf dari Carinthia
Hubungan Lambert dengan kepausan memburuk ketika Paus Formosus, yang khawatir dengan peningkatan kekuatan Wangsa Spoleto, secara diam-diam mengirim utusan ke Regensburg pada 893 untuk meminta bantuan Arnulf dari Kärnten, Raja Franka Timur. Paus Formosus menawarkan mahkota kekaisaran kepada Arnulf sebagai imbalan atas pembebasan Italia dan penumpasan kekuasaan Guy dan Lambert.
Arnulf menanggapi dengan mengirimkan putranya, Zwentibold, bersama pasukan Bavaria untuk bergabung dengan Berengar I dari Friuli. Mereka berhasil mengalahkan Guy III, tetapi pasukan Arnulf kemudian mundur pada musim gugur karena suap dari Guy dan wabah demam yang melanda pasukannya.
Pada awal 894, Arnulf secara pribadi memimpin pasukannya melintasi Pegunungan Alpen dan menaklukkan seluruh wilayah di utara Sungai Po. Namun, ia tidak melanjutkan lebih jauh sebelum Guy III meninggal secara tiba-tiba pada akhir musim gugur tahun yang sama. Lambert kemudian menjadi satu-satunya Raja dan Kaisar, serta mewarisi Kadipaten Spoleto dari ayahnya. Karena usianya yang masih muda, ia berada di bawah perwalian ibunya, Ageltrude, yang merupakan seorang anti-Jerman yang gigih.
Meskipun Berengar I sempat menduduki Pavia, Lambert dan Ageltrude melakukan perjalanan ke Roma untuk mendapatkan konfirmasi kepausan atas gelar kekaisarannya. Namun, Paus Formosus, yang masih ingin menobatkan Arnulf, memenjarakan mereka di Castel Sant'Angelo.
Pada September 895, Paus Formosus kembali mengirim utusan ke Regensburg untuk meminta bantuan Arnulf. Pada Oktober 895, Arnulf melancarkan kampanye keduanya ke Italia. Ia dengan cepat melintasi Alpen dan merebut Pavia, tetapi kemudian bergerak lambat. Meskipun Lambert menolak untuk bertempur secara langsung, Arnulf berhasil mengumpulkan dukungan di kalangan bangsawan Tuscany, bahkan Adalbert II dari Tuscany, yang sebelumnya mendukung Lambert, beralih pihak.
Pada 21 Februari 896, Arnulf merebut Roma secara paksa setelah kota itu dikunci dan dipertahankan oleh Ageltrude. Ia membebaskan Paus Formosus, yang kemudian menobatkannya sebagai Raja dan Kaisar, serta menyatakan Lambert dicopot dari jabatannya. Arnulf kemudian bergerak menuju Spoleto, tempat Ageltrude dan Lambert melarikan diri. Namun, Arnulf menderita stroke dan terpaksa membatalkan kampanye, kembali ke Franka Timur. Kematian Paus Formosus pada tahun yang sama membuat Lambert kembali berkuasa secara efektif di Italia.
2.3. Persaingan dengan Berengar I dari Italia
Selain menghadapi ancaman dari Arnulf dari Kärnten, Lambert juga harus bersaing dengan Berengar I dari Friuli untuk menguasai Italia. Pada awal pemerintahannya, Adalbert II dari Tuscany sempat mendukung Lambert, mengancam posisi Berengar di Pavia. Pada Januari 895, Lambert berhasil mengambil alih kembali ibu kota kerajaan tersebut.
Setelah Arnulf kembali ke Jerman dan hingga kematian Lambert, Lambert dan para pendukungnya, yang paling kuat di timur laut dan pusat semenanjung, sepenuhnya menguasai Italia. Lambert merebut kembali Pavia dan mengeksekusi Maginfred I dari Milan, yang telah bergabung dengan Arnulf.
Pada Oktober dan November 896, Lambert bertemu dengan Berengar di luar Pavia, dan keduanya mencapai kesepakatan untuk membagi kerajaan. Berengar mempertahankan wilayah antara Sungai Adda dan Sungai Po, sementara Lambert menguasai sisanya. Mereka berbagi kendali atas Bergamo. Perjanjian ini pada dasarnya mengkonfirmasi status quo tahun 889. Sebagai bagian dari perjanjian, Lambert juga berjanji untuk menikahi Gisela, putri Berengar. Pembagian wilayah ini kemudian menyebabkan penulis sejarah Liutprand dari Cremona berkomentar bahwa orang Italia selalu menderita di bawah dua raja. Meskipun ada perjanjian ini, persaingan antara Lambert dan Berengar terus berlanjut.
2.4. Hubungan dengan Kepausan dan Sinode Jenazah
Hubungan Lambert dengan kepausan sangat kompleks dan kontroversial. Setelah Arnulf kembali ke Jerman dan Paus Formosus meninggal pada April 896, Lambert dan ibunya, Ageltrude, kembali berkuasa. Mereka memainkan peran penting dalam pemilihan Paus Stefanus VI.
Pada awal 897, Lambert melakukan perjalanan ke Roma bersama Ageltrude dan Guy untuk mendapatkan konfirmasi ulang atas gelar kekaisarannya. Dengan dukungan Lambert dan Ageltrude, Paus Stefanus VI yang baru terpilih, pada Januari 897, mengadakan sebuah pengadilan yang dikenal sebagai Sinode Jenazah atau "Sinode Kadaver". Dalam peristiwa yang sangat tidak biasa dan mengerikan ini, jenazah Paus Formosus digali dari makamnya, didudukkan di takhta kepausan, dan diadili atas berbagai tuduhan kejahatan, termasuk pelanggaran kanon dan sumpah palsu. Jenazah tersebut, yang dilucuti dari jubah kepausannya dan dimutilasi (tiga jari kanannya dipotong), dinyatakan bersalah dan kemudian dilemparkan ke Sungai Tiber. Peristiwa ini sangat dikecam dan dianggap sebagai salah satu episode paling gelap dalam sejarah kepausan.
Namun, pada Januari 898, terjadi perubahan politik di Roma. Paus Stefanus VI digulingkan dan meninggal di penjara, digantikan oleh Paus Yohanes IX. Paus Yohanes IX segera merehabilitasi Paus Formosus dan membatalkan semua keputusan Sinode Jenazah. Ia menyatakan bahwa penobatan Arnulf sebagai Kaisar tidak sah dan mengkonfirmasi kembali gelar kekaisaran Lambert.
Sebagai tanggapan, Lambert mengadakan sebuah pertemuan penting di Ravenna pada Februari 898. Tujuh puluh uskup berkumpul dan mengkonfirmasi kembali pakta tahun 891, menyatakan ketidakabsahan penobatan Arnulf, dan mengesahkan gelar kekaisaran Lambert. Mereka juga melegitimasi pemilihan Paus Yohanes IX dan menyelesaikan masalah Formosus dengan mengkonfirmasi rehabilitasinya. Yang paling signifikan bagi Lambert, pertemuan tersebut menegaskan kembali Constitutio Romana yang dikeluarkan oleh Lothair I pada 824, yang mensyaratkan kehadiran perwakilan kekaisaran pada pemilihan Paus.
2.5. Kebijakan Hukum dan Administrasi
Setelah kembalinya Arnulf ke Jerman dan hingga kematiannya, Lambert memerintah dengan dukungan gereja dan melanjutkan kebijakan ayahnya, Guy III dari Spoleto, yang dikenal sebagai renovatio regni Francorumpembaruan Kerajaan FrankaBahasa Latin. Ia adalah penguasa terakhir yang mengeluarkan kapitulari dalam tradisi Franka, menunjukkan upayanya untuk memelihara tradisi hukum dan administrasi Karoling.
Pada 898, Lambert mengeluarkan undang-undang yang menentang eksploitasi layanan yang harus diberikan oleh arimannipetani bebas atau prajuritBahasa Latin untuk menciptakan beneficebenefisiBahasa Latin bagi para vassal. Ini mencerminkan upayanya untuk mengatur hubungan feodal dan melindungi hak-hak rakyatnya. Selain itu, Lex Romana Utinensis, sebuah kompilasi hukum Romawi, disusun di istananya pada awal 898, yang menunjukkan komitmennya terhadap penegakan hukum dan tatanan. Kebijakan ini juga mencakup penegasan kembali Constitutio Romana tahun 824 dari Lothair I, yang mengharuskan kehadiran kekaisaran dalam pemilihan kepausan, sebuah langkah untuk menegaskan otoritas kekaisaran atas gereja.
Kekuasaan Lambert juga diakui di Benevento setelah pemulihan Radelchis II dari Benevento sebagai Pangeran pada 897.
3. Kematian
Kematian Lambert yang mendadak mengakhiri masa pemerintahannya yang penuh gejolak dan memicu periode ketidakstabilan politik yang lebih lanjut di Italia.
3.1. Keadaan Kematian dan Pemakaman
Meskipun Lambert telah menegaskan kembali kekuasaannya di Italia, ia masih harus menghadapi perlawanan dari Berengar I dari Friuli dan Adalbert II dari Tuscany yang memberontak. Pada 898, Adalbert bergerak menuju Pavia. Lambert, yang sedang berburu di dekat Marengo, selatan Milan, mendapat kabar tentang pergerakan Adalbert. Ia berhasil mengejutkan dan mengalahkan lawannya di Borgo San Donnino, kemudian membawanya sebagai tawanan ke Pavia.
Namun, dalam perjalanan kembali ke Marengo, Lambert meninggal dunia pada 15 Oktober 898. Ada dua teori utama mengenai kematiannya:
- Pembunuhan**: Salah satu teori menyebutkan bahwa ia dibunuh oleh Hugh, putra Maginulf. Penulis sejarah utama pada masa itu, Liutprand dari Cremona, mencatat teori ini meskipun ia sendiri bersikap hati-hati dalam mengkonfirmasinya.
- Kecelakaan**: Teori lain menyatakan bahwa ia meninggal karena jatuh dari kudanya saat berburu.
Terlepas dari penyebab pastinya, kematian Lambert yang mendadak menyebabkan kekosongan kekuasaan. Ia dimakamkan di Piacenza. Liutprand dari Cremona mengenangnya sebagai elegans iuvenispemuda yang anggunBahasa Latin dan vir severuspria yang tegasBahasa Latin. Epigraf Latin yang ditemukan untuknya berbunyi:
Latin Asli | Terjemahan |
---|---|
Sanguine præcipuō Francōrum germinis ortusDilahirkan dengan darah bangsawan dari keturunan Franka,Bahasa Latin |
Setelah kematiannya, Kadipaten Spoleto diwarisi oleh sepupunya, Guy IV dari Spoleto. Sementara itu, regnum ItalicumKerajaan ItaliaBahasa Latin dan imperium RomanumKekaisaran RomawiBahasa Latin jatuh ke dalam kekacauan, diperebutkan oleh banyak kandidat. Dalam beberapa hari setelah kematian Lambert, Berengar I dari Friuli segera mengambil alih Pavia dan wilayah selatan. Kematian Lambert menandai dimulainya periode anarki dan ketidakstabilan yang berkepanjangan di Italia.
4. Penilaian dan Warisan
Masa pemerintahan Lambert, meskipun singkat dan penuh gejolak, memiliki dampak signifikan terhadap lanskap politik Italia dan warisan Dinasti Karoling di semenanjung tersebut.
4.1. Penilaian Positif
Meskipun masa pemerintahan Lambert dipenuhi dengan konflik, beberapa catatan sejarah memberikan penilaian positif terhadap dirinya. Penulis sejarah Liutprand dari Cremona menggambarkannya sebagai elegans iuvenispemuda yang anggunBahasa Latin dan vir severuspria yang tegasBahasa Latin, menunjukkan kesan kepribadian yang kuat dan berwibawa.
Epigraf yang didedikasikan untuknya memuji Lambert sebagai "Kaisar yang berkuasa di Kota (Roma)" dan membandingkannya dengan tokoh-tokoh besar seperti Konstantinus dan Theodosius, serta menyebutnya sebagai "pangeran perdamaian, yang sangat terkenal dengan kasih". Pujian ini, meskipun mungkin dilebih-lebihkan, mencerminkan upaya Lambert untuk menegakkan stabilitas dan melanjutkan tradisi kekaisaran di tengah kekacauan. Kebijakannya dalam mengeluarkan kapitulari dan menegakkan hukum, seperti Lex Romana Utinensis, juga menunjukkan komitmennya terhadap tata kelola dan pemeliharaan tradisi hukum Karoling.
4.2. Kritik dan Kontroversi
Aspek paling kontroversial dari masa pemerintahan Lambert adalah perannya dalam Sinode Jenazah pada 897. Bersama ibunya, Ageltrude, Lambert membujuk Paus Stefanus VI untuk mengadili jenazah Paus Formosus. Peristiwa ini, di mana jenazah Paus Formosus digali, didudukkan di takhta, diadili, dinyatakan bersalah, dimutilasi (tiga jari kanannya dipotong), dan dilemparkan ke Sungai Tiber, sangat dikecam oleh banyak pihak dan dianggap sebagai tindakan balas dendam yang keji.
Meskipun Paus Yohanes IX kemudian merehabilitasi Formosus dan membatalkan keputusan Sinode Jenazah, keterlibatan Lambert dalam peristiwa ini mencoreng reputasinya dan menunjukkan sejauh mana intrik politik dapat mempengaruhi institusi keagamaan pada masa itu. Tindakan ini juga menimbulkan perdebatan historis mengenai legitimasi kepausan dan campur tangan kekuasaan sekuler dalam urusan gereja.
4.3. Pengaruh Jangka Panjang
Lambert adalah penguasa terakhir yang mengeluarkan kapitulari dalam tradisi Karoling di Italia, menandai berakhirnya era legislasi kekaisaran Franka di semenanjung tersebut. Kematiannya pada 898 memicu periode kekacauan politik yang parah di Italia. regnum ItalicumKerajaan ItaliaBahasa Latin dan imperium RomanumKekaisaran RomawiBahasa Latin menjadi ajang perebutan kekuasaan antara berbagai kandidat, termasuk Berengar I dari Friuli dan para bangsawan lokal lainnya.

Meskipun Kadipaten Spoleto diwarisi oleh sepupunya, Guy IV dari Spoleto, kadipaten tersebut kemudian jatuh ke tangan Alberic I setelah Guy IV dibunuh. Ketidakmampuan untuk membangun suksesi yang stabil setelah kematian Lambert berkontribusi pada fragmentasi kekuasaan di Italia, yang berlanjut selama beberapa dekade berikutnya. Warisan Lambert adalah periode transisi yang penuh gejolak, di mana otoritas kekaisaran Karoling memudar dan kekuasaan lokal semakin menguat, membuka jalan bagi munculnya kekuatan-kekuatan baru di Italia abad pertengahan.
5. Tokoh Terkait
- Guy III dari Spoleto - Ayah Lambert, Adipati Spoleto, Raja Italia, dan Kaisar Romawi Suci.
- Ageltrude - Ibu Lambert, permaisuri Kaisar, dan wali selama masa muda Lambert.
- Paus Formosus - Paus yang menobatkan Lambert dan kemudian menjadi pusat kontroversi Sinode Jenazah.
- Arnulf dari Kärnten - Raja Franka Timur dan Kaisar Romawi Suci yang menjadi saingan utama Lambert dalam perebutan kekuasaan di Italia.
- Zwentibold - Putra Arnulf dari Kärnten yang memimpin pasukan ke Italia.
- Berengar I dari Friuli - Raja Italia dan Kaisar Romawi Suci, saingan utama Lambert di Italia.
- Adalbert II dari Tuscany - Bangsawan Italia yang awalnya mendukung Lambert, kemudian beralih pihak ke Arnulf.
- Guy IV dari Spoleto - Sepupu Lambert yang mewarisi Kadipaten Spoleto setelah kematiannya.
- Fulk dari Reims - Uskup Agung yang mendukung Lambert.
- Paus Stefanus VI - Paus yang mengadakan Sinode Jenazah atas jenazah Paus Formosus di bawah pengaruh Lambert dan Ageltrude.
- Paus Yohanes IX - Paus yang merehabilitasi Paus Formosus dan mengkonfirmasi kembali gelar kekaisaran Lambert.
- Lothair I - Kaisar Franka Tengah yang mengeluarkan Constitutio Romana, yang ditegaskan kembali oleh Lambert.
- Radelchis II dari Benevento - Pangeran Benevento yang kekuasaannya diakui oleh Lambert.
- Maginfred I dari Milan - Bangsawan yang bergabung dengan Arnulf dan kemudian dieksekusi oleh Lambert.
- Liutprand dari Cremona - Penulis sejarah yang mencatat peristiwa-peristiwa penting pada masa Lambert.
- Hugh - Putra Maginulf, yang dituduh sebagai pembunuh Lambert.
- Konstantinus I - Kaisar Romawi yang diagungkan, disebut dalam epigraf Lambert.
- Theodosius I - Kaisar Romawi yang diagungkan, disebut dalam epigraf Lambert.
- Pippin Carloman - Putra Karel Agung, nenek buyut Lambert adalah putrinya.
- Guy I dari Spoleto - Kakek Lambert, Adipati Spoleto.
- Alberic I dari Spoleto - Tokoh yang kemudian menguasai Spoleto setelah kematian Guy IV.