1. Overview
Liu Yong (劉永Bahasa Tionghoa, ? - 27 Masehi) adalah seorang jenderal dan politikus terkemuka pada masa transisi antara Dinasti Xin dan awal Dinasti Han Timur. Berasal dari keluarga kekaisaran Han, ia adalah putra Liu Li, Pangeran Liang, dan merupakan keturunan kedelapan dari Liu Wu, Pangeran Xiao dari Liang. Setelah Kaisar Gengshi naik takhta, Liu Yong diangkat sebagai Pangeran Liang. Namun, melihat kekacauan dalam pemerintahan Gengshi, Liu Yong mulai bertindak mandiri, mengkonsolidasikan kekuasaan di wilayah timur Tiongkok, dan pada akhirnya memproklamirkan dirinya sebagai kaisar setelah kejatuhan rezim Gengshi. Ambisinya untuk mendirikan dinasti sendiri membawanya ke dalam konflik langsung dengan Kaisar Guangwu dari Han Timur yang baru bangkit. Meskipun berhasil mengumpulkan kekuatan militer yang signifikan dan menguasai wilayah yang luas, ia akhirnya dikalahkan dan dibunuh, menandai berakhirnya rezimnya dan berkontribusi pada konsolidasi kekuasaan Han Timur. Kisah Liu Yong mencerminkan periode penuh gejolak di Tiongkok, di mana ambisi pribadi para panglima perang sering kali memperpanjang konflik dan ketidakstabilan regional.
2. Latar Belakang Keluarga dan Kehidupan Awal
Liu Yong berasal dari garis keturunan bangsawan Han yang terkemuka, namun nasib ayahnya menghalangi warisan gelarnya. Ia kemudian diangkat kembali sebagai Pangeran Liang oleh Kaisar Gengshi, tetapi kekacauan pemerintahan Gengshi mendorongnya untuk bertindak mandiri.
2.1. Garis Keturunan dan Leluhur
Liu Yong berasal dari garis keturunan bangsawan Dinasti Han yang terkemuka. Ia adalah putra dari Liu Li (劉立Bahasa Tionghoa), Pangeran Liang, dan merupakan keturunan generasi kedelapan dari Liu Wu, Pangeran Xiao dari Liang (梁孝王Bahasa Tionghoa). Silsilah lengkapnya adalah sebagai berikut: Liu Wu (劉武Bahasa Tionghoa) → Liu Mai (劉買Bahasa Tionghoa) → Liu Xiang (劉襄Bahasa Tionghoa) → Liu Wushang (劉無傷Bahasa Tionghoa) → Liu Dingguo (劉定國Bahasa Tionghoa) → Liu Sui (劉遂Bahasa Tionghoa) → Liu Jia (劉嘉Bahasa Tionghoa) → Liu Li (劉立Bahasa Tionghoa) → Liu Yong.
Ayahnya, Liu Li, memiliki hubungan dengan kerabat kaisar (外戚waiqiBahasa Tionghoa) dari klan Wei pada masa pemerintahan Kaisar Ping dari Han. Akibat koneksi ini, Liu Li menjadi korban pembersihan yang dilakukan oleh Wang Mang pada tahun 3 Masehi (tahun ketiga 元始YuanshiBahasa Tionghoa). Karena nasib ayahnya, Liu Yong tidak dapat langsung mewarisi gelar Pangeran Liang.
2.2. Kehidupan Awal dan Pendirian sebagai Pangeran Liang
Pada tahun 23 Masehi, Liu Xuan (劉玄Bahasa Tionghoa) memproklamirkan dirinya sebagai Kaisar Gengshi dan memasuki ibu kota Luoyang. Liu Yong kemudian menghadap Kaisar Gengshi dan diangkat kembali sebagai Pangeran Liang, sebuah gelar yang sebelumnya dipegang oleh ayahnya. Ia mendirikan ibu kotanya di Suiyang (yang merupakan bagian dari Komanderi Liang), sebuah kota yang secara historis penting bagi wilayah Liang.
Setelah mendengar tentang pemerintahan Kaisar Gengshi yang semakin kacau dan tidak stabil, Liu Yong mulai mengambil tindakan mandiri. Ia menyadari bahwa rezim Gengshi tidak mampu memberikan ketertiban dan keamanan yang dibutuhkan, sehingga ia memutuskan untuk mengkonsolidasikan kekuasaannya sendiri di wilayahnya sebagai persiapan untuk langkah-langkah politik dan militer selanjutnya.
3. Aktivitas sebagai Pangeran Liang dan Ekspansi Kekuasaan
Setelah memisahkan diri dari rezim Gengshi, Liu Yong fokus pada upayanya untuk mengkonsolidasikan kekuasaan dan memperluas wilayahnya, membangun basis kekuatan yang signifikan di Tiongkok timur.
3.1. Pemerintahan Mandiri dan Penunjukan Pembantu
Menegaskan kemerdekaannya dari Kaisar Gengshi, Liu Yong segera menunjuk anggota keluarga dan pejabat setia ke posisi-posisi kunci dalam rezimnya. Ia mengangkat adiknya, Liu Fang (劉防Bahasa Tionghoa), sebagai Jenderal Agung Pelindung Negara (輔國大將軍FuguodajiangjunBahasa Tionghoa). Adik laki-lakinya yang lain, Liu Shaogong (劉少公Bahasa Tionghoa), diangkat sebagai Sekretaris Sejarah Kerajaan (御史大夫Yushi DaifuBahasa Tionghoa) dan juga dianugerahi gelar Pangeran Lu (魯王Bahasa Tionghoa).
Selain anggota keluarganya, Liu Yong juga merekrut para pahlawan dan tokoh militer lokal yang berpengaruh. Di antaranya adalah Zhou Jian (周建Bahasa Tionghoa), yang diangkat sebagai jenderal untuk membantu merekrut lebih banyak prajurit dan memperluas kendali Liu Yong. Penunjukan ini menunjukkan upaya Liu Yong untuk membangun struktur pemerintahan dan militer yang kuat di bawah kendalinya sendiri.
3.2. Ekspansi Militer dan Penyatuan Kekuatan Timur
Dengan basis kekuasaan yang semakin kuat di Suiyang, Liu Yong melancarkan serangkaian kampanye militer yang agresif untuk memperluas wilayahnya. Pasukannya menyerang dan berhasil merebut 28 kota di berbagai komanderi tetangga, termasuk Jiyin, Shanyang, Pei, Chu, Huaiyang, dan Runan.
Untuk lebih memperkuat posisinya, Liu Yong juga menjalin aliansi dengan panglima perang regional lainnya yang beroperasi di Tiongkok timur. Ia menunjuk Jiao Jiang (佼彊Bahasa Tionghoa) dari 西防XifangBahasa Tionghoa (di Komanderi Shanyang) sebagai Jenderal Perang (橫行將軍Hengxing JiangjunBahasa Tionghoa). Dong Xian (董憲Bahasa Tionghoa), yang menguasai Komanderi Donghai, diangkat sebagai Jenderal Agung Sayap Han (翼漢大將軍Yihan DajiangjunBahasa Tionghoa). Selain itu, Zhang Bu (張步Bahasa Tionghoa), yang telah menstabilkan wilayah Qi, diangkat sebagai Jenderal Agung Pembantu Han (輔漢大將軍Fuhan DajiangjunBahasa Tionghoa). Melalui penunjukan dan aliansi ini, Liu Yong berhasil menggabungkan sebagian besar wilayah Yuzhou, Yanzhou, Qingzhou, dan Xuzhou di bawah kekuasaannya, menjadikannya kekuatan dominan di Tiongkok timur.
4. Proklamasi Kaisar dan Konflik dengan Han Timur
Ambisi Liu Yong mencapai puncaknya dengan deklarasi dirinya sebagai kaisar, yang secara langsung memicu konflik militer yang menentukan dengan dinasti Han Timur yang bangkit di bawah Kaisar Guangwu.
4.1. Proklamasi Kaisar
Pada tahun 25 Masehi, setelah rezim Kaisar Gengshi mengalami kekalahan telak di tangan Tentara Chimei (赤眉軍Chimei JunBahasa Tionghoa) dan akhirnya runtuh, Liu Yong melihat ini sebagai kesempatan emas untuk mewujudkan ambisi politiknya yang lebih besar. Dengan kekosongan kekuasaan yang signifikan dan kendalinya yang luas atas wilayah timur, Liu Yong memproklamirkan dirinya sebagai kaisar. Tindakan ini menandai tekadnya untuk mendirikan dinasti sendiri dan menantang legitimasi kekuasaan lain yang muncul di tengah kekacauan pasca-Xin.
4.2. Perang dengan Kaisar Guangwu dan Kekalahan
Proklamasi Liu Yong sebagai kaisar segera menarik perhatian Kaisar Guangwu (光武帝Guangwu DiBahasa Tionghoa, nama pribadi: 劉秀Liu XiuBahasa Tionghoa), yang sedang mengkonsolidasikan kekuasaannya sebagai pendiri Dinasti Han Timur. Pada musim panas tahun 26 Masehi, Kaisar Guangwu mengirim jenderal-jenderal utamanya, termasuk Jenderal Harimau Gigi Gai Yan (蓋延Bahasa Tionghoa) dan Su Mao (蘇茂Bahasa Tionghoa), untuk menumpas kekuatan Liu Yong.
Namun, di tengah kampanye, terjadi perselisihan internal di pihak Han, yang menyebabkan Su Mao membelot dan bergabung dengan Liu Yong. Liu Yong menyambut baik Su Mao dan mengangkatnya sebagai Menteri Perang (大司馬DasimaBahasa Tionghoa) serta memberinya gelar Pangeran Huaiyang. Meskipun demikian, Gai Yan terus menekan dan berhasil menaklukkan Suiyang, ibu kota Liu Yong.
Liu Yong terpaksa melarikan diri ke Yu (虞Bahasa Tionghoa), sebuah daerah di Komanderi Liang. Namun, nasib buruk menimpanya di sana; penduduk Yu memberontak melawannya dan membunuh ibu serta istri-istrinya. Setelah kehilangan tragis ini, Liu Yong melarikan diri lagi ke Qiao (譙Bahasa Tionghoa) di Komanderi Pei. Su Mao, Jiao Jiang, dan Zhou Jian datang untuk menyelamatkannya, tetapi mereka juga dikalahkan oleh Gai Yan. Liu Yong kemudian mundur ke Huling (湖陵Bahasa Tionghoa) di Komanderi Shanyang, bersama dengan Jiao Jiang dan Zhou Jian.
Pada musim semi tahun 27 Masehi, Liu Yong mencoba memperkuat aliansinya dengan mengangkat Zhang Bu sebagai Pangeran Qi dan Dong Xian sebagai Pangeran Haixi. Namun, tekanan dari pasukan Han Timur semakin meningkat. Menteri Perang Han, Wu Han (吳漢Bahasa Tionghoa), menyerang Su Mao di Guang Lecheng (廣樂城Bahasa Tionghoa) di Komanderi Liang, Yu County. Su Mao dikalahkan dan melarikan diri ke Huling.
Meskipun dalam posisi terdesak, rakyat Suiyang, bekas ibu kota Liu Yong, memberontak melawan pasukan Han dan menyambut Liu Yong kembali. Namun, Wu Han dan Gai Yan segera mengepung Suiyang lagi. Karena kehabisan pasokan makanan, Liu Yong, Su Mao, dan Zhou Jian terpaksa melarikan diri dari kota. Selama pelarian ini, Liu Yong dikhianati dan dibunuh oleh salah satu jenderalnya sendiri, Qing Wu (慶吾Bahasa Tionghoa). Qing Wu kemudian melaporkan kematian Liu Yong kepada Kaisar Guangwu dan diberi gelar bangsawan sebagai imbalannya.
4.3. Tragedi Pribadi dan Kematian
Konflik berkepanjangan dengan Han Timur membawa serangkaian tragedi pribadi bagi Liu Yong. Salah satu momen paling memilukan adalah ketika ia melarikan diri ke Yu setelah jatuhnya Suiyang, di mana ia kehilangan ibu dan istri-istrinya akibat pemberontakan penduduk setempat. Kerugian ini menunjukkan betapa brutal dan tidak stabilnya periode tersebut, di mana bahkan panglima perang sekalipun tidak kebal terhadap kekerasan dan pengkhianatan. Kematiannya sendiri, yang disebabkan oleh pengkhianatan jenderalnya Qing Wu saat ia melarikan diri, menandai akhir yang tragis bagi ambisi kekaisarannya. Pembunuhan ini juga menyoroti sifat rapuh aliansi dan loyalitas di antara para panglima perang pada masa itu.
5. Pasca Kematian dan Warisan
Setelah kematian Liu Yong, perlawanan terhadap Han Timur tidak langsung berakhir. Putranya melanjutkan perjuangan, meskipun pada akhirnya rezim Liang yang didirikan Liu Yong akan runtuh sepenuhnya.
5.1. Kelanjutan Perlawanan dan Kejatuhan Rezim Liang
Setelah kematian Liu Yong, para jenderalnya yang setia, Su Mao dan Zhou Jian, tidak menyerah. Mereka mengusung putra Liu Yong, Liu Yu (劉紆Bahasa Tionghoa), untuk menggantikan ayahnya sebagai Pangeran Liang dan melanjutkan perjuangan melawan Dinasti Han Timur. Liu Yu berusaha mempertahankan basis kekuasaan yang tersisa dan melanjutkan perlawanan.
Namun, perjuangan mereka tidak berlangsung lama. Pada bulan Agustus tahun 29 Masehi, Komanderi Tanhai (郯城Bahasa Tionghoa), yang menjadi benteng terakhir Liu Yu, berhasil direbut oleh pasukan Han Timur. Tanpa tempat untuk melarikan diri, Liu Yu dikhianati dan dibunuh oleh salah satu prajuritnya sendiri yang bernama Gao Hu (高扈Bahasa Tionghoa). Kematian Liu Yu menandai berakhirnya secara definitif rezim Pangeran Liang yang didirikan oleh Liu Yong, dan wilayah mereka sepenuhnya diintegrasikan ke dalam kendali Han Timur.
6. Evaluasi Sejarah
Liu Yong adalah salah satu dari banyak panglima perang yang muncul selama periode kekacauan di akhir Dinasti Xin dan awal Dinasti Han Timur. Berasal dari garis keturunan kekaisaran Han, ambisinya untuk mengklaim takhta dapat dipahami dalam konteks legitimasi yang dicari oleh banyak tokoh pada masa itu. Namun, tindakannya untuk memproklamirkan diri sebagai kaisar dan memperpanjang konflik sipil setelah kejatuhan Kaisar Gengshi berkontribusi pada ketidakstabilan regional yang berkepanjangan.
Dari perspektif analisis sejarah dan dampak sosial, peran Liu Yong dapat dilihat sebagai faktor yang memperburuk penderitaan rakyat. Meskipun ia berhasil menguasai wilayah yang luas di Tiongkok timur dan membangun jaringan aliansi dengan panglima perang lainnya, pemerintahannya tidak mampu membawa stabilitas atau kemakmuran yang langgeng. Sebaliknya, ambisinya menyebabkan perang yang terus-menerus dengan pasukan Kaisar Guangwu, yang pada akhirnya menyebabkan kehancuran basis kekuasaannya dan kematian tragisnya.
Kritik terhadap Liu Yong dapat difokuskan pada kegagalannya untuk menyatukan wilayah di bawah pemerintahan yang stabil, serta perannya dalam memperpanjang konflik yang merenggut banyak nyawa dan menghancurkan mata pencarian. Tragedi pribadinya, seperti hilangnya keluarga dan pembunuhannya oleh jenderalnya sendiri, mencerminkan kerasnya realitas politik dan militer pada masa itu, di mana loyalitas sering kali rapuh dan kekuasaan diperoleh serta hilang dengan cepat. Pada akhirnya, rezim Liu Yong adalah salah satu dari banyak entitas yang gagal bertahan dalam perebutan kekuasaan yang sengit, dan warisannya terutama terletak pada perannya sebagai salah satu rintangan yang harus diatasi oleh Kaisar Guangwu dalam proses penyatuan kembali Tiongkok di bawah Dinasti Han Timur.