1. Kehidupan
Ma Kwang-soo menjalani hidupnya sebagai seorang akademisi dan penulis yang kontroversial, menghadapi berbagai tantangan hukum dan sosial akibat pandangan serta karyanya.
1.1. Kehidupan Awal dan Pendidikan
Ma Kwang-soo lahir pada 14 April 1951 di Hwaseong-gun, saat keluarganya mengungsi selama peristiwa Mundur 1.4. Orang tuanya yang semula tinggal di Seoul terpaksa mengungsi. Ayahnya, seorang fotografer perang, gugur selama Perang Korea, meninggalkan Ma Kwang-soo yang tumbuh besar di bawah asuhan ibu tunggal, melewati masa kecil yang sulit dan tidak beruntung.
Pada kelas satu sekolah dasar, keluarganya kembali menetap di Seoul. Ma Kwang-soo menghabiskan masa remajanya dalam kondisi sakit-sakitan dan kemiskinan. Meskipun demikian, ia sangat gemar membaca dan menunjukkan bakat dalam seni rupa. Ia lulus dari Sekolah Dasar Cheonggye Seoul pada Maret 1963 dan melanjutkan pendidikannya di Sekolah Menengah Daegwang. Pada tahun 1966, ia masuk Sekolah Menengah Atas Daegwang. Menjelang akhir sekolah menengah atas, ia bimbang antara memilih jurusan seni rupa atau sastra Korea, namun akhirnya memutuskan untuk menekuni sastra. Pada tahun 1969, ia diterima di Universitas Yonsei.
Selama berkuliah di Universitas Yonsei, Ma Kwang-soo aktif dalam berbagai kegiatan ekstrakurikuler. Ia mempelopori pendirian klub drama di fakultasnya, menjadi anggota komunitas sastra Yonsei, bekerja sebagai produser di stasiun penyiaran kampus, dan menjadi jurnalis untuk surat kabar kampus. Pada tahun 1973, ia lulus dari Departemen Bahasa dan Sastra Korea di Universitas Yonsei. Segera setelah itu, ia melanjutkan studinya di sekolah pascasarjana. Selama masa pascasarjana, ia mengadaptasi dan menyutradarai Yangbanjeon, sebuah drama panggung Korea pertama. Ia meraih gelar magister dalam sastra Korea pada tahun 1975.
1.2. Debut Sastra dan Karier Mengajar
Setelah meraih gelar magister pada tahun 1975, Ma Kwang-soo memasuki program doktoral di Departemen Sastra Korea, Universitas Yonsei, dan pada saat yang sama memulai karier mengajarnya sebagai instruktur di almamaternya. Ia mengajar di Universitas Yonsei, Universitas Hanyang, dan Universitas Kangwon hingga tahun 1978.
Pada tahun 1977, Ma Kwang-soo secara resmi debut di dunia sastra melalui majalah Sastra Modern (현대문학HyeondaemunhakBahasa Korea). Ia menerbitkan enam puisi, termasuk "Ke Pusar" (배꼽에BaeppobeBahasa Korea), "Lagu Orang Gila" (망나니의 노래Mangnanui NoraeBahasa Korea), "Goguryeo" (고구려GoguryeoBahasa Korea), "Pernikahan Gaya Kini" (당세풍(當世風)의 결혼Dangsepung-ui GyeolhonBahasa Korea), "Ketakutan" (겁(怯)GeopBahasa Korea), dan "Kematian Zhuangzi" (장자사(莊子死)JangjasaBahasa Korea), yang direkomendasikan oleh penyair Park Doo-jin.
Dari tahun 1979 hingga 1983, ia menjabat sebagai dosen penuh waktu dan asisten profesor di Departemen Pendidikan Bahasa Korea, Fakultas Pendidikan, Universitas Hongik. Pada tahun 1983, ia meraih gelar doktor dalam sastra dari Universitas Yonsei dengan tesis "Penelitian Yun Dong-ju". Pada tahun yang sama, ia kembali ke Universitas Yonsei sebagai asisten profesor di Departemen Bahasa dan Sastra Korea. Selama masa Republik Kelima dan Keenam, ia mulai dikenal karena kritiknya yang tajam dan satir terhadap sifat didaktis serta kemunafikan yang berlebihan dalam sastra Korea. Setelah itu, ia menjabat sebagai profesor asosiasi dan kemudian profesor penuh di Departemen Bahasa dan Sastra Korea, Fakultas Sastra, Universitas Yonsei.
Pada tahun 1989, ia debut di dunia novel dengan menerbitkan novel panjang berjudul Gwonjae (Boredom) dan kemudian 나는 야한 여자가 좋다Naneun yahan yeojaga jodaBahasa Korea (Saya Suka Wanita Cabul). Namun, setelah penerbitan buku terakhir ini, ia menerima kritik pedas dari media, dan enam bulan kemudian, perkuliahannya sempat dibatalkan.
2. Pandangan Sastra dan Kritik
Ma Kwang-soo memandang bahwa tanggung jawab seorang penulis adalah mempertanyakan apakah nilai-nilai dominan dan berguna dalam masyarakat saat ini benar-benar valid. Ia secara tegas menyatakan bahwa "mengikuti secara membabi buta moral dan nilai-nilai yang ada, serta berpura-pura menjadi 'guru yang sopan', adalah tindakan yang dilakukan oleh penulis dengan kualitas terburuk."
Baginya, sastra tidak boleh menjadi "buku pelajaran moral yang mendidik dan menjinakkan rakyat yang tidak berpendidikan." Ia percaya bahwa jika sastra harus memikul peran sebagai guru yang saleh dan suci, atau sebagai seorang pemikir, maka imajinasi sastra dan kebebasan berekspresi akan tercekik. Ma Kwang-soo berpendapat bahwa tujuan sejati sastra adalah "melarikan diri dari ideologi dominan dan penyimpangan kreatif."
2.1. Kritik Sosial
Ma Kwang-soo menyerang kemunafikan intelektual dan mengkritik serta menyindir para sastrawan yang secara membabi buta mendukung rezim. Ia juga mengecam sifat terlalu serius dalam sastra, menyatakan bahwa "para intelektual Korea sering kali salah mengartikan 'ringan' sebagai 'semaunya', dan bahkan jika itu dianggap 'semaunya', jarang ada yang memahami bahwa itu adalah 'kecerobohan yang disengaja'." Ia juga menambahkan, "Ketika kata-kata yang digunakan dalam kalimat novel adalah bahasa sehari-hari atau vulgar, orang sering mendapatkan kesan seperti itu," mengkritik kemunafikan dan keseriusan yang berlebihan dalam sastra Korea.
2.2. Kritik terhadap Sastra Korea
Ma Kwang-soo memiliki keinginan kuat untuk menantang sastra bangsawan ala Dinasti Joseon, serta sastra kemunafikan yang dibungkus dengan ideologi dan pelajaran moral. Ia berani melakukan kritik tanpa batas. Tentu saja, ia juga memiliki pandangan yang kurang setuju terhadap sastra Minjung.
Ia menyatakan bahwa "para sastrawan Korea saat ini, meskipun mereka lantang menyuarakan 'rakyat' dan 'sastra Minjung', dalam kenyataannya, dalam penggunaan kalimat (bukan dalam arti kerakyatan), mereka tidak bisa melepaskan diri dari 'rasa berkelas' yang dimiliki oleh sastra bangsawan."
Ia juga mengkritik beberapa mahasiswa dan mahasiswa pascasarjana yang hanya berkoar-koar dengan slogan tetapi tidak terjun langsung ke lapangan. Ia berpendapat bahwa "mereka hanya menganggap sastra buruh, sastra Minjung, atau teori realisme sosialis sebagai materi yang menarik untuk dipelajari, tetapi tidak berusaha menyelaraskan kehidupan mereka sendiri dengan pandangan sastra mereka." Namun, pandangan Ma Kwang-soo tentang introspeksi dan refleksi diri tidak diterima.
Ia juga mengkritik panjangnya novel-novel Korea. "Kebanyakan novel Korea saat ini terlalu panjang. Seringkali berupa novel serial setebal lima atau enam jilid, dan bahkan cerita pendek biasanya lebih dari 100 halaman... Fenomena ini, saya rasa, juga berasal dari preferensi penulis terhadap kuantitas, seiring dengan popularitas novel-novel didaktis."
Kang Jun-man, seorang profesor jurnalisme di Universitas Nasional Chonbuk, menyayangkan hal ini, dengan mengatakan bahwa "di antara novel-novel panjang itu, bukankah ada juga novel-novel terkenal yang dipuji oleh banyak orang?" Ia menambahkan bahwa Ma Kwang-soo bisa saja menambahkan kalimat seperti "meskipun ada novel-novel panjang yang memang diperlukan", tetapi ia tidak mau repot-repot melakukannya.
2.3. Kritik Hubungan Pendidik dan Mahasiswa
Ma Kwang-soo juga mengkritik otoritarianisme dalam sistem pendidikan Korea terhadap mahasiswa. Ia mengemukakan bahwa cara pendidik memperlakukan mahasiswa sebagai bawahan adalah masalah. Menurut Kang Jun-man, Ma Kwang-soo sering menyatakan, "Para profesor, mahasiswa bukanlah bawahan." Setelah itu, perdebatan mengenai praktik para profesor universitas dan guru sekolah yang memperlakukan mahasiswa secara tidak manusiawi dan otoriter terus berlanjut, dan perhatian masyarakat terhadap hak asasi mahasiswa juga meningkat.
3. Kasus "Happy Sara" dan Sengketa Hukum
Ma Kwang-soo mulai mendapat perhatian pada awal tahun 1990-an. Namun, pada tahun 1991, ketika ia menerbitkan novel 즐거운 사라Jeulgeoun SaraBahasa Korea (Happy Sara), ia terseret dalam kontroversi pornografi. Isi novel tersebut, yang menggambarkan hubungan seksual seorang mahasiswi dengan profesor universitasnya, memicu penolakan dari media konservatif, para sastrawan, dan profesor universitas. Beberapa profesor bahkan mempertanyakan kualifikasi Ma Kwang-soo sebagai profesor universitas aktif yang menulis buku semacam itu. Pada saat itu, di Korea Selatan, profesor dan guru masih dianggap sebagai sosok yang suci, dengan sisa-sisa Konfusianisme yang masih kuat, di mana "bahkan bayangan guru pun tidak boleh diinjak."
Penulis Lee Mun-yeol secara terang-terangan mengkritik karyanya dalam tajuk rencana surat kabar, menyebutnya "memuakkan" dan "tidak berharga." Sementara hanya segelintir sastrawan liberal yang membela Ma Kwang-soo, pada 29 Oktober 1992, Happy Sara diklasifikasikan sebagai material cabul, dan Ma Kwang-soo secara mendadak ditangkap atas tuduhan pembuatan dan distribusi material cabul. Penangkapan ini dilakukan saat ia sedang mengajar.
Pihak kejaksaan menyatakan bahwa meskipun kebebasan berekspresi penulis harus diakui, namun karyanya melanggar norma sosial dan dapat memicu peniruan serta berdampak negatif pada perkembangan emosional pembaca remaja. Mereka juga menyatakan bahwa meskipun telah ada peringatan dan sanksi sebelumnya, Ma Kwang-soo tidak menunjukkan niat untuk memperbaiki diri, melainkan justru semakin terang-terangan dalam promosi karyanya, sehingga kejaksaan memutuskan untuk menahannya. Ma Kwang-soo sendiri menyatakan bahwa ia ditangkap tanpa surat perintah saat mengajar, diduga atas perintah khusus dari Perdana Menteri Hyun Seung-jong yang berasal dari kalangan ahli hukum.
Setelah penangkapannya, rasa ingin tahu publik terhadap isi buku tersebut melonjak, dan Happy Sara akhirnya terjual habis. Penangkapan Ma Kwang-soo disambut baik oleh enam organisasi Konfusianisme termasuk Seonggyungwan dan Yudohwe, serta penulis Lee Mun-yeol dan sepuluh organisasi keagamaan. Di sisi lain, sekitar 200 hingga 300 sastrawan pendukung Ma Kwang-soo, termasuk Go Eun, Kim Byeong-ik, dan Yu An-jin, merilis pernyataan bersama yang mengutuk pelanggaran kebebasan berekspresi dalam karya sastra dan penindasan terhadap penerbitan, serta melakukan demonstrasi. Pada 2 November, sastrawan dan sekitar 50 mahasiswa Universitas Yonsei berunjuk rasa di depan kantor Kejaksaan Distrik Seoul di Seocho-dong untuk mengutuk penahanan profesor tersebut. Namun, rezim Republik Keenam Korea Selatan menekan protes tersebut, menganggapnya sebagai tindakan komunis. Ma Kwang-soo mengajukan banding, tetapi setiap kali bandingnya ditolak.
Selama proses persidangan, muncul banyak keluhan dari kalangan sastra, budaya, dan media mengenai penindasan sastra serta pelanggaran kebebasan seni dan berekspresi oleh pemerintah dan kejaksaan. Sejak Oktober 1992, muncul pula dugaan bahwa penangkapannya didalangi oleh rezim militer. Pada 28 Desember 1992, Pengadilan Distrik Kriminal Seoul menjatuhkan hukuman delapan bulan penjara dengan masa percobaan dua tahun, dan ia dibebaskan.
4. Aktivitas Pasca-Kontroversi dan Kembali ke Akademisi
Mulai awal tahun 1993, kritik dari kalangan sastra, budaya, dan hiburan yang menyerukan kebebasan berekspresi dan kebebasan seni terus-menerus disuarakan, disertai dengan "petisi pemulihan jabatan profesor Ma Kwang-soo" dan "kampanye pemulihan hak". Setelah jatuhnya rezim militer dan berkuasanya pemerintahan sipil, opini publik yang mendukung pemulihan hak Ma Kwang-soo semakin menguat.
Sebuah artikel di surat kabar Munhwa Ilbo tanggal 26 November 1993, mengutip pernyataan seorang pejabat kejaksaan, menjelaskan latar belakang penahanan Ma Kwang-soo: "Akhir-akhir ini, di kalangan profesor dan mahasiswa Universitas Yonsei muncul gerakan pemulihan jabatan profesor Ma. Pada Oktober tahun lalu, latar belakang tindakan hukum kejaksaan terhadap profesor Ma terungkap dan menarik perhatian. Saat itu, Perdana Menteri Hyun Seung-jong dari kabinet netral, yang secara tidak langsung mengisyaratkan kepada Menteri Kehakiman untuk memproses hukum profesor Ma, yang memiliki reputasi buruk di kalangan profesor senior, dilaporkan telah memperluas kasus ini menjadi penahanan."
Dengan adanya laporan bahwa Perdana Menteri Hyun Seung-jong, seorang ahli hukum konservatif yang juga merupakan mantan perdana menteri di bawah rezim militer, secara diam-diam mengisyaratkan penahanan Ma Kwang-soo kepada Kementerian Kehakiman dan kejaksaan, kecurigaan akan penindasan politik dalam penahanannya terus berlanjut. Jaksa penuntut yang menangani kasus tersebut adalah Jaksa Kim Jin-tae dari Divisi Investigasi Khusus 2 Kantor Kejaksaan Distrik Seoul. Ma Kwang-soo mengajukan banding, namun pada 16 Juni 1995, Mahkamah Agung Korea Selatan menolak bandingnya dan menguatkan putusan asli. Pada 8 Agustus 1995, Universitas Yonsei memberhentikan Ma Kwang-soo dari posisi profesornya. Setelah itu, ia kembali menjabat profesor pada tahun 1998. Namun, ia sempat menderita depresi untuk beberapa waktu.
Pada Juni 2000, Ma Kwang-soo gagal dalam evaluasi pengangkatan kembali profesor di Universitas Yonsei karena masalah kinerja publikasi. Dalam proses ini, dilaporkan bahwa ia ditolak pengangkatan kembali karena intimidasi kolektif dari sesama profesor di Departemen Sastra Korea. Meskipun otoritas Universitas Yonsei menunda penolakan pengangkatan karena protes keras dari mahasiswa, Ma Kwang-soo mengalami depresi traumatis akibat perasaan pengkhianatan yang mendalam dan harus dirawat di rumah sakit jiwa, sehingga ia mengajukan cuti dari sekolah. Ia kemudian kembali menjabat pada tahun 2002. Setelah satu semester mengajar di Universitas Yonsei, depresinya memburuk, dan ia kembali cuti pada akhir semester. Pada tahun 2004, ia pulih dan kembali ke Universitas Yonsei, melanjutkan kegiatan mengajar dan memberikan ceramah.
Pada pertengahan tahun 2000-an, kembali muncul klaim bahwa penahanan Ma Kwang-soo adalah penindasan politik. Pada tahun 2006, Kang Jun-man dalam bukunya Jalan-jalan dalam Sejarah Korea Kontemporer: Edisi 1990-an Jilid 1 (한국현대사산책:1990년대편1Hanguk Hyeondaesa Sanchaek: 1990nyeondepyeon 1Bahasa Korea) menyatakan bahwa Perdana Menteri Hyun Seung-jong, yang juga seorang profesor universitas, telah secara implisit mengisyaratkan pemrosesan hukum Ma Kwang-soo kepada Menteri Kehakiman dan pihak kejaksaan. Setelah akhir tahun 1990-an, meskipun kritik dari media konservatif berlanjut, beberapa evaluasi menyatakan bahwa karya Ma Kwang-soo tidak cabul. Beberapa bahkan melihatnya sebagai penulis yang jauh melampaui zamannya. Setelah Ma Kwang-soo, penulis seperti Jo Jung-rae dengan Taebaek Mountains, Jang Jeong-il dengan Jang Jeong-il's Reading Diary, dan tokoh lain seperti Jin Joong-kwon, Kang Jeong-gu, dan Song Du-yul juga ditahan dan ditindas oleh pemerintah atas tuduhan menulis hal-hal yang menentang sistem.
Namun, pada 24 November 2006, kejaksaan Korea Selatan menuntut Ma Kwang-soo tanpa penahanan atas tuduhan mengunggah materi cabul di situs pribadinya (Undang-Undang Promosi Pemanfaatan Jaringan Informasi dan Komunikasi serta Perlindungan Informasi). Pada saat itu, meskipun media menyerukan penahanannya, kalangan seni dan budaya memprotesnya sebagai penindasan terhadap kebebasan berekspresi dan seni.
Pada tahun 2006, koleksi puisi kelimanya, 야하디 얄라숑Yahadi YallasyongBahasa Korea, memicu kontroversi. Dua puisi di dalamnya, "Mengenai Kata" (말(言)에 대하여Mal(eon)e DaehayeoBahasa Korea) dan "Biola" (바이올린BaiollinBahasa Korea), dituduh sebagai karya plagiarisme dari murid dan kenalannya. Setelah terbukti bersalah, seluruh cetakan koleksi puisi tersebut ditarik kembali.
Pada tahun 2009, ia ditugaskan mengajar mata kuliah umum "Pengantar Teater" dan "Sastra dan Seks" di Universitas Yonsei, setelah dikeluarkan dari mata kuliah jurusan. Ia juga diundang sebagai pembicara dalam berbagai ceramah. Selain itu, ia tampil di acara bincang-bincang tvN People Inside Baek Ji-yeon. Profesor Ma juga menyuarakan ketidakpuasannya terhadap masyarakat Korea, para penulis muda, profesor Universitas Yonsei, serta jaksa dan hakim yang menahannya.
Pada April 2010, esai Ma Kwang-soo berjudul Saya Suka Wanita Cabul (나는 야한 여자가 좋다Naneun yahan yeojaga jodaBahasa Korea) yang diterbitkan pada tahun 1989 (revisi 2010), diadaptasi menjadi sebuah pertunjukan teater dan menarik perhatian. Aktris Lee Pa-ni memerankan karakter 'Sara' dalam drama tersebut. Meskipun judulnya berbeda, drama ini menampilkan 'Sara', karakter utama dari novel Happy Sara, sebagai tokoh sentral, dan Ma Kwang-soo sendiri menjadi motif karakter 'Profesor Ma'.
Pada tahun 2017, untuk memperingati 40 tahun debut sastranya, ia menerbitkan kumpulan puisi berjudul Kumpulan Puisi Ma Kwang-soo (마광수 시선Ma Gwang-su SiseonBahasa Korea), yang berisi 119 puisi pilihan dari enam koleksi puisinya, mulai dari 광마집GwangmajipBahasa Korea (Rumah Kuda Gila) tahun 1980 hingga 모든 것은 슬프게 간다Modeun Geoseun Seulpeuge GandaBahasa Korea (Segalanya Berlalu dengan Sedih) tahun 2012, ditambah sekitar 10 puisi baru.
5. Karya dan Aktivitas Sastra
Ma Kwang-soo telah menghasilkan beragam karya sastra yang mencakup puisi, novel, kritik, dan esai, sering kali memicu diskusi dan kontroversi.
5.1. Kumpulan Puisi
- 1980: 광마집GwangmajipBahasa Korea (Rumah Kuda Gila)
- 1985: 귀골GwigolBahasa Korea (Tulang Bangsawan)
- 1989: 가자, 장미여관으로Gaja, Jangmi Yeogwan-euroBahasa Korea (Mari Pergi ke Penginapan Mawar)
- 1997: 사랑의 슬픔Sarang-ui SeulpeumBahasa Korea (Kesedihan Cinta)
- 2006: 야하디 얄라숑Yahadi YallasyongBahasa Korea (Ya Haa Di Yallashong)
- 2007: 빨가벗고 몸하나로 뭉치자Ppalgabotgo Momhanaro MungchijaBahasa Korea (Mari Bersatu Tanpa Pakaian)
- 2010: 일평생 연애주의Ilpyeongsaeng YeonaejuuiBahasa Korea (Romantisisme Sepanjang Hidup)
- 2012: 나는 찢어진 것을 보면 흥분한다Naneun Jjijeojin Geoseul Bomyeon HeungbunhandaBahasa Korea (Saya Terangsang Melihat Sesuatu yang Robek)
- 2012: 모든 것은 슬프게 간다Modeun Geoseun Seulpeuge GandaBahasa Korea (Segalanya Berlalu dengan Sedih)
- 2014: 천국보다 지옥Cheongukboda JiokBahasa Korea (Neraka daripada Surga)
- 2017: 마광수 시선Ma Gwang-su SiseonBahasa Korea (Kumpulan Puisi Pilihan Ma Kwang-soo)
5.2. Novel
- 1990: 권태GwonjaeBahasa Korea (Boredom)
- 1990: 광마일기Gwangma IlgiBahasa Korea (Buku Harian Kuda Gila) - Sebuah novel biografi yang melintasi kenyataan dan imajinasi.
- 1991: 즐거운 사라Jeulgeoun SaraBahasa Korea (Happy Sara) - Novel yang memicu kontroversi pornografi di masyarakat Korea.
- 1996: 불안BuranBahasa Korea (Kecemasan)
- 1998: 자궁 속으로Jagung Sog-euroBahasa Korea (Ke Dalam Rahim)
- 1999: 사인사색SainsasaekBahasa Korea (Empat Warna, Empat Pemikiran) - Ditulis bersama tiga penulis lain.
- 2000: 알라딘의 신기한 램프Aladdin-ui Singihan LampuBahasa Korea (Lampu Ajaib Aladdin) - Sebuah parodi dari Seribu Satu Malam dalam format omnibus.
- 2005: 로라LauraBahasa Korea (Laura)
- 2005: 광마잡담Gwangma JapdamBahasa Korea (Pembicaraan Kuda Gila)
- 2006: 유혹YuhokBahasa Korea (Rayuan)
- 2008: 귀족GwijokBahasa Korea (Bangsawan)
- 2008: 발랄한 라라Ballalhan LaraBahasa Korea (Lara yang Bersemangat)
- 2009: 사랑의 학교Sarang-ui HakgyoBahasa Korea (Sekolah Cinta)
- 2010: 첫사랑CheotsarangBahasa Korea (Cinta Pertama)
- 2011: 미친 말의수기Michin Mal-ui SugieBahasa Korea (Memoar Kuda Gila)
- 2011: 돌아온 사라Doraon SaraBahasa Korea (Sara Kembali)
- 2011: 페티시 오르가즘Petisi OreugajeumBahasa Korea (Orgasme Fetish)
- 2011: 세월과 강물Sewol-gwa GangmulBahasa Korea (Waktu dan Sungai)
- 2012: 별것도 아닌 인생이Byeolgeotdo Anin InsaengiBahasa Korea (Hidup yang Tidak Seberapa)
- 2012: 공처가 괴담Gongcheoga GoedamBahasa Korea (Kisah Hantu Suami Penakut Istri)
- 2012: 무덤 속 야한 유령 여인Mudeom Sok Yahan Yuryeong YeoinBahasa Korea (Wanita Hantu Cabul di Dalam Makam)
- 2012: 미스터리 두 여인Miseuteori Du YeoinBahasa Korea (Dua Wanita Misterius)
- 2012: 노총각의 이상한 러브스토리Nochonggak-ui Isanghan LeobeoseutoriBahasa Korea (Kisah Cinta Aneh Si Bujangan Tua)
- 2012: 도깨비 집 여인들Dokkaebi Jip YeoindeulBahasa Korea (Wanita-wanita di Rumah Goblin)
- 2012: 야한 인어이야기Yahan IneoiyagiBahasa Korea (Kisah Putri Duyung Cabul)
- 2012: 야한 신들의 나라Yahan Sindeul-ui NaraBahasa Korea (Negeri Dewa-dewa Cabul)
- 2012: 모란꽃 요정Morankkot YojeongBahasa Korea (Peri Bunga Peony)
- 2012: UFO를 타고 온 섹시 여인UFOreul Tago On Seksi YeoinBahasa Korea (Wanita Seksi yang Datang dengan UFO)
- 2013: 청춘CheongchunBahasa Korea (Masa Muda)
- 2013: 2013 즐거운 사라2013 Jeulgeoun SaraBahasa Korea (Happy Sara 2013)
- 2013: 상상놀이SangsangnoriBahasa Korea (Permainan Imajinasi)
- 2014: 아라베스크ArabeseukeuBahasa Korea (Arabesque)
- 2015: 나만 좋으면Naman JoeumyeonBahasa Korea (Asalkan Aku Suka)
- 2015: 나는 너야Naneun NeoyaBahasa Korea (Aku Adalah Kamu)
- 2015: 인생은 즐거워Insaeng-eun JeulgeowoBahasa Korea (Hidup Itu Menyenangkan)
- 2016: 사랑이라는 환상Sarang-iran HwansangBahasa Korea (Ilusi Bernama Cinta)
- 2016: 덧없는 것의 화려함Deoteomneun Geos-ui HwaryeohamBahasa Korea (Keindahan Hal yang Fana) - Novel web.
- 2016: 야사YasaBahasa Korea (Kisah Rahasia) - Novel web.
- 2017: 추억마저 지우랴Chueogmajeo JiuryaBahasa Korea (Apakah Kenangan Pun Akan Dihapus?) - Karya anumerta.
5.3. Kritik Sastra dan Teori
- 1980: 상징시학Sangjing SihakBahasa Korea (Puitika Simbolisme)
- 1984: 윤동주 연구Yun Dong-ju YeonguBahasa Korea (Penelitian Yun Dong-ju)
- 1986: 심리주의 비평의 이해Simlijuui Bipyeong-ui IhaeBahasa Korea (Memahami Kritik Psikologis) - Disunting.
- 1987: 마광수 문학론집Ma Kwang-su MunhakronjipBahasa Korea (Kumpulan Teori Sastra Ma Kwang-soo)
- 1987: 시 창작론Si ChangjakronBahasa Korea (Teori Penulisan Puisi) - Ditulis bersama dua orang.
- 1997: 카타르시스란 무엇인가Katareusiseuran MueosingaBahasa Korea (Apa itu Katarsis?)
- 1997: 시학SihakBahasa Korea (Puitika)
- 2000: 문학과 성Munhakgwa SeongBahasa Korea (Sastra dan Seks)
- 2006: 삐딱하게 보기Ppittakhage BogiBahasa Korea (Melihat dari Sudut Pandang yang Miring)
- 2007: 이 시대는 개인주의자를 요구한다I Sidaeneun Gaeinjuuijareul YoguhadaBahasa Korea (Era Ini Menuntut Individualis)
- 2008: 모든 사랑에 불륜은 없다Modeun Sarang-e Bullyun-eopdaBahasa Korea (Tidak Ada Perselingkuhan dalam Setiap Cinta)
- 2009: 연극과 놀이정신Yeongeuk-gwa NorijeongsinBahasa Korea (Teater dan Semangat Bermain)
5.4. Tulisan Lainnya
- 1988: 사랑하고 사랑하고 사랑했는데도Saranghago Saranghago SaranghaenneundedoBahasa Korea (Meskipun Mencintai dan Terus Mencintai) - Esai, bersama tiga penulis lain.
- 1989: 나는 야한 여자가 좋다Naneun Yahan Yeojaga JodaBahasa Korea (Saya Suka Wanita Cabul) - Esai yang diadaptasi menjadi drama.
- 1990: 사랑받지 못하여Sarangbatji MothayeoBahasa Korea (Karena Tidak Dicintai) - Esai.
- 1991: 왜 나는 순수한 민주주의에 몰두하지 못할까Wae Naneun Sunsuhan Minjujuui-e Moldhuji MotalkkaBahasa Korea (Mengapa Saya Tidak Bisa Terlibat dalam Demokrasi Murni?) - Kritik.
- 1992: 열려라 참깨Yeollyeora ChamkkaeBahasa Korea (Bukalah, Wijaya Kusuma) - Esai.
- 1992: 사랑의 다른 기술Sarang-ui Dareun GiseulBahasa Korea (Seni Cinta yang Berbeda) - Esai.
- 1994: 사라를 위한 변명Sarareul Wihan ByeonmyeongBahasa Korea (Pembelaan untuk Sara) - Kritik.
- 1995: 운명UnmyeongBahasa Korea (Nasib) - Esai filosofis.
- 1997: 성애론Seong-aeronBahasa Korea (Teori Seksualitas) - Esai filosofis.
- 1998: 자유에의 용기Jayue-eui YonggiBahasa Korea (Keberanian Menuju Kebebasan) - Esai.
- 1999: 인간InganBahasa Korea (Manusia) - Esai filosofis.
- 1999: 남자도 이혼을 꿈꾼다Namjado Ihoneul KkumkkundaBahasa Korea (Pria Juga Memimpikan Perceraian) - Esai.
- 2005: 비켜라 운명아, 내가 간다!Bikyeora Unmyeong-a, Naega Ganda!Bahasa Korea (Minggirlah Takdir, Aku Datang!) - Esai filosofis.
- 2005: 자유가 너희를 진리케 하리라Jayuga Neohuireul Jillike HariraBahasa Korea (Kebebasan Akan Membebaskanmu) - Esai.
- 2006: 마광쉬즘Ma Kwang-syujinBahasa Korea (Ma Kwang-suisme) - Aforisme.
- 2007: 나는 헤픈 여자가 좋다Naneun Heppeun Yeojaga JodaBahasa Korea (Saya Suka Wanita Boros) - Esai.
- 2011: 소년 광수의 발상Sonyeon Gwangsu-ui BalsangBahasa Korea (Gagasan Kwang-soo Muda) - Aforisme.
- 2011: 마광수의 뇌구조Ma Kwang-su-ui NoegujoBahasa Korea (Struktur Otak Ma Kwang-soo) - Esai.
- 2011: 더럽게 사랑하자Deoreopge SaranghajaBahasa Korea (Mari Mencintai dengan Kotor) - Esai.
- 2011: 인간론IngannonBahasa Korea (Studi Manusia) - Esai filosofis.
- 2012: 멘토를 읽다Mentoreul IkdaBahasa Korea (Membaca Mentor) - Esai filosofis.
- 2013: 나의 이력서Naui IryeokseoBahasa Korea (CV Saya) - Esai.
- 2013: 사랑학 개론Saranghak GaeronBahasa Korea (Pengantar Ilmu Cinta) - Esai filosofis.
- 2013: 스물 즈음Seumul JeueumBahasa Korea (Sekitar Dua Puluh) - Esai.
- 2014: 행복 철학Haengbok CheolhakBahasa Korea (Filsafat Kebahagiaan) - Aforisme.
- 2014: 마광수의 인문학 비틀기Ma Kwang-su-ui Inmunhak BiteulgiBahasa Korea (Memutarbalikkan Humaniora Ma Kwang-soo) - Esai filosofis.
- 2016: 섭세론SeopseronBahasa Korea (Teori Duniawi) - Aforisme.
- 2016: 인간에 대하여Ingan-e DaehayeoBahasa Korea (Mengenai Manusia) - Esai filosofis.
- Serial surat kabar: "Sex Story Ma Kwang-soo" di Seoul Shinmun (Juni 2005 - November 2005).
6. Aktivitas Seni
Ma Kwang-soo juga aktif dalam seni visual dan telah menyelenggarakan atau berpartisipasi dalam berbagai pameran seni:
- 1991: Pameran Seni Erotis 4 Orang (Ma Kwang-soo, Lee Mok-il, Lee Oe-su, Lee Doo-sik) di Now Gallery, Seoul.
- 1994: Pameran Tunggal Ma Kwang-soo di Dado Gallery, Seoul.
- 2005: Pameran Ma Kwang-soo dan Lee Mok-il di Geoje Arts Center, Geoje (Januari).
- 2005: Pameran Seni Ma Kwang-soo di Insa Gallery, Seoul (Juni).
- 2005: Pameran Seni Ma Kwang-soo di Daebaek Plaza Gallery, Daegu (Juli).
- 2006: Pameran Ma Kwang-soo dan Lee Mok-il di Lobi Lotte Mart Hwajeong, Ilsan (Februari).
- 2007: Pameran Tunggal Ma Kwang-soo di Maxim Gallery, New York, AS (Juni).
- 2007: Pameran "Mencerahkan Warna" di Books Gallery, Insadong, Seoul (Januari).
- 2009: Pameran Ma Kwang-soo di Soonsoo Gallery, Cheongdam-dong, Seoul (April).
- 2009: Pameran Dua Orang (Ma Kwang-soo, Cheon So-yeon) di Gallery Ohmz, New York, AS (April).
- 2009: Pameran "Lukisan Juni" di Galleria Soonsoo (Juni).
- 2011: Pameran "Kwang-soo Muda" di Santorini Seoul Gallery, Seogyo-dong, Seoul (Februari).
- 2011: Pameran "Ma Kwang-soo - Byeon Woo-sik, Pameran Pemikiran Mei" di Gana Art Center Gallery, Insadong (Mei).
- 2011: Pameran Do Mun-hee, Ma Kwang-soo, Park Sung-nam, Park In-sook di Galleria Soonsoo (Juni).
- 2012: "Kembali ke Penginapan Mawar" di Honey, Hannam-dong (Februari).
- 2012: Pameran Tiga Orang (Soonja dan Chunhee) "Mash Up Show" di Galeri Arsup, Chuncheon (Maret).
- 2013: Pameran "Return to Never Land" di Gangwon University Gallery & Community Cafe Peter Pan (Januari).
- 2014: Pameran "Tiga Sekawan Pemimpi" (Han Dae-soo, Ma Kwang-soo, Byeon Woo-sik) di Reseoul Gallery, Insadong (Mei).
- 2015: Pameran Dua Orang (Ma Kwang-soo, Byeon Woo-sik) "Mencerahkan Warna" di Noam Gallery, Insadong (September).
7. Kehidupan Pribadi
Ayah Ma Kwang-soo, seorang wartawan perang, meninggal dunia selama Perang Korea. Ia hidup bersama ibu tunggalnya, yang juga meninggal dunia beberapa tahun sebelum Ma Kwang-soo sendiri wafat. Ia tidak memiliki anak. Keluarga yang ditinggalkan adalah saudara tirinya dari pihak ibu, Jo Jae-pung, dan keponakannya, Han Ok-mi, yang merupakan profesor di Departemen Musik Universitas Katolik Korea.
Pada tahun 1985, Ma Kwang-soo menikah dengan Kim Bang-ok, seorang profesor dramaturgi. Namun, pernikahan mereka berakhir dengan perceraian pada Januari 1990. Kim Bang-ok kemudian menjabat sebagai presiden Asosiasi Studi Teater Korea ke-17 pada tahun 2008.
Karena Ma Kwang-soo tidak memiliki anak atau pasangan saat meninggal, dan kedua orang tuanya telah tiada, seluruh hartanya diwariskan kepada saudara tirinya, kerabat terdekatnya. Atas kesepakatan antara saudara tiri dan keponakannya, barang-barang pribadi Ma Kwang-soo disumbangkan kepada almamaternya, Universitas Yonsei.
8. Kematian
Pada 5 September 2017, Ma Kwang-soo ditemukan meninggal dunia di rumahnya di Ichon-dong, Seoul timur. Ia meninggal pada usia 66 tahun, dalam apa yang tampaknya merupakan tindakan bunuh diri. Ia meninggalkan sebuah surat wasiat terkait warisannya.
9. Evaluasi dan Pengaruh
Penangkapan Ma Kwang-soo menimbulkan dugaan adanya penindasan politik dari media dan kalangan sastra, namun hal ini kemudian tenggelam. Ketika Ma Kwang-soo ditangkap, seorang jurnalis departemen sosial di sebuah surat kabar, setelah menghadiri sidang Ma Kwang-soo, menulis artikel berjudul "Protes Profesor Jeruk" dan menyebut Ma Kwang-soo sebagai "Bapak Orange Tribe", mengaitkannya dengan kelompok Orange Tribe yang kala itu dicemooh masyarakat. Penulis Jang Jeong-il menyebut tindakan ini sebagai "lelucon murahan."
Mulai awal tahun 1993, kalangan sastra dan hiburan yang menyerukan kebebasan berekspresi dan kebebasan seni mulai melancarkan protes, dan sebuah gerakan untuk mengembalikan jabatan profesor Ma Kwang-soo pun dimulai.
Kang Jun-man menilai bahwa "kejahatan Ma Kwang-soo adalah kejahatan karena melampaui zamannya." Saat proses banding sedang berjalan, Ma Kwang-soo dalam sebuah wawancara dengan majalah wanita menyatakan, "Saya rasa karya saya melampaui zamannya sekitar lima tahun. Itu sebabnya saya dipukuli." Kang Jun-man berkomentar bahwa mengingat Jang Jeong-il juga mengalami nasib serupa pada tahun 1997 karena alasan yang sama, tampaknya Ma Kwang-soo melampaui zamannya lebih dari lima tahun. Pada 16 Juni 1995, Mahkamah Agung Korea Selatan menolak bandingnya dan menguatkan putusan awal. Pada 8 Agustus 1995, Universitas Yonsei memberhentikan Ma Kwang-soo dari jabatan profesornya. Kang Jun-man menganggap penindasan terhadap Ma Kwang-soo ini sebagai "kemarahan raja yang sia-sia yang memenggal kepala pembawa berita buruk, tidak peduli seberapa baik niatnya."
Di sisi lain, Lee Mun-yeol mengkritik Ma Kwang-soo dengan sangat tajam.
Kang Jun-man menyesali bahwa insiden Ma Kwang-soo adalah hasil ulah para sastrawan dan profesor Korea, menjadikan Korea satu-satunya negara demokratis di dunia di mana otoritarianisme intelektual lebih serius daripada otoritarianisme kekuasaan.
9.1. Evaluasi Media Asing
Pada tahun 1992 dan 1993, dampak penahanan Ma Kwang-soo diberitakan di Jepang dan Amerika Serikat. Media di AS dan Jepang mengkritik Korea, menyatakan bahwa negara itu menindas nilai seni sebuah karya. Seorang jurnalis dari International Herald Tribune dalam artikel wawancara bertanggal 2 April 1993, berjudul "Seniman Erotika Kesepian di Korea", menulis, "Insiden penahanan Profesor Ma Kwang-soo menjadikan Korea sebagai negara unik di antara negara-negara demokratis tahun 1990-an yang memenjarakan seorang penulis dan membatasi geraknya hanya karena karya sastra fiktif."
10. Item Terkait
- Kebebasan berekspresi
- Kebebasan berpikir