1. Kehidupan Awal
Marjorie Courtenay-Latimer menunjukkan minat yang kuat pada alam sejak usia dini, meskipun menghadapi tantangan kesehatan di masa kecilnya. Ketertarikannya pada flora dan fauna membimbingnya menuju karier di bidang sejarah alam, yang berpuncak pada penemuannya yang paling terkenal.
1.1. Masa Kecil dan Pendidikan
Marjorie Courtenay-Latimer lahir di East London, Afrika Selatan. Ia adalah putri seorang kepala stasiun untuk Perkeretaapian Afrika Selatan. Ia lahir dua bulan lebih awal dan sakit-sakitan sepanjang masa kecilnya, bahkan hampir meninggal dunia pada suatu kesempatan karena infeksi difteri. Meskipun fisiknya lemah, sejak usia muda ia adalah seorang naturalis yang bersemangat dan menikmati aktivitas di luar ruangan.
Ketika ia mengunjungi neneknya di pantai, ia terpesona oleh mercusuar di Pulau Burung. Pada usia sebelas tahun, ia bersumpah akan menjadi ahli burung. Setelah sekolah, ia berlatih untuk menjadi seorang perawat di King William's Town. Namun, tepat sebelum menyelesaikan pelatihannya, ia diberitahu tentang lowongan pekerjaan di Museum East London yang baru dibuka di East London, Eastern Cape.
1.2. Karier Awal
Meskipun tidak pernah menerima pelatihan formal dalam sejarah alam, Courtenay-Latimer berhasil membuat pewawancaranya terkesan dengan pengetahuannya yang luas tentang sejarah alam Afrika Selatan. Ia dipekerjakan pada usia 24 tahun pada bulan Agustus 1931. Ia menghabiskan sisa kariernya di museum tersebut, mendedikasikannya untuk mengumpulkan dan mengidentifikasi spesimen-spesimen alam.
2. Penemuan Coelacanth
Penemuan coelacanth pada tahun 1938 adalah puncak karier Courtenay-Latimer dan merupakan salah satu penemuan zoologi paling signifikan di abad ke-20.
2.1. Proses Penemuan
Courtenay-Latimer sibuk mengumpulkan batu, bulu, cangkang, dan sejenisnya untuk museumnya, dan ia menyampaikan keinginannya untuk melihat spesimen yang tidak biasa kepada para nelayan. Pada tanggal 22 Desember 1938, ia menerima panggilan telepon yang menanyakan apakah ia bersedia memeriksa hasil tangkapan sampingan dari kapal pukat Nerine, yang baru saja kembali ke pelabuhan di bawah komando Kapten Hendrik Goosen. Di antara hasil tangkapan sampingan inilah ia menemukan satu spesimen yang mencolok.

Ia menggambarkan ikan tersebut sebagai berikut: "Saya mengikis lapisan lendir untuk menyingkap ikan terindah yang pernah saya lihat... Panjangnya 1.5 m (5 ft), berwarna biru keunguan pucat dengan bintik-bintik putih samar; seluruh tubuhnya memiliki kilau perak-biru-hijau yang berkilauan. Ia tertutup sisik keras, dan memiliki empat sirip seperti anggota badan serta ekor anjing kecil yang aneh. Itu adalah ikan yang sangat indah-lebih seperti ornamen porselen besar-tetapi saya tidak tahu apa itu." Ikan tersebut memiliki panjang sekitar 150 cm.
2.2. Pelestarian dan Identifikasi
Courtenay-Latimer dan asistennya membawa ikan tersebut ke museumnya dengan taksi dan mencoba mencarinya di buku-buku mereka tanpa hasil. Bersemangat untuk mengawetkan ikan aneh itu dan tidak memiliki fasilitas di museum, Courtenay-Latimer membawanya terlebih dahulu ke kamar mayat kota dan kemudian fasilitas penyimpanan dingin, yang masing-masing menolak untuk menyimpannya. Ia akhirnya membawanya ke seorang takidermist kenalannya, Robert Center, yang membantunya membungkusnya dengan koran dan sprei yang direndam formalin agar dapat diawetkan untuk diidentifikasi oleh temannya J. L. B. Smith, seorang ahli iktiologi di Universitas Rhodes.

Upayanya untuk menghubungi Smith sayangnya tidak dijawab pada awalnya, karena Smith sedang berlibur. Setelah tidak mendengar tanggapan hingga 27 Desember-saat itu ikan sudah mulai membusuk dan mengeluarkan minyak di musim panas Afrika Selatan yang panas dan lembap-ia dengan enggan memberikan izin kepada Center untuk menguliti dan mengeluarkan isi perut ikan sebagai persiapan untuk dipasang.
Smith akhirnya menghubungi Courtenay-Latimer beberapa hari kemudian, dan setelah pertama kali melihat spesimen yang sudah diawetkan pada 16 Februari 1939, ia langsung mengenali spesimennya sebagai coelacanth. "Tidak ada sedikit pun keraguan," katanya. "Itu bisa saja menjadi salah satu makhluk dari 200 juta tahun yang lalu yang hidup kembali." Smith kemudian memberinya nama ilmiah Latimeria chalumnae, dinamai dari temannya (Courtenay-Latimer) dan Sungai Chalumna, tempat ikan itu ditemukan. Butuh waktu empat belas tahun lagi sebelum coelacanth kedua ditemukan.
3. Kehidupan Pribadi dan Aktivitas Pasca-Pensiun
Selain penemuan ilmiahnya yang monumental, kehidupan Marjorie Courtenay-Latimer juga ditandai oleh dedikasi pribadi dan minat yang berkelanjutan pada alam.
3.1. Kehidupan Pribadi
Marjorie Courtenay-Latimer tidak pernah menikah. Ia memutuskan untuk tetap melajang setelah "cinta dalam hidupnya" meninggal dunia ketika ia masih berusia dua puluhan.
3.2. Aktivitas Pasca-Pensiun dan Tulisan
Setelah pensiun dari museum, Courtenay-Latimer pindah ke sebuah pertanian di Tsitsikamma. Di sana, ia menulis sebuah buku tentang bunga-bunga. Ia kemudian kembali ke East London. Sepanjang hidupnya, ia terus menunjukkan minat yang mendalam pada alam dan berkontribusi pada pengetahuan ilmiah melalui publikasinya.
4. Publikasi
Marjorie Courtenay-Latimer tidak hanya dikenal karena penemuan coelacanth, tetapi juga karena kontribusinya dalam bentuk publikasi ilmiah:
- Gray's Beaked Whale, Mesoplodon Grayi. Annals of the Cape Provincial Museums Vol.3 1963.
- [https://files.afu.se/Downloads/?dir=Magazines%2FUnited%20States%2FCryptozoology%20%28ISC%29/Reminiscences%20of%20the%20Discovery%20of%20the%20Coelacanth,%20Latimeria%20Chalumnae%20Smith%3A%20Based%20on%20Notes%20from%20a%20Diary%20Kept%20at%20the%20Time.%20Cryptozoology%20Vol.8%201989. Reminiscences of the Discovery of the Coelacanth, Latimeria Chalumnae Smith: Based on Notes from a Diary Kept at the Time. Cryptozoology Vol.8 1989.]
- The Flowering Plants of the Tsitsikama Forest and Coastal National Park. National Parks Board, Afrika Selatan, 1967.
5. Signifikansi dan Evaluasi
Penemuan coelacanth oleh Marjorie Courtenay-Latimer memiliki dampak yang sangat besar pada komunitas ilmiah dan menjadi inspirasi, terutama bagi para ilmuwan perempuan.
5.1. Dampak pada Komunitas Ilmiah
Penemuan coelacanth oleh Courtenay-Latimer mengubah fakta biologis yang sebelumnya diyakini. Sebelum penemuannya, coelacanth diperkirakan telah punah sekitar 65 hingga 70 juta tahun yang lalu, bersamaan dengan dinosaurus. Namun, penemuannya membuktikan bahwa spesies ini masih hidup, menjadikannya contoh utama dari "fosil hidup". Penemuan ini memengaruhi penelitian konservasi organisme purba dan evolusi, serta secara signifikan memperluas pengetahuan biologis tentang keanekaragaman hayati dan sejarah kehidupan di Bumi.
5.2. Posisi sebagai Ilmuwan Perempuan
Sebagai seorang perempuan di bidang sains pada awal abad ke-20, Marjorie Courtenay-Latimer menghadapi tantangan yang tidak sedikit dalam lingkungan yang didominasi laki-laki. Namun, dedikasi, ketajaman observasi, dan kegigihannya dalam melestarikan serta mengidentifikasi spesimen coelacanth menunjukkan kapasitasnya yang luar biasa sebagai seorang naturalis. Penemuannya tidak hanya menjadi tonggak sejarah dalam iktiologi, tetapi juga memberikan inspirasi yang kuat bagi para ilmuwan perempuan di masa depan, mencerminkan aspek kesetaraan sosial dan potensi kontribusi perempuan dalam bidang ilmiah.