1. Latar Belakang
Informasi mengenai asal-usul Raja Muryeong, termasuk tahun kelahiran, nama, dan orang tuanya, bervariasi di antara catatan sejarah yang berbeda, mencerminkan kompleksitas sejarah awal Baekje dan hubungannya dengan negara-negara tetangga.
1.1. Kelahiran dan Orang Tua
Terdapat beberapa catatan berbeda mengenai kelahiran dan orang tua Raja Muryeong. Menurut Samguk Sagi dan Samguk Yusa, Muryeong adalah putra kedua dari raja ke-24, Dongseong dari Baekje. Namun, di dalam batu nisan makamnya, ia disebut sebagai Raja Sama (사마SamaBahasa Korea) dan dicatat lahir pada tahun 462 M. Catatan Tiongkok, Liang Shu, memberinya nama keluarga Yeo (餘) dan nama pribadi Yung (융YungBahasa Korea), serta menyatakan bahwa ia memulihkan Baekje menjadi negara yang kuat.
Di sisi lain, catatan Jepang, Nihon Shoki, memberikan versi yang berbeda. Disebutkan bahwa ia lahir pada tanggal 25 Juni 461 M dan merupakan putra dari Raja ke-21, Gaero dari Baekje, atau dari adiknya, Pangeran Gonji (곤지GonjiBahasa Korea). Menurut Nihon Shoki, ibunda Raja Muryeong, yang merupakan selir Raja Gaero, diberikan kepada Pangeran Gonji yang akan pergi ke Jepang untuk melayani Kaisar Yūryaku. Dalam perjalanan mereka, ibunya melahirkan di sebuah pulau kecil di Jepang, yang kemudian dikenal sebagai Pulau Kakara (各羅嶋KakarashimaBahasa Jepang) atau Kakara-do (각라도GakkaradoBahasa Korea). Karena lahir di pulau, ia dinamai Raja Shima (嶋君ShimajunBahasa Jepang) atau Semakishi (斯麻王Shimaki-shiBahasa Jepang). Catatan Baekje sendiri menyebut pulau itu sebagai 니리무세마NirimusemaBahasa Korea atau "pulau raja". Ini juga konsisten dengan nama "Sama" (사마SamaBahasa Korea) yang berarti "pulau" dalam bahasa Korea kuno. Beberapa sejarawan, berdasarkan usia Dongseong dan Muryeong yang hampir sebaya, mengajukan kemungkinan bahwa Muryeong adalah saudara tiri Dongseong, bukan putranya.
1.2. Kehidupan Awal
Tidak banyak informasi yang diketahui secara pasti mengenai masa kecil dan pertumbuhan awal Raja Muryeong. Namun, catatan Samguk Sagi menggambarkan bahwa ia memiliki perawakan tinggi, mencapai sekitar 2.4 m (8 ft) (diperkirakan sekitar 190 cm), dan berwajah tampan dengan fitur yang menawan. Berdasarkan catatan Nihon Shoki yang menyebutkan kelahirannya di Jepang, beberapa sejarawan berspekulasi bahwa Muryeong mungkin menghabiskan sebagian besar masa mudanya di Jepang, bahkan mungkin pernah memerintah di wilayah Yamato dengan nama Raja Bu sebelum ia kembali ke Baekje untuk naik takhta.
2. Masa Pemerintahan
Masa pemerintahan Raja Muryeong adalah periode pemulihan dan penguatan bagi Baekje, ditandai dengan konsolidasi kekuasaan internal dan peningkatan peran Baekje di panggung internasional melalui aktivitas militer dan diplomasi yang cakap.
2.1. Naik Takhta
Pada tahun 501, Dongseong dari Baekje, raja ke-24, dibunuh oleh pejabat istana bernama Baekga (백가BaekgaBahasa Korea) yang menjabat sebagai Wisajwapyeong (komandan pasukan pengawal). Dongseong telah mendorong kebijakan sentralisasi kekuasaan yang terlalu agresif, sehingga memicu penolakan dari para bangsawan. Raja Muryeong kemudian naik takhta menggantikan Dongseong. Segera setelah itu, ia menghadapi pemberontakan yang dipimpin oleh Baekga yang memegang benteng Garim-seong (가림성GarimseongBahasa Korea) di Buyeo, Chungcheong Selatan. Muryeong dengan cepat memimpin pasukannya, bersama Hansol Haemyung, untuk menumpas pemberontakan tersebut pada bulan Januari 501. Baekga menyerah namun dieksekusi dan mayatnya dibuang ke Sungai Baekgang. Peristiwa ini menunjukkan ketegasan Muryeong dalam menstabilkan situasi internal Baekje yang sedang bergejolak.
2.2. Aktivitas Militer
Muryeong menerapkan kebijakan militer yang agresif dan defensif untuk menjaga kedaulatan Baekje dari ancaman kerajaan tetangga. Pada tahun 501, ia mengirim pasukan untuk menyerang Sugok-seong (수곡성Sugok-seongBahasa Korea) milik Goguryeo. Meskipun upaya awal mungkin tidak sepenuhnya berhasil, ia terus memperkuat pertahanan. Pada tahun 503, ia berhasil memukul mundur serangan suku Mohe di Gomok-seong (고목성Gomok-seongBahasa Korea). Tahun 507, ia kembali berhasil menangkis serangan gabungan pasukan Goguryeo dan Mohe.
Pada tahun 512, Goguryeo berhasil merebut dua benteng Baekje, namun Muryeong secara pribadi memimpin pasukan sebanyak 3.000 orang untuk menghancurkan pasukan Goguryeo di utara Sungai Wicheon, menunjukkan kepemimpinan militernya yang kuat. Pada tahun 523, ia memerintahkan pembangunan dinding pertahanan dan benteng Sanghyeon-seong (쌍현성Ssanghyeon-seongBahasa Korea) di bawah pengawasan Jwapyeong In'u dan Dalsol Sa'o untuk memperkuat perbatasan utara. Selain itu, Raja Muryeong juga mengarahkan ekspansi ke wilayah Gaya, mengamankan daerah-daerah di sepanjang Sungai Seomjin di provinsi Jeolla Utara dan Jeolla Selatan, serta memperluas pengaruhnya ke pantai barat daya provinsi Gyeongsang Selatan. Ia menunjuk komandan militer dan gubernur untuk mengelola wilayah-wilayah yang baru direbut.
2.3. Kebijakan Luar Negeri
Masa pemerintahan Muryeong ditandai dengan peningkatan kontak dan perdagangan yang signifikan antara Baekje dengan Tiongkok dan Jepang. Pada tahun 512, Muryeong mengirimkan misi diplomatik pertama Baekje ke istana Dinasti Liang yang baru didirikan di Tiongkok. Misi kedua dikirim pada tahun 521, melaporkan berbagai kemenangan Baekje atas Goguryeo. Sebagai balasan, Kaisar Wu dari Liang menganugerahi Muryeong berbagai gelar, termasuk "Jenderal Besar Penenang Timur" (寧東大將軍Níngdōng DàjiàngjūnBahasa Tionghoa) dan "Raja Baekje". Gelar-gelar ini juga ditemukan terukir pada tablet batu nisan di makam Raja Muryeong, menegaskan status internasionalnya.
Terhadap Jepang, Muryeong juga proaktif dalam memperluas hubungan diplomatik dan budaya. Pada tahun 503, ia mengirimkan cermin perunggu. Pada tahun 513 dan 516, ia mengutus para sarjana Konfusianisme, termasuk 단양이Dan'yang'iBahasa Korea (profesor Lima Klasik) dan 고안무Go AnmuBahasa Korea, ke Jepang. Ini tidak hanya memperkuat hubungan politik tetapi juga memperkenalkan budaya dan ilmu pengetahuan Baekje ke Jepang. Terdapat juga catatan mengenai "Cermin Bergambar Tokoh Suda Hachiman" (隅田八幡神社人物画像鏡Suda Hachiman Jinja Jinbutsu GazōkyōBahasa Jepang), sebuah harta nasional Jepang yang kini disimpan di Museum Nasional Tokyo. Inskripsi pada cermin tersebut, yang bertanggal 503 M, menyebutkan "Sama" (yang diyakini sebagai Raja Muryeong) mempersembahkan cermin untuk Kaisar Jepang (diduga Kaisar Buretsu atau Kaisar Keitai) sebagai harapan panjang umur.
2.4. Pemerintahan dan Reformasi
Setelah naik takhta, Muryeong fokus pada penguatan kekuasaan kerajaan meskipun ada penentangan dari kaum bangsawan. Ia memperkuat sentralisasi administrasi dengan menempatkan anggota keluarga kerajaan untuk mengelola 22 distrik administratif (damro) di seluruh Baekje, yang sebelumnya dikelola oleh bangsawan lokal. Hal ini memungkinkan monarki untuk memobilisasi tenaga kerja dan sumber daya secara lebih efisien untuk proyek-proyek publik, seperti pembangunan benteng. Sistem ini juga membantu keluarga kerajaan untuk memperluas pengaruh mereka.
Selain itu, Muryeong mereorganisasi sistem jwapyeong, yang merupakan pejabat tinggi Baekje, dengan menstandarisasi hierarki bangsawan dan mendistribusikan tanggung jawab pemerintahan. Reformasi ini bertujuan untuk mengontrol faksi-faksi bangsawan, meningkatkan efisiensi pemerintahan, dan menciptakan keseimbangan antara faksi-faksi lama dan baru, sehingga membawa stabilitas pada kerajaan.
3. Warisan
Warisan Raja Muryeong terutama terungkap melalui penemuan makamnya yang tak tersentuh dan pengakuan sejarah modern akan garis keturunannya dalam sejarah Jepang, yang menyoroti kontribusinya pada pemulihan Baekje dan hubungannya dengan negara-negara lain.
3.1. Makam Raja Muryeong
Makam Raja Muryeong (무령왕릉MuryeongneungBahasa Korea) adalah salah satu penemuan arkeologi terpenting di Korea. Meskipun lokasinya sebelumnya tidak diketahui, makam ini ditemukan secara tidak sengaja pada tahun 1971 di Songsan-ri, Gongju, Chungcheong Selatan, saat pekerjaan drainase sedang dilakukan di sekitar kelompok makam kuno Songsan-ri. Makam ini adalah kuburan bata yang unik untuk Baekje, dibangun dengan gaya makam bata Tiongkok Selatan. Raja Muryeong dimakamkan bersama ratunya di makam ini.
Di dalam makam, ditemukan sebuah batu nisan (지석jisukBahasa Korea) yang sangat berharga. Batu nisan ini mengkonfirmasi identitas penghuninya dengan tulisan: "Jenderal Besar Penenang Timur Raja Sama dari Baekje, wafat pada usia 62 tahun pada hari Imjin, tanggal 7 bulan kelima tahun Gyemyo (523 M)." Batu nisan ini juga mencatat bahwa ia dimakamkan secara resmi dua tahun kemudian, pada tahun 525 M.
Penggalian makam ini menghasilkan sekitar 2.900 artefak dan benda pemakaman yang menakjubkan, yang memberikan wawasan mendalam tentang budaya, seni, dan sistem kepercayaan Baekje pada abad ke-6. Artefak penting yang ditemukan antara lain:
- Hiasan mahkota emas dan perak untuk raja dan ratu, menunjukkan keahlian metalurgi Baekje.
- Anting-anting berbentuk daun hati emas dan tusuk konde emas.
- Gelang perak.
- Cermin perunggu ilahi (cheongdong sinsugyeong).
- Patung penjaga makam batu (seoksu).
- Ubin bata yang diimpor dari Tiongkok.
- Bantal dan pijakan kaki berlapis emas.
- Papan peti mati terbuat dari kayu Kōyamaki (高野槙KōyamakiBahasa Jepang), sejenis pohon cemara yang hanya tumbuh di Jepang, menunjukkan hubungan perdagangan yang kuat antara Baekje dan Jepang.
Penemuan makam yang tidak tersentuh ini sangat signifikan karena memberikan tanggal yang tepat untuk benda-benda dan seni Baekje, memungkinkan para sejarawan untuk secara akurat memahami periode tersebut.
3.2. Hubungan dengan Keluarga Kekaisaran Jepang
Terdapat klaim sejarah mengenai hubungan garis keturunan antara keturunan Raja Muryeong dan Keluarga Kekaisaran Jepang. Pada tahun 2001, Akihito, Kaisar Jepang saat itu, menyatakan kepada wartawan, "Saya, secara pribadi, merasakan hubungan kekerabatan dengan Korea, mengingat bahwa dicatat dalam Kronik Jepang bahwa ibunda Kaisar Kanmu adalah salah satu keturunan Raja Muryeong dari Baekje." Ini adalah pertama kalinya seorang kaisar Jepang secara terbuka mengakui adanya darah Korea dalam garis keturunan kekaisaran Jepang.
Menurut Shoku Nihongi, ibunda Kaisar Kanmu, Takano no Niigasa (720-790), adalah keturunan dari Pangeran Junda (淳陀太子Junda TaishiBahasa Jepang), putra Raja Muryeong, yang meninggal di Jepang pada tahun 513 M (dicatat dalam Nihon Shoki Bab 17). Pangeran Junda dikenal di Baekje sebagai Buyeo Junta. Meskipun ada klaim ini, beberapa akademisi meragukan keakuratan penuhnya karena ada kesenjangan waktu sekitar 200 tahun antara kematian Raja Muryeong (523 M) dan Pangeran Junda (513 M) dengan perkiraan tahun kelahiran Takano no Niigasa (sekitar 720 M). Namun demikian, hubungan ini tetap menjadi topik penting dalam studi sejarah Korea-Jepang, menyoroti ikatan budaya dan genetik antara kedua negara di masa lalu.
3.3. Evaluasi Sejarah
Raja Muryeong secara luas diakui sebagai salah satu penguasa terpenting dalam sejarah Baekje. Ia berhasil menstabilkan kerajaan setelah periode kekacauan dan kemunduran yang parah, khususnya setelah ibu kota Hanseong (sekarang Seoul) jatuh ke tangan Goguryeo pada tahun 475 M. Kontribusinya mencakup penguatan kekuasaan monarki, reformasi administrasi untuk sentralisasi pemerintahan, dan kebijakan luar negeri yang sukses yang memperluas pengaruh Baekje di Asia Timur. Kemenangan militernya melawan Goguryeo dan Mohe, serta hubungan diplomatik yang kuat dengan Tiongkok dan Jepang, menegaskan kembali posisi Baekje sebagai kekuatan regional. Penemuan makamnya memberikan bukti arkeologis yang tak tertandingi tentang kemakmuran dan kecanggihan budaya Baekje pada masa pemerintahannya, yang merupakan puncak pemulihan kerajaan sebelum kemunduran selanjutnya.
4. Keluarga
Raja Muryeong memiliki beberapa keturunan yang dikenal, meskipun catatan mengenai orang tuanya bervariasi:
- Ayah:** Berdasarkan Samguk Sagi dan Samguk Yusa, ia adalah putra kedua Dongseong dari Baekje. Namun, Nihon Shoki menyatakan bahwa ia adalah putra Pangeran Gonji, yang merupakan adik dari Gaero dari Baekje.
- Ibu:** Tidak diketahui secara pasti, tetapi beberapa sumber Jepang menyebutnya sebagai selir Raja Gaero yang diberikan kepada Pangeran Gonji.
- Permaisuri:** Tidak disebutkan namanya dalam catatan sejarah, namun dimakamkan bersama Raja Muryeong di makamnya.
- Anak-anak:**
- Raja Seong (聖王, ?-554): Putra sulung yang kemudian menjadi raja ke-26 Baekje. Sebelum naik takhta, ia dikenal sebagai Buyeo Myeong (扶餘明) atau Buyeo Myeongnong (扶餘明禯).
- Pangeran Junda (淳陀太子, ?-513): Dikenal di Baekje sebagai Buyeo Junta. Ia menetap di Jepang dan dipercaya menjadi nenek moyang klan Yamato no Fuhito, dari mana Takano no Niigasa (ibunda Kaisar Kanmu) berasal. Ia wafat di Jepang pada tahun 513 M, mendahului ayahnya.
- Pangeran Shigakishi (斯我君, ?-?): Dikenal di Baekje sebagai Buyeo Sa'a. Ia diutus ke Jepang pada tahun 505 M sebagai sandera politik kepada Kaisar Buretsu dari Jepang, yang merupakan praktik umum pada masa itu untuk menjamin aliansi.
5. Budaya Populer
Raja Muryeong telah menjadi inspirasi untuk media populer, termasuk drama televisi. Ia digambarkan dalam seri televisi MBC tahun 2013-2014, The King's Daughter, Soo Baek-hyang, di mana ia diperankan oleh aktor Lee Jae-ryong.