1. Overview
Nisshō Inoue (井上 日召Inoue NisshōBahasa Jepang, 12 April 1887 - 4 Maret 1967) adalah seorang pengkhotbah Buddhis radikal dan nasionalis Jepang yang mendirikan organisasi militan sayap kanan ekstrem pada masa antar-perang yang dikenal sebagai 血盟団Ketsumeidan (Liga Darah)Bahasa Jepang. Meskipun ia mengklaim sebagai seorang pendeta Nichiren, ia tidak pernah ditahbiskan secara resmi dan ajarannya yang ekstremis dikecam secara luas oleh lembaga Buddhis Nichiren arus utama pada masanya. Inoue memainkan peran sentral dalam gerakan ekstremis Jepang pada periode antar-perang, mempromosikan ideologi "Satu Orang, Satu Pembunuhan" dan melakukan serangkaian aksi terorisme yang memuncak pada Insiden Liga Darah, yang melibatkan pembunuhan tokoh-tokoh penting seperti mantan Menteri Keuangan Junnosuke Inoue dan Baron Dan Takuma dari konglomerat Mitsui. Tindakannya juga memiliki keterkaitan dengan Insiden 15 Mei yang berujung pada pembunuhan Perdana Menteri Inukai Tsuyoshi. Setelah dipenjara, ia dibebaskan melalui amnesti dan tetap menjadi figur prominen dalam lingkaran aktivis sayap kanan pasca-perang, meskipun ia kemudian mengundurkan diri dari aktivitas publik.
2. Kehidupan
Riwayat hidup Nisshō Inoue mencakup perjalanan dari seorang anak dokter pedesaan hingga menjadi tokoh sentral dalam gerakan ekstremis sayap kanan Jepang.
2.1. Kelahiran dan Masa Kecil
Inoue lahir dengan nama Inoue Shirō (kemudian mengadopsi nama Akira, lalu Nisshō, yang berarti "Dipanggil oleh Matahari") pada 12 April 1887, di Kawaba, Prefektur Gunma, sebagai putra ketiga dari seorang dokter pedesaan. Kakak keduanya adalah Inoue Fumio, seorang Letnan Kolonel Angkatan Laut Kekaisaran Jepang.
2.2. Pendidikan
Inoue menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Maebashi Cabang Tone (sekarang Sekolah Menengah Atas Prefektur Gunma Maebashi) dan kemudian di sekolah utamanya. Ia melanjutkan studi di Universitas Waseda dan Sekolah Spesialis Asosiasi Toyo (sekarang Universitas Takushoku), namun ia meninggalkan kedua institusi tersebut sebelum menyelesaikan pendidikannya.
2.3. Pengalaman di Manchuria dan Kepulangan
Setelah meninggalkan studinya, Inoue melakukan perjalanan ke Manchuria pada tahun 1909. Di sana, ia menghabiskan waktu sebagai pengembara sebelum akhirnya mendapatkan pekerjaan di Kereta Api Manchuria Selatan. Ia bekerja di sana dari tahun 1909 hingga 1920, dan selama periode ini ia juga terlibat dalam kegiatan intelijen. Pada tahun 1920, ia kembali ke Jepang.
3. Pemikiran dan Filosofi
Pemikiran dan filosofi Nisshō Inoue sangat dipengaruhi oleh interpretasinya terhadap Buddhisme Nichiren dan interaksinya dengan berbagai tokoh sayap kanan Jepang, yang kemudian membentuk ideologi ekstremisnya.
3.1. Latar Belakang Pembentukan Pemikiran
Setelah kembali ke Jepang, Inoue awalnya belajar untuk menjadi seorang pendeta Zen, namun kemudian beralih menjadi pengikut Buddhisme Nichiren. Konversi ini membawanya pindah ke Miho, Prefektur Shizuoka, untuk belajar di bawah bimbingan sarjana Nichiren dan pengkhotbah nasionalis Tanaka Chigaku di Akademi Kokuchukai miliknya. Selama periode ini, Inoue juga bertemu dengan pendiri Aikido, Morihei Ueshiba. Namun, Inoue segera merasa kecewa dengan ajaran Tanaka. Pada tahun 1924, setelah berbicara dengan jurnalis Asahina Chisen, ia memutuskan untuk mengadopsi nama Nisshō. Sekitar waktu ini, ia juga dilaporkan mengalami pengalaman mistis saat sakit, yang kemudian memicu dirinya untuk memulai praktik doa penyembuhan. Melalui bantuan Tanaka Mitsuaki, mantan Penjaga Cap Pribadi Jepang, ia berkenalan dengan tokoh-tokoh sayap kanan seperti Shūmei Ōkawa dan Ikki Kita. Ia juga menerima dukungan antusias dari para perwira muda radikal di Pangkalan Angkatan Laut Tsuchiura yang berdekatan, serta berinteraksi dengan aktivis sayap kanan berpengaruh lainnya seperti Gondo Seikyo dan Nishida Zei.
3.2. Risshō Gokokudō dan Aktivitasnya
Pada tahun 1925, Inoue mencoba mendirikan dojo bersama Takai Tokujiro dan organisasi Gokokuseisha, namun upaya tersebut gagal. Tiga tahun kemudian, pada tahun 1928, dengan upaya Tanaka Mitsuaki dan pendanaan dari Suihama Electric Railway, 立正護国堂Risshō Gokokudō (Kuil Pertahanan Nasional yang Benar)Bahasa Jepang didirikan di Ōarai, Prefektur Ibaraki. Kuil ini didedikasikan untuk Mandala dan berfungsi sebagai pusat pelatihan pemuda, di mana Inoue melakukan praktik doa penyembuhan. Ia berharap dapat mendedikasikan dirinya pada kegiatan dojo. Dari sana, ia mulai mengadvokasi revolusi militeristik di Jepang.
3.3. Ideologi Ketsumeidan
Setelah bertemu dengan Letnan Fujii Hitoshi dari faksi radikal Angkatan Laut dan Tachibana Kosaburo, kepala Aikyōjuku (salah satu pemimpin Insiden 15 Mei), Inoue diyakinkan bahwa tidak ada jalan lain untuk mereformasi pemerintah Jepang selain melalui tindakan kekerasan. Ia kemudian merencanakan kegiatan teroris. Ideologi utama dari Ketsumeidan, organisasi teroris sayap kanan ekstrem yang didirikannya, adalah "Satu Orang, Satu Pembunuhan" (一人一殺Hitori IssatsuBahasa Jepang). Slogan ini mencerminkan tujuan kelompok untuk menggulingkan elit politik dan ekonomi pada masa itu melalui serangkaian pembunuhan individu, dengan keyakinan bahwa tindakan tersebut akan memicu perubahan nasional yang lebih besar.
4. Aktivitas dan Insiden Utama
Nisshō Inoue adalah tokoh kunci di balik serangkaian aksi terorisme politik di Jepang yang bertujuan untuk "restorasi Shōwa" melalui kekerasan.
4.1. Pendirian Ketsumeidan
Pada tahun 1930, Inoue pindah ke Tokyo dan mulai membentuk Ketsumeidan, merekrut anggota dari kalangan mahasiswa radikal. Ketsumeidan secara resmi didirikan pada tahun 1932 bersama dengan kelompok yang terdiri dari 13 perwira muda, termasuk Shō Onuma dan Goro Hishinuma. Awalnya, Inoue berencana untuk melakukan teror massal pada Hari Pendirian Nasional (Kigen-setsu) pada Februari 1932. Namun, karena rencana tersebut tidak dapat terealisasi, ia beralih ke strategi pembunuhan tokoh-tokoh penting secara individual.
4.2. Insiden Liga Darah
Gelombang pertama pembunuhan yang dilakukan oleh Ketsumeidan terjadi pada awal tahun 1932. Pada 9 Februari, mantan Menteri Keuangan Junnosuke Inoue ditembak mati. Kemudian, pada 5 Maret, Direktur Jenderal Mitsui Zaibatsu, Baron Dan Takuma, juga ditembak mati. Peristiwa-peristiwa ini secara kolektif dikenal sebagai Insiden Liga Darah. Inoue ditangkap tak lama setelah pembunuhan Dan Takuma.
4.3. Keterkaitan dengan Insiden 15 Mei
Setelah penangkapan Inoue, Koga Kiyoshi, seorang bawahan tepercaya, mengambil alih kepemimpinan kelompok dan mulai mengorganisir gelombang kedua aksi. Gelombang ini memuncak pada 15 Mei 1932, dengan pembunuhan Perdana Menteri Jepang Inukai Tsuyoshi, sebuah peristiwa yang dikenal sebagai Insiden 15 Mei. Meskipun Inoue sudah ditahan saat Insiden 15 Mei terjadi, tindakan Ketsumeidan di bawah kepemimpinannya secara langsung memicu dan mempengaruhi peristiwa tersebut, menunjukkan keterkaitan ideologis dan operasional antara kedua insiden tersebut.
5. Pengadilan, Penahanan, dan Pembebasan
Setelah penangkapannya, Nisshō Inoue menghadapi proses hukum yang signifikan, yang berakhir dengan hukuman penjara dan pembebasan melalui amnesti.
Dalam persidangan, kepala biara Rinzai, Gempo Yamamoto, memberikan kesaksian yang mendukung Inoue, membenarkan tindakannya dari sudut pandang Zen dan imperialisme Jepang. Pada November 1934, Inoue dan tiga pelaku penembakan Ketsumeidan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup, setelah jaksa penuntut gagal mendapatkan hukuman mati bagi mereka. Anggota kelompok lainnya yang ditangkap menerima hukuman yang lebih ringan. Inoue sendiri sempat bersembunyi di kediaman Gondo Seikyo, kemudian di bawah perlindungan Honma Kenichiro, dan selanjutnya di rumah Toyama Mitsuru, sebelum akhirnya menyerahkan diri. Ia dibebaskan dari penjara pada tahun 1940 melalui amnesti khusus.
6. Aktivitas Pasca-Perang dan Pensiun
Setelah Perang Dunia II, kehidupan Nisshō Inoue mengalami perubahan signifikan akibat kebijakan pendudukan Sekutu, namun ia tetap terlibat dalam lingkaran sayap kanan sebelum akhirnya pensiun dari aktivitas publik.
6.1. Pembersihan dan Rehabilitasi
Setelah kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II, Inoue diidentifikasi sebagai seorang fasis oleh Panglima Tertinggi Kekuatan Sekutu (SCAP) dan pada tahun 1947, ia dibersihkan dari kehidupan publik, yang berarti ia dilarang memegang jabatan publik atau terlibat dalam aktivitas politik. Selama periode ini, ia berkeliling memberikan ceramah kepada pemuda pedesaan. Ia direhabilitasi setelah berakhirnya Pendudukan Jepang oleh Sekutu pada tahun 1952.
6.2. Aktivitas Sayap Kanan Pasca-Perang dan Pensiun
Pada tahun 1941, setelah dibebaskan dari penjara, Inoue bersama Mikami Taku, Yotsumoto Yoshitaka, dan Hishinuma Goro mendirikan "Himorogi-juku". Ia sempat tinggal di kediaman Konoe Fumimaro, yang konon mempekerjakannya sebagai pengawal karena khawatir akan teror yang mungkin timbul akibat negosiasi Jepang-Amerika. Setelah rehabilitasinya, Inoue tetap menjadi figur prominen dalam lingkaran aktivis sayap kanan di Jepang pasca-pendudukan. Pada tahun 1953, ia diangkat sebagai penasihat Dewan Konsultasi Gerakan Restorasi Kanto, sebuah organisasi sayap kanan. Setahun kemudian, pada tahun 1954, ia bersama Sagoya Yoshiteru dan Kojima Genji mendirikan Gokokudan dan menjadi pemimpin pertamanya. Namun, pada tahun 1956, Inoue mengundurkan diri sebagai pemimpin Gokokudan setelah beberapa anggotanya berulang kali ditangkap karena pemerasan, penahanan, dan tindakan kekerasan lainnya, yang dilakukan untuk tujuan finansial atau sebagai hukuman bagi mereka yang menolak menjadi anggota. Meskipun awalnya ia menyangkal insiden tersebut, ia akhirnya bertanggung jawab. Setelah itu, ia pensiun dari aktivitas sayap kanan dan menghabiskan masa tuanya dengan dukungan finansial dari Miura Giichi, seorang "fixer" pada masa itu.
7. Kehidupan Pribadi dan Hubungan Keluarga
Kehidupan pribadi Nisshō Inoue, terutama hubungannya dengan keluarga, mencerminkan sisi lain dari seorang tokoh yang terlibat dalam aktivitas politik ekstrem.
Inoue menikah dengan seorang mantan perawat dan memiliki seorang putri. Pada masa kecil putrinya, Inoue hidup dalam kemiskinan karena aktivitas sayap kanannya yang hanya mengandalkan pengumpulan sumbangan, seringkali mengambil uang lima puluh sen dari keuangan rumah tangga untuk keperluannya sendiri. Kemudian, Inoue jarang pulang ke rumah. Istrinya, yang menderita karies tulang belakang dan sakit-sakitan, harus bekerja untuk menopang hidup, namun penghasilannya tidak mencukupi. Meskipun demikian, ketika Inoue mendapatkan uang, ia akan kembali ke rumah. Saat hukuman penjara seumur hidup dijatuhkan pada sidang pertama Insiden Liga Darah, Inoue mengatakan kepada pengacaranya mengenai putrinya, "Meskipun punya orang tua, ia adalah anak dari seorang yang tercerahkan, tidak ada kesedihan yang disebabkan oleh kasih sayang orang tua dan anak." Ketika ia diizinkan bertemu dengan putrinya yang dibawa oleh istrinya, ia berkata kepada putrinya, "Ayah tidak akan mati," dan "Dengarkan baik-baik apa yang dikatakan ibumu."
Meskipun Inoue dibebaskan pada tahun 1940 melalui pengurangan hukuman dan amnesti, ia tidak pernah kembali ke rumah. Sebaliknya, ia mendirikan organisasi sayap kanan. Setelah perang, Inoue menjalin hubungan dengan seorang geisha di Kagurazaka sebagai selirnya, dan kemudian membangun rumah di Kamakura untuk tinggal bersamanya, sama sekali tidak memedulikan keluarganya yang sah. Putrinya sempat bekerja sebagai staf administrasi di sebuah organisasi sayap kanan, namun kemiskinan keluarganya terus berlanjut. Banyak muridnya juga cenderung memihak selirnya, dan hanya Shō Onuma dari Ketsumeidan yang merawat istri dan putrinya.
8. Aktivitas Penulisan
Nisshō Inoue juga dikenal karena karya tulisnya, yang memberikan wawasan tentang pemikiran dan pengalamannya. Karya utamanya adalah otobiografinya.
Karya utama Inoue adalah otobiografinya yang berjudul Satu Orang, Satu Pembunuhan - Otobiografi Nisshō Inoue (一人一殺 - 井上日召自伝Hitori Issatsu - Inoue Nisshō JidenBahasa Jepang), yang diterbitkan oleh Nihon Shūhōsha pada tahun 1953.
9. Evaluasi dan Kritik
Nisshō Inoue adalah sosok kontroversial dalam sejarah Jepang, dan tindakan serta pemikirannya telah menjadi subjek kritik dan evaluasi historis yang berkelanjutan.
9.1. Kritik dari Lingkaran Buddha Arus Utama
Meskipun Inoue mengklaim dirinya sebagai pengkhotbah Buddhis, ajaran-ajaran ekstremisnya dikecam secara luas oleh lembaga Buddhisme Nichiren arus utama pada masanya. Mereka menolak interpretasinya yang radikal dan penggunaan kekerasan yang ia proklamirkan atas nama agama.
9.2. Evaluasi Historis dan Kontroversi
Secara historis, tindakan dan pemikiran Nisshō Inoue telah menjadi objek pandangan kritis dan perdebatan. Ia dikenal sebagai seorang teroris sayap kanan yang mempromosikan kekerasan politik untuk mencapai tujuannya. Ideologi "Satu Orang, Satu Pembunuhan" dan keterlibatannya dalam Insiden Liga Darah serta Insiden 15 Mei menunjukkan dampak negatif yang signifikan terhadap stabilitas politik dan demokrasi di Jepang pada masa itu. Kritikus menyoroti bagaimana tindakannya berkontribusi pada militerisme dan ultranasionalisme yang berkembang di era Shōwa, serta bagaimana ia mengabaikan hak asasi manusia demi agenda politiknya. Kehidupannya pasca-penjara, termasuk keterlibatannya dalam organisasi sayap kanan dan pengabaian keluarganya, juga menambah kompleksitas evaluasi terhadap karakternya.
10. Dampak
Nisshō Inoue memberikan pengaruh yang signifikan terhadap gerakan sayap kanan Jepang, membentuk aktivisme politik ekstremis di negara tersebut.
10.1. Pengaruh terhadap Gerakan Sayap Kanan Jepang
Ideologi dan tindakan Nisshō Inoue, terutama melalui pembentukan Ketsumeidan dan promosi konsep "Satu Orang, Satu Pembunuhan", secara mendalam membentuk aktivisme sayap kanan dan ekstremisme politik di Jepang pada masa antar-perang. Ia menjadi simbol bagi sebagian kelompok yang percaya bahwa perubahan nasional hanya dapat dicapai melalui kekerasan terhadap elit yang berkuasa. Meskipun kelompoknya kecil, aksi terorisme yang ia pimpin memiliki dampak psikologis dan politik yang besar, memicu ketidakstabilan dan mempercepat pergeseran Jepang menuju pemerintahan militeristik. Bahkan setelah Perang Dunia II, ia tetap menjadi figur yang dihormati di beberapa lingkaran sayap kanan, menunjukkan warisan ideologisnya yang terus berlanjut.
11. Kematian
Nisshō Inoue meninggal dunia pada 4 Maret 1967, di usia 79 tahun. Penyebab kematiannya adalah stroke (disebabkan oleh ensefalomalasia, atau pelunakan otak).
12. Item Terkait
- Nasionalisme Jepang
- Restorasi Shōwa
- Ketsumeidan