1. Gambaran Umum
Oen Bo-Hyun (온보현On Bo-hyeonBahasa Korea, 6 April 1957 - 2 November 1995) adalah seorang pemerkosa dan pembunuh berantai asal Korea Selatan yang melakukan serangkaian kejahatan di Seoul pada bulan September 1994, menyerang enam wanita dan membunuh dua di antaranya. Kasus Oen Bo-Hyun terungkap segera setelah penangkapan geng Chijon, menyebabkan dampak sosial yang sangat besar dan memicu kekhawatiran publik yang meluas di Korea Selatan mengenai meningkatnya kejahatan berantai. Ia didakwa atas pembunuhan tersebut dan kemudian dieksekusi pada tahun 1995. Kejahatannya secara signifikan memengaruhi rasa aman masyarakat, terutama kaum wanita, dan mendorong analisis lebih lanjut mengenai latar belakang psikologis dan sosial para pelaku kejahatan berantai.
2. Kehidupan dan Kejahatan
Oen Bo-Hyun melakukan serangkaian kejahatan pemerkosaan dan pembunuhan berantai yang menggegerkan publik Korea Selatan pada September 1994.
2.1. Kelahiran dan Latar Belakang
Oen Bo-Hyun lahir pada 6 April 1957. Ia dikenal sebagai pengemudi taksi yang kemudian menjadi pelaku kejahatan keji. Ia meninggal dunia pada 2 November 1995 setelah menjalani hukuman mati.
2.2. Catatan Kejahatan
Pada bulan September 1994, Oen Bo-Hyun melancarkan gelombang kejahatan yang mengerikan:
- 1 September 1994**: Sekitar pukul 01.00 dini hari, Oen menculik seorang nyonya rumah karaoke bernama Kwon di Songpa-gu, Seoul, menggunakan taksi curiannya, sebuah taksi jenis Stella. Ia mengancam dan memperkosa wanita tersebut di jalan terdekat. Kemudian, ia membawanya ke kampung halamannya di Seonam-ri, Geumgu-myeon, Gimje, Jeolla Utara, di mana ia memperkosa Kwon lagi sebelum mengikatnya pada pohon dengan tali.
- 11 September 1994**: Sekitar pukul 19.30, di Doksan-dong, Guro-gu, Seoul, Oen mengancam seorang wanita lain bernama Um dengan senjatanya dan menculiknya. Ia membawa korban ke sebuah bukit di Hoengseong County, Gangwon, di mana ia memperkosa wanita tersebut dan merampas uang tunai sejumlah 310.00 K KRW.
- 12 September 1994**: Sekitar pukul 21.30, ia menculik Yang Heo di depan Gedung Posco di Seocho-dong, Seocho-gu, Seoul, dan membawanya ke Hoengseong. Keesokan harinya, sekitar pukul 17.30, ia menyeret korban ke lereng bukit dekat Singal-dong, Gyeonggi, dan mencoba memerkosanya. Namun, ketika Yang Heo melawan, Oen mencekiknya dengan kantong plastik hingga tewas, lalu membuang jenazahnya di lokasi tersebut.
- 14 September 1994**: Sekitar pukul 21.00, ia menculik wanita lain, Yang Park, dari depan Gereja Garak di Garak-dong, Songpa-gu, Seoul. Ia membawanya ke Apo-eup, Gimcheon, Gyeongsang Utara, dan membunuhnya setelah korban melawan dengan pisau. Jenazahnya kemudian dibuang di sekitar jalur atas atau bawah Gyeongbu Expressway di Daesin 3-ri, Apo-myeon, Geumneung-gun (sekarang Gimcheon).
- 27 September 1994**: Menyusul penangkapan geng Chijon baru-baru ini, Oen Bo-Hyun merasakan tekanan psikologis yang kuat. Akibatnya, ia menyerahkan diri kepada Kantor Polisi Seocho, Seoul.
3. Penangkapan dan Investigasi
Penangkapan Oen Bo-Hyun terjadi karena tekanan psikologis setelah kasus lain terungkap. Investigasi yang dilakukan pihak berwenang berupaya mengungkap seluruh rentetan kejahatan yang telah ia lakukan.
3.1. Penyerahan Diri dan Penangkapan
Pada tanggal 27 September 1994, Oen Bo-Hyun secara tak terduga menyerahkan diri kepada Kantor Polisi Seocho di Seoul. Penyerahan diri ini terjadi setelah berita penangkapan geng Chijon, kelompok pembunuh berantai lain yang terkenal kejam, menjadi sorotan utama media. Tekanan psikologis akibat liputan luas tentang kasus Chijon family diyakini menjadi faktor pendorong Oen Bo-Hyun untuk mengakhiri pelariannya.
3.2. Proses Investigasi
Di bawah pimpinan jaksa Hong Joon-pyo dari Kantor Kejaksaan Distrik Pusat Seoul, verifikasi lapangan dilakukan di berbagai lokasi kejahatan Oen Bo-Hyun. Ini termasuk lokasi di dekat Gyeongbu Expressway di Geumneung-gun, Gyeongsang Utara, tempat Oen membunuh Yang Park, dan di perbukitan Ojeong-ri, Guseong-myeon, Yongin-gun, tempat ia membunuh Yang Heo.
Meskipun polisi awalnya mengklaim bahwa tidak ada korban tambahan selain enam kasus yang telah diketahui, termasuk pembunuhan Yang Park dan Yang Heo, mereka tetap melakukan penyelidikan untuk kemungkinan kejahatan lain. Polisi mengamati adanya jeda waktu antara penculikan Kwon pada 1 September dan penculikan Um pada 11 September, yang menimbulkan kecurigaan bahwa mungkin ada kejahatan lain yang belum terungkap selama periode tersebut. Namun, tidak ada kejahatan tambahan yang secara definitif dikaitkan dengan Oen Bo-Hyun setelah penyelidikan lebih lanjut.
4. Dampak Sosial dan Reaksi
Kasus Oen Bo-Hyun memiliki dampak yang mendalam pada masyarakat Korea Selatan, terutama karena terjadi berbarengan dengan terungkapnya kejahatan mengerikan lainnya.
4.1. Reaksi Publik
Serangkaian kejahatan Oen Bo-Hyun yang terungkap segera setelah pembunuhan yang dilakukan oleh geng Chijon menyebabkan dampak sosial yang sangat besar. Warga mengeluhkan lonjakan pembunuhan berantai di negara tersebut, menimbulkan kecemasan publik yang meluas. Banyak warga menyatakan ketidakmampuan mereka untuk hidup dengan rasa cemas yang terus-menerus. Akibatnya, kaum wanita menjadi sangat enggan untuk menggunakan taksi di malam hari karena khawatir menjadi korban. Sebagai respons terhadap ketakutan ini, langkah-langkah pencegahan dan panduan keamanan, seperti "Sepuluh Perintah bagi Wanita yang Menggunakan Taksi Larut Malam", diedarkan untuk membantu melindungi diri dari insiden lebih lanjut.
4.2. Analisis Pelaku Kejahatan Beruntun
Dalam sebuah wawancara dengan Weekly Trends pada Agustus 2006, Pyo Chang-won, seorang profesor di Korean National Police University, menyoroti latar belakang para pembunuh berantai seperti Chijon family, Oen Bo-Hyun, dan Yoo Young-chul. Ia menunjukkan bahwa kehidupan mereka ditandai oleh kondisi psikologis yang menyimpang, masalah masa kecil, dan ketidakpuasan mendalam terhadap masyarakat.
Pyo menganalisis bahwa para pelaku ini memiliki kecenderungan umum untuk merasionalisasi kegagalan dan frustrasi mereka dengan menyalahkan masyarakat. Mereka beranggapan bahwa masyarakat itu "rusak" atau "korup", dan dengan demikian, mereka melakukan kejahatan sebagai bentuk "penghukuman" terhadap masyarakat yang mereka anggap tidak adil. Sikap ini memungkinkan mereka untuk membenarkan tindakan keji mereka sendiri sebagai bentuk balas dendam atau keadilan yang salah kaprah.
5. Proses Hukum dan Eksekusi
Setelah penangkapannya, Oen Bo-Hyun menghadapi proses hukum yang tegas atas kejahatannya, yang berakhir dengan dijatuhkannya hukuman tertinggi.
5.1. Vonis dan Pelaksanaan Eksekusi
Oen Bo-Hyun dijatuhi hukuman mati atas kejahatan-kejahatan serius yang telah dilakukannya. Pada tanggal 2 November 1995, hukuman mati terhadap dirinya dilaksanakan. Pada hari yang sama, sebanyak 19 penjahat kejam lainnya, termasuk sebagian besar anggota geng Chijon, juga dieksekusi. Eksekusi massal ini menandai komitmen pemerintah Korea Selatan untuk menindak tegas kejahatan-kejahatan berat, khususnya yang melibatkan kekerasan brutal dan mengancam keamanan publik.