1. Tinjauan Umum
Pak Hwasŏng (박화성Pak Hwa-seongBahasa Korea, 1904-1988), yang nama lahirnya adalah Pak Kyŏngsun (박경순Pak Gyeong-sunBahasa Korea), adalah seorang novelis, penulis cerita pendek, dan esais terkemuka asal Korea Selatan. Ia adalah saksi mata penting bagi sejarah Korea, termasuk masa Korea di bawah kekuasaan Jepang dan Perang Korea, di mana pengalaman-pengalaman ini sangat memengaruhi karya-karyanya. Karyanya secara konsisten menyoroti isu-isu sosial dan situasi khusus perempuan yang terjebak dalam keadaan di luar kendali mereka. Sebagai salah satu sastrawan terkemuka pada tahun 1930-an, Pak Hwasŏng berfokus pada penggambaran kehidupan perempuan yang mandiri, mengkritik realitas opresif yang dihadapi perempuan, dan mengungkap kontradiksi sosial. Filosofi sastranya mencerminkan kepedulian mendalam terhadap kelompok rentan dan advokasi untuk kemajuan sosial.
2. Kehidupan
Perjalanan hidup Pak Hwasŏng ditandai oleh pengalaman-pengalaman penting yang membentuk pandangan dunianya dan memengaruhi karya-karya sastranya, mulai dari kelahirannya di masa Kekaisaran Korea hingga karier profesionalnya sebagai penulis yang berdedikasi.
2.1. Kelahiran dan Latar Belakang
Pak Hwasŏng lahir pada 12 Mei 1904, di Muan-bu, Jeollanam-do, Kekaisaran Korea (sekarang bagian dari Mokpo, Korea Selatan). Nama aslinya adalah Pak Kyŏngsun (박경순Pak Gyeong-sunBahasa Korea), dan ia berasal dari klan Miryang Pak (밀양 박씨Miryang Bak-ssiBahasa Korea). Ia juga dikenal dengan nama pena Soyoung (소영SoyoungBahasa Korea).
2.2. Pendidikan
Ia menempuh pendidikan di Sookmyung Girls' High School (숙명여자고등보통학교Sukmyeong Yeoja Godeung Botong HakgyoBahasa Korea) dan berhasil lulus dari sekolah tersebut. Pada tahun 1926, ia melanjutkan studinya di Departemen Bahasa Inggris Universitas Wanita Nihon (日本女子大学Nihon Joshi DaigakuBahasa Jepang) di Jepang. Selama di Jepang, ia juga aktif bergabung dengan cabang Tokyo dari organisasi Kŭnuhoe (근우회GeunuhoeBahasa Korea), sebuah organisasi perempuan yang berjuang untuk hak-hak perempuan dan kemerdekaan Korea. Namun, ia tidak dapat menyelesaikan studinya dan memutuskan untuk kembali ke Korea.
2.3. Karier Awal dan Debut Sastra
Sekembalinya ke Korea, Pak Hwasŏng aktif bekerja sebagai pendidik di berbagai sekolah dan terlibat dalam berbagai organisasi sastra. Debut sastranya terjadi pada tahun 1925 dengan penerbitan cerita pendeknya, 《추석 전야》 (추석 전야Ch'usŏk chŏnyaBahasa Korea, "Malam Hari Raya Panen Musim Gugur"), di majalah sastra 《조선문단》 (조선문단Chosŏn mundanBahasa Korea, "Dunia Sastra Joseon"). Karya ini menandai awal karier menulisnya yang produktif dan berpengaruh.
3. Aktivitas Sastra dan Karya
Sepanjang kariernya, Pak Hwasŏng menunjukkan dedikasi yang tinggi terhadap dunia sastra, menghasilkan berbagai karya signifikan yang seringkali menyoroti situasi perempuan dan realitas sosial di Korea.
3.1. Karya-karya Utama
Pak Hwasŏng adalah penulis yang produktif, menghasilkan banyak novel, cerita pendek, dan esai. Karya-karya utamanya meliputi:
- 《추석 전야》 (추석 전야Ch'usŏk chŏnyaBahasa Korea, "Malam Hari Raya Panen Musim Gugur"), 1925. Ini adalah cerita debutnya, yang mengisahkan kehidupan seorang gadis yang bekerja di pabrik tekstil.
- 《사랑》 (사랑SarangBahasa Korea, "Cinta").
- 《타오르는 별》 (타오르는 별Taoreuneun ByeolBahasa Korea, "Bintang yang Terbakar").
- 《Hongsu chŏnhu》 (홍수 전후Hongsu JeonhuBahasa Korea, "Sebelum dan Sesudah Banjir"), 1932.
- 《Paekhwa》 (백화BaekhwaBahasa Korea, "Bunga Putih"), 1932. Karya ini diserialkan di surat kabar Dong-a Ilbo (동아일보Dong-a IlboBahasa Korea).
- 《고향 없는 사람들》 (고향 없는 사람들Kohyang ŏmnŭn saramdŭlBahasa Korea, "Orang-orang Tanpa Tanah Air"), 1936.
- 《Hyuhwasan》 (휴화산HyuhwasanBahasa Korea, "Gunung Berapi Tidak Aktif"), 1977.
- 《눈보라의 운ha》 (눈보라의 운하Nunboraui UnhaBahasa Korea, "Kanal Badai Salju").
4. Filosofi Sastra dan Tema
Gagasan inti, nilai-nilai, dan visi artistik Pak Hwasŏng membentuk karya sastranya, dengan penekanan kuat pada pandangannya terhadap masyarakat dan kondisi perempuan di Korea.
4.1. Kepedulian Sosial dan Pengalaman Perempuan
Pak Hwasŏng dikenal sebagai salah satu sastrawan terkemuka yang mewakili sastra Korea pada tahun 1930-an. Ia secara konsisten berfokus pada subjek perempuan, mengadvokasi kehidupan yang berpusat pada perempuan, dan mengkritik struktur sosial yang menindas. Karyanya secara tajam mengungkap masalah sosial dan kontradiksi dalam masyarakat, menyoroti pengalaman hidup perempuan yang seringkali terkekang oleh keadaan di luar kendali mereka. Ia menunjukkan kepedulian mendalam terhadap kelompok rentan dan berupaya menyuarakan perjuangan mereka melalui tulisan-tulisannya, menjadikannya suara penting bagi hak-hak perempuan dan kemajuan sosial.
4.2. Gaya Sastra dan Tren Karya
Gaya penulisan Pak Hwasŏng mengalami evolusi sepanjang kariernya. Karya-karya awalnya memiliki nuansa sastra kecenderungan (경향 문학gyeonghyang munhakBahasa Korea), yang cenderung berfokus pada kritik sosial dan realitas kelas, mencerminkan kepeduliannya terhadap isu-isu sosial. Namun, dalam karya-karya selanjutnya, ia juga mengeksplorasi tema-tema romansa perkotaan, menunjukkan keragaman dalam pendekatan sastranya dan kemampuannya untuk beradaptasi dengan tren sastra yang berbeda.
5. Hubungan Keluarga
Pak Hwasŏng memiliki seorang kakak laki-laki bernama Park Je-min (박제민Pak Je-minBahasa Korea). Putra keduanya adalah Cheon Seung-se (천승세Cheon Seung-seBahasa Korea), seorang penulis drama dan novelis yang lahir pada tahun 1939 dan meninggal pada 27 November 2020.
6. Penghargaan dan Pengakuan
Sepanjang karier sastranya yang panjang dan berpengaruh, Pak Hwasŏng menerima berbagai penghargaan dan pengakuan atas kontribusinya yang signifikan terhadap sastra Korea:
- 1958: Penghargaan Kebudayaan Kota Mokpo (목포시문화상Mokpo-si MunhwasangBahasa Korea).
- 1966: Penghargaan Sastra Korea (한국문학상Hanguk MunhaksangBahasa Korea).
- 1970: Penghargaan Seni Republik Korea (대한민국예술원상Daehanminguk YesulwonsangBahasa Korea).
- 1984: Penghargaan Kebudayaan 3.1 (3·1문화상Sam-il MunhwasangBahasa Korea).
7. Kematian
Pak Hwasŏng meninggal dunia pada 30 Januari 1988, meninggalkan warisan sastra yang kaya dan berpengaruh.
8. Evaluasi dan Warisan
Pak Hwasŏng meninggalkan warisan sastra yang signifikan dalam sejarah sastra Korea. Karyanya tidak hanya berfungsi sebagai catatan sejarah penting tentang masa-masa sulit di Korea, tetapi juga sebagai suara yang kuat bagi hak-hak perempuan dan kemajuan sosial. Melalui penggambaran yang jujur tentang ketidakadilan dan realitas yang dihadapi perempuan, ia memberikan kontribusi besar dalam membentuk kesadaran sosial dan mendorong perubahan. Ia dikenang sebagai penulis yang berani menantang norma-norma sosial dan memperjuangkan martabat manusia, menjadikannya figur penting dalam gerakan sastra yang berorientasi pada keadilan sosial dan kesetaraan gender di Korea.
9. Pranala Luar
- [https://100.daum.net/encyclopedia/view/14XXE0021382 Ensiklopedia Kebudayaan Nasional Korea]