1. Kehidupan
Pangeran Hisaaki menjalani hidup yang penuh dengan perubahan politik dan kultural, mulai dari kelahirannya sebagai seorang pangeran hingga pengangkatannya sebagai shogun yang nominal, keterlibatannya dalam lingkaran kebudayaan, hingga pengunduran diri dan kematiannya yang masih dihormati oleh keshogunan.
1.1. Kelahiran dan Latar Belakang
Pangeran Hisaaki dilahirkan pada tanggal 19 Oktober 1276 sebagai putra ketujuh dari Kaisar Go-Fukakusa, kaisar ke-89 Jepang. Ibunya adalah Sanjō Fusako, putri dari Sanjō Kimichika. Meskipun Sanjō Kimichika adalah mantan naidaijin dan cucu dari Saionji Kintsune, status sosial ibunya dianggap lebih rendah dibandingkan wanita dari keluarga Saionji yang menjadi permaisuri atau selir utama Kaisar Go-Fukakusa. Kondisi ini menyebabkan Pangeran Hisaaki awalnya tidak menerima proklamasi sebagai Pangeran Kekaisaran (親王宣下Shinno SenkaBahasa Jepang).
Pada September 1289, sepupunya, mantan shogun Pangeran Koreyasu, diberhentikan dari jabatannya dan dikirim kembali ke Kyoto. Alasan pasti pencopotan Pangeran Koreyasu tidak jelas, tetapi ada beberapa teori. Salah satu teori menyebutkan bahwa ini adalah bagian dari upaya keluarga kekaisaran dari garis Jimyōin-tō untuk mengkonsolidasikan kekuatan mereka setelah Kaisar Fushimi, kakak tiri Hisaaki, naik takhta pada tahun 1287 dan lembaga pemerintahan tertutup (insei) Go-Fukakusa dibentuk. Teori lain mengindikasikan bahwa ini mungkin terkait dengan urusan Keshogunan, di mana Taira no Yoritsuna, yang telah mengalahkan Adachi Yasumori dalam Pergolakan Shimotsuki tahun 1285, melihat Kaisar Kameyama dari garis Daikaku-ji sebagai ancaman. Koreyasu dianggap dekat dengan garis Daikaku-ji karena kedua saudara perempuannya, Puteri Rinshi dan Puteri Zuishi, menjadi selir Kaisar Go-Uda. Ada pula teori yang menyebutkan bahwa pencopotan Pangeran Koreyasu adalah akibat dari upaya pemberontakan yang tidak berhasil darinya.
Dengan keputusan pengangkatannya sebagai shogun, Pangeran Hisaaki yang saat itu berusia 13 tahun, secara resmi mendapatkan statusnya. Pada tanggal 1 Oktober 1289, ia menerima proklamasi sebagai Pangeran Kekaisaran (親王宣下Shinno SenkaBahasa Jepang), kemudian pada tanggal 6 Oktober ia menjalani upacara kedewasaan (genpuku), dan pada tanggal 9 Oktober, ia secara resmi dilantik sebagai Seii Taishogun (征夷大将軍宣下Seii Taishōgun SenkaBahasa Jepang). Sehari setelah pelantikannya, pada tanggal 10 Oktober, ia berangkat menuju Kamakura.
1.2. Pengangkatan sebagai Shogun dan Situasi Politik
Setelah dilantik, Pangeran Hisaaki tiba di Kamakura untuk memulai tugasnya sebagai shogun. Orang yang bertugas menyambut Pangeran Hisaaki ke Kamakura adalah Iinuma Sukemune, putra kedua dari Taira no Yoritsuna. Tidak jelas apakah ini terkait dengan perannya, tetapi Sukemune kemudian diangkat sebagai Kebiishi, sebuah penunjukan yang tidak biasa bagi seorang gokenin. Setelah tiba di Kyoto, Sukemune memimpin pasukan dan mengunjungi istana Kaisar dan kantor Kebiishi Betto, menunjukkan kekuasaannya dan menggunakan penunjukan shogun sebagai demonstrasi peningkatan status keluarganya.
Pada awal masa kekuasaan Pangeran Hisaaki, pemerintahan keshogunan didominasi oleh kebijakan yang dikenal sebagai "pemerintahan teror" oleh Taira no Yoritsuna. Namun, empat tahun kemudian, Yoritsuna dan putranya, Sukemune, digulingkan dan dihancurkan dalam Pergolakan Heizen (平禅門の乱Heizen-mon no RanBahasa Jepang). Setelah peristiwa itu, kekuasaan tertinggi dalam keshogunan dipegang oleh Hōjō Sadatoki, seorang tokusō (kepala klan Hōjō dan juga shikken ke-9). Terlepas dari perubahan dalam struktur kekuasaan ini, posisi shogun tetap nominal dan hanya berfungsi sebagai simbol, tanpa memegang kekuasaan politik yang sesungguhnya.
1.3. Aktivitas Budaya Selama Menjabat
Meskipun kekuasaan politik Pangeran Hisaaki sangat terbatas selama masa jabatannya, ia memainkan peran penting dalam kegiatan budaya di Kamakura, khususnya dalam bidang puisi waka. Ia dikenal sebagai murid puisi waka dari Reizei Tameie dan menjadi pusat dari lingkaran puisi Kamakura. Pangeran Hisaaki sering mengadakan pertemuan puisi (utakai) di kediamannya, dan bahkan Hōjō Sadatoki diketahui telah menulis beberapa puisi waka di sana. Sebanyak 22 puisi waka ciptaan Pangeran Hisaaki dimasukkan dalam delapan antologi kekaisaran (Chokusen-shū), termasuk Shin Gosen Wakashū, Gyokuyō Wakashū, dan Zoku Senzai Wakashū.
Pada tahun 1295 (Era Einin), Pangeran Hisaaki menikah dengan Nakagoso (中御所 (久明親王室)NakagosoBahasa Jepang), putri dari mantan shogun Pangeran Koreyasu. Pernikahan ini secara formal menciptakan hubungan turun-temurun antara Pangeran Hisaaki dan Pangeran Koreyasu, meskipun hanya bersifat simbolis. Nakagoso melahirkan penerusnya, Pangeran Morikuni, pada bulan Mei 1301. Namun, ia meninggal pada bulan Juli 1306 karena keguguran.
1.4. Pengunduran Diri dan Kematian
Pada bulan Agustus 1308 (Era Enkyō), Pangeran Hisaaki diberhentikan dari jabatan shogun oleh Hōjō Sadatoki. Setelah itu, ia dikirim kembali ke Kyoto dan menjadi seorang biksu. Sebagai gantinya, putranya, Pangeran Morikuni, yang saat itu berusia delapan tahun, diangkat menjadi shogun. Alasan pasti dan kronologi pergantian shogun ini tidak secara jelas dicatat. Namun, diperkirakan bahwa pergantian ini mungkin terkait dengan Pergolakan Kagen yang terjadi tiga tahun sebelumnya pada tahun 1305. Dalam peristiwa itu, pembunuhan Hōjō Tokimura secara formal diperintahkan oleh shogun (meskipun pada kenyataannya adalah keinginan Sadatoki). Oleh karena itu, pergantian shogun mungkin merupakan bagian dari upaya untuk menstabilkan situasi politik setelah kekacauan tersebut atau untuk menghilangkan kekhawatiran terhadap penerus Hōjō, Hōjō Takatoki. Ini juga bisa menjadi langkah untuk mengukuhkan suksesi shogun dari garis kekaisaran Jimyōin-tō.
Berbeda dengan para shogun kekaisaran sebelumnya, seperti Pangeran Munetaka dan Pangeran Koreyasu, yang dikirim kembali ke Kyoto dengan cara yang hampir seperti pengusiran, Pangeran Hisaaki tampaknya mempertahankan hubungan yang damai dengan Keshogunan setelah kembali ke Kyoto. Ketika ia meninggal pada tanggal 16 November 1328, di usia 53 tahun, Keshogunan Kamakura menghentikan semua urusan selama 50 hari sebagai tanda berkabung. Selain itu, sebuah upacara peringatan seratus hari untuknya diadakan di Kamakura pada Januari tahun berikutnya, menunjukkan rasa hormat yang berkelanjutan dari Keshogunan terhadapnya.
2. Silsilah
Silsilah Pangeran Hisaaki memberikan gambaran tentang garis keturunan kekaisaran dan hubungannya dengan klan-klan penting di zamannya.
2.1. Keluarga Dekat
- Ayah: Kaisar Go-Fukakusa
- Ibu: Sanjō Fusako (putri dari Sanjō Kimichika)
- Ayah Angkat: Pangeran Koreyasu (sesuai tradisi penunjukan shogun kekaisaran)
- Istri: Nakagoso (meninggal 1306), putri dari Pangeran Koreyasu
- Selir: Reizei no Tsubone, juga dikenal sebagai putri dari Reizei Tameie
- Anak-anak:
- Pangeran Morikuni (1301-1333), putra dari Nakagoso.
- Pangeran Kurayoshi (1310-?), putra dari putri Reizei Tameie (Reizei no Tsubone).
- Pangeran Hisayoshi (1310-1347).
- Pangeran Hiroaki (meninggal 1348).
- Pangeran Kiyozumi.
- Shōe, yang menjadi Tendai Zasu setelah runtuhnya Keshogunan Kamakura, juga dipercaya oleh beberapa sumber sebagai putra dari Pangeran Hisaaki.
2.2. Leluhur
Berikut adalah silsilah leluhur Pangeran Hisaaki:
Leluhur | |
---|---|
Pangeran Hisaaki | |
Ayah: Kaisar Go-Fukakusa | |
Kakek dari pihak ayah: Kaisar Go-Saga | |
Kakek buyut dari pihak ayah: Kaisar Tsuchimikado | |
Leluhur generasi ke-4 dari pihak ayah: Kaisar Go-Toba | |
Leluhur generasi ke-4 dari pihak ayah: Minamoto no Zaishi | |
Kakek buyut dari pihak ayah: Minamoto no Tsūshi | |
Leluhur generasi ke-4 dari pihak ayah: Minamoto no Tsūmune | |
Nenek dari pihak ayah: Saionji Kisshi | |
Kakek buyut dari pihak ayah: Saionji Saneshi | |
Leluhur generasi ke-4 dari pihak ayah: Saionji Kintsune | |
Leluhur generasi ke-4 dari pihak ayah: Ichijō Zenshi | |
Kakek buyut dari pihak ayah: Shijō Teishi | |
Leluhur generasi ke-4 dari pihak ayah: Shijō Takahira | |
Leluhur generasi ke-4 dari pihak ayah: Putri Bōmon Nobukiyo | |
Ibu: Sanjō Fusako | |
Kakek dari pihak ibu: Sanjō Kimichika | |
Kakek buyut dari pihak ibu: Sanjō Sanesane | |
Leluhur generasi ke-4 dari pihak ibu: Sanjō Kimifusa | |
Leluhur generasi ke-4 dari pihak ibu: Putri tertua Nakahima Tadachika | |
Kakek buyut dari pihak ibu: Putri kedua Saionji Kintsune | |
Leluhur generasi ke-4 dari pihak ibu: Saionji Kintsune |
2.3. Keturunan
Pangeran Hisaaki memiliki beberapa keturunan yang melanjutkan garis keluarganya, meskipun dengan peran dan status yang berbeda:
- Pangeran Morikuni (1301-1333) adalah putra sulungnya dari Nakagoso dan menggantikannya sebagai shogun ke-9 Keshogunan Kamakura.
- Pangeran Kurayoshi (1310-?), putra dari putri Reizei Tameie, memiliki keturunan yang dikenal. Salah satu cucunya, putra kedua Pangeran Kurayoshi, adalah Minamoto no Muneaki yang menerima penurunan status ke klan Minamoto (臣籍降下shinseki kōkaBahasa Jepang) dan kemudian mencapai pangkat tinggi sebagai Juichii Gon-Dainagon (従一位権大納言Juichii Gon-DainagonBahasa Jepang).
- Pangeran Hiroaki (meninggal 1348) dikenal sebagai Gotsuji-no-miya (五辻宮Gotsuji-no-miyaBahasa Jepang). Keturunannya termasuk Tomiaki-ō (富明王Tomiaki-ōBahasa Jepang), yang juga dikenal sebagai Pangeran Tomiaki (富明親王Tomiaki ShinnōBahasa Jepang), serta individu-individu seperti Kuze, Gotsuji Nyūdō no Miya, Tsukushi no Miya sō, dan Narihiro.
- Shōe, seorang biksu yang menjadi Tendai Zasu (kepala biara utama aliran Tendai) setelah runtuhnya Keshogunan Kamakura, juga ada teori yang menyebutkan bahwa ia adalah putra Pangeran Hisaaki.
3. Jabatan Resmi dan Periode Berkuasa
Pangeran Hisaaki memegang berbagai jabatan resmi dan pangkat selama hidupnya, yang semuanya tercatat dalam riwayat istana dan keshogunan. Masa kekuasaannya sebagai shogun ditandai oleh beberapa nama era (nengō) yang berbeda.
3.1. Riwayat Jabatan Utama
Berikut adalah riwayat jabatan dan pangkat utama yang diemban oleh Pangeran Hisaaki:
- 1289 (Era Shōō ke-2)**
- 1 Oktober: Diproklamasikan sebagai Pangeran Kekaisaran (立親王ritsu shinnōBahasa Jepang), menjalani upacara kedewasaan (genpuku), dan dianugerahi pangkat Sanpon (三品sanponBahasa Jepang, peringkat ketiga).
- 9 Oktober: Diproklamasikan sebagai Seii Taishogun (征夷大将軍宣下Seii Taishōgun SenkaBahasa Jepang).
- 1295 (Era Einin ke-3)**
- Dianugerahi pangkat Nihon (二品nihonBahasa Jepang, peringkat kedua).
- 1297 (Era Einin ke-5)**
- 17 Desember: Dianugerahi pangkat Ippon (一品ipponBahasa Jepang, peringkat pertama) dan diangkat sebagai Shikibu-kyō (式部卿Shikibu-kyōBahasa Jepang, kepala Biro Urusan Sipil).
- 1308 (Era Enkyō ke-1)**
- 4 Agustus: Mengundurkan diri dari jabatan Seii Taishogun.
3.2. Era Pemerintahan
Berikut adalah nama-nama era Jepang (nengō) yang digunakan selama Pangeran Hisaaki menjabat sebagai shogun:
- Shōō (1288-1293)
- Einin (1293-1299)
- Shōan (1299-1302)
- Kengen (1302-1303)
- Kagen (1303-1306)
- Tokuji (1306-1308)
- Enkyō (1308-1311)
3.3. Shikken Selama Menjabat
Selama masa jabatan Pangeran Hisaaki sebagai shogun, kekuasaan aktual di Keshogunan Kamakura dipegang oleh para shikken dari klan Hōjō. Berikut adalah daftar shikken yang berkuasa pada periode tersebut:
- Hōjō Sadatoki (Tokusō dan shikken ke-9)
- Hōjō Morotoki (shikken ke-10)
4. Penilaian dan Pengaruh
Meskipun Pangeran Hisaaki memegang gelar shogun, peran dan pengaruhnya secara politik sangat dibatasi oleh klan Hōjō. Namun, kehadirannya tetap memiliki dampak, baik secara langsung maupun tidak langsung, terhadap politik dan budaya di zamannya, serta warisannya di kemudian hari.
4.1. Penilaian Sejarah
Dari sudut pandang sejarah, masa jabatan Pangeran Hisaaki sebagai shogun sebagian besar dinilai sebagai periode di mana ia berfungsi sebagai pemimpin nominal atau simbolis. Ia tidak memiliki kekuasaan politik yang sesungguhnya dan keputusannya dikendalikan oleh para shikken Hōjō. Peran ini adalah cerminan dari sistem yang didirikan oleh Keshogunan Kamakura, di mana seorang pangeran kekaisaran diangkat sebagai shogun untuk memberikan legitimasi kepada pemerintahan militer, sementara kekuasaan nyata tetap berada di tangan klan Hōjō.
Keterbatasan perannya terlihat jelas dalam peristiwa seperti Pergolakan Kagen (1305), di mana keputusan formal untuk mengeksekusi Hōjō Tokimura dilakukan atas "perintah shogun," padahal sebenarnya itu adalah kehendak Hōjō Sadatoki. Ini menunjukkan bagaimana posisi Pangeran Hisaaki dimanfaatkan sebagai alat oleh kekuatan di belakang layar untuk tujuan politik mereka. Penilaian ini juga menyoroti dinamika kekuasaan yang kompleks antara istana kekaisaran di Kyoto dan keshogunan militer di Kamakura.
4.2. Pengaruh di Kemudian Hari
Meskipun perannya terbatas, keberadaan Pangeran Hisaaki sebagai shogun kekaisaran memiliki dampak pada perkembangan politik di kemudian hari, terutama menjelang keruntuhan Keshogunan Kamakura. Salah satu pengaruh utamanya adalah dalam tradisi penunjukan shogun dari garis kekaisaran, yang dilanjutkan oleh putranya, Pangeran Morikuni. Meskipun sistem ini pada akhirnya tidak dapat mencegah keruntuhan Keshogunan, ia memperkuat gagasan bahwa shogun idealnya harus memiliki hubungan langsung dengan keluarga kekaisaran.
Berbeda dengan para shogun kekaisaran sebelumnya yang hubungannya dengan keshogunan menjadi tegang setelah mereka diberhentikan, Pangeran Hisaaki mampu menjaga hubungan yang relatif damai dengan Keshogunan bahkan setelah pengunduran dirinya. Ini mungkin mencerminkan perubahan dalam kebijakan Keshogunan atau karakter pribadi Pangeran Hisaaki itu sendiri, yang memungkinkan transisi yang lebih mulus dan mencegah konflik lebih lanjut antara istana dan Keshogunan.
Selain itu, Pangeran Hisaaki juga memiliki pengaruh budaya. Keterlibatannya dalam lingkaran puisi waka Kamakura tidak hanya melestarikan tradisi seni, tetapi juga membantu menautkan budaya istana dengan budaya militer yang berkembang di Kamakura. Ia juga memberikan karakter dalam namanya (hen'i) kepada individu-individu penting. Salah satu contoh yang dikenal adalah Hōjō Hisatok (北条久時Hōjō HisatokBahasa Jepang). Dalam tradisi klan Akahashi Hōjō, para kepala keluarga secara turun-temurun membentuk hubungan eboshioya-ko (hubungan mentor-murid simbolis) dengan shogun kekaisaran, di mana mereka menerima satu karakter dari nama shogun. Ayah Hisatok, Hōjō Yoshimune, menerima nama dari Pangeran Munetaka, dan putra Hisatok, Hōjō Moritoki, menerima nama dari Pangeran Morikuni, menegaskan pola ini. Meskipun Hisatok mungkin telah dewasa ketika menerima pangkatnya, tradisi hen'i ini tetap menjadi bagian dari hubungan antara keshogunan dan keluarga kekaisaran.