1. Gambaran Umum
Paus Yohanes XXI, yang lahir dengan nama Pedro Julião, adalah satu-satunya Paus berdarah Portugal dalam sejarah Gereja Katolik. Ia menjabat sebagai Uskup Roma dan kepala Gereja Katolik dari 8 September 1276 hingga kematiannya pada 20 Mei 1277. Dikenal luas sebagai seorang sarjana terkemuka, ia sering diidentifikasi dengan ahli logika dan ahli obat herbal Petrus Hispanus, menjadikannya satu-satunya Paus yang pernah berprofesi sebagai seorang dokter. Masa kepausannya yang singkat ditandai dengan upaya rekonsiliasi gerejawi, dorongan untuk perdamaian antarnegara Kristen, dan misi diplomatik, meskipun sebagian besar pemerintahannya dipengaruhi oleh Kardinal Giovanni Gaetano Orsini. Warisannya mencakup kontribusi signifikan dalam bidang logika dan kedokteran, yang terus dipelajari selama berabad-abad, serta penyebutan dalam karya sastra terkenal seperti Divine Comedy karya Dante Alighieri.

2. Kehidupan Awal dan Latar Belakang
Pedro Julião lahir di Lisbon, Portugal, antara tahun 1210 dan 1220. Ia adalah putra dari Julião Pais, seorang kanselir pada masa pemerintahan Sancho I dari Portugal dan Afonso I dari Portugal, serta istrinya, Mor Mendes. Lingkungan keluarganya yang berpendidikan dan posisinya di Lisbon membentuk dasar bagi perjalanan intelektualnya di kemudian hari.
2.1. Pendidikan dan Penjelajahan Akademis
Pedro Julião memulai pendidikannya di sekolah episkopal yang berafiliasi dengan Katedral Lisbon. Setelah itu, ia melanjutkan studinya di Universitas Paris, meskipun beberapa sejarawan berpendapat bahwa ia menempuh pendidikan di Montpellier. Di mana pun ia belajar, fokus utamanya adalah pada bidang kedokteran, teologi, logika, fisika, metafisika, dan dialektika Aristoteles. Keahliannya yang mendalam dalam berbagai disiplin ilmu ini mengukuhkan reputasinya sebagai seorang sarjana yang berpengetahuan luas.
3. Karier Akademis sebagai Petrus Hispanus
Pedro Julião secara tradisional dan umum diidentifikasi dengan penulis medis Petrus Hispanus (Petrus HispanusBahasa Latin; Pedro HispanoBahasa Portugis), sebuah sosok penting dalam pengembangan logika dan farmakologi. Di bawah identitas ini, ia menjadi seorang sarjana yang sangat berpengaruh pada masanya, terutama melalui karya-karyanya di bidang logika dan kedokteran. Ia mengajar di Universitas Siena pada tahun 1240-an.
3.1. Logika dan "Summulae Logicales"
Karyanya yang paling berpengaruh adalah Summulae Logicales (Ringkasan Logika), sebuah buku teks universitas tentang logika Aristotelian yang digunakan selama tiga abad berikutnya di seluruh universitas di Eropa. Buku ini dianggap sebagai salah satu karya logika skolastik paling representatif yang diterbitkan pada abad ke-13 di Eropa, dan hingga kini menjadi bacaan wajib untuk memahami dasar-dasar keilmuan Eropa Abad Pertengahan.
3.2. Kedokteran dan Karya Lainnya
Selain kontribusinya dalam logika, Pedro Julião juga seorang dokter yang terampil. Ia menulis beberapa karya medis, termasuk Thesaurus Pauperum (Harta Karun Orang Miskin), yang merupakan salah satu panduan paling komprehensif tentang metode kontrasepsi dan cara memicu menstruasi pada masanya. Banyak metode yang dijelaskan dalam karyanya dianggap sangat efektif bahkan berdasarkan penelitian modern, menunjukkan bahwa wanita di Zaman Klasik mungkin memiliki kontrol kelahiran yang lebih baik dari yang diperkirakan sebelumnya. Meskipun demikian, beberapa pihak meragukan apakah Thesaurus Pauperum benar-benar ditulis oleh Yohanes XXI. Selain itu, ia juga memiliki karya-karya tentang oftalmologi (ilmu mata) yang masih ada hingga saat ini.
4. Pelayanan Gerejawi dan Kerajaan
Setelah kembali ke Lisbon, Pedro Julião menjadi penasihat dan juru bicara Raja Afonso III dari Portugal dalam urusan gereja di istana. Ia kemudian menjabat sebagai Prior di Guimarães dan Ardiakon di Vermoim (Vermuy) di Keuskupan Agung Braga. Ia pernah berusaha menjadi Uskup Lisbon namun tidak berhasil. Sebagai gantinya, ia menjadi Kepala Sekolah Lisbon. Karier gerejawinya terus menanjak ketika ia diangkat menjadi dokter pribadi Paus Gregorius X pada awal masa kepausannya. Pada Maret 1273, ia terpilih sebagai Uskup Agung Braga, namun tidak mengambil jabatan tersebut.
5. Masa Kardinal
Pada 3 Juni 1273, Paus Gregorius X mengangkat Pedro Julião sebagai Kardinal-Uskup Tusculum (Frascati). Sebagai seorang Kardinal, ia memainkan peran penting dalam Kurial Romawi dan terlibat dalam berbagai urusan Gereja sebelum pemilihannya sebagai Paus.
6. Masa Kepausan
6.1. Pemilihan dan Masa Jabatan
Setelah kematian Paus Adrianus V pada 18 Agustus 1276, Pedro Julião terpilih sebagai Paus pada 8 September 1276. Ia dinobatkan seminggu kemudian, pada 20 September. Masa kepausannya sangat singkat, hanya berlangsung delapan bulan, dari September 1276 hingga kematiannya pada 20 Mei 1277. Yohanes XXI adalah Paus ke-20 yang menggunakan nama "Yohanes", tetapi ia secara keliru diberi nomor "XXI" karena adanya kesalahan penghitungan dalam daftar Paus sebelumnya, di mana nama "Yohanes XX" dilewatkan.
6.2. Kebijakan dan Tindakan Utama
Meskipun masa jabatannya singkat, Yohanes XXI melakukan beberapa tindakan penting. Salah satu keputusannya adalah membatalkan dekret yang baru saja disahkan pada Konsili Lyon Kedua (1274). Dekret tersebut tidak hanya membatasi kardinal dalam kesendirian sampai mereka memilih Paus pengganti, tetapi juga secara progresif membatasi pasokan makanan dan anggur mereka jika musyawarah berlangsung terlalu lama. Ia juga berupaya meluncurkan Perang Salib untuk Tanah Suci, mendorong penyatuan dengan Gereja Timur, dan berusaha keras menjaga perdamaian di antara negara-negara Kristen. Selain itu, ia mengekskomunikasi Afonso III dari Portugal karena campur tangan dalam pemilihan episkopal dan mengirim utusan ke Kublai Khan. Ia juga merencanakan misi untuk mengkonversi suku Tatar, namun meninggal sebelum misi tersebut dapat dimulai.
6.3. Administrasi dan Pengaruh Kepausan
Sebagian besar masa kepausan Yohanes XXI yang singkat didominasi oleh Kardinal Giovanni Gaetano Orsini, yang kemudian menjadi penggantinya sebagai Paus Nikolaus III. Yohanes XXI sendiri lebih suka menyendiri untuk melakukan studi medisnya, sehingga ia membangun sebuah apartemen tambahan di Istana Kepausan di Viterbo. Fokusnya pada studi pribadi menyebabkan ia menyerahkan banyak urusan administrasi gereja kepada Kardinal Orsini.
7. Kematian
Pada 14 Mei 1277, saat Paus Yohanes XXI sedang sendirian di apartemen barunya di Istana Kepausan di Viterbo, langit-langit bangunan tersebut runtuh. Paus berhasil diselamatkan hidup-hidup dari bawah reruntuhan, namun ia meninggal karena luka-luka serius yang dideritanya pada 20 Mei 1277. Kematiannya kemungkinan merupakan kasus awal yang tercatat dari sindrom remuk.

Ia dimakamkan di Katedral Viterbo, di mana makamnya masih dapat dilihat hingga saat ini. Sarkofagus porfiri aslinya dihancurkan selama renovasi katedral pada abad ke-16 dan diganti dengan yang lebih sederhana dari batu dengan patung Paus. Pada abad ke-19, Adipati Saldanha, sebagai Duta Besar Portugal untuk Takhta Suci, memindahkan jenazah Paus ke sarkofagus baru yang dipahat oleh Filippo Gnaccarini. Pada tahun 2000, Dewan Kota Lisbon, yang dipimpin oleh Walikota João Soares, berhasil membangun monumen pemakaman baru dari batu lioz, yang dihiasi dengan patung batu asli Paus, dan ditempatkan di lokasi yang lebih terhormat di transept katedral.
8. Warisan dan Evaluasi Sejarah
8.1. Penyebutan Sastra dan Rumor Pasca Kematian
Setelah kematiannya, beredar rumor bahwa Yohanes XXI sebenarnya adalah seorang necromancer (ahli sihir), sebuah kecurigaan yang sering ditujukan kepada beberapa sarjana di antara para Paus abad pertengahan, seperti Paus Silvester II. Dikatakan pula bahwa kematiannya adalah tindakan Tuhan, yang menghentikannya menyelesaikan sebuah risalah bidah. Namun, karena karya-karya "Petrus Hispanus" terus dipelajari dan dihargai, Dante Alighieri menempatkan "Pietro Spano" dalam Paradiso karyanya, di Lingkaran Matahari, bersama dengan roh-roh para sarjana agama besar lainnya.
8.2. Pengaruh Akademis dan Penilaian
Warisan intelektual Paus Yohanes XXI, terutama dalam bidang logika dan kedokteran, sangat signifikan. Karyanya, Summulae Logicales, menjadi buku teks standar selama berabad-abad dan membentuk dasar bagi studi logika di universitas-universitas Eropa. Meskipun ada perdebatan mengenai kepengarangan beberapa karya medisnya, keahliannya sebagai dokter diakui. Sejarawan modern dan kontemporer mengevaluasi kontribusinya sebagai seorang Paus dan sarjana, mengakui perannya dalam memajukan ilmu pengetahuan di zamannya, meskipun masa kepausannya singkat dan sebagian besar dipengaruhi oleh tokoh lain.