1. Kehidupan Awal dan Latar Belakang
Permaisuri Dou dilahirkan dalam sebuah keluarga di Qinghe Commandery (清河), yang kini merupakan bagian dari Hebei, Tiongkok. Nama aslinya tidak diketahui secara pasti, tetapi beberapa sumber menyebutnya sebagai Dou Yi (竇猗Bahasa Tionghoa) atau Dou Yifang (竇猗房Bahasa Tionghoa). Ia memiliki dua saudara laki-laki, Dou Zhangjun (竇長君) dan Dou Guangguo (竇廣國), yang juga dikenal dengan nama kehormatan Shaojun (少君). Meskipun keluarganya awalnya miskin, mereka berasal dari garis keturunan bangsawan.
1.1. Masa Kecil dan Kehidupan sebagai Dayang Istana
Permaisuri Dou mengalami masa kecil yang sulit, termasuk kehilangan orang tua pada usia muda. Karena kecantikannya, ia dipanggil ke istana untuk melayani sebagai dayang di bawah Permaisuri Lü (juga dikenal sebagai Janda Permaisuri Lü), istri dari Kaisar Hui dari Han. Selama masa pelayanannya di istana, ia terpisah dari saudara-saudaranya dan tidak dapat bertemu mereka untuk waktu yang sangat lama.
Suatu ketika, Janda Permaisuri Lü memutuskan untuk memberikan beberapa dayang kepada para pangeran kekaisaran sebagai hadiah. Dou termasuk di antara dayang yang terpilih. Karena kampung halamannya berada di wilayah Kerajaan Zhao (sekarang Hebei tengah dan selatan), ia meminta kepada kasim yang bertanggung jawab untuk mengirimnya ke Zhao. Kasim itu setuju, tetapi kemudian lupa dan malah mengirimnya ke Kerajaan Dai (sekarang Shanxi utara dan Hebei barat laut), yang pada masa itu dianggap sebagai daerah terpencil. Ketika Dou mengetahui kesalahan ini, ia menangis dan tidak ingin pergi, tetapi tidak punya pilihan selain mematuhinya.
1.2. Reuni dengan Saudara
Kesalahan kasim itu ternyata menjadi keberuntungan besar bagi Dou. Di Kerajaan Dai, ia menjadi selir kesayangan Liu Heng, Pangeran Dai, yang kemudian menjadi Kaisar Wen dari Han. Ia melahirkan seorang putri bernama Liu Piao (kemudian dikenal sebagai Putri Guantao) dan dua putra, Liu Qi (kemudian menjadi Kaisar Jing dari Han) dan Liu Wu (kemudian menjadi Pangeran Liang).
Setelah Liu Heng naik takhta sebagai Kaisar Wen, salah satu hal pertama yang Permaisuri Dou lakukan adalah mencari saudara-saudaranya. Menemukan Dou Zhangjun tidaklah sulit. Namun, menemukan Dou Guangguo, adiknya, ternyata jauh lebih sulit. Guangguo sendiri harus menemukan kakaknya dalam salah satu kisah paling menyentuh di zaman kuno Tiongkok. Tak lama setelah Permaisuri Dou dipanggil sebagai dayang, ketika ia baru berusia empat atau lima tahun, Guangguo diculik dan dijual sebagai budak. Ia dijual dari satu rumah tangga ke rumah tangga lain lebih dari sepuluh kali. Akhirnya, ia dijual ke sebuah rumah tangga di ibu kota Chang'an. Di sana, ia mendengar berita bahwa permaisuri baru berasal dari Qinghe dan bermarga Dou. Ia kemudian menulis surat ke istana kekaisaran, memperkenalkan dirinya, dan menceritakan sebuah insiden ketika mereka masih kecil di mana mereka memanjat pohon murbei untuk mengumpulkan daunnya, dan ia terjatuh.
Permaisuri Dou memanggilnya dan menanyainya lebih lanjut untuk memastikan apakah ia benar-benar adiknya. Guangguo kemudian menceritakan detail perpisahan mereka: "Ketika kakak saya akan dipanggil ke barat ke Chang'an, kami berpamitan di stasiun utusan kekaisaran. Ia memandikan saya dan memberi saya makan untuk terakhir kalinya sebelum ia pergi." Mendengar ini, Permaisuri Dou segera memeluknya dan menangis, dan semua dayang serta kasimnya, melihat pemandangan yang menyentuh itu, ikut menangis. Ia kemudian memberikan banyak kekayaan kepada saudara-saudaranya dan membangunkan rumah-rumah mewah di Chang'an. Atas saran para pejabat yang telah menggulingkan Klan Lü dan khawatir akan terulangnya kembali penyalahgunaan kekuasaan oleh kerabat kekaisaran, saudara-saudara Dou diberi pendamping yang rendah hati dan berbudi luhur untuk memengaruhi mereka secara positif, dan mereka sendiri menjadi rendah hati dan berbudi luhur. Dou Guangguo kemudian diangkat sebagai Markis Zhangwu, dan putra Dou Zhangjun, Dou Pengzu, diangkat sebagai Markis Nanpi.
2. Kehidupan sebagai Selir dan Permaisuri
Hubungan Permaisuri Dou dengan Liu Heng dimulai ketika ia masih menjadi Pangeran Dai. Dou berhasil memenangkan kasih sayangnya dan melahirkan tiga anak. Kenaikannya menjadi permaisuri dan pengaruhnya terhadap Kaisar Wen merupakan bagian penting dari pemerintahannya.
2.1. Pernikahan dengan Kaisar Wen dan Anak-anak
Pada 180 SM, setelah Permaisuri Lü meninggal dunia dan Klan Lü digulingkan dalam Gangguan Klan Lü, Liu Heng diangkat sebagai kaisar baru, yang kemudian dikenal sebagai Kaisar Wen dari Han. Pada saat itu, permaisuri Liu Heng yang pertama di Dai, Permaisuri Dai, telah meninggal dunia bersama keempat putranya. Karena Liu Qi, putra sulung Permaisuri Dou, adalah putra tertua Kaisar Wen yang masih hidup, ia diangkat sebagai putra mahkota pada 179 SM. Mengikuti tradisi, Permaisuri Dou, sebagai ibu dari putra mahkota, diangkat menjadi permaisuri pada tahun yang sama.
2.2. Pengaruh sebagai Permaisuri
Sejak awal pemerintahan suaminya sebagai kaisar, atau bahkan ketika ia masih menjadi Pangeran Dai, Permaisuri Dou menjadi penganut setia filsafat Taoisme, terutama yang tercakup dalam tulisan-tulisan Lao Zi dan ajaran legendaris yang dikaitkan dengan Kaisar Kuning-yang dikenal sebagai aliran Huang-Lao. Ideologi ini menekankan prinsip ketidakbertindak (inaction) daripada tindakan, non-interferensi dengan orang lain dan alam, serta penghematan dalam hidup. Ia memerintahkan agar anak-anaknya (termasuk Pangeran Qi), cucu-cucu, dan anggota Klan Dou semuanya mempelajari tulisan-tulisan ini. Meskipun ia tidak dapat memerintahkan suaminya, Kaisar Wen, untuk melakukannya, Kaisar Wen sendiri sangat dipengaruhi oleh ide-ide Tao selama pemerintahannya.
Pada masa tuanya, Permaisuri Dou menderita kebutaan. Karena kondisi ini, kasih sayang Kaisar Wen terhadapnya mulai berkurang, dan ia lebih menyayangi selir-selir lain seperti Selir Shen dan Selir Yin. Ada sebuah insiden di mana Selir Shen diizinkan duduk sejajar dengan Permaisuri Dou dalam sebuah jamuan, yang membuat Yuan Ang, seorang pejabat yang menjunjung tinggi hierarki, memindahkan tempat duduk Selir Shen. Hal ini membuat Selir Shen marah dan Kaisar Wen tidak senang, tetapi Yuan Ang menjelaskan pentingnya menjaga perbedaan status antara permaisuri dan selir, yang akhirnya diterima oleh Kaisar Wen.
3. Permaisuri Dowager
Setelah kematian Kaisar Wen, Permaisuri Dou menjadi Janda Permaisuri. Status ini memberinya pengaruh besar terhadap putranya, Kaisar Jing, dan ia memainkan peran penting dalam administrasi pemerintahan, terutama dalam mendukung putranya, Liu Wu.
3.1. Pengaruh terhadap Kaisar Jing
Setelah Kaisar Wen meninggal pada 157 SM, Putra Mahkota Qi naik takhta sebagai Kaisar Jing dari Han, dan Permaisuri Dou menjadi janda permaisuri. Kaisar Jing sangat dipengaruhi oleh ibunya, baik dalam hal filosofi pemerintahan maupun politik, dan ia sebagian besar melanjutkan kebijakan ayahnya yang berlandaskan Taoisme. Ia juga mengangkat saudara laki-laki ibunya, Dou Guangguo, dan keponakan ibunya, Dou Pengzu (putra Zhangjun), sebagai markis.
3.2. Dukungan untuk Liu Wu dan Masalah Suksesi
Salah satu perhatian utama Janda Permaisuri Dou adalah kesejahteraan putra bungsunya, Liu Wu, yang pada saat itu telah diangkat sebagai Pangeran Liang. Atas sarannya, Kaisar Jing serius mempertimbangkan untuk menjadikan Liu Wu sebagai putra mahkota, meskipun pada akhirnya ia tidak melakukannya. Namun, Kerajaan Liang, karena dukungan kekaisaran dan lokasinya yang strategis sebagai lahan pertanian utama, menjadi sangat kaya dan makmur.
Pada 148 SM, Pangeran Wu, yang kontribusinya dalam memukul mundur pemberontak selama Pemberontakan Tujuh Negara telah memberinya hak istimewa untuk menggunakan banyak gaya kekaisaran, ingin menjadi putra mahkota. Keinginan ini juga didukung oleh Janda Permaisuri Dou, tetapi ditentang oleh para pejabat, termasuk Dou Ying (sepupu Permaisuri Dou), yang percaya bahwa langkah tersebut akan membawa ketidakstabilan pada suksesi dinasti. Ketika Pangeran Wu meminta izin untuk membangun jalan raya langsung dari ibu kotanya, Suiyang (睢陽, di Shangqiu, Henan modern) ke Chang'an, para pejabat yang sama, khawatir bahwa jalan raya itu mungkin digunakan untuk tujuan militer jika Liang memberontak, menentangnya. Pangeran Wu kemudian membunuh para pejabat ini.
Kaisar Jing sangat marah dan mengirim banyak penyelidik ke Liang untuk melacak para konspirator, yang akhirnya diserahkan oleh Pangeran Wu. Namun, Kaisar Jing sangat tidak senang. Pangeran Wu, untuk menunjukkan penyesalan dan mendapatkan kembali dukungan saudaranya, merencanakan sebuah tindakan. Pada kunjungan resminya berikutnya ke ibu kota, ketika ia tiba di Celah Hangu, ia menghindari rombongannya serta kereta kekaisaran yang telah dikirim untuk menyambutnya, dan malah mengambil jalan samping ke Chang'an, ke rumah saudara perempuannya, Liu Piao. Ketika kereta kekaisaran tidak dapat menemukan Pangeran Wu, baik Kaisar Jing maupun Janda Permaisuri Dou sangat tertekan, dan ia menuduh Kaisar Jing membunuh Pangeran Wu. Pangeran Wu kemudian muncul di depan istana kekaisaran, setengah telanjang, dan membawa talenan di punggungnya, seperti seorang penjahat yang siap disembelih. Baik Kaisar Jing maupun Janda Permaisuri Dou sangat tersentuh, dan Kaisar Jing memaafkannya di tempat. Namun, ia tidak lagi menganggapnya sebagai pewaris potensial. Ketika Pangeran Wu meninggal pada 144 SM, Janda Permaisuri Dou sangat berduka dan tidak dapat dihibur dengan mudah sampai Kaisar Jing mengangkat kelima putra Pangeran Wu sebagai pangeran.
Pada 148 SM, cucu Janda Permaisuri Dou, Liu Rong, Pangeran Linjiang (dan mantan putra mahkota), dipenjarakan karena masuk tanpa izin ke halaman kuil Kaisar Wen saat membangun tembok istananya. Tidak diketahui apakah Janda Permaisuri Dou mencoba campur tangan atas namanya. Namun, setelah Liu Rong akhirnya dipaksa bunuh diri, ia sangat sedih, dan akhirnya memerintahkan, bertentangan dengan keinginan Kaisar Jing, agar pejabat yang memaksa Pangerong Rong bunuh diri, Zhi Du (郅都), dihukum mati atas pelanggaran kecil.
3.3. Pemberontakan Tujuh Negara dan Insiden Terkait
Tidak diketahui apakah Janda Permaisuri Dou menyukai kebijakan Kaisar Jing untuk mengurangi ukuran kerajaan-kerajaan, yang akhirnya menyebabkan Pemberontakan Tujuh Negara pada 154 SM. Namun, selama pemberontakan itu, hatinya sangat teriris ketika Kerajaan Liang diserang hebat oleh para pangeran yang memberontak. Ia ingin Zhou Yafu, komandan pasukan kekaisaran, untuk segera membebaskan Liang, tetapi Zhou dengan tepat menyimpulkan bahwa strategi yang lebih baik adalah melewati Liang dan memotong jalur pasokan pemberontak terlebih dahulu. Strategi Zhou akan membawa kemenangan, tetapi juga akan membuatnya dimusuhi oleh Pangeran Wu dan Janda Permaisuri Dou. Ia mungkin senang ketika Zhou, yang kemudian ditangkap atas tuduhan palsu pengkhianatan, bunuh diri pada 143 SM.
4. Grand Permaisuri Dowager
Setelah Kaisar Jing meninggal, Permaisuri Dou naik ke posisi Grand Permaisuri Dowager, memberinya kekuasaan politik yang signifikan selama masa pemerintahan awal Kaisar Wu.
4.1. Pengaruh Politik di Masa Kaisar Wu
Ketika Kaisar Jing meninggal pada 141 SM, Janda Permaisuri Dou menjadi Grand Permaisuri Dowager atas putranya dan cucunya, Kaisar Wu dari Han. Pada awal pemerintahannya, sekitar 140 SM, Kaisar Wu mencoba menjadikan Konfusianisme sebagai ideologi resmi negara, menggantikan Taoisme. Namun, Grand Permaisuri Dowager Dou berusaha keras untuk menentang hal ini, karena ia sangat membenci para Konfusianis.
4.2. Konflik dengan Konfusianisme dan Pembersihan Politik
Pada 139 SM, sebagai tanggapan atas upaya Kaisar Wu mempromosikan Konfusianisme, para pejabat Konfusianis Zhao Wan (趙綰) dan Wang Zang (王臧) menyarankan kaisar untuk tidak lagi berkonsultasi dengan Grand Permaisuri Dowager. Mendengar hal ini, ia memerintahkan agar mereka diselidiki dan diadili atas tuduhan korupsi, yang akhirnya menyebabkan mereka bunuh diri di penjara. Selain itu, Dou Ying (sepupu Permaisuri Dou) dan Tian Fen juga diberhentikan dari jabatan mereka.
Pada awal pemerintahan Kaisar Wu, meskipun ada pergeseran ideologi resmi, kebijakan-kebijakan pemerintahan sebagian besar tetap konsisten dengan masa pemerintahan Kaisar Wen dan Jing, karena pengaruh kuat Grand Permaisuri Dowager Dou. Perubahan signifikan dalam kebijakan kekaisaran baru terjadi setelah kematian Grand Permaisuri Dowager Dou pada 135 SM. Ia dimakamkan bersama suaminya, Kaisar Wen, di Baling. Dalam wasiatnya, ia meninggalkan semua harta miliknya kepada putrinya, Putri Liu Piao.
5. Filosofi dan Ideologi
Permaisuri Dou adalah penganut dan promotor yang sangat mendalam dari filosofi Huang-Lao dan Taoisme. Ideologi ini menjadi inti dari pemikiran dan kebijakannya, serta memberikan dampak signifikan pada era tersebut.
5.1. Adopsi dan Penyebaran Pemikiran Huang-Lao
Permaisuri Dou merangkul ajaran Kaisar Kuning dan Lao Zi, yang dikenal sebagai pemikiran Huang-Lao. Filosofi ini menekankan prinsip non-intervensi atau ketidakbertindak, yaitu gagasan untuk membiarkan hal-hal berjalan secara alami tanpa campur tangan yang berlebihan. Ia percaya bahwa dengan tidak terlalu banyak campur tangan dalam urusan negara dan masyarakat, stabilitas dan kemakmuran akan tercapai. Selain itu, pemikiran Huang-Lao juga mendorong penghematan dalam hidup dan harmoni dengan alam.
Ia tidak hanya mengadopsi ajaran ini untuk dirinya sendiri, tetapi juga secara aktif menyebarkannya. Permaisuri Dou memerintahkan putra-putranya, termasuk Kaisar Jing, cucu-cucunya, dan semua anggota Klan Dou untuk mempelajari tulisan-tulisan Huang-Lao. Meskipun ia tidak dapat secara langsung memerintahkan Kaisar Wen untuk mengikuti ajaran ini, Kaisar Wen sendiri sangat dipengaruhi oleh ide-ide Taois selama masa pemerintahannya, yang berkontribusi pada kebijakan-kebijakan yang relatif damai dan hemat pada era Pemerintahan Wen dan Jing. Permaisuri Dou meyakini bahwa Huang-Lao adalah dasar yang kuat untuk membangun dan mengelola negara, yang terbukti dari stabilitas dan kemakmuran yang dicapai selama masa pemerintahannya dan putranya.
6. Hubungan Keluarga
Permaisuri Dou memiliki hubungan yang kompleks dan sering kali berpengaruh dengan anggota keluarga kuncinya, yang membentuk banyak aspek kehidupan pribadi dan politiknya.
- Suami: Kaisar Wen (Liu Heng). Dou adalah selir kesayangan Liu Heng di Kerajaan Dai dan kemudian menjadi permaisuri satu-satunya setelah ia naik takhta. Meskipun ia kehilangan kasih sayang Kaisar Wen di masa tuanya karena kebutaan dan munculnya selir lain, ia tetap menjadi permaisuri resminya.
- Mertua:
- Ayah Mertua: Kaisar Gaozu (Liu Bang)
- Ibu Mertua (Permaisuri): Permaisuri Lü (Lü Zhi)
- Ibu Mertua (Selir): Permaisuri Bo (kemudian Janda Permaisuri Xiaowen)
- Putra:
- Kaisar Jing (Liu Qi). Sebagai putra sulung yang masih hidup, ia menjadi putra mahkota dan kemudian kaisar. Kaisar Jing sangat menghormati ibunya dan sebagian besar melanjutkan kebijakan yang didukung ibunya, meskipun ada ketegangan terkait suksesi dan preferensi ibunya terhadap Liu Wu.
- Liu Wu, Pangeran Liang. Liu Wu adalah putra kesayangan Permaisuri Dou. Ia sangat mendukung Liu Wu untuk menjadi pewaris takhta, bahkan di atas putra-putra Kaisar Jing, yang menyebabkan konflik besar di istana. Kasih sayangnya yang mendalam terhadap Liu Wu terlihat dari kesedihannya yang luar biasa setelah kematian Liu Wu.
- Putri: Liu Piao, Putri Guantao. Liu Piao adalah putri sulung Permaisuri Dou. Ia memiliki hubungan dekat dengan ibunya, dan Permaisuri Dou bahkan mewariskan sebagian besar harta miliknya kepada Liu Piao dalam wasiatnya.
- Menantu:
- Menantu (Putri): Chen Wu, Markis Tangyi (suami Liu Piao).
- Menantu (Putra): Permaisuri Wang (istri Kaisar Jing).
- Cucu:
- Cucu (Putra): Kaisar Wu (Liu Che).
- Cucu (Putri): Chen Ajiao (putri Liu Piao, istri Kaisar Wu).
- Saudara Laki-laki:
- Dou Zhangjun (竇長君). Saudara tertua yang mudah ditemukan setelah Permaisuri Dou menjadi permaisuri.
- Dou Guangguo (竇廣國) atau Shaojun. Saudara bungsu yang diculik dan dijual sebagai budak di masa kecilnya. Reuni mereka adalah kisah yang sangat menyentuh dalam sejarah Tiongkok. Keduanya diberi kekayaan dan posisi terhormat di istana, meskipun mereka tetap rendah hati.
- Keponakan:
- Dou Pengzu (竇彭祖). Putra Dou Zhangjun, yang juga diangkat sebagai markis.
- Dou Ying (竇嬰), Markis Weiqi. Meskipun ia adalah sepupu Permaisuri Dou, hubungan mereka tegang karena Dou Ying menentang keinginan Permaisuri Dou untuk menjadikan Liu Wu sebagai putra mahkota dan mendukung kebijakan Konfusianisme.
7. Kematian dan Pemakaman
Grand Permaisuri Dowager Dou meninggal pada 135 SM, pada bulan Mei, di hari Dingmao. Usianya tidak disebutkan secara pasti, tetapi ia telah hidup lebih dari 70 tahun. Ia dimakamkan bersama suaminya, Kaisar Wen, di Baling (覇陵), yang terletak di dekat Xi'an, Shaanxi modern. Dalam wasiatnya, ia meninggalkan semua harta dan kekayaannya di Istana Timur kepada putri tunggalnya, Putri Liu Piao. Sejak ia menjadi permaisuri di Chang'an hingga kematiannya di masa pemerintahan cucunya, Kaisar Wu, Permaisuri Dou telah menghabiskan sekitar 45 tahun di istana kekaisaran Han.

8. Evaluasi dan Dampak Sejarah
Permaisuri Dou adalah salah satu tokoh wanita paling dominan secara politik dalam sejarah Tiongkok awal. Pengaruhnya yang luas dan berlangsung lama pada pemerintahan suaminya, putranya, dan bahkan cucunya, menjadikannya figur yang signifikan dalam Dinasti Han Barat.
8.1. Kontribusi Positif
Permaisuri Dou secara luas dipandang positif dalam sejarah Tiongkok, terutama karena kontribusinya pada stabilitas dan kemakmuran selama era Pemerintahan Wen dan Jing. Ketaatannya yang kuat pada filosofi Huang-Lao dan Taoisme, yang menekankan ketidakbertindak, non-interferensi, dan penghematan, sangat memengaruhi kebijakan Kaisar Wen dan Kaisar Jing. Kebijakan-kebijakan ini menghasilkan periode kedamaian, pengurangan beban pajak bagi rakyat, dan pemulihan ekonomi setelah kekacauan sebelumnya. Ia juga dikenal karena perannya dalam menjaga stabilitas sosial dan mendorong kesederhanaan di istana. Meskipun ia menunjukkan perilaku nepotisme, dampaknya secara keseluruhan terhadap kesejahteraan rakyat dan fondasi dinasti Han dianggap menguntungkan. Ia sering dibandingkan secara positif dengan ibu mertua tirinya, Permaisuri Lü, yang dikenal karena kekejaman dan dominasi politiknya yang lebih ekstrem.

8.2. Kritik dan Kontroversi
Meskipun secara umum dipandang positif, Permaisuri Dou juga menghadapi kritik dan kontroversi. Salah satu kritik utama adalah perilakunya yang cenderung nepotisme, terutama dalam mendukung putra bungsunya, Liu Wu, Pangeran Liang. Keinginannya yang kuat untuk menjadikan Liu Wu sebagai pewaris takhta, bahkan di atas putra-putra Kaisar Jing, menciptakan ketegangan politik dan potensi ketidakstabilan suksesi. Ia juga terlibat dalam konflik dengan para pejabat yang menentang Liu Wu, yang beberapa di antaranya berujung pada kematian.
Selain itu, penolakannya yang keras terhadap Konfusianisme dan promosi Taoisme yang agresif di masa pemerintahan awal Kaisar Wu juga menjadi sumber kontroversi. Ia menekan para sarjana Konfusianis dan bahkan menyebabkan kematian beberapa di antaranya, seperti Zhao Wan dan Wang Zang, yang mencoba mempromosikan ajaran Konfusianisme. Tindakan ini mencerminkan sikap ideologisnya yang kaku dan menghambat perkembangan awal Konfusianisme sebagai ideologi negara. Perintahnya untuk mengeksekusi Zhi Du, pejabat yang memaksa cucunya, Liu Rong, bunuh diri, juga menunjukkan campur tangannya yang kuat dalam urusan peradilan dan potensi penyalahgunaan kekuasaan untuk melindungi kepentingan keluarganya.
9. Dalam Budaya Populer
Permaisuri Dou telah digambarkan dalam berbagai drama televisi dan media lainnya, yang mencerminkan pengaruh dan daya tarik kisahnya dalam budaya populer Tiongkok.
Tahun | Serial Televisi | Aktor/Aktris | Karakter |
---|---|---|---|
1986 | Chân mệnh thiên tử (真命天子) | Chou Hoi-mei | Dou Qinglian (竇青蓮) |
2001 | The Emperor in Han Dynasty (大汉天子) | Sally Chen | Grand Permaisuri Dowager Dou |
2003 | Han Wu Da Di (汉武大帝) | Gui Yalei | Grand Permaisuri Dowager Dou |
2010 | Beauty's Rival in Palace (美人心计) | Ruby Lin | Dou Yifang (竇漪房) |
2011 | The Great Wind Song (大風歌) | Luo Yin-nan | Permaisuri Dou |
2014 | The Virtuous Queen of Han (大漢賢后衛子夫) | Sally Chen | Grand Permaisuri Dowager Dou |