1. Gambaran Umum
Putri Gyeongan (경안궁주Gyeongan-gungjuBahasa Korea) atau secara resmi disebut sebagai Putri Agung Gyeongan (경안장공주Gyeongan-janggongjuBahasa Korea) adalah seorang putri kerajaan Goryeo sebagai putri sulung dari Raja Wonjong dan Putri Gyeongchang. Ia dinobatkan dengan gelar kerajaannya pada tahun 1260 dan kemudian menikah dengan Wang Suk, Pangeran Je'an. Kehidupan Putri Gyeongan tidak banyak tercatat dalam sejarah, namun ia dikenal memiliki seorang putra bernama Wang Hyeon, dan kehidupannya dipengaruhi oleh peristiwa penting seperti tuduhan pengkhianatan terhadap ibu dan saudara laki-lakinya.
2. Biografi
Biografi Putri Gyeongan mencakup peristiwa-peristiwa penting dalam hidupnya, mulai dari latar belakang keluarganya hingga penobatan dan pernikahannya, serta kejadian-kejadian signifikan yang memengaruhi dirinya dan keluarganya.
2.1. Kelahiran dan Latar Belakang
Tahun kelahiran Putri Gyeongan tidak diketahui secara pasti. Ia adalah putri sulung dari Raja Wonjong, raja ke-24 Goryeo, dan istri keduanya, Putri Gyeongchang. Nama keluarganya adalah Wang (왕WangBahasa Korea) dan klan asalnya adalah Kaeseong Wang. Putri Gyeongan memiliki saudara kandung laki-laki yaitu Siyanghu Wang I (시양후 왕이Siyanghu Wang IBahasa Korea) dan Sunan-gong Wang Jong (순안공 왕종Sunan-gong Wang JongBahasa Korea), serta seorang adik perempuan bernama Hamnyeonggungju (함녕궁주HamnyeonggungjuBahasa Korea). Ia juga memiliki saudara tiri, Raja Chungnyeol, yang merupakan putra Raja Wonjong dari istri lainnya.
Silsilah ibunya, Putri Gyeongchang, cukup kompleks. Ayah Putri Gyeongchang adalah Shin'an-gong Wang Jeon (신안공 왕전Shin'an-gong Wang JeonBahasa Korea), yang merupakan keturunan ke-7 dari Pangeran Pyeongyang Wang Gi (평양공 왕기Pyeongyang-gong Wang GiBahasa Korea), putra Raja Hyeonjong. Ibu Putri Gyeongchang adalah Gasungungju (가순궁주GasungungjuBahasa Korea), putri dari Raja Huijong dan Ratu Seongpyeong. Menariknya, nenek Putri Gyeongan dari pihak ayah, Ratu Anhyewanghu, juga merupakan putri Raja Huijong dan Ratu Seongpyeong. Ini berarti nenek dari ayah dan nenek dari ibu Putri Gyeongan adalah saudara kandung. Nama keluarga ibu Putri Gyeongchang, Yu, berasal dari silsilah ibunya.
2.2. Penobatan Putri dan Pernikahan
Pada tanggal 27 bulan ke-10 (kalender lunar) tahun 1260 M (tahun pertama pemerintahan Raja Wonjong), Putri Gyeongan secara resmi dinobatkan dengan gelar kerajaan Putri Gyeongan (경안궁주Gyeongan-gungjuBahasa Korea). Pada hari yang sama, Raja Wonjong menyelenggarakan pesta besar untuk para menteri di istana.
Kemudian, pada tanggal 7 bulan ke-12 (kalender lunar) di tahun yang sama, Putri Gyeongan menikah dengan seorang anggota keluarga kerajaan, Wang Suk, yang saat itu bergelar Pangeran Jean (제안백 왕숙Jean-baek Wang SukBahasa Korea). Ia kemudian dihormati dengan gelar "Adipati Je'an" (제안공Je'an-gongBahasa Korea). Tahun 1260 M merupakan tahun yang sangat sibuk bagi istana Goryeo, dengan empat upacara penobatan dan dua upacara pernikahan yang diadakan. Kegiatan-kegiatan ini menghabiskan biaya yang sangat besar, tercatat sekitar 1.000 geun emas dan perak, serta 3.000 seok beras, dengan jumlah kain yang tidak terhitung.
2.3. Peristiwa Penting
Setelah pernikahannya, catatan terperinci mengenai kehidupan Putri Gyeongan selanjutnya sangat terbatas. Namun, beberapa peristiwa penting yang memengaruhi keluarganya tercatat. Pada tahun 1277 M (tahun ke-3 pemerintahan Raja Chungnyeol, yang merupakan saudara tiri Putri Gyeongan), ibu Putri Gyeongan, Putri Gyeongchang, dan saudara laki-lakinya, Marquis Sunan, dituduh merencanakan pengkhianatan. Akibat tuduhan ini, Putri Gyeongchang dicabut gelarnya, dan Marquis Sunan diasingkan ke pulau terpencil.
Suami Putri Gyeongan, Wang Suk, Pangeran Je'an, memiliki karier yang lebih banyak tercatat. Setelah kematian Putri Gyeongan (tanggalnya tidak diketahui), Wang Suk menikah lagi dengan Permaisuri Jeongnyeong (정녕원비Jeongnyeong-wonbiBahasa Korea), yang merupakan putri Raja Chungnyeol dan Permaisuri Jeongsinbu. Wang Suk beberapa kali melakukan perjalanan ke Dinasti Yuan atas perintah raja. Berkat pengabdian dan posisinya, ia kemudian dianugerahi berbagai gelar tinggi, termasuk "Dae-gun" (대군Dae-gunBahasa Korea, Pangeran Agung), "Buwon Dae-gun" (부원대군Buwon Dae-gunBahasa Korea, Pangeran Agung Besar), dan "Samjung Dae-gwang" (삼중대광Samjung Dae-gwangBahasa Korea, Tiga Guru Agung). Wang Suk meninggal pada tahun 1312 M (tahun ke-4 pemerintahan Raja Chungseon) pada usia 75 tahun.
Putri Gyeongan dan Wang Suk memiliki seorang putra bernama Wang Hyeon (평량공 왕현Pyeongnyang-gong Wang HyeonBahasa Korea). Wang Hyeon kemudian menikah dengan Lady Heo (juga dikenal sebagai Sun-bi Heo). Wang Hyeon meninggal pada tahun 1300 M (tahun ke-26 pemerintahan Raja Chungnyeol).
3. Hubungan Keluarga
Berikut adalah daftar terperinci anggota keluarga yang terhubung dengan Putri Gyeongan:
| Hubungan | Nama | Keterangan | 
|---|---|---|
| Kakek dari ayah | Raja Gojong (고종) | Raja Goryeo ke-23 | 
| Nenek dari ayah | Ratu Anhyewanghu (안혜왕후) | Putri Raja Huijong dan Ratu Seongpyeong; saudara kandung Gasungungju | 
| Ayah | Raja Wonjong (원종) | Raja Goryeo ke-24 | 
| Ibu | Putri Gyeongchang (경창궁주) | Istri kedua Raja Wonjong | 
| Kakek dari ibu | Shin'an-gong Wang Jeon (신안공 왕전) | Keturunan ke-7 dari Pangeran Pyeongyang Wang Gi | 
| Nenek dari ibu | Gasungungju (가순궁주) | Putri Raja Huijong dan Ratu Seongpyeong | 
| Saudara tiri | Raja Chungnyeol (충렬왕) | Raja Goryeo ke-25 | 
| Saudara kandung | Siyanghu Wang I (시양후 왕이) | |
| Saudara kandung | Sunan-gong Wang Jong (순안공 왕종) | |
| Saudara kandung | Hamnyeonggungju (함녕궁주) | |
| Ayah mertua | Shinyangbaek Wang Jeon (신양백 왕전) | |
| Ibu mertua / Bibi | Suhungungju (수흥궁주) | |
| Suami | Je'an-gong Wang Suk (제안공 왕숙) | Pangeran Je'an | 
| Putra | Pyeongnyang-gong Wang Hyeon (평량공 왕현) | 
4. Penilaian
Informasi historis mengenai Putri Gyeongan sangat terbatas. Sebagian besar pengetahuan yang ada tentang dirinya berasal dari catatan-catatan yang berkaitan dengan upacara penobatannya sebagai putri, pernikahannya, dan peristiwa-peristiwa yang melibatkan anggota keluarga dekatnya, seperti tuduhan pengkhianatan terhadap ibu dan saudara laki-lakinya, serta kehidupan dan karier suaminya. Minimnya detail mengenai kehidupan pribadinya atau perannya dalam politik istana Goryeo menyulitkan sejarawan untuk membuat penilaian mendalam tentang kontribusi atau pengaruhnya pada masa itu. Keberadaan namanya dalam catatan sejarah lebih sering muncul sebagai bagian dari narasi tentang tokoh-tokoh lain yang lebih menonjol.