1. Kehidupan Awal dan Latar Belakang Keluarga
Bagian ini membahas kelahiran, latar belakang keluarga, dan masa kecil Ratu Inseon, termasuk garis keturunannya yang unik dan pendidikan awalnya.
1.1. Kelahiran dan Keturunan
Calon ratu ini lahir pada 30 Januari 1619 (25 Desember 1618 menurut kalender lunar) di Ansan, Gyeonggi (sekarang Siheung, Gyeonggi). Ia adalah anak bungsu dan putri kedua dari Jang Yu (장유Jang YuBahasa Korea; 1587-1638), seorang anggota Klan Deoksu Jang yang kemudian menjadi Sinpung Buwon-gun dan Uijeong, serta Kim Yi-sun (김이순Gim I-sunBahasa Korea; 1585-1654), yang berasal dari Klan Andong Kim dan bergelar Yeongga Bubuin.

Klan Deoksu Jang berasal dari Jang Sun-ryong, seorang Uyghur yang berimigrasi ke Korea selama masa Dinasti Goryeo. Dari pihak ibunya, Lady Jang adalah cucu dari Kim Sang-yong (김상용Gim Sang-yongBahasa Korea; 1561-1637), seorang pejabat yang tewas bunuh diri dengan membakar diri di Pulau Ganghwa selama Invasi Qing. Ia juga merupakan cicit buyut dari Pangeran Gyeongmyeong, putra ke-7 Raja Seongjong. Melalui nenek buyutnya yang ketiga, Lady Jang adalah cicit buyut ketujuh dari Raja Sejo dan Selir Bangsawan Kerajaan Geun melalui putra sulung mereka, Pangeran Deokwon. Ini membuatnya memiliki hubungan kekerabatan yang jauh dengan Putri Uisun, putri angkatnya di kemudian hari. Ia juga memiliki hubungan kekerabatan yang jauh dengan Ratu Ingyeong, istri cucunya, yang merupakan cicit buyut dari Kim Jang-saeng.
Ratu Inseon memiliki seorang kakak perempuan dari Klan Deoksu Jang (lahir 1610) dan seorang kakak laki-laki bernama Jang Seon-jing (장선징Jang Seon-jingBahasa Korea; 1614-1678).
1.2. Masa Kecil dan Pendidikan
Ratu Inseon dikenal memiliki karakter yang sopan dan lembut. Ia digambarkan memiliki bentuk tubuh yang menggemaskan dengan pipi tembam. Sejak kecil, ia menunjukkan kebijaksanaan dan kebajikan yang diakui oleh lingkungannya, yang kemudian menjadi alasan Raja Injo memilihnya sebagai menantu.
2. Masa Muda dan Pernikahan
Bagian ini menguraikan pernikahan Ratu Inseon dengan Pangeran Bongrim dan perannya sebagai Putri Mahkota setelah kematian Putra Mahkota Sohyeon.
2.1. Pernikahan dengan Pangeran Bongrim
Pada tahun 1630, saat berusia 12 tahun, Raja Injo secara pribadi memilih Jang Yu sebagai menantu untuk putra keduanya, Yi Ho, Pangeran Agung Bongrim. Raja Injo memilihnya karena menganggapnya bijaksana dan berbudi luhur. Setahun kemudian, pada 13 September 1631, ia dinikahkan dengan Pangeran Bongrim dan dianugerahi gelar Putri Permaisuri Pungan (풍안부부인Pungan BubuinBahasa Korea).
Setelah memasuki istana, Putri Pungan sangat berhati-hati dalam setiap tindak tanduknya. Ia melayani dan menghormati para sesepuh secara konsisten, sehingga ia menerima kasih sayang khusus dari ibu mertuanya, Ratu Inyeol. Empat tahun kemudian, ia meninggalkan istana bersama suaminya dan tinggal di kediaman pribadi, di mana ia menunjukkan kebijaksanaannya dalam mengelola urusan rumah tangga.
2.2. Kehidupan sebagai Putri Mahkota
Pada tahun 1645, setelah kematian mendadak Putra Mahkota Sohyeon, Pangeran Bongrim diangkat menjadi putra mahkota atas perintah Raja Injo. Dengan demikian, Putri Pungan secara otomatis menjadi Putri Mahkota. Mengingat nasib tragis Putri Mahkota Kang, janda dari mendiang Putra Mahkota Sohyeon, yang dihukum mati oleh Raja Injo, Putri Pungan harus menggunakan kematian Putri Mahkota Kang sebagai pelajaran berharga dalam menghadapi situasi politik istana yang rumit.
3. Masa Jabatan sebagai Ratu
Bagian ini menjelaskan peran Ratu Inseon di istana sebagai permaisuri dan dukungannya terhadap kebijakan Raja Hyojong.
3.1. Peran dalam Istana
Setelah Raja Injo meninggal pada tahun 1649, Putra Mahkota Bongrim naik takhta sebagai raja Joseon ke-17 dengan nama anumerta Hyojong. Dengan demikian, Putri Mahkota secara otomatis menjadi ratu permaisuri. Sebagai kepala para selir kerajaan, ia memimpin dayang-dayang istana dengan bijaksana dan memperlakukan bawahannya dengan kebaikan, meskipun tetap tegas namun penuh belas kasihan.
Sebagai contoh, salah satu selir raja, Selir Bangsawan Kerajaan An dari Klan Gyeongju Yi, pernah menimbulkan kegemparan setelah memanggil putrinya, Putri Suknyeong, dengan sebutan yang tidak formal. Pada saat itu, adalah kebiasaan bagi selir kerajaan untuk menghindari penggunaan bahasa informal kepada anak-anak raja, meskipun itu adalah ibu kandung mereka, karena pangeran dan putri darah kerajaan memiliki pangkat yang lebih tinggi daripada selir kerajaan. Ketika hal ini diketahui, Raja mencoba menghukum Yi An-bin, tetapi Ratu dengan tegas membujuk Raja untuk membiarkannya berlalu. Dengan cara ini, ia menunjukkan kepedulian yang tulus terhadap bawahannya.
Namun, dalam prasasti Ratu yang tercatat dalam Catatan Sejarah Dinasti Joseon, disebutkan bahwa ia pernah berkata, "Jika seorang istri terlalu menghargai dirinya sendiri, sikap seperti itu jarang tidak menyebabkan kerugian bagi rumah atau negaranya, ayam betina seharusnya tidak berkokok di pagi hari." Ini juga menyatakan bahwa seseorang harus mengambil tindakan pencegahan yang ketat terhadap hal tersebut. Namun, sebagai saksi kematian tragis Putri Mahkota Kang, cara berpikir seperti itu mungkin merupakan strategi terbaik baginya untuk bertahan dalam situasi politik yang rumit pada masa itu.
Ratu juga sering bertukar surat tulisan tangan dengan putri-putrinya yang sudah menikah. Saat ini, terdapat 70 salinan surat dalam bahasa Korea yang dikirim antara Ratu kepada Putri Sukshin dan Putri Sukmyeong. Ratu juga sangat menyayangi Putri Suknyeong, putri Yi An-bin dan satu-satunya anak Hyojong dari selirnya, tanpa diskriminasi. Misalnya, pernah ada kesempatan di mana Raja dan Ratu memberikan hadiah kepada anak-anak mereka, dan ketika Raja hanya memberikan hadiah kepada para putri sambil menyadari bagaimana Ratu akan bereaksi tanpa memberikan hadiah kepada putri selir, Ratu, yang khawatir akan hal ini, secara pribadi memanggil Putri Suknyeong dengan sebuah hadiah.
3.2. Dukungan terhadap Kebijakan Raja
Ratu Inseon juga mendukung ekspedisi untuk menaklukkan wilayah utara, sama seperti Raja Hyojong. Selama masa jabatannya sebagai ratu permaisuri, ia memberantas praktik eksorsisme (dikenal sebagai Gutpan) dan melarang minum-minum. Dengan menyatukan warna selimut menjadi dua warna, merah dan biru, ia juga mempersiapkannya untuk digunakan sebagai seragam militer jika terjadi perang, dan semua keuangan yang disiapkan ini digunakan untuk menaklukkan utara.
4. Masa Jabatan sebagai Ratu Janda dan Kehidupan Akhir
Bagian ini mengisahkan masa Ratu Inseon sebagai Ratu Janda, termasuk kondisi kesehatannya dan kematiannya.
4.1. Menjadi Ratu Janda
Pada tahun 1659, Raja Hyojong meninggal dunia karena kecelakaan medis saat menerima akupunktur untuk mengobati bisul di kepalanya. Meskipun Ratu Inseon mengungkapkan kesedihannya melalui tangisan yang parah, ia berusaha sekuat tenaga untuk membuat proses pemakaman bermakna. Dikatakan bahwa ia secara pribadi memotong kuku tangan dan kakinya serta memandikan jenazah Raja. Setelah itu, ia hanya makan bubur nasi tipis selama tiga bulan.
Yi Yeon, putra satu-satunya yang mencapai usia dewasa, menggantikan ayahnya sebagai raja Joseon ke-18 dengan nama anumerta Hyeonjong. Ratu Inseon kemudian dihormati sebagai Ratu Janda Hyosuk (효숙왕대비Hyosuk WangdaebiBahasa Korea).
4.2. Kesehatan dan Kematian
Setelah kematian suaminya, Ratu Inseon jatuh sakit karena tidak menjaga kesehatannya. Setelah itu, Ratu Janda Hyosuk sering mengunjungi Onyang dan mandi di pemandian air panas, menunjukkan sedikit perbaikan dalam kondisi kesehatannya. Pada Maret 1669, ia bahkan menghabiskan sekitar sebulan di Pemandian Air Panas Onyang bersama Raja Hyeonjong, Ratu Myeongseong, dan keempat putrinya. Namun, pada usia 55 atau 56 tahun pada tahun 1674, penyakitnya tiba-tiba memburuk. Ia meninggal di Balai Hoesangjeon, Istana Gyeongdeok (dikenal pada saat itu sebagai Istana Gyeonghui), pada 20 Maret 1674 (24 Februari 1674 menurut kalender lunar).
5. Keluarga
Bagian ini merinci silsilah keluarga Ratu Inseon, termasuk orang tua, saudara kandung, suami, keluarga mertua, serta anak dan cucunya.
5.1. Orang Tua dan Saudara Kandung
- Ayah:** Jang Yu (장유Jang YuBahasa Korea; 22 Januari 1587 - 30 April 1638), Sinpung Buwon-gun (신풍부원군), kemudian dihormati sebagai Yeonguijeong dan Munchoongong.
- Kakek dari pihak ayah:** Jang Un-ik (장운익Jang Un-ikBahasa Korea; 1561-1599), Hyeongjo Panseo, kemudian dihormati sebagai Yeonguijeong dan Deoksu Buwon-gun, Jeongmin Gong.
- Nenek dari pihak ayah:** Nyonya dari Klan Miryang Park (밀양 박씨; ?-1632).
- Ibu:** Kim Yi-sun (김이순Gim I-sunBahasa Korea; 1585 - 19 Januari 1654), Yeongga Bubuin (영가부부인) dari Klan Andong Kim.
- Kakek dari pihak ibu:** Kim Sang-yong (김상용Gim Sang-yongBahasa Korea; 1561-1637), Pan Donnyeongbu-sa, kemudian dihormati sebagai Yeonguijeong.
- Nenek dari pihak ibu:** Nyonya dari Klan Andong Kwon.
- Saudara Kandung:**
- Kakak perempuan: Nyonya Jang dari Klan Deoksu Jang (덕수 장씨Deoksu JangssiBahasa Korea; 1610-?).
- Kakak laki-laki: Jang Seon-jing (장선징Jang Seon-jingBahasa Korea; 1614-1678), Yejo Panseo, kemudian dihormati sebagai Pungyang-gun, Jeongjang Gong.
5.2. Suami dan Keluarga Mertua
- Suami:** Yi Ho, Raja Hyojong (조선 효종Joseon HyojongBahasa Korea; 3 Juli 1619 - 23 Juni 1659).
- Ayah Mertua:** Yi Jong, Raja Injo (조선 인조Joseon InjoBahasa Korea; 7 Desember 1595 - 17 Juni 1649).
- Ibu Mertua:**
- Ratu Inyeol dari Klan Cheongju Han (인렬왕후 한씨Innyeol Wanghu HanssiBahasa Korea; 16 Agustus 1594 - 16 Januari 1636).
- Ratu Jangnyeol dari Klan Yangju Jo (장렬왕후 조씨Jangnyeol Wanghu JossiBahasa Korea; 16 Desember 1624 - 20 September 1688).
5.3. Anak dan Keturunan
Ratu Inseon melahirkan dua putra dan tiga putri di Shenyang, meskipun hanya satu putra yang mencapai usia dewasa. Secara keseluruhan, ia memiliki sembilan anak kandung dan satu putri angkat:
Gelar | Nama | Tahun Lahir-Wafat | Pasangan | Catatan | |
---|---|---|---|---|---|
Putri Sulung | Putri Sukshin (숙신공주) | 1634-1645 | Belum menikah | Meninggal muda | |
Putri Angkat | Putri Uisun (의순공주) | Yi Ae-suk (이애숙) | 1635-1662 | Pangeran Dorgon (도르곤), kemudian Pangeran Bolo (보로) | Putri angkat, putri dari Kumrim-gun, cicit buyut dari Pangeran Ikyang-gun (putra Raja Seongjong) |
Putri Kedua | Putri Sukan (숙안공주) | 1636-1697 | Hong Deuk-gi (홍득기) | Memiliki satu putra, Hong Chi-sang | |
Putra Tidak Bernama | 1640-1642 | Meninggal muda | |||
Putri Ketiga | Putri Sukmyeong (숙명공주) | 1640-1699 | Shim Ik-hyeon (심익현) | Memiliki dua putra, Shim Jeong-bo dan Shim Jeong-hyeop | |
Putra Sulung | Raja Hyeonjong (현종대왕) | Yi Yeon (연) | 1641-1674 | Ratu Myeongseong dari Klan Cheongpung Kim | Raja Joseon ke-18 |
Putri Keempat | Putri Sukhwi (숙휘공주) | 1642-1696 | Jeong Je-hyeon (정제현) | Memiliki dua putra, Jeong In-sang dan Jeong Tae-il, dan satu putri | |
Putri Tidak Bernama | ?-1644 | Meninggal muda di Uiju dalam perjalanan dari Shenyang | |||
Putra Tidak Bernama | 1645-1645 | Meninggal muda | |||
Putri Kelima | Putri Sukjeong (숙정공주) | 1646-1668 | Jeong Jae-ryun (정재륜) | Memiliki tiga putra dan dua putri, hanya satu putra dan satu putri yang mencapai usia dewasa | |
Putri Keenam | Putri Sukgyeong (숙경공주) | 1648-1671 | Won Mong-rin (원몽린) | Memiliki satu putri, Won Suk-hui |
- Cucu-cucu penting:**
6. Peristiwa Sejarah dan Pengaruh
Bagian ini membahas peristiwa-peristiwa sejarah penting yang memengaruhi kehidupan Ratu Inseon, termasuk Invasi Qing dan Sengketa Yesong.
6.1. Invasi Qing dan Kehidupan di Tiongkok
Pada tahun 1636, ketika Invasi Qing ke Joseon terjadi, Putri Pungan melarikan diri ke Pulau Ganghwa bersama Pangeran Bongrim, ipar suaminya Putri Mahkota Kang, dan kakek dari pihak ibunya, Kim Sang-yong, Anggota Dewan Negara Ketiga. Kemudian, ketika pasukan Dinasti Qing mendarat langsung di Pulau Ganghwa, membahayakan nyawa banyak orang, sementara semua orang berteriak kebingungan, Putri Pungan menunjukkan ketenangan dan menangani krisis dengan tenang seperti biasa.

Ketika musuh mendarat di Pulau Ganghwa dan merebut kastil, Kim Sang-yong membakar mesiu dan meledakkan diri bersama musuh-musuhnya. Setelah kematiannya, ia dipromosikan sebagai Yeonguijeong. Namun, Joseon akhirnya mengalami kekalahan yang dikenal sebagai "Penghinaan di Samjeondo" selama Invasi Qing. Akibatnya, Pangeran Bongrim dan kakak laki-lakinya, Putra Mahkota Sohyeon, dibawa ke Shenyang, Dinasti Qing, sebagai sandera. Pada saat ini, Putri Pungan juga mengikuti Pangeran Bongrim ke Dinasti Qing. Ia mendukung suaminya dengan melakukan berbagai tugas sulit selama delapan atau sembilan tahun, dan ia melahirkan tiga putri dan dua putra di sana.
6.2. Sengketa Yesong
Ketika Ratu Inseon meninggal dunia pada tahun 1674, dan karena permaisuri kedua Raja Injo, yang juga ibu mertuanya yang enam tahun lebih muda, Ratu Janda Jaui, masih hidup, masalah upacara berkabung yang dikenal sebagai "Sengketa Yesong" kembali muncul. Sengketa ini sebelumnya telah menjadi masalah setelah kematian Raja Hyojong pada tahun 1659, terkait dengan berapa lama Ratu Janda Jaui harus mengenakan pakaian berkabung untuk Hyojong.
Setelah kematian Ratu Inseon, Sengketa Yesong kedua terjadi. Faksi Barat berpendapat bahwa Ratu Janda Jaui harus mengenakan pakaian berkabung selama sembilan bulan (daegongbok), karena Ratu Inseon adalah menantu perempuan dari selir kedua. Namun, Faksi Selatan berargumen bahwa Ratu Janda Jaui harus mengenakan pakaian berkabung selama satu tahun (ginnyeonbok), karena Ratu Inseon adalah ratu permaisuri yang sah dan ibu dari raja yang berkuasa (Hyeonjong). Raja Hyeonjong akhirnya menerima argumen Faksi Selatan, yang menyebabkan dominasi mereka dalam politik istana hingga Gyeongsin Hwanguk terjadi.
7. Kehidupan Pasca Kematian
Bagian ini menjelaskan gelar anumerta yang diberikan kepada Ratu Inseon dan lokasi makamnya.
7.1. Gelar Anumerta dan Makam

Ratu Inseon dianugerahi gelar anumerta Inseon (인선InseonBahasa Korea). Kata "In" (인inBahasa Korea; 仁) berarti menunjukkan cinta dan kesetiaan, sedangkan "Seon" (선seonBahasa Korea; 宣) berarti menyebarkan kebaikan kepada orang lain. Gelar anumerta resminya adalah Hyosuk Jeongbeom Gyeongnyeol Myeongheon Inseon Wanghu (효숙정범경렬명헌인선왕후Hyosuk Jeongbeom Gyeongnyeol Myeongheon Inseon WanghuBahasa Korea).
Makamnya terletak di Yeongneung (영릉YeongneungBahasa Korea), yang berlokasi di Wangdae-ri, Neungseo-myeon, Yeoju, Provinsi Gyeonggi. Ia dimakamkan bersama suaminya, Raja Hyojong, dalam kluster Dongwonsanghareung (di mana makam raja sejajar dengan makam istrinya).
8. Dalam Budaya Populer
Ratu Inseon telah digambarkan dalam beberapa drama televisi sejarah Korea:
- Diperankan oleh Won Mi-kyung dalam serial TV KBS1 Daemyeong (1981).
- Diperankan oleh Kim Hye-sun dalam serial TV MBC The King's Doctor (2012-2013).
- Diperankan oleh Lee Mun-jeong dalam serial TV JTBC Cruel Palace: War of Flowers (2013).