1. Overview

Richard Hooker (25 Maret 1554 - 2 November 1600) adalah seorang pendeta dan teolog berpengaruh dari Gereja Inggris, dan dianggap sebagai salah satu teolog Inggris terpenting pada abad ke-16. Ia dikenal karena pembelaannya terhadap peran akal yang ditebus, yang membentuk teologi Caroline Divines abad ke-17 dan memberikan metode teologis yang menggabungkan wahyu, akal, dan tradisi bagi banyak anggota Gereja Inggris. Secara tradisional, ia dianggap sebagai pencetus konsep via media Anglikan, sebuah jalan tengah moderat antara Protestantisme dan Katolikisme. Namun, beberapa sarjana berpendapat bahwa ia lebih tepat ditempatkan dalam teologi Reformed arus utama pada masanya, hanya menentang ekstremis Puritan daripada menjauhkan Gereja Inggris dari Protestantisme.
Dalam filsafat hukum, ia adalah pelopor bagi pemikir seperti Hugo Grotius. Ia juga dikenal luas karena perdebatan publiknya dengan Walter Travers, seorang Calvinis, mengenai perlunya Gereja Anglikan mengikuti pola yang ditetapkan oleh Yohanes Calvin, terutama tentang bagaimana Alkitab digunakan dalam menentukan kebijakan gerejawi. Pandangannya tentang keselamatan, bahwa Tuhan menginginkan semua manusia diselamatkan dan prosesnya bergantung pada respons yang tepat dari orang-orang percaya, menentang pandangan Calvinis yang ketat dan menunjukkan inklusivitasnya.
Karya utamanya, Of the Laws of Ecclesiastical Polity, adalah kritik terhadap Puritanisme dan serangan mereka terhadap Gereja Inggris, sekaligus pembelaan terhadap tata kelola gereja yang rasional dan berdasarkan persetujuan. Dalam karya ini, ia mengemukakan teori tentang asal-usul pemerintahan yang didasarkan pada naluri sosial alami manusia dan persetujuan dari yang diperintah, sebuah gagasan yang kemudian sangat memengaruhi John Locke dan pemikiran liberalisme. Moderasi dan gaya argumentasinya yang beradab sangat menonjol dalam suasana keagamaan pada masanya, menjadikannya figur penting dalam pengembangan pemikiran politik dan keagamaan yang lebih toleran dan rasional.
2. Early Life and Education
Richard Hooker lahir di desa Heavitree di Exeter, Devon, Inggris, sekitar Minggu Paskah (Maret) tahun 1554. Ia berasal dari keluarga baik-baik, meskipun tidak bangsawan maupun kaya. Pamannya, John Hooker, adalah seorang tokoh sukses yang menjabat sebagai bendahara Exeter.
Hooker menempuh pendidikan di Exeter Grammar School hingga tahun 1569. Berkat pamannya, Richard mendapatkan bantuan dari sesama penduduk Devon, John Jewel, yang saat itu menjabat sebagai uskup Salisbury. Uskup Jewel memastikan Richard diterima di Corpus Christi College, Oxford, dan juga setuju untuk mendanai pendidikannya. Richard Hooker kemudian menjadi anggota perkumpulan di Corpus Christi College pada tahun 1577. Selama di Oxford, ia mempelajari berbagai bidang ilmu, termasuk Alkitab, sejarah gereja, dan filsafat.
3. Ordination and Early Career
Richard Hooker ditahbiskan sebagai pendeta pada 14 Agustus 1579 oleh Edwin Sandys, yang saat itu menjabat sebagai uskup London. Sandys kemudian mengangkat Hooker sebagai tutor bagi putranya, Edwin. Hooker juga mengajar George Cranmer, keponakan buyut Thomas Cranmer.
Pada tahun 1580, Hooker sempat dicabut keanggotaannya di universitas karena "sifat suka bertengkar" setelah berkampanye untuk kandidat yang kalah (Rainoldes, seorang teman seumur hidup yang kemudian menjadi pemimpin partai Puritan dan berpartisipasi dalam Hampton Court Conference tahun 1604) dalam pemilihan presiden kampus yang diperebutkan. Namun, ia mendapatkan kembali keanggotaannya ketika Rainoldes akhirnya menjabat.
Pada tahun 1584, Hooker diangkat sebagai rektor di St. Mary's Drayton Beauchamp, Buckinghamshire, meskipun ia kemungkinan besar tidak pernah tinggal di sana.
4. London Ministry and Theological Debates
Pada tahun 1581, Richard Hooker ditunjuk untuk berkhotbah di St Paul's Cross di London, yang membuatnya menjadi tokoh publik. Khotbahnya menyinggung kaum Puritan karena menyimpang dari teori predestinasi mereka. Sekitar tahun 1585, ia diangkat sebagai Master of the Temple di London oleh Ratu, kemungkinan sebagai kandidat kompromi.
Di Temple, Hooker segera terlibat dalam konflik publik dengan Walter Travers, seorang pemimpin Puritan dan pengajar di Temple. Konflik ini sebagian disebabkan oleh khotbah Hooker empat tahun sebelumnya, tetapi terutama karena Hooker berpendapat bahwa keselamatan mungkin saja terjadi bagi beberapa umat Katolik Roma. Travers menuduh Hooker mengajarkan doktrin yang menguntungkan Gereja Roma, padahal Hooker hanya menjelaskan perbedaan di antara mereka, menekankan bahwa Roma mengaitkan "kekuatan untuk memuaskan Tuhan atas dosa" pada perbuatan baik. Bagi Hooker, perbuatan baik adalah ekspresi rasa syukur yang diperlukan atas pembenaran yang tidak layak diterima oleh Tuhan yang Maha Pengasih.
Perdebatan ini juga mencakup isu utama tentang bagaimana Alkitab digunakan dalam menentukan kebijakan gerejawi. Travers menyatakan bahwa Alkitab mengajarkan model presbiterian sebagai model gereja yang tepat, sementara Hooker menyatakan bahwa Alkitab tidak memberikan suatu model pemerintahan gerejawi apa pun secara eksplisit, melainkan hanya menyarankan perlunya hukum-hukum alam dan hukum-hukum positif lainnya diperhatikan dalam pemerintahan gerejawi. Kontroversi ini berakhir tiba-tiba pada Maret 1586 ketika Travers dibungkam oleh Uskup Agung, sebuah keputusan yang didukung kuat oleh Privy Council.
Hooker terlibat dalam perdebatan yang lebih luas dengan kaum Puritan, yang telah dimulai dengan "Admonition to Parliament" dan "A view of Popish Abuses" mereka satu dekade sebelumnya. Perdebatan ini melibatkan tokoh-tokoh seperti John Whitgift (yang kemudian menjadi Uskup Agung Canterbury) dan Thomas Cartwright. Sekitar waktu ini, Hooker mulai menulis karya utamanya, Of the Laws of Ecclesiastical Polity, yang merupakan kritik terhadap kaum Puritan dan serangan mereka terhadap Church of England serta khususnya Book of Common Prayer.
5. Major Writings
Richard Hooker adalah seorang penulis produktif yang karyanya membentuk teologi Anglikan dan filsafat politik. Karya-karya utamanya mencakup respons terhadap tantangan Puritan dan pengembangan pemikiran hukum dan gerejawi yang moderat dan rasional.
5.1. Of the Laws of Ecclesiastical Polity

Of the Laws of Ecclesiastical Polity (ejaan asli, Of the Lawes of Ecclesiastical Politie) adalah karya Richard Hooker yang paling terkenal dan monumental. Empat buku pertamanya diterbitkan pada tahun 1593 atau 1594, buku kelima pada tahun 1597, sementara tiga buku terakhir diterbitkan secara anumerta, dan kepenulisannya masih diperdebatkan.
Secara struktural, karya ini adalah tanggapan yang cermat terhadap prinsip-prinsip umum Puritanisme yang ditemukan dalam "Admonition" dan tulisan-tulisan lanjutan Thomas Cartwright. Hooker secara khusus menanggapi klaim-klaim Puritan berikut:
- Alkitab saja adalah aturan yang harus mengatur semua perilaku manusia.
- Alkitab menetapkan bentuk pemerintahan Gereja yang tidak dapat diubah.
- Gereja Inggris telah dirusak oleh tata tertib, ritus, dan upacara Katolik Roma.
- Hukum korup karena tidak mengizinkan penatua awam.
- "Seharusnya tidak ada uskup di dalam Gereja."
Laws telah digambarkan sebagai "mungkin karya filsafat dan teologi besar pertama yang ditulis dalam bahasa Inggris." Buku ini lebih dari sekadar sanggahan negatif terhadap klaim-klaim Puritan; ia adalah "keseluruhan yang berkelanjutan dan koheren yang menyajikan filsafat dan teologi yang sesuai dengan Book of Common Prayer Anglikan dan aspek-aspek tradisional dari Penyelesaian Elizabeth." Menurut C. S. Lewis, Hooker menambahkan "strategi" pada kontroversi yang sebelumnya hanya melibatkan "taktik," sehingga sanggahan terhadap musuh pada akhirnya tampak sebagai hal yang kecil, hanya produk sampingan dari argumennya yang lebih luas.
Karya besar ini terutama membahas tata kelola gereja yang tepat (polity). Kaum Puritan menganjurkan penurunan status pendeta dan eklesiastisisme. Hooker berusaha mencari tahu metode mana yang terbaik untuk mengatur gereja. Yang dipertaruhkan di balik teologi ini adalah posisi Ratu Elizabeth I sebagai Gubernur Tertinggi Gereja. Jika doktrin tidak diselesaikan oleh otoritas, dan jika argumen Martin Luther untuk imamat semua orang percaya diikuti secara ekstrem dengan pemerintahan oleh Yang Terpilih, maka memiliki monarki sebagai gubernur gereja tidak dapat ditoleransi. Di sisi lain, jika monarki diangkat oleh Tuhan untuk menjadi gubernur gereja, maka paroki-paroki lokal yang mengikuti jalan mereka sendiri dalam doktrin juga tidak dapat ditoleransi.
Dalam filsafat politik, Hooker paling dikenal karena penjelasannya tentang hukum dan asal-usul pemerintahan dalam Buku Satu Laws. Dengan sangat mengandalkan pemikiran hukum Thomas Aquinas, Hooker membedakan tujuh bentuk hukum. Hooker berpendapat bahwa kekuasaan negara dapat memainkan peran yang sah di dalam gereja.
Laws dikenang tidak hanya karena kedudukannya sebagai karya monumental pemikiran Anglikan, tetapi juga karena pengaruhnya dalam pengembangan teologi, teori politik, dan prosa Inggris.
5.2. A Learned Discourse of Justification
Karya penting lainnya dari Richard Hooker adalah khotbahnya dari tahun 1585, A Learned Discourse of Justification. Khotbah ini adalah salah satu yang memicu serangan Walter Travers dan bandingnya kepada Privy Council. Travers menuduh Hooker mengajarkan doktrin yang menguntungkan Gereja Roma, padahal Hooker hanya menggambarkan perbedaan di antara mereka, menekankan bahwa Roma mengaitkan "kekuatan untuk memuaskan Tuhan atas dosa" pada perbuatan baik. Bagi Hooker, perbuatan baik adalah ekspresi rasa syukur yang diperlukan atas pembenaran yang tidak layak diterima oleh Tuhan yang Maha Pengasih.
Hooker membela keyakinannya pada doktrin pembenaran oleh iman, tetapi berpendapat bahwa bahkan mereka yang tidak memahami atau menerima ini pun dapat diselamatkan oleh Tuhan. Pandangan ini dapat dilihat sebagai manifestasi dari keyakinannya bahwa umat Kristen harus bersatu, bukan terpecah-pecah, termasuk dengan umat Katolik. Dalam karya ini, Hooker juga mengungkapkan ordo salutis klasik yang mengakui perbedaan antara pembenaran dan pengudusan sebagai dua bentuk kebenaran, sambil pada saat yang sama menekankan peran sakramen dalam pembenaran. Pendekatan Hooker terhadap topik ini dipandang sebagai contoh klasik dari via media Anglikan, yang menekankan moderasi dan toleransi dalam doktrin.
6. Theology and Philosophy
Pemikiran teologis dan filosofis Richard Hooker adalah inti dari kontribusinya, yang mencerminkan pendekatan moderat dan rasional terhadap isu-isu keagamaan dan politik pada masanya.
6.1. Justification, Salvation, and Worship

Hooker menganalisis ide-ide teologis inti mengenai pembenaran oleh iman, keselamatan, dan ibadah publik. Ia dengan tegas membela doktrin pembenaran oleh iman, namun ia juga berpendapat bahwa Tuhan menginginkan semua manusia untuk diselamatkan, dan proses keselamatan ini bergantung pada respons yang tepat dari orang-orang yang percaya kepada Tuhan. Pandangan ini merupakan tantangan terhadap pandangan Calvinisme yang lebih ketat mengenai predestinasi, menunjukkan inklusivitas dalam pemikirannya.
Dalam khotbahnya A Learned Discourse of Justification, Hooker membedakan antara pembenaran (justification) dan pengudusan (sanctification) sebagai dua bentuk kebenaran, sambil menekankan peran sakramen dalam proses pembenaran. Bagi Hooker, perbuatan baik adalah ekspresi rasa syukur atas pembenaran yang diterima secara cuma-cuma dari Tuhan.
Mengenai ibadah publik, Hooker berpendapat bahwa ibadah harus ditentukan oleh firman Tuhan. Namun, ia juga meyakini bahwa tidak semua aspek ibadah telah ditetapkan secara ilahi. Oleh karena itu, Gereja memiliki kebebasan untuk memutuskan masalah-masalah yang tidak secara eksplisit diatur dalam Alkitab, memungkinkan fleksibilitas dalam praktik gerejawi yang rasional dan kontekstual.
6.2. Law and Government
Dalam filsafat politiknya, Richard Hooker mengembangkan teori-teori penting mengenai sifat hukum, asal-usul pemerintahan, dan hubungan antara tata kelola dan persetujuan dari yang diperintah. Ia sangat dipengaruhi oleh pemikiran hukum Thomas Aquinas, membedakan tujuh bentuk hukum:
Bentuk Hukum | Deskripsi |
---|---|
Hukum abadi | Apa yang telah Tuhan tetapkan secara abadi untuk diamati dalam semua karya-Nya. |
Hukum surgawi | Hukum Tuhan untuk para malaikat. |
Hukum alam | Bagian dari hukum abadi Tuhan yang mengatur objek-objek alam. |
Hukum akal | Ketetapan Akal Benar yang secara normatif mengatur perilaku manusia. |
Hukum positif manusia | Aturan yang dibuat oleh pembuat hukum manusia untuk tatanan masyarakat sipil. |
Hukum ilahi | Aturan yang ditetapkan oleh Tuhan yang hanya dapat diketahui melalui wahyu khusus. |
Hukum gerejawi | Aturan untuk tata kelola gereja. |
Hooker, seperti Aristoteles yang sering ia kutip, percaya bahwa manusia secara alami cenderung untuk hidup dalam masyarakat. Ia mengklaim bahwa pemerintah didasarkan pada naluri sosial alami ini dan pada persetujuan yang tersurat atau tersirat dari yang diperintah. Gagasan tentang persetujuan yang diperintah ini adalah elemen kunci yang kemudian memengaruhi pemikir politik seperti John Locke, yang melihatnya sebagai dasar legitimasi pemerintahan yang liberal. Hooker juga berpendapat bahwa kekuasaan negara dapat memainkan peran yang sah di dalam gereja, sebuah pandangan yang mendukung peran monarki dalam tata kelola gerejawi di Inggris.
6.3. Scholasticism and Via Media
Hooker menerima dan mengadaptasi pemikiran Skolastisisme, khususnya dari Thomas Aquinas, dengan cara yang latitudinarian atau liberal. Ia berpendapat bahwa organisasi gereja, seperti organisasi politik, adalah salah satu "hal yang tidak penting" (things indifferentBahasa Inggris) bagi Tuhan. Ini berarti bahwa masalah-masalah doktrinal minor bukanlah masalah yang menentukan keselamatan atau kebinasaan jiwa, melainkan kerangka kerja yang mengelilingi kehidupan moral dan religius seorang percaya.
Menurut Hooker, ada monarki yang baik dan buruk, demokrasi yang baik dan buruk, serta hierarki gereja yang baik dan buruk; yang terpenting adalah kesalehan rakyat. Pada saat yang sama, Hooker berpendapat bahwa otoritas diperintahkan oleh Alkitab dan oleh tradisi gereja mula-mula, tetapi otoritas harus didasarkan pada kesalehan dan akal, bukan pada penunjukan otomatis. Ini karena otoritas harus dipatuhi meskipun salah, dan perlu diperbaiki oleh akal yang benar dan Roh Kudus. Secara khusus, Hooker menegaskan bahwa kekuasaan dan kepatutan para uskup tidak harus mutlak dalam setiap kasus, dan fungsi serta wewenang mereka dapat dicabut.
Pendekatan Hooker ini memainkan peran penting dalam membangun Via media Anglikan, yaitu jalan tengah antara Protestantisme dan Katolikisme. Ia menghindari klaim-klaim ekstrem dari beberapa kelompok High Church dan menekankan moderasi, akal, dan toleransi dalam doktrin dan praktik gerejawi.
7. Personal Life and Marriage
Menurut biografer pertamanya, Izaak Walton, Richard Hooker membuat "kesalahan fatal" dengan menikahi putri pemilik penginapannya, Jean Churchman. Namun, Walton digambarkan sebagai "tukang gosip yang tidak dapat diandalkan" yang "umumnya membentuk subjek-subjeknya agar sesuai dengan pola yang sudah jadi." Baik Walton maupun John Booty memberikan tanggal pernikahan sebagai tahun 1588.
Hooker tampaknya tinggal bersama keluarga Churchman secara tidak tetap hingga tahun 1595, dan menurut Booty, ia "tampaknya diperlakukan dengan baik dan banyak dibantu oleh John Churchman dan istrinya." Ia memiliki empat putri.
8. Later Years and Death
Pada tahun 1591, Richard Hooker meninggalkan Temple dan diangkat ke jabatan di St Andrew's, Boscombe, Wiltshire, untuk mendukungnya selama ia menulis. Ia tampaknya sebagian besar tinggal di London tetapi juga menghabiskan waktu di Salisbury, di mana ia menjadi sub-dekan Katedral Salisbury dan memanfaatkan perpustakaan katedral.
Pada tahun 1595, Hooker menjadi rektor paroki St. Mary the Virgin di Bishopsbourne dan St. John the Baptist di Barham, keduanya di Kent, dan meninggalkan London untuk melanjutkan penulisannya. Ia menerbitkan buku kelima dari Laws pada tahun 1597. Buku ini lebih panjang dari empat buku pertama jika digabungkan.
Richard Hooker meninggal pada 2 November 1600 (sumber lain menyebut 3 November 1600) di rektorinya di Bishopsbourne. Ia dimakamkan di kansel gereja. Dalam wasiatnya, ia menyertakan ketentuan: "Item, saya memberikan dan mewariskan 3 GBP uang Inggris yang sah untuk pembangunan dan pembuatan mimbar yang lebih baru dan memadai di paroki Bishopsbourne." Mimbar tersebut masih dapat dilihat di gereja Bishopsbourne, bersama dengan patungnya. Sebuah monumen didirikan di sana oleh William Cowper pada tahun 1632, yang menggambarkannya sebagai "bijaksana" (judiciousBahasa Inggris).
9. Legacy and Influence

Raja James I dikutip oleh Izaak Walton, biografer Hooker, mengatakan, "Saya mengamati tidak ada bahasa yang dibuat-buat pada Tuan Hooker; melainkan manifestasi akal yang serius, komprehensif, jelas, dan didukung oleh otoritas Kitab Suci, para bapa gereja dan kaum skolastik, serta semua hukum baik sakral maupun sipil."
Penekanan Hooker pada Alkitab, akal, dan tradisi secara signifikan memengaruhi perkembangan Anglikanisme. Ia juga memengaruhi banyak filsuf politik, termasuk John Locke. Locke mengutip Hooker berkali-kali dalam Second Treatise of Civil Government dan sangat dipengaruhi oleh etika hukum kodrat Hooker serta pembelaannya yang gigih terhadap akal manusia. Locke juga menggunakan otoritas Hooker untuk membuktikan kesetaraan dalam keadaan alami manusia, sebuah konsep fundamental dalam pemikiran liberal.
Seperti yang dicatat oleh Frederick Copleston, moderasi dan gaya argumentasi Hooker yang beradab sangat luar biasa dalam suasana keagamaan pada masanya, yang sering kali ditandai oleh perdebatan sengit dan intoleransi. Pendekatannya yang rasional dan mencari jalan tengah berkontribusi pada perkembangan pemikiran yang lebih terbuka dan toleran dalam teologi dan politik. Di Gereja Inggris, ia diperingati dengan festival kecil pada 3 November, dan hari yang sama juga diperingati dalam kalender bagian lain dari Persekutuan Anglikan.