1. Overview
Robert III dari Artois (1287 - antara 6 Oktober dan 20 November 1342) adalah seorang bangsawan Prancis dari Wangsa Artois yang memainkan peran sentral dan kontroversial dalam memicu Perang Seratus Tahun. Awalnya diakui sebagai Lord Conches-en-Ouche, Domfront, dan Mehun-sur-Yèvre, ia juga dianugerahi County Beaumont-le-Roger. Kehidupannya didominasi oleh sengketa warisan yang panjang dan pahit atas County Artois dengan bibinya, Mahaut dari Artois. Ambisinya yang tak terkendali mendorongnya untuk memalsukan surat wasiat, yang berujung pada pengasingan dan penyitaan seluruh propertinya oleh Philip VI dari Prancis. Sebagai seorang buronan, Robert melarikan diri ke Inggris, di mana ia memanfaatkan kebencian pribadinya terhadap Raja Philip VI dengan secara aktif menghasut Edward III dari Inggris untuk mengajukan klaim atas takhta Prancis. Pengaruh Robert yang signifikan, didukung oleh pengetahuannya tentang istana Prancis, menjadi faktor penentu dalam pecahnya konflik berkepanjangan antara Prancis dan Inggris, menjadikannya figur yang bertanggung jawab atas eskalasi diplomatik dan penderitaan yang tak terhitung jumlahnya yang ditimbulkan oleh perang tersebut. Perannya dalam sejarah tetap menjadi subjek analisis kritis, mengingat tindakan-tindakan kontroversialnya yang memiliki dampak besar pada hubungan internasional pada masanya.

2. Kehidupan
Robert III dari Artois menghabiskan sebagian besar hidupnya dalam perjuangan untuk mendapatkan kembali hak waris yang diyakininya miliknya, yang pada akhirnya membawanya pada serangkaian peristiwa yang mengubah jalannya sejarah Eropa.
2.1. Tahun-tahun Awal dan Sengketa Suksesi Artois
Robert III lahir pada tahun 1287, putra dari Philippe dari Artois, Lord Conches-en-Ouche, dan Blanche dari Bretagne, yang merupakan putri dari Jean II, Adipati Bretagne. Baik Philip maupun Blanche adalah keturunan laki-laki dari Dinasti Kapetia. Ayah Robert, Philip, meninggal pada 11 September 1298, karena luka-luka yang dideritanya dalam Pertempuran Furnes pada 20 Agustus 1297 melawan pasukan Flandria. Kematian ayahnya yang terlalu dini secara tidak langsung menjadi penyebab utama sengketa suksesi atas County Artois.
Setelah kematian kakeknya, Robert II, Count Artois, dalam Pertempuran Courtrai pada tahun 1302, County Artois diwarisi oleh bibi muda Robert, Mahaut dari Artois (terkadang disebut Mathilde), sesuai dengan kebiasaan yang berlaku, karena ia adalah anak tertua Robert II. Pada saat itu, Robert masih terlalu muda untuk menantang suksesi ini, meskipun ia kemudian akan melakukannya. Robert mengklaim hak suksesi atas dasar hak darah, tetapi tradisi di Artois saat itu cenderung mendukung garis keturunan langsung tertua. Ia melancarkan dua tuntutan hukum pada tahun 1309 dan 1318 untuk menegaskan hak warisnya, tetapi keduanya berakhir dengan kegagalan.
2.2. Hubungan dengan Philip VI dan Pemberian County Beaumont-le-Roger
Robert III dari Artois memainkan peran penting dalam suksesi takhta Philip VI dari Prancis, yang merupakan saudara iparnya. Ia menjabat sebagai penasihat tepercaya raja untuk beberapa waktu, menggunakan pengaruhnya yang besar dalam urusan istana. Melalui pengaruh ini, Philip VI menganugerahinya County Beaumont-le-Roger pada bulan Juni 1328. Pemberian ini dimaksudkan sebagai kompensasi atas warisan Artois yang jatuh ke tangan Mahaut. Namun, pada kematian Mahaut pada tahun 1329, gelar atas Artois beralih ke putrinya, Jeanne II, Countess dari Bourgogne. Mengikuti contoh County Flandria, Robert kembali membuka pertanyaan mengenai suksesi Artois, menuntut haknya atas wilayah tersebut.
2.3. Insiden Surat Wasiat Palsu dan Pengasingan
Pada tahun 1331, ambisi Robert III mencapai puncaknya ketika ia ditemukan bersalah karena memalsukan surat wasiat mendiang ayahnya. Untuk mendukung klaim palsunya, ia menggunakan tiga puluh empat kesaksian palsu dan sebuah dokumen palsu yang dibuat oleh seorang wanita bernama Jeanne de Divion. Setelah penipuan ini terungkap, Jeanne de Divion dihukum dan dibakar di tiang pancang. Pengungkapan tipuan ini menghancurkan semua harapan Robert untuk mendapatkan kembali Artois.
Lebih lanjut, timbul kecurigaan bahwa Robert III mungkin terlibat dalam kematian Jeanne II, Countess dari Bourgogne pada tahun 1330, yang kemudian menyebabkan dikeluarkannya surat perintah penangkapan atas tuduhan pengkhianatan. Robert gagal memenuhi panggilan keempat untuk tampil di hadapan raja, dan akibatnya, pada 8 April 1332, ia dijatuhi hukuman pengasingan dan penyitaan seluruh harta miliknya secara in absentia. Untuk menghindari penangkapan dan eksekusi, Robert melarikan diri dari Prancis dan mencari perlindungan pada keponakannya, Jean II, Marquis dari Namur. Philip VI kemudian meminta Uskup Liège untuk menyerang Namur. Robert kemudian melarikan diri lagi, kali ini ke saudara iparnya, Jean III, Adipati Brabant. Namun, Philip VI memaksa Adipati Brabant untuk menelantarkan Robert, yang akhirnya melarikan diri melintasi Selat Inggris menuju istana Edward III dari Inggris. Pada tahun 1334, istri dan putra-putranya, Jean dan Charles, ditangkap dan dipenjara di Château Gaillard di Normandia. Pada tahun 1336, Philip VI secara resmi menyatakan Robert III sebagai pemberontak kerajaan.
2.4. Perlindungan di Inggris dan Kontribusi terhadap Perang Seratus Tahun
Setelah tiba di Inggris, Robert III bertemu dengan Edward III dari Inggris. Menurut legenda yang berkembang di kemudian hari, Robert dengan gigih mendesak Raja Inggris untuk menyatakan perang demi mengklaim takhta Prancis. Motivasi Robert sebagian besar didorong oleh keinginan balas dendam pribadi terhadap Philip VI atas pengasingan dan penyitaan propertinya. Edward III menyambut Robert dengan tangan terbuka, terutama sebagai balasan atas perlindungan yang diberikan Philip VI kepada David II dari Skotlandia, musuh Edward.
Selama berada di Inggris, Robert menjadi anggota dewan kerajaan Edward dan memberinya informasi mendalam tentang urusan dalam dan luar istana Prancis. Banyak penulis kronik kontemporer menyatakan bahwa pengaruh Robert secara langsung menyebabkan dimulainya Perang Seratus Tahun, terutama karena Philip VI menjadikan keengganan Edward untuk mengusir Robert sebagai alasan penyitaan Kadipaten Guyenne pada Mei 1337.
Pada akhir tahun 1340-an, sebuah sumpah puitis berjudul Voeux du héron (Voeux du héronSumpah BangauBahasa Prancis) beredar di Prancis dan Inggris. Puisi ini menggambarkan invasi Edward ke Prancis sebagai pemenuhan sumpah ksatria yang dibuat kepada Robert untuk merebut takhta Prancis sebagai hak dinastinya. Robert mengikuti Edward dalam kampanyenya di awal perang, termasuk memimpin pasukan Anglo-Flandria dalam Pertempuran Saint-Omer pada tahun 1340. Setelah kemenangan Inggris dalam Pertempuran Sluys pada tahun 1340, Robert berupaya merebut kembali Artois, tetapi usahanya tidak berhasil. Ia juga berpartisipasi dalam Perang Suksesi Bretagne sebagai pendukung faksi Anglo-Montfort, mengingat ibunya adalah putri dari Jean II, Adipati Bretagne.
2.5. Kematian
Robert III dari Artois meninggal pada November 1342 setelah menyerah pada disentri, yang ia derita setelah terluka dalam penarikan mundur dari kota Vannes selama Perang Suksesi Bretagne. Ia awalnya dimakamkan di Gereja Blackfriars, London, namun makamnya kini berada di Katedral Santo Paulus.
3. Keluarga
Sekitar tahun 1320, Robert III dari Artois menikahi Jeanne dari Valois, putri dari Charles dari Valois dan istri keduanya, Catherine I dari Courtenay. Dari pernikahan ini, mereka memiliki enam orang anak:
- Louis (1320-1326/29)
- Jean (1321-1387), yang kemudian menjadi Count dari Eu.
- Jeanne (1323-1324)
- Jacques (sekitar 1325-1347)
- Robert (sekitar 1326-1347)
- Charles (1328-1385), yang kemudian menjadi Count dari Pézenas dan Longueville.
4. Warisan dan Dampak
Dampak Robert III dari Artois terhadap sejarah Eropa sangat signifikan, terutama karena perannya dalam memicu salah satu konflik terlama dan paling merusak pada Abad Pertengahan.
4.1. Kontribusi dan Pengaruh
Peran Robert III dalam politik Anglo-Prancis sangat menentukan dalam pecahnya Perang Seratus Tahun. Setelah pengasingannya dari Prancis, ia menjadi penasihat kunci bagi Edward III, menyediakan intelijen mengenai dinamika istana Prancis dan mendesak Edward untuk menegaskan klaimnya atas takhta Prancis. Pengaruhnya ini, yang didorong oleh dendam pribadinya, merupakan katalisator utama konflik tersebut. Keputusan Philip VI untuk menyita Kadipaten Guyenne pada tahun 1337, yang secara eksplisit dikaitkan dengan penolakan Edward untuk mengusir Robert, secara langsung memicu deklarasi perang. Sumpah puitis Voeux du héron yang beredar luas pada masa itu menyoroti pandangan kontemporer tentang Robert sebagai pendorong utama Edward untuk melancarkan invasi. Dengan demikian, "kontribusinya" adalah sebagai arsitek utama di balik keputusan Edward III untuk memulai perang yang mengubah lanskap politik dan sosial Eropa selama lebih dari satu abad.
4.2. Kontroversi dan Penilaian Kritis
Kehidupan dan tindakan Robert III dari Artois tidak luput dari kontroversi dan penilaian kritis. Insiden pemalsuan surat wasiat mendiang ayahnya pada tahun 1331, yang melibatkan kesaksian palsu dan pembuatan dokumen fiktif, adalah bukti nyata dari ambisi tanpa batas dan ketidakpatuhannya terhadap hukum. Tindakan ini tidak hanya menyebabkan hukuman pengasingan dan penyitaan propertinya, tetapi juga berujung pada eksekusi Jeanne de Divion, yang membantu dalam pemalsuan tersebut. Kecurigaan atas keterlibatannya dalam kematian Jeanne II, Countess dari Bourgogne menambah citra negatifnya sebagai sosok yang bersedia melakukan apa saja demi keuntungan pribadi.
Perannya dalam memicu Perang Seratus Tahun juga menjadi subjek kritik keras. Dorongan pribadinya untuk membalas dendam terhadap Philip VI, yang menyebabkan ia menghasut Edward III untuk memulai perang besar, mengakibatkan penderitaan yang tak terhitung dan kerusakan yang meluas di seluruh Eropa. Penilaian kritis menunjukkan bahwa ambisi pribadi Robert dan rasa tidak adil yang ia rasakan menjadi pemicu konflik yang jauh melampaui sengketa warisan pribadi, menunjukkan bagaimana motif individu dapat memiliki konsekuensi global yang menghancurkan. Ia adalah figur yang kompleks, yang tindakan-tindakannya, meskipun bertujuan untuk keuntungan pribadinya, memiliki dampak yang sangat besar pada sejarah politik dan peperangan di Eropa.
5. Dalam Fiksi
Robert III dari Artois adalah karakter utama dalam serial novel sejarah Prancis berjudul Les Rois maudits (Les Rois mauditsRaja-raja TerkutukBahasa Prancis) karya Maurice Druon. Banyak peristiwa dalam kehidupannya, termasuk sengketa suksesi dan pengasingannya, diceritakan kembali dalam karya ini. Dalam adaptasi miniseri televisi Prancis tahun 1972 dari serial tersebut, ia diperankan oleh Jean Piat, dan dalam adaptasi tahun 2005, ia diperankan oleh Philippe Torreton.
6. Lihat Pula
- Perang Seratus Tahun
- Edward III dari Inggris
- Philip VI dari Prancis
- Mahaut dari Artois
- County Artois
- Wangsa Artois