1. Kehidupan Awal dan Karier Militer
Sakuma Samata memiliki latar belakang yang kuat dalam tradisi militer Jepang, yang membawanya pada karier panjang dan berpengaruh dalam Angkatan Darat Kekaisaran Jepang sebelum ia menduduki jabatan sebagai Gubernur-Jenderal Taiwan. Bagian ini akan membahas secara rinci kelahirannya, pendidikannya, dan perjalanan kariernya di dalam dan luar negeri, termasuk keterlibatannya dalam berbagai konflik penting dan jabatannya dalam komando utama.
1.1. Kelahiran dan Latar Belakang
Sakuma Samata lahir pada tanggal 19 November 1844 (tahun ke-15 era Tenpō, tanggal 10 bulan 10 menurut kalender lama) di Distrik Abu, Provinsi Nagato (sekarang Hagi, Yamaguchi) sebagai putra bungsu dari Okamura Magoshichi, seorang samurai dari Domain Chōshū. Kemudian, ia diadopsi ke dalam keluarga Sakuma. Ia menempuh pendidikan awal dalam ilmu perang Barat di bawah bimbingan Ōmura Masujirō, seorang tokoh penting dalam modernisasi militer Jepang. Pada tahun 1866, Sakuma bertugas sebagai komandan kompi dalam Pasukan Kiheitai dan memimpin batalion Kameyama-tai dari Pasukan Shoshu Chōshū di Geishū-guchi selama Ekspedisi Chōshū Kedua yang dilancarkan oleh Keshogunan Tokugawa.
1.2. Dinas Militer Awal dan Keterlibatan Konflik
Setelah Restorasi Meiji, Sakuma Samata melanjutkan karier militernya. Pada tahun 1872, ia menjadi Kapten Angkatan Darat di Chin-tai Saikai yang baru dibentuk.
Pada Februari 1874, Sakuma berpartisipasi dalam penumpasan Pemberontakan Saga, di mana ia memimpin pasukan dari Kastil Kumamoto. Setelah pemberontakan mereda, ia ditunjuk sebagai Kepala Staf Chin-tai Kumamoto. Ia kemudian berpartisipasi dalam Ekspedisi Taiwan (1874), di mana pada 22 Mei ia memimpin pasukan berkekuatan 150 prajurit yang disergap oleh penduduk asli, memicu Pertempuran Gerbang Batu. Selama Pemberontakan Satsuma pada tahun 1877, ia menjabat sebagai komandan Resimen Infanteri ke-6 Angkatan Darat Kekaisaran Jepang. Pada tahun 1878, ia dipromosikan menjadi Kolonel, dan pada Februari 1881, ia diangkat menjadi Mayor Jenderal serta komandan distrik militer Sendai (Sendai Chin-tai). Pada Mei 1885, Sakuma diberikan komando Brigade Infanteri ke-10, dan setahun kemudian, pada tahun 1886, ia dipromosikan menjadi Letnan Jenderal.
1.3. Jabatan Komando Utama
Dengan pecahnya Perang Tiongkok-Jepang Pertama pada tahun 1894, Sakuma Samata memimpin Divisi ke-2 (Angkatan Darat Kekaisaran Jepang) dalam Pertempuran Weihaiwei, yang berhasil dikuasai. Setelah perang berakhir pada Mei 1895, ia menjabat sebagai Gubernur Militer wilayah pendudukan di Weihaiwei, Provinsi Shandong, Tiongkok.
Pada tahun 1896, ia diangkat sebagai komandan Divisi Pengawal Kekaisaran dan kemudian sebagai Tokufu Chubu (Panglima Wilayah Tengah). Pada 28 September 1898, ia dipromosikan ke pangkat Jenderal Angkatan Darat. Setelah periode cuti singkat, ia ditunjuk sebagai Gubernur Garnisun Tokyo pada 1 Mei 1904.
2. Masa Jabatan sebagai Gubernur-Jenderal Taiwan
Sakuma Samata menjabat sebagai Gubernur-Jenderal Taiwan ke-5 dari 11 April 1906 hingga Mei 1915, menjadikannya salah satu gubernur-jenderal yang paling lama menjabat di Taiwan pada masa kekuasaan Jepang. Selama masa jabatannya, ia menerapkan berbagai kebijakan yang berdampak signifikan pada masyarakat dan perkembangan ekonomi pulau tersebut, terutama dalam bidang penindasan suku-suku pribumi dan pembangunan infrastruktur.
2.1. Kebijakan Kolonial dan Penindasan
Setelah perlawanan bersenjata oleh populasi Han Taiwan mereda, pemerintah kolonial Jepang di bawah Sakuma Samata mengalihkan perhatiannya pada penindasan suku-suku pribumi yang mendiami wilayah pegunungan Taiwan. Salah satu alasan Sakuma terpilih untuk memimpin pemerintahan kolonial adalah partisipasinya dalam ekspedisi Jepang sebelumnya ke Taiwan pada tahun 1874. Misinya secara eksplisit mencakup perluasan kendali Jepang ke wilayah-wilayah yang dihuni oleh suku-suku pribumi.
Selama masa jabatannya, Sakuma memimpin beberapa kampanye militer bersenjata yang dikenal sebagai "Proyek Pasifikasi" (理蕃事業, Riban Jigyō) terhadap suku-suku seperti Atayal, Bunun, dan Truku. Kampanye ini, yang bertujuan untuk menundukkan dan mengintegrasikan masyarakat adat ke dalam sistem kolonial Jepang, sering kali melibatkan kekerasan dan pemaksaan, menyebabkan kerugian besar bagi kehidupan dan budaya mereka. Meskipun kampanye ini dianggap "berhasil" oleh pemerintah kolonial dalam menyelesaikan penindasan bersenjata, dampaknya terhadap hak asasi manusia dan keberlanjutan hidup suku-suku pribumi sangatlah merusak.
2.2. Pembangunan Sosial dan Ekonomi
Selain kebijakan represifnya, Sakuma Samata juga mendorong berbagai inisiatif pembangunan infrastruktur dan sosial-ekonomi di Taiwan. Ia diakui atas kontribusinya dalam pengembangan pesisir timur Taiwan, khususnya pelabuhan Hualien, dan wilayah Ngarai Taroko. Ia juga berperan dalam penyelesaian jalur kereta api vertikal yang menghubungkan Taiwan dari utara ke selatan, pembukaan museum, dan penebangan hutan Alishan. Selain itu, Sakuma juga dikreditkan dengan memperkenalkan olahraga bisbol ke Taiwan pada tahun 1910, yang kemudian menjadi sangat populer di pulau tersebut.
3. Kronologi
Berikut adalah kronologi peristiwa penting dalam kehidupan Sakuma Samata:
- 1844: Lahir pada 19 November (10 Oktober tahun ke-15 Tenpō).
- 1866: Mengikuti Ekspedisi Chōshū Kedua sebagai komandan batalion dari pasukan Kameyamatai.
- 1872: Ditunjuk sebagai Kapten Angkatan Darat dan anggota Chin-tai Saikai.
- 1874: Berpartisipasi dalam penumpasan Pemberontakan Saga dan menjabat sebagai Kepala Staf Chin-tai Kumamoto. Berpartisipasi dalam Ekspedisi Taiwan (1874), memimpin Pertempuran Gerbang Batu pada 22 Mei.
- 1875: Menjadi komandan Resimen Infanteri ke-6.
- 1877: Berpartisipasi dalam Pemberontakan Satsuma.
- 1878: Dipromosikan menjadi Kolonel Angkatan Darat.
- 1881: Dipromosikan menjadi Mayor Jenderal Angkatan Darat dan komandan Chin-tai Sendai.
- 1885: Ditunjuk sebagai komandan Brigade Infanteri ke-10.
- 1886: Dipromosikan menjadi Letnan Jenderal Angkatan Darat.
- 1887: Dianugerahi gelar Danshaku (Baron) pada 24 Mei.
- 1888: Menjadi komandan Divisi ke-2 (Angkatan Darat Kekaisaran Jepang).
- 1894: Memimpin Divisi ke-2 dalam Perang Tiongkok-Jepang Pertama, termasuk Pertempuran Weihaiwei.
- 1895: Ditunjuk sebagai Gubernur wilayah pendudukan pada 5 April. Dianugerahi Grand Cordon of the Order of the Rising Sun dan diangkat menjadi Shishaku (Viscount) pada 20 Agustus.
- 1896: Menjadi komandan Divisi Pengawal Kekaisaran dan kemudian Tokufu Chubu (Panglima Wilayah Tengah).
- 1898: Dipromosikan menjadi Jenderal Angkatan Darat pada 28 September.
- 1900: Ditunjuk sebagai komandan pasukan dalam Parade Militer Angkatan Darat Kekaisaran tahun 1900.
- 1902: Sementara cuti atau tidak aktif dari dinas.
- 1904: Ditunjuk sebagai Gubernur Garnisun Tokyo pada 1 Mei.
- 1906: Ditunjuk sebagai Gubernur-Jenderal Taiwan ke-5 pada 11 April. Dianugerahi Order of the Rising Sun dengan Bunga Paulownia.
- 1907: Diangkat menjadi Hakushaku (Count) pada 21 September.
- 1915: Mengundurkan diri dari jabatan Gubernur-Jenderal Taiwan dan pensiun pada 1 Mei. Meninggal dunia pada 5 Agustus.
4. Tanda Kehormatan dan Penghargaan
Sepanjang karier militer dan sipilnya, Sakuma Samata menerima berbagai tanda kehormatan dan penghargaan dari pemerintah Jepang, termasuk promosi pangkat istana (ikai) dan gelar kebangsawanan (kazoku).
Pangkat Istana (位階):
- Jushi-i (Peringkat Keempat Junior): 28 Oktober 1886
- Shosan-i (Peringkat Ketiga Senior): 20 Desember 1895
- Jugun-i (Peringkat Kedua Junior): 31 Januari 1901
- Shoni-i (Peringkat Kedua Senior): 20 September 1909
Gelar Kebangsawanan (華族):
- Danshaku (Baron): 24 Mei 1887
- Shishaku (Viscount): 20 Agustus 1895
- Hakushaku (Count): 21 September 1907
Medali dan Ordo Kehormatan:
- Ordo Matahari Terbit, Kelas 3 (Medali Pita Tengah): 1 November 1882
- Ordo Matahari Terbit, Kelas 2 (Medali Pancaran Emas dan Leher): 25 November 1887
- Grand Cordon Ordo Matahari Terbit: 20 Agustus 1895
- Ordo Matahari Terbit dengan Bunga Paulownia: 1 April 1906
- Medali Peringatan Proklamasi Konstitusi Kekaisaran: 25 November 1889
- Medali Kampanye Perang Tiongkok-Jepang (1894-1895): 18 November 1895
- Medali Kampanye Perang Rusia-Jepang (1904-1905): 1 April 1906
5. Masa Tua dan Kematian
Setelah masa jabatan panjangnya sebagai Gubernur-Jenderal Taiwan, Sakuma Samata mengundurkan diri dan pensiun dari dinas militer pada 1 Mei 1915. Tidak lama setelah itu, ia meninggal dunia pada 5 Agustus 1915. Setelah kematiannya, ia diabadikan sebagai kami di bawah Shinto Negara, dan sebuah kuil didirikan untuk menghormatinya di Sagamihara, Prefektur Kanagawa, Jepang. Sebuah kuil serupa juga didirikan di Taihoku (sekarang Taipei), Taiwan, meskipun kuil di Taiwan kini tidak berfungsi lagi. Gelar kebangsawannya kemudian diwariskan kepada putra ketiganya, Sakuma Shunichi. Putri sulung Shunichi, Yoshiko, menikah dengan Hatada Imamu, putra dari Hatada Kinzaburo, seorang pengusaha kaya yang dikenal karena keterlibatannya dalam bisnis infrastruktur di Taiwan.
6. Penilaian dan Warisan
Penilaian historis terhadap Sakuma Samata adalah kompleks, mencerminkan baik kontribusinya pada pembangunan maupun dampak negatif dari kebijakan kolonialnya. Warisannya di Taiwan dan Jepang terus menjadi subjek diskusi dan analisis.
6.1. Penilaian Positif
Dari perspektif yang mendukung, Sakuma Samata dipandang sebagai tokoh yang berkontribusi signifikan pada modernisasi dan pembangunan infrastruktur di Taiwan. Ia sangat dihormati atas upayanya dalam mengembangkan pesisir timur Taiwan, khususnya pelabuhan Hualien, dan wilayah Ngarai Taroko. Proyek-proyek seperti penyelesaian jalur kereta api vertikal, pembangunan infrastruktur kota, dan pembukaan museum juga dianggap sebagai pencapaian penting selama masa jabatannya. Selain itu, pengenalan bisbol ke Taiwan pada tahun 1910 juga merupakan salah satu warisan budayanya yang positif.
6.2. Kritik dan Kontroversi
Namun, masa jabatan Sakuma Samata juga menjadi subjek kritik keras, terutama terkait dengan metode pemerintahannya dan perlakuan terhadap penduduk pribumi Taiwan. Kebijakan "Proyek Pasifikasi" (理蕃事業) yang ia terapkan secara agresif terhadap suku-suku adat seperti Atayal, Bunun, dan Truku dianggap sebagai tindakan represif yang brutal. Kampanye-kampanye militer ini menyebabkan banyak korban jiwa, penggusuran paksa, dan penindasan budaya terhadap masyarakat adat Taiwan, mencerminkan sisi gelap dari imperialisme Jepang. Kritik ini menekankan bahwa meskipun ada pembangunan infrastruktur, hal itu sering kali dilakukan dengan mengorbankan hak asasi manusia dan kesejahteraan penduduk asli.
6.3. Peringatan dan Memorial
Sebagai bentuk penghormatan, kuil didirikan untuk Sakuma Samata setelah kematiannya. Sebuah Kuil Sakuma yang masih ada hingga saat ini berada di Sagamihara, Prefektur Kanagawa, Jepang. Selain itu, Kuil Sakuma juga pernah didirikan di Taihoku (sekarang Taipei), Taiwan, meskipun kini sudah tidak ada. Upaya untuk membangun kembali kuil di Taiwan belum berhasil. Beberapa jalan atau tempat di Taiwan juga sempat menggunakan namanya, seperti Sakuma-cho di Taipei, menunjukkan bagaimana namanya diabadikan dalam toponimi lokal meskipun kemudian diubah seiring perubahan politik.