1. Kehidupan awal dan pendidikan
Nathan, yang berketurunan India Tamil, lahir di Singapura pada 3 Juli 1924. Ia menghabiskan masa kecilnya di Muar, Johor, bersama orang tuanya, V. Sellapan dan Abirami, serta dua kakak laki-lakinya. Nathan pada akhirnya memiliki tujuh saudara kandung, namun ketiga kakak laki-lakinya meninggal dunia saat masih kecil. Ayahnya bekerja sebagai juru tulis pengacara untuk sebuah perusahaan yang melayani perkebunan karet, tetapi Depresi Besar dan kemerosotan karet pada tahun 1930-an menghancurkan kekayaan keluarga. Akibatnya, ayah Nathan terlilit utang dan akhirnya bunuh diri ketika Nathan berusia delapan tahun.
Setelah kembali ke Singapura, Nathan menerima pendidikan dasarnya di Anglo-Chinese Primary School dan Rangoon Road Morning School, serta pendidikan menengahnya di Victoria School. Namun, ia dikeluarkan dari sekolah dua kali dan, setelah bertengkar dengan ibunya, melarikan diri dari rumah pada usia 16 tahun. Selama pendudukan Jepang di Singapura, Nathan belajar bahasa Jepang dan bekerja untuk polisi sipil Jepang, Kempeitai, sebagai penerjemah. Setelah perang, sambil bekerja, ia menyelesaikan pendidikan menengahnya melalui kursus korespondensi dengan Wolsey Hall, Oxford. Ia kemudian masuk Universitas Malaya (yang saat itu berlokasi di Singapura), di mana ia menjadi sekretaris University Socialist Club pada tahun kedua kuliahnya. Ia lulus pada tahun 1954 dengan Diploma Studi Sosial (Distinction).
2. Karier Pegawai Negeri Sipil
Nathan memulai kariernya di Dinas Sipil Singapura pada tahun 1955, mengemban berbagai jabatan penting di berbagai departemen pemerintahan.
2.1. Pelayanan publik dan gerakan buruh
Nathan memulai kariernya sebagai pekerja sosial medis pada tahun 1955. Setahun kemudian, ia diangkat sebagai Petugas Kesejahteraan Pelaut. Pada tahun 1962, ia diperbantukan ke Unit Riset Buruh Kongres Serikat Buruh Nasional (NTUC), mula-mula sebagai asisten direktur dan kemudian sebagai direktur, hingga Januari 1966. Selama masa ini, Nathan juga bernegosiasi untuk keanggotaan Singapura dalam Organisasi Solidaritas Rakyat Afro-Asia. Ia kemudian menjabat sebagai anggota Dewan Wali Amanat NTUC dari tahun 1983 hingga April 1988.
2.2. Pertahanan dan hubungan luar negeri
Pada Februari 1966, Nathan dipindahkan ke Kementerian Luar Negeri Singapura. Ia menjabat sebagai Asisten Sekretaris dan kemudian naik menjadi Wakil Sekretaris sebelum diangkat sebagai Wakil Sekretaris Kementerian Dalam Negeri Singapura pada Januari 1971. Pada 6 Agustus tahun yang sama, Nathan pindah ke Kementerian Pertahanan Singapura di mana ia menjabat sebagai Direktur Divisi Keamanan dan Intelijen (SID).
Pada Insiden Laju tanggal 31 Januari 1974, anggota teroris Tentara Merah Jepang dan Front Populer untuk Pembebasan Palestina mengebom tangki-tangki petroleum di Pulau Bukom di lepas pantai Singapura. Nathan termasuk di antara sekelompok pejabat pemerintah yang secara sukarela menjadi sandera oleh Tentara Merah Jepang dan diterbangkan ke Kuwait untuk mengamankan pembebasan sandera sipil serta memastikan perjalanan aman bagi para teroris. Atas keberaniannya, pada Agustus 1974 ia dianugerahi Pingat Jasa Gemilang (Medali Pelayanan Berjasa).
Pada Februari 1979, Nathan kembali ke Kementerian Luar Negeri dan menjadi Sekretaris Tetap Pertama hingga Februari 1982. Pada April 1988, Nathan diangkat sebagai Komisaris Tinggi Singapura untuk Malaysia. Kemudian, pada Juli 1990, ia menjadi Duta Besar Singapura untuk Amerika Serikat, menjabat hingga Juni 1996. Setelah kembali ke Singapura, Nathan diangkat sebagai Duta Besar Keliling dan secara bersamaan menjabat sebagai Direktur Institut Studi Pertahanan dan Strategis di Universitas Teknologi Nanyang. Ia mengundurkan diri dari jabatan duta besar dan direktur institut pada 17 Agustus 1999 untuk menjadi calon independen dalam pemilihan presiden Singapura.
3. Bisnis dan Jabatan Publik Lainnya
Setelah meninggalkan dinas sipil pada tahun 1982, Nathan mengambil alih jabatan ketua eksekutif perusahaan surat kabar Straits Times Press. Penunjukan ini awalnya dipandang negatif oleh para jurnalis yang merasa bahwa pemerintah mencoba membatasi kebebasan pers. Namun, menurut Nathan dalam sebuah wawancara tahun 2010, "Ketika mereka melihat saya tidak melakukan apa yang mereka harapkan, mereka mulai memiliki kepercayaan."
Antara tahun 1982 dan 1988, Nathan juga memegang jabatan direktur di beberapa perusahaan lain, termasuk Singapore Mint, The Straits Times Press (London), Singapore Press Holdings, dan Marshall Cavendish. Ia juga menjabat sebagai direktur di Singapore International Media antara September 1996 dan Agustus 1999. Dari tahun 1973 hingga 1986, ia menjadi Ketua Mitsubishi Heavy Industries Singapore, sebuah usaha patungan perbaikan kapal dan teknik dengan Mitsubishi Group dari Jepang. Selain itu, dari tahun 1983 hingga April 1988, Nathan menjabat sebagai Ketua Dewan Wali Amanat Hindu. Ia adalah anggota pendiri Singapore Indian Development Association (SINDA) dan wali amanahnya hingga Agustus 1999.
4. Kepresidenan (1999-2011)
Nathan menjabat sebagai Presiden Singapura keenam dari tahun 1999 hingga 2011, menjadikannya presiden dengan masa jabatan terlama dalam sejarah negara tersebut.

Pada pemilihan presiden 1999, Nathan terpilih tanpa lawan sebagai presiden pada 18 Agustus 1999, karena dua calon prospektif lainnya dinyatakan tidak memenuhi syarat secara konstitusional. Pencalonannya didukung oleh Menteri Senior Lee Kuan Yew dan mantan Presiden Wee Kim Wee. Nathan menggantikan Ong Teng Cheong sebagai presiden Singapura dan dilantik pada 1 September 1999. Ia juga secara ex officio diangkat sebagai Kanselir Universitas Nasional Singapura (NUS) dan Universitas Teknologi Nanyang.
Pada pemilihan presiden 2005, Komite Pemilihan Presiden (PEC) menyatakan Nathan sebagai satu-satunya calon yang memenuhi syarat pada 13 Agustus, menolak tiga aplikasi lainnya berdasarkan kriteria konstitusional. Dengan demikian, Nathan terpilih kembali tanpa lawan untuk masa jabatan kedua pada 17 Agustus 2005. Ia dilantik untuk masa jabatan kedua pada 1 September 2005, dan hingga tahun 2016, ia adalah satu-satunya orang yang telah menjabat dua periode penuh sebagai presiden. Pada Januari 2010, Nathan melampaui pendahulunya, Benjamin Sheares, untuk menjadi Presiden Singapura dengan masa jabatan terlama. Pada Agustus tahun yang sama, ia melampaui Yusof Ishak sebagai Kepala Negara Singapura dengan masa jabatan terlama.

4.1. Inisiatif dan Kebijakan Presiden
Nathan meluncurkan inisiatif penggalangan dana amal tahunan President's Challenge pada tahun 2000. Inisiatif ini dilanjutkan pada tahun 2012 oleh penerusnya, Presiden Tony Tan, dan hingga tahun 2016, gerakan tersebut telah mengumpulkan sekitar 160.00 M SGD.
Pada 21 Januari 2009, Nathan menyetujui secara prinsip permintaan Pemerintah untuk menarik 4.90 B USD dari cadangan keuangan negara untuk mendanai Paket Ketahanan Pemerintah. Paket ini terdiri dari dua skema yang bertujuan untuk menjaga lapangan kerja dan bisnis selama Resesi Hebat: skema Kredit Pekerjaan, yang memberikan bantuan keuangan kepada pengusaha untuk membayar gaji karyawan; dan Inisiatif Berbagi Risiko Khusus, yang membantu perusahaan menengah mendapatkan kredit. Ini adalah pertama kalinya kekuasaan diskresioner Presiden digunakan untuk tujuan ini. Persetujuan formal Presiden atas penarikan tersebut kemudian ditandatangani dalam dua pemberitahuan tertanggal 13 Maret 2009.
Pada tahun 2009, S. R. Nathan menjadi kepala negara asing pertama yang mengunjungi Hiroshima dan bertemu dengan para korban bom atom, sebuah kunjungan yang menunjukkan komitmennya terhadap perdamaian dan kemanusiaan.
5. Aktivitas Pasca-Kepresidenan

Pada 1 Juli 2011, Nathan mengumumkan bahwa ia tidak akan mencalonkan diri untuk masa jabatan ketiga sebagai presiden. Ia menyebut usianya sebagai salah satu alasan, karena ia tidak percaya dapat terus-menerus mengemban tanggung jawab berat dan tuntutan fisik posisi kepala negara pada usia 87 tahun. Ia meninggalkan jabatannya pada 1 September tahun yang sama dan digantikan oleh Tony Tan.
Beberapa minggu kemudian, pada 19 September, bukunya An Unexpected Journey: Path to the Presidency diluncurkan oleh Perdana Menteri Lee Hsien Loong. Pada saat yang sama, Dana Peningkatan Pendidikan S. R. Nathan diresmikan untuk menyediakan beasiswa, tunjangan, dan bentuk bantuan keuangan lainnya bagi mahasiswa Institute of Technical Education, politeknik, dan universitas yang membutuhkan.
Sebagai Presiden, Nathan adalah pelindung Singapore Management University (SMU) dari tahun 2000 hingga 2011. Setelah menyelesaikan masa jabatannya, ia menjadi Felo Senior Terkemuka di SMU School of Social Sciences. Selain itu, ia juga menjadi pelindung Singapore University of Social Sciences dari tahun 2006 hingga 2011. Ia memegang posisi serupa di Institute of Southeast Asian Studies. Ia juga merupakan pelindung pertama Organisasi Antar-Agama dari tahun 2012 hingga kematiannya pada tahun 2016, menunjukkan upayanya dalam memupuk multirasialisme dan kerukunan antar-agama.
6. Kehidupan Pribadi
Pada 15 Desember 1958, Nathan menikah dengan Urmila Nandey (lahir 1929), yang dikenal sebagai Umi. Mereka dikaruniai seorang putra, Osith, dan seorang putri, Juthika. Ia juga memiliki tiga cucu dan seorang saudara perempuan bernama Sundari.
7. Kematian dan Pemakaman Negara
Pada pagi hari 31 Juli 2016, Nathan terserang stroke dan dibawa ke Unit Perawatan Intensif Rumah Sakit Umum Singapura. Ia meninggal dunia di rumah sakit pada 22 Agustus 2016 pukul 21:48 Waktu Standar Singapura, pada usia 92 tahun, setelah berada dalam keadaan koma selama tiga minggu. Ia meninggalkan istri, anak-anak, cucu-cucu, dan saudara perempuannya.

Sebagai tanda penghormatan, Pemerintah Singapura menginstruksikan agar Bendera Nasional dikibarkan setengah tiang di semua gedung pemerintah dari 23 hingga 26 Agustus. Jenazah Nathan disemayamkan di Gedung Parlemen Singapura pada 25 Agustus untuk memungkinkan masyarakat memberikan penghormatan terakhir.
Pada 26 Agustus, sebuah pemakaman kenegaraan diadakan untuk menghormati Nathan. Jenazahnya diangkut dengan kereta meriam upacara 25-pounder dari Gedung Parlemen ke Pusat Kebudayaan Universitas Universitas Nasional Singapura (NUS). Prosesi pemakaman kenegaraan melewati berbagai lokasi penting dalam hidupnya, termasuk Balai Kota Singapura, tempat ia menghadiri tiga Parade Hari Nasional Singapura; The Fullerton Hotel Singapore, yang dulunya Gedung Fullerton dan tempat ia pernah bekerja di Departemen Kelautan; dan NTUC Centre, yang mengingatkan akan waktunya dalam gerakan buruh.
Para pembicara yang menyampaikan eulogi pada pemakaman kenegaraan termasuk Perdana Menteri Lee Hsien Loong, Duta Besar Keliling Tommy Koh, dan Gopinath Pillai. Musik yang dimainkan pada upacara tersebut termasuk lagu "Thanjavooru Mannu Eduthu" ("Mengambil Pasir Thanjavur") dari film Tamil Porkkaalam (Zaman Keemasan, 1997), sebuah lagu tentang pembuat boneka yang membentuk boneka wanita cantik dengan pasir, tanah liat, dan air dari berbagai negeri, dan akhirnya memberikan kehidupan pada boneka itu. Lagu ini adalah lagu favorit Nathan karena ia melihatnya sebagai metafora untuk warisan multiras Singapura. Pemakaman kenegaraan diikuti dengan kremasi pribadi di Krematorium Mandai.
8. Warisan dan Penghargaan
Warisan S. R. Nathan mencakup kontribusi sosial yang signifikan dan pengakuan atas pelayanan panjangnya kepada Singapura dan di panggung internasional.
Pada tahun 2018, Sekolah Pengembangan Manusia dan Layanan Sosial Singapore University of Social Sciences (SUSS) berganti nama menjadi S R Nathan School of Human Development (NSHD) untuk menghormati advokasi S. R. Nathan terhadap isu-isu sosial dan komunitas saat ia menjadi pelindung SUSS.
Nathan menerima berbagai penghargaan dan kehormatan nasional dan internasional yang signifikan selama dan setelah masa kepresidenannya:
- Penghargaan Nasional Singapura:**
- Bintang Bakti Masyarakat (Public Service Star) - 1964
- Pingat Pentadbiran Awam (Perak) (Public Administration Medal, Silver) - 1967
- Pingat Jasa Gemilang (Meritorious Service Medal) - 1974 (atas tindakannya selama Insiden Laju)
- Darjah Utama Temasek (Order of Temasek) (Kelas Pertama) - 2013
- Gelar Kehormatan dan Penghargaan Akademik:**
- Penghargaan Alumni Terkemuka dari Universitas Nasional Singapura (NUS) - 2007
- Doktor Honoris Causa (D.Litt.) dari NUS - 5 Juli 2012
- Doktor Honoris Causa (D.Litt.) dari Singapore Management University (SMU) - 14 Juli 2014
- Penghargaan Alumni Seni dan Ilmu Sosial Terkemuka dari Fakultas Seni dan Ilmu Sosial NUS untuk pencapaian seumur hidup - 2015
- Kepanduan:**
- Ketua Pramuka Asosiasi Pramuka Singapura saat menjabat presiden.
- Penghargaan Pramuka Terkemuka Regional Asia-Pasifik - 2005
- Penghargaan Pelayanan Terkemuka (Emas) Asosiasi - 2010
- Penghargaan Asing:**
- Order of al-Khalifa dari Bahrain - 22 November 2010 (saat kunjungan kenegaraan)
- Honorary Knight Grand Cross of the Order of the Bath (GCB) dari Britania Raya - 2006
- Doktor Hukum Perdata (D.C.L.) Honoris Causa dari University of Mauritius - Juni 2011 (atas kontribusinya terhadap pendidikan dan budaya)
- Pravasi Bharatiya Samman (Penghargaan India Luar Negeri) dari Pemerintah India - 2012 (sebagai pengakuan atas kontribusinya dalam membangun hubungan yang lebih erat antara Singapura dan India)
9. Publikasi
S. R. Nathan adalah penulis beberapa buku, yang sebagian besar berfokus pada pengalamannya dalam pelayanan publik, diplomasi, dan kehidupan pribadinya. Berikut adalah daftar publikasi utamanya:
- Singapore's Foreign Policy: Beginnings and Future (2008)
- Why Am I Here?: Overcoming Hardships of Local Seafarers (2010)
- An Unexpected Journey: Path to the Presidency (2011)
- Winning against the Odds: The Labour Research Unit in NTUC's Founding (2011)
- The Crane and the Crab (2013)
- S. R. Nathan: 50 Stories from My Life (2013)
- S. R. Nathan in Conversation with Timothy Auger (2015)