1. Karakter
Shan Tinggui adalah seorang pejuang tangguh yang dikenal karena julukannya, simbolisme warna yang terkait dengannya, serta latar belakang dan kemampuan khususnya dalam pertempuran.
1.1. Julukan dan Simbolisme
Shan Tinggui dikenal dengan julukannya, Jenderal Air Suci (聖水將軍Shèngshuǐ JiāngjūnBahasa Tionghoa), yang berasal dari keahliannya dalam melancarkan serangan air (水攻). Ia terkenal mampu membendung dan mengalihkan aliran air untuk membanjiri musuh-musuhnya, dibantu oleh lima ratus prajurit yang terlatih dalam teknik ini. Namun, menariknya, dalam alur cerita novel, kemampuannya dalam serangan air ini tidak pernah benar-benar ditampilkan dalam pertempuran.
Julukan dan atribut Shan Tinggui memiliki simbolisme yang kuat, terutama dalam kontrasnya dengan Wei Dingguo, rekannya yang ahli dalam serangan api. Sementara Wei Dingguo mengenakan baju zirah merah, Shan Tinggui selalu mengenakan baju zirah hitam, mengendarai kuda hitam, dan memimpin pasukan infanteri berbusana hitam. Bendera pribadinya juga berwarna hitam dengan tulisan "Jenderal Air Suci Shan Tinggui" berwarna perak. Perbedaan warna ini mencerminkan filosofi Lima Elemen (Wu Xing) dalam kebudayaan Tiongkok, di mana warna merah melambangkan api (火) dan warna hitam melambangkan air (水). Keduanya selalu berpasangan dalam setiap pertempuran.
1.2. Latar Belakang dan Kemampuan
Shan Tinggui berasal dari Lingzhou (凌州), sebuah wilayah yang kini terletak di Dezhou, Shandong. Sebelum bergabung dengan Liangshan, ia menjabat sebagai instruktur militer atau komandan milisi (團練使 - Tuánliànshǐ) di kampung halamannya, bersama dengan Wei Dingguo. Sebagai seorang prajurit, ia dikenal sangat tangguh.
Keahlian bertarungnya meliputi penggunaan tombak dengan gagang hitam, busur dan anak panah, serta pedang. Ia juga digambarkan membawa pedang hitam besar. Keahlian utamanya adalah membanjiri musuh, sebuah taktik yang sangat efektif dalam lingkungan yang tepat. Shan Tinggui memiliki hubungan pertemanan lama dengan Guan Sheng bahkan sebelum konflik mereka dengan Liangshan.
1.3. Penampilan dan Perlengkapan
Penampilan Shan Tinggui dalam novel digambarkan sangat khas dan menonjolkan simbolisme warnanya. Ia mengenakan baju zirah hitam, helm besi berbentuk persegi yang dihiasi dengan dua jumbai, dan bulu hitam di bagian atasnya. Di bagian luar, ia mengenakan mantel kulit harimau, dan di dalamnya, ia mengenakan jubah perang berhiaskan sulaman. Ia memakai sepatu kulit berukir dan mengikatkan ikat pinggang berwarna biru di pinggangnya.
Perlengkapan senjatanya meliputi tombak dengan gagang hitam, busur dan anak panah yang disandang di bahunya, dan pedang hitam besar yang dibawanya. Kuda tunggangannya adalah seekor kuda jantan hitam. Pasukan yang dipimpinnya juga mengenakan pakaian hitam dan mengibarkan bendera hitam, semakin memperkuat citra "Jenderal Air Suci" yang berhubungan dengan warna hitam dan elemen air.
2. Peran dalam Cerita
Shan Tinggui memainkan peran penting dalam alur cerita Batas Air, terutama dalam konflik awal dengan Liangshan dan partisipasinya dalam berbagai kampanye militer.
2.1. Sebelum Bergabung dengan Liangshan
Setelah Liangshan berhasil menyelamatkan Lu Junyi di Daming yang melibatkan kerusuhan di seluruh kota, serta berhasil merekrut Guan Sheng dan Suo Chao, kekuasaan istana Dinasti Song merasa sangat terancam. Untuk menumpas Liangshan, Perdana Menteri Cai Jing, salah satu dari Empat Pejabat Berkuasa yang korup pada masa pemerintahan Kaisar Huizong, merekomendasikan Shan Tinggui dan Wei Dingguo kepada kaisar. Mereka ditugaskan untuk memimpin pasukan kekaisaran guna memusnahkan Liangshan.
Dalam pertempuran pertama di luar Lingzhou, Shan Tinggui menunjukkan keahliannya. Ia berhasil memukul mundur pasukan Liangshan yang dipimpin oleh Guan Sheng, bahkan menangkap dua letnan utama Guan Sheng, Xuan Zan dan Hao Siwen. Hao Siwen secara khusus diperdaya untuk memasuki barisan tentara Shan Tinggui, yang dengan cepat mengepung dan menangkapnya. Kemenangan awal ini sempat membuat Guan Sheng terkejut.
2.2. Proses Bergabung dengan Liangshan
Meskipun awalnya sukses, nasib Shan Tinggui berubah ketika Guan Sheng secara langsung mengalahkannya dalam duel satu lawan satu. Guan Sheng memancing Shan Tinggui untuk mengejarnya hingga tiba di tempat terpencil. Di sana, Guan Sheng berbalik dan mengayunkan pedang besarnya, menjatuhkan Shan Tinggui dari kudanya. Alih-alih membunuhnya, Guan Sheng turun dari kuda dan menunjukkan keramahan, sehingga berhasil memenangkan hati Shan Tinggui. Persahabatan lama mereka juga berperan dalam keputusan Shan Tinggui untuk menyerah dan bergabung dengan Liangshan.
Setelah menyerah, Shan Tinggui diberikan tugas untuk meyakinkan rekannya, Wei Dingguo, yang masih menolak menyerah. Wei Dingguo, yang dikenal keras kepala dan pantang menyerah, hanya akan menyerah jika Guan Sheng datang secara pribadi dan tanpa pengawalan untuk menunjukkan ketulusan. Guan Sheng memenuhi permintaan tersebut, akhirnya meyakinkan Wei Dingguo untuk bergabung dengan Liangshan. Dengan demikian, Shan Tinggui dan Wei Dingguo, duo "Air dan Api", secara resmi menjadi bagian dari 108 Bintang Takdir Liangshan. Setelah bergabung, mereka berdua segera berpartisipasi dalam serangan terhadap Zengtoushi dan kampanye penaklukan Dongchangfu.
2.3. Setelah Bergabung dengan Liangshan
Setelah semua 108 pahlawan berkumpul di Liangshan, yang dikenal sebagai Majelis Agung, Shan Tinggui diangkat sebagai salah satu pemimpin kavaleri Liangshan. Ia menduduki peringkat ke-44 di antara 108 Bintang Takdir dan merupakan Bintang Bumi ke-8, Bintang Keajaiban Bumi (地奇星 - Dìqí Xīng). Ia ditunjuk sebagai perwira ke-7 dari enam belas Jenderal Pengintai Harimau Kecil (小彪將 - Xiǎobiāojiàng) dan menjadi komandan pertahanan di barak barat.
Setelah Liangshan menerima amnesti dari Kaisar Huizong dan diakui sebagai pasukan kekaisaran, Shan Tinggui aktif berpartisipasi dalam berbagai kampanye militer. Ia turut serta dalam invasi melawan pasukan Dinasti Liao di utara dan berbagai kampanye penumpasan kekuatan pemberontak lainnya di wilayah Song. Bersama Wei Dingguo, ia selalu bertempur dengan gagah berani dan menunjukkan kinerja yang menonjol.
3. Kematian
Kematian Shan Tinggui merupakan bagian tragis dari kampanye terakhir Liangshan untuk menumpas pemberontakan Fang La.
3.1. Gugur dalam Pertempuran
Shan Tinggui gugur secara tragis selama kampanye penumpasan pemberontakan Fang La, sebuah misi yang paling banyak merenggut nyawa para pahlawan Liangshan. Momen terakhirnya terjadi dalam pertempuran di Shezhou (歙州城), yang kini dikenal sebagai Xuancheng, Anhui.
Bersama Wei Dingguo, ia ditugaskan untuk memimpin serangan ke Shezhou. Ketika mereka tiba di gerbang kota, mereka melihatnya terbuka lebar dan tanpa pengamanan, seolah-olah mengundang mereka masuk. Tergoda untuk menjadi yang pertama meraih kemenangan, Shan Tinggui dan Wei Dingguo dengan cepat menyerbu ke dalam kota bersama pasukan mereka. Namun, ini adalah jebakan yang licik. Begitu masuk, mereka jatuh ke dalam lubang tersembunyi yang telah disiapkan oleh musuh, yang kabarnya dipimpin oleh Wang Yin dari pasukan Fang La. Mereka terperangkap bersama kuda-kuda mereka, dan para prajurit musuh yang bersembunyi di sekitar lubang segera menyerang mereka dengan tombak panjang dan anak panah. Shan Tinggui dan Wei Dingguo tewas seketika di tempat kejadian, mengakhiri hidup mereka dalam penyergapan yang mematikan.
4. Penampilan dalam Media Lain
Kisah Shan Tinggui juga diadaptasi atau disebutkan dalam karya-karya lain di luar novel utama Batas Air.
4.1. Dalam Dang Kou Zhi
Shan Tinggui juga muncul dalam novel Dang Kou Zhi (蕩寇志), sebuah sekuel atau spin-off dari Batas Air yang ditulis oleh Yu Wanchun. Dalam novel ini, ia bersama Wei Dingguo bertugas mempertahankan Nam Vượng Doanh, yang merupakan bagian dari pertahanan Gia Tường.
Dalam Bab 61, diceritakan bahwa Hou Yi Chuo mengalami kekalahan militer, yang menyebabkan kematian Han Tao dan Peng Ji, serta penangkapan Xuan Zan dan Hao Siwen. Akibatnya, Gia Tường jatuh. Hou Yi Chuo kemudian mencoba membujuk Shan Tinggui dan Wei Dingguo untuk mengerahkan seluruh pasukan kavaleri mereka guna menyerang Gia Tường. Kedua jenderal ini setuju. Pada hari pertama serangan ke gerbang timur, Shan Tinggui berduel melawan Fu Ngoc dan bertarung lebih dari 50 ronde tanpa hasil yang jelas. Namun, pada hari berikutnya, Shan Tinggui bersama Hou Yi Chuo kembali menyerang gerbang timur. Dalam pertempuran ini, Shan Tinggui berhadapan dengan Văn Đạt, yang berhasil menangkapnya hidup-hidup. Sebagai hukuman, kedua tangan Shan Tinggui kemudian dipotong. Nasib ini berbeda secara drastis dari kematiannya dalam Batas Air, di mana ia gugur dalam pertempuran melawan Fang La.