1. Overview
Sheng Xian (meninggal tahun 190-an-200-an), dengan nama kehormatan Xiaozhang (孝章Bahasa Tionghoa), adalah seorang politikus dan pejabat Tiongkok pada akhir periode Dinasti Han Timur. Ia dikenal karena integritas, bakat, dan reputasinya yang tinggi di antara para cendekiawan dan pejabat. Artikel ini membahas kehidupan awal Sheng Xian, kariernya sebagai Administrator Wu Commandery, persekusi yang ia alami dari klan Sun, serta kematian tragisnya dan dampak selanjutnya pada keluarganya dan para pengikutnya. Sheng Xian merupakan simbol dari pejabat yang menghadapi persekusi politik akibat kekuatan regional yang semakin menguat, dan ia juga menyoroti peran penting persahabatan dan advokasi dalam sistem kekuasaan pada masanya.
2. Kehidupan Awal dan Latar Belakang
Sheng Xian berasal dari Komanderi Kuaiji (會稽郡Bahasa Tionghoa), yang berlokasi di wilayah Yangzhou (揚州Bahasa Tionghoa), sekitar Shaoxing, Zhejiang modern. Ia tumbuh sebagai individu yang memiliki bakat luar biasa dan karakter yang lurus serta menonjol.
q=Shaoxing, Zhejiang|position=right
2.1. Masa Kecil dan Pengakuan Awal
Sheng Xian menunjukkan bakat dan integritasnya sejak usia muda, sehingga ia direkomendasikan sebagai Xiaolian (孝廉Bahasa Tionghoa), sebuah sistem rekomendasi pejabat yang menekankan bakti dan integritas moral. Setelah itu, ia menjabat sebagai Shangshurang (尙書郞Bahasa Tionghoa), sebuah posisi penting di pemerintahan pusat yang mengurus berbagai dokumen dan urusan negara.
2.2. Hubungan dengan Kong Rong
Sheng Xian memiliki ikatan persaudaraan angkat yang istimewa dengan Kong Rong, seorang pejabat dan cendekiawan terkemuka pada masanya. Kisah persaudaraan mereka bermula ketika Sheng Xian masih muda dan menjabat sebagai lang (pejabat yunior). Dalam sebuah perjalanan, ia bertemu dengan seorang anak laki-laki berusia sekitar sepuluh tahun yang memiliki penampilan luar biasa. Sheng Xian, yang terkesan dengan anak tersebut, bertanya namanya, dan anak itu memperkenalkan diri sebagai Kong Rong dari Lu Commandery (魯國Bahasa Tionghoa).
Sheng Xian segera turun dari keretanya, memegang tangan Kong Rong, membawanya pulang, dan menghabiskan waktu dengan berbincang-bincang serta mengadakan jamuan makan. Pada hari itu, mereka berjanji untuk menjalin persaudaraan. Sheng Xian kemudian dengan bangga menyampaikan berita ini kepada ibunya, mengatakan, "Ibu, selamat! Dulu hanya ada saya, Xian, tetapi sekarang saya memiliki seorang adik laki-laki." Hubungan ini menjadi fondasi bagi dukungan Kong Rong terhadap Sheng Xian di kemudian hari, menunjukkan penghargaan Kong Rong terhadap bakat dan karakter Sheng Xian.
3. Karier Resmi
Sheng Xian memegang beberapa posisi penting selama karier resminya, yang sebagian besar diwarnai oleh gejolak politik dan konflik regional pada akhir Dinasti Han Timur.
3.1. Pelayanan sebagai Administrator Wu Commandery
Sheng Xian menjabat sebagai Administrator Komanderi Wu (吳郡Bahasa Tionghoa), yang berlokasi di sekitar Suzhou, Jiangsu modern. Selama masa jabatannya, ia dikenal karena kebijakannya yang adil dan kemampuannya merekomendasikan orang-orang berbakat untuk pelayanan publik. Salah satu individu yang ia rekomendasikan untuk jabatan pemerintahan adalah Gao Dai (高岱Bahasa Tionghoa). Namun, Sheng Xian kemudian mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Administrator Wu Commandery dengan alasan sakit.
q=Suzhou, Jiangsu|position=right
Sekitar tahun 193, ketika Xu Gong mengambil alih Komanderi Wu secara paksa, Sheng Xian menghadapi ancaman. Gao Dai, sebagai balasan atas dukungan Sheng Xian, melindungi Sheng Xian dengan menyembunyikannya di rumah seorang perwira militer bernama Xu Zhao (許昭Bahasa Tionghoa). Untuk mencegah persekusi lebih lanjut dari Xu Gong, Gao Dai pergi ke Provinsi Xu (徐州Bahasa Tionghoa) untuk mencari bantuan dari gubernur provinsi, Tao Qian. Setelah Tao Qian menunjukkan dukungan nominal untuk tujuan mereka, Xu Gong tidak lagi mengejar Sheng Xian.
3.2. Perjuangan Bertahan Hidup dan Penunjukan oleh Cao Cao
Ketika Sun Ce menaklukkan komanderi-komanderi di wilayah Jiangdong (江東Bahasa Tionghoa) sekitar tahun 199, Xu Zhao juga memberikan perlindungan kepada Yan Baihu (嚴白虎Bahasa Tionghoa), seorang tokoh lokal yang dikalahkan oleh Sun Ce. Meskipun Cheng Pu (程普Bahasa Tionghoa), salah satu jenderal Sun Ce, menyarankan untuk menyerang Xu Zhao karena memberikan perlindungan, Sun Ce menolak saran tersebut. Ia menghargai Xu Zhao sebagai pribadi yang setia karena telah memberikan perlindungan kepada Sheng Xian dan Yan Baihu, menunjukkan bahwa tindakan Xu Zhao didasari oleh kesetiaan dan prinsip, bukan permusuhan.
Namun, terlepas dari penghargaan terhadap Xu Zhao, Sun Ce memandang reputasi tinggi Sheng Xian sebagai ancaman terhadap otoritasnya sendiri. Sun Ce dikenal karena tindakannya membersihkan tokoh-tokoh berpengaruh di Jiangdong untuk mengonsolidasikan kekuasaannya, dan Sheng Xian menjadi target potensial. Akibatnya, nyawa Sheng Xian berada dalam bahaya besar.
Sekitar tahun 202, Kong Rong, yang saat itu menjabat sebagai Xiao Fu (少府Bahasa Tionghoa, pejabat yang bertanggung jawab atas keuangan dan urusan istana kekaisaran), menulis surat kepada Cao Cao. Dalam suratnya, Kong Rong merekomendasikan Sheng Xian dan memohon agar Cao Cao memberikan jabatan resmi kepadanya sebagai bentuk perlindungan dari persekusi yang dialami Sheng Xian di bawah kekuasaan Sun Ce. Mengindahkan permohonan Kong Rong, Cao Cao menunjuk Sheng Xian sebagai Qiduwei (騎都尉Bahasa Tionghoa, Komandan Kavaleri).
4. Kematian dan Dampak Selanjutnya
Meskipun Cao Cao telah menunjuk Sheng Xian untuk sebuah jabatan penting, nasibnya berakhir tragis sebelum perintah penugasannya tiba.
4.1. Kematian
Sheng Xian dibunuh oleh Sun Quan, penerus Sun Ce sebagai penguasa Jiangdong, sebelum keputusan penunjukannya sebagai Komandan Kavaleri dari Cao Cao dapat sampai kepadanya. Kematiannya yang mendadak ini terjadi di tengah upaya Kong Rong dan Cao Cao untuk melindunginya dari persekusi klan Sun, menggarisbawahi kekejaman dan dinamika kekuasaan yang kejam di akhir Dinasti Han Timur.
4.2. Balas Dendam dan Nasib Keluarga
Kematian Sheng Xian memicu upaya balas dendam dari para pengikutnya. Dua pengikut setia Sheng Xian, Dai Yuan (戴員Bahasa Tionghoa) dan Gui Lan (媯覽Bahasa Tionghoa), berusaha membalas kematiannya dengan membunuh Sun Yi (孫翊Bahasa Tionghoa), saudara laki-laki Sun Quan, dan Sun He (孫河Bahasa Tionghoa), seorang kerabat Sun Quan lainnya. Setelah melakukan pembunuhan tersebut, mereka berencana untuk membelot ke pihak Cao Cao melalui Liu Fu (劉馥Bahasa Tionghoa).
Namun, rencana mereka tidak berjalan mulus. Janda Sun Yi menyusun rencana untuk menjebak mereka, dan berhasil mengeksekusi Dai Yuan dan Gui Lan sebagai balasan atas kematian suaminya.
Sheng Xian meninggalkan seorang putra bernama Sheng Kuang (盛匡Bahasa Tionghoa). Setelah kematian ayahnya, Sheng Kuang melarikan diri ke Cao Cao dan kemudian mengabdi di bawahnya sebagai perwira militer, mencapai pangkat Zhengdong Sima (征東司馬Bahasa Tionghoa, Sima Jenderal Penakluk Timur).
5. Warisan dan Penerimaan
Penerimaan dan warisan Sheng Xian dalam sejarah sangat dipengaruhi oleh persepsi yang berbeda dari tokoh-tokoh sezaman dengannya.
5.1. Evaluasi Sejarah
Karakter dan reputasi Sheng Xian dinilai secara kontras oleh para pemimpin di masanya. Di satu sisi, Sun Ce sangat mewaspadai dan menganggap reputasi tinggi Sheng Xian sebagai ancaman terhadap otoritasnya yang sedang berkembang di Jiangdong. Ini adalah bagian dari strategi Sun Ce untuk melenyapkan para tokoh berpengaruh yang bisa menyaingi kekuasaannya, yang pada akhirnya menyebabkan persekusi dan kematian tragis Sheng Xian di tangan Sun Quan.
Di sisi lain, Sheng Xian sangat dihormati oleh Kong Rong. Persahabatan erat mereka dan upaya Kong Rong untuk menyelamatkan Sheng Xian dengan merekomendasikannya kepada Cao Cao menunjukkan bahwa Sheng Xian dipandang sebagai individu yang berbakat, jujur, dan layak dilindungi. Tindakan Cao Cao yang menunjuk Sheng Xian sebagai Qiduwei juga mengindikasikan pengakuan akan merit dan reputasinya, meskipun penugasannya terlambat untuk menyelamatkan nyawa Sheng Xian. Secara keseluruhan, Sheng Xian dikenang sebagai seorang pejabat yang memiliki integritas dan popularitas, namun menjadi korban intrik politik dan kekuasaan pada masa pergolakan Dinasti Han Timur.