1. Kehidupan dan Karier
Shuzo Ohira memiliki perjalanan hidup dan karier yang panjang dan penuh dedikasi dalam dunia Go, mulai dari masa kanak-kanak yang dididik secara ketat, hingga puncak kariernya yang diwarnai dengan pencapaian gemilang dan perjuangan melawan penyakit, hingga akhir hayatnya.
1.1. Masa Kanak-kanak dan Pendidikan
Shuzo Ohira lahir di Gifu, Jepang, pada tanggal 16 Maret 1930. Ia mulai belajar Go pada usia sembilan tahun di bawah bimbingan ayahnya, Ohira Kenji, seorang pemain Go profesional 5-dan yang juga seorang guru sekolah dasar. Pendidikan Go-nya dikenal sangat ketat, mirip dengan pelatihan militer (スパルタ教育suparuta kyōikuBahasa Jepang).
Pada usia 10 tahun, Ohira mendapat kesempatan untuk bermain Go dengan handicap tujuh batu melawan pemain legendaris Kitani Minoru 9-dan di Gifu. Setahun kemudian, pada tahun 1941, ia kembali bermain melawan Kitani dengan handicap tiga batu dan kemudian diterima sebagai murid dalam (内弟子uchideshiBahasa Jepang) di rumah Kitani di Hiratsuka. Meskipun sempat kembali ke kampung halamannya karena kondisi kesehatan yang kurang baik, Ohira kembali ke Hiratsuka pada awal tahun 1945 dan menjadi 院生inseiBahasa Jepang (siswa pelatihan) di Nihon Ki-in. Tak lama setelah itu, ia kembali ke Gifu karena seringnya serangan udara dan menetap di sana hingga akhir perang. Pada tahun 1947, ia masuk sebagai pemain profesional 1-dan di Markas Besar Tokai Nihon Ki-in (pendahulu Markas Besar Pusat Chubu) sambil membantu Yasuo Sakai di Nagoya, dan di tahun yang sama ia dipromosikan menjadi 2-dan.
1.2. Awal Karier Profesional
Pada tahun 1949, Shuzo Ohira naik pangkat menjadi 4-dan dan berpartisipasi dalam kompetisi Oteai di Kantor Pusat Tokyo Nihon Ki-in, namun ia sempat diturunkan kembali ke peringkat 2-dan. Ia kembali meraih peringkat 4-dan pada tahun 1951 dan kemudian menetap di Tokyo. Tahun 1952, ia meraih posisi juara kedua dalam Kejuaraan Pemain Go Muda. Setahun kemudian, pada tahun 1953, ia berhasil memenangkan kejuaraan tersebut dan juga menikah. Pada tahun yang sama, ia dipromosikan menjadi 5-dan. Bersama Kanou Yoshinori dan Kada Katsuji, ia dikenal sebagai "Tiga Burung Baru Pasca-Perang" (戦後派新三羽烏sengo-ha shin sanba-garasuBahasa Jepang).
Pada tahun 1957, Ohira meraih juara kedua dalam Turnamen Piala Perdana Menteri. Pada tahun 1958, ia berpartisipasi dalam Liga Penentuan Peringkat Tertinggi namun terdegradasi setelah mencatat dua kemenangan, lima kekalahan, dan satu hasil imbang. Ia mencapai peringkat 8-dan pada tahun 1960 dan memenangkan Turnamen Piala Perdana Menteri. Pada tahun 1963, ia mencapai peringkat tertinggi dalam Go, yaitu 9-dan.
1.3. Puncak Karier dan Pencapaian Utama
Periode puncak karier Shuzo Ohira dimulai pada pertengahan 1960-an. Pada tahun 1964 dan 1965, ia secara berturut-turut menantang Sakata Eio dalam Pertandingan Penentuan Posisi Nomor Satu Nihon Ki-in. Meskipun kalah, ia merasa semakin dekat dengan kemenangannya. Terobosan besar datang pada tahun 1966 ketika ia berhasil merebut Kejuaraan Nihon Ki-in dari Sakata Eio dengan skor 3-1. Ia kemudian berhasil mempertahankan gelar tersebut selama tiga tahun berturut-turut, mengalahkan lawan-lawannya seperti Rin Kaiho, Yamabe Toshiro, dan Miyashita Hidehiro. Berkat pencapaian ini, ia mendapat julukan "Pria Kejuaraan" (選手権男Senshuken OtokoBahasa Jepang). Pertandingan perebutan gelar pada tahun 1967 melawan Rin Kaiho menjadi pertandingan perebutan gelar pertama antara dua pemain yang lahir di era Showa (1926-1935).
Selama periode mempertahankan gelarnya, terutama saat melawan Yamabe, Ohira berjuang melawan rasa sakit akibat radang telinga tengah kronis dan asam urat, menunjukkan kegigihannya dalam menghadapi tantangan fisik. Meskipun demikian, Yamabe memuji Ohira sebagai "reinkarnasi Jowa" dan mengatakan bahwa Ohira telah "mengembangkan bukan hanya kekuatan, tetapi juga kecerahan".
Pada tahun 1970, Ohira kehilangan gelar Kejuaraan Nihon Ki-in dari Ishida Yoshio, namun berhasil merebutnya kembali dari Ishida pada tahun 1972. Selain itu, ia merupakan pemain yang sangat aktif dalam liga Meijin dan Honinbo. Ia menghabiskan lima periode di liga Meijin dan empat periode di liga Honinbo. Pada tahun 1967, dalam Nissei Five-Player Elimination Match (Seri Hayago Nissei), Ohira berhasil mengalahkan Sakata Eio setelah Sakata sebelumnya mengalahkan delapan pemain lainnya.
Pada tahun 1977, Ohira memenangkan gelar besar pertamanya, Kejuaraan Hayago. Ia juga mencetak rekor 17 kemenangan beruntun pada tahun 1987. Ia kembali memasuki Liga Meijin pada tahun 1984 dan 1988, dan menjadi juara kedua di IBM Hayago Open pada tahun 1990. Pada tahun 1992, ia mencapai babak semifinal dalam Turnamen Penentuan Pemain Terbaik Kisei. Ohira juga berpartisipasi dalam berbagai pertandingan internasional, termasuk Pertukaran Go Jepang-Tiongkok (1984, 1988) dan Super Go Jepang-Tiongkok (1987, 1989).
1.4. Gaya Permainan dan Filosofi Go
Gaya permainan Shuzo Ohira dikenal sangat agresif dan kuat, yang dijuluki "Pukulan Palu" (ハンマーパンチHanmā PanchiBahasa Jepang) oleh Maeda Shinji. Konon, batu lawan yang menjadi sasaran Ohira tidak akan bisa selamat. Ia juga dijuluki "Pembunuh" (殺し屋KoroshiyaBahasa Jepang) sebelum Kato Masao mendapatkan julukan yang sama. Meskipun memiliki reputasi agresif, Ohira sendiri sangat menghormati Honinbo Shuei dan mengatakan bahwa ia bermain Go dengan prinsip "memperpanjang dan menarik" (伸びて引く碁nobite hiku goBahasa Jepang), di mana ia akan menyerang setelah memperkuat pertahanannya, tanpa niat untuk serta-merta mengambil batu lawan.
Salah satu permainannya yang paling terkenal adalah pertandingan kelima Kejuaraan Nihon Ki-in tahun 1973, di mana ia berhasil menghancurkan kelompok batu besar milik penantangnya, Sakata Eio, yang bernilai sekitar 40 poin. Ia juga dikenal karena sangat mementingkan area di tepi papan. Dalam analisis dirinya, Ohira pernah menyatakan, "Saya memiliki keyakinan tersembunyi bahwa saya tidak akan kalah dari siapa pun dalam pertarungan di tengah permainan," tetapi di sisi lain, ia juga mengakui, "Perasaan saya terhadap pembukaan cukup lemah."
1.5. Kehidupan Pribadi dan Akhir Hayat
Shuzo Ohira menikah pada tahun 1953. Saudara perempuannya, Oyamaka Kayo, juga merupakan pemain Go profesional 3-dan. Di luar Go, Ohira memiliki hobi menonton film, ia adalah penggemar berat tim Chunichi Dragons (tim bisbol) dan penulis Eiji Yoshikawa.
Pada tahun 1996, Ohira menjalani operasi untuk aneurisma aorta dan harus istirahat dari turnamen dari bulan April hingga September, namun ia berhasil kembali bermain. Setahun kemudian, pada tahun 1997, ia kembali menjalani operasi aneurisma aorta dan beristirahat dari bulan April hingga Oktober, lalu kembali aktif. Namun, ia meninggal dunia pada tanggal 11 Desember 1998 di Yokohama, Jepang, akibat infark miokard.
Ia dikenal karena kepribadiannya yang sangat baik hati, bahkan dijuluki "Prototipe Orang Baik" (善人原器Zennin GenkiBahasa Jepang). Ohira juga dianggap sebagai salah satu pemain Go terkemuka dari generasi yang lahir di era Showa (dekade 1930-an). Total rekor kariernya adalah 800 kemenangan, 456 kekalahan, dan 5 hasil imbang.
2. Gelar Utama dan Rekor
Shuzo Ohira mengumpulkan sejumlah gelar dan rekor penting sepanjang karier panjangnya di dunia Go.
2.1. Gelar yang Diraih
Berikut adalah gelar-gelar utama yang berhasil diraih oleh Shuzo Ohira:
Gelar | Tahun Diraih |
---|---|
Kejuaraan Pemain Go Muda | 1953 |
Piala Perdana Menteri | 1960 |
Kejuaraan Nihon Ki-in | 1966, 1967, 1968, 1969, 1972 (total 5 gelar, 4 di antaranya berturut-turut) |
Kejuaraan Hayago | 1977 |
2.2. Prestasi Penting Lain dan Juara Kedua
Selain gelar juara, Ohira juga mencapai banyak prestasi penting dan menjadi juara kedua dalam berbagai turnamen:
Prestasi | Tahun/Keterangan |
---|---|
Kejuaraan Pemain Go Muda | Juara kedua 1952 |
Piala Perdana Menteri | Juara kedua 1957 |
Pertandingan Penentuan Posisi Nomor Satu Nihon Ki-in | Penantang 1964, 1965, 1968 |
Kejuaraan Hayago | Juara kedua 1969, 1970 |
Tengen | Juara kedua 1976 (sumber lain menyebutkan 1975) |
NHK Cup | Juara kedua 1978 |
IBM Hayago Open | Juara kedua 1990 |
Kisei Turnamen Seksi 9-dan | Juara 1988, 1991 |
Pro Jukketsusen (Turnamen Sepuluh Pemain Terbaik) | Peringkat 9 (1974), Peringkat 10 (1975) |
Liga Meijin | 5 periode partisipasi |
Liga Honinbo | 4 periode partisipasi |
Pertukaran Go Jepang-Tiongkok | 0-2 melawan Liu Xiaoguang (1984), 1-0 melawan Fang Tianfeng (1988) |
Super Go Jepang-Tiongkok | 1-1 (menang melawan Liu Xiaoguang, kalah melawan Wang Qun) (1987), 0-1 (kalah melawan Zhang Wendong) (1989) |
2.3. Penghargaan dan Rekor Khusus
Shuzo Ohira menerima beberapa penghargaan prestisius dari Nihon Ki-in:
- Penghargaan Kido (棋道賞Kido-shōBahasa Jepang):
- Penghargaan Keterampilan (Skill Award): 1972, 1975, 1984, 1987
- Penghargaan Persentase Kemenangan Terbaik (Best Winning Percentage Award): 1975 (17 kemenangan - 6 kekalahan, persentase 0.739), 1987 (31 kemenangan - 6 kekalahan, persentase 0.838)
- Penghargaan Kemenangan Beruntun (Consecutive Wins Award): 1987 (17 kemenangan beruntun)
Rekor 17 kemenangan beruntun pada tahun 1987 menjadi salah satu pencapaian yang paling menonjol dalam kariernya.
3. Permainan Representatif
Salah satu permainan representatif yang paling terkenal dari Shuzo Ohira adalah

pertandingan keempat dari lima seri penentuan gelar Kejuaraan Nihon Ki-in ke-13, melawan juara bertahan Sakata Eio. Pertandingan ini berlangsung pada tanggal 26-27 Januari 1966. Sebelum pertandingan ini, Ohira telah dua kali menantang Sakata dalam Pertandingan Penentuan Posisi Nomor Satu Nihon Ki-in pada tahun 1964 dan 1965, dan meskipun kalah, ia merasa semakin percaya diri. Ohira menyatakan, "Setelah perjuangan yang baik di Pertandingan Penentuan Posisi Nomor Satu, saya merasa tidak akan mudah kalah dari siapa pun." Di sisi lain, Sakata, meskipun baru saja kehilangan gelar Meijin dari Rin Kaiho, masih menjadi pemain terkemuka di dunia Go, dengan lima kali memenangkan gelar Honinbo secara berturut-turut dan dua kali memenangkan Kejuaraan Nihon Ki-in setelah sebelumnya tujuh kali berturut-turut. Pada pertandingan pertama seri ini, Sakata memenangkan pertandingan, namun ia juga mengungkapkan "firasat buruk."
Pada pertandingan kedua, Ohira sebagai pemain hitam, berhasil membalikkan keadaan menjadi seri 1-1 setelah Sakata membuat kesalahan dalam mengatasi serangan Ohira dan melakukan kesalahan dalam memilih bahan ko. Ohira kemudian memenangkan pertandingan ketiga, sehingga unggul 2-1.
Pertandingan keempat dimulai dengan Ohira sebagai pemain hitam, menggunakan strategi 小目komokuBahasa Jepang diagonal yang menjadi keahliannya. Namun, pada sudut kanan atas, pilihan joseki (pola baku) dari serangan satu-spasi hitam 9 tidak baik, yang menyebabkan putih membangun ketebalan yang kuat di sudut kanan atas, berkorespondensi dengan shime (penutup sudut) di kiri atas, menghasilkan bentuk yang bagus bagi putih. Meskipun hitam memperluas sisi kanan dari joseki di kanan bawah, langkah putih 34 dan 36 sangat tajam. Putih 48 kemudian berhasil mengamankan area di sisi kanan, memberikan keunggulan bagi putih.

Sadar akan posisi yang kurang menguntungkan, hitam memilih langkah 51, yang bertujuan menyerang kelompok batu putih di kanan bawah, dan kemudian mencoba serangan yang lebih kompleks dengan langkah 61. Namun, putih 66 dan 68 adalah langkah coping (shinogi) yang sangat baik, dan meskipun bentuk putih terlihat tipis, pemotongan oleh hitam tidak berhasil. Hitam sempat memainkan langkah 59 hingga 73 di area besar, namun langkah putih 74 adalah serangan yang tajam. Meskipun langkah putih 84 yang mengancam (ate) akan menjadi sangat merugikan jika hitam menghubungkannya secara langsung, langkah 104 yang disambungkan untuk membentuk ko tidak baik karena putih dapat menggunakan kelompok batu hitam di sisi atas sebagai bahan ko. Karena itu, hitam 85 memilih untuk bersiap, yang mengarah pada pertarungan ko yang sulit.

Pada langkah hitam 91 yang merupakan ancaman ko, putih mengambil ko dan dengan langkah 94, memperbesar ko tersebut. Pada akhirnya, hitam tidak dapat merespons ancaman ko putih 96, yang mengakibatkan furikawari (pertukaran) di kanan bawah. Meskipun posisi putih masih unggul, perbedaan poin mulai menyempit. Namun, langkah hitam 119 dalam pertarungan di sisi kiri adalah kesalahan. Putih mengambil inisiatif (sente) dan memainkan langkah 126, memperluas keunggulannya.
Pada langkah putih 128, jika putih memainkan langkah 133, putih seharusnya sudah memenangkan pertandingan. Namun, langkah hitam 133 adalah langkah ko putus asa. Pada langkah putih 148, jika putih menyelesaikan ko, putih seharusnya menang melalui pertukaran antara kelompok batu putih di sisi kiri dan kelompok batu hitam di sisi atas. Kesalahan fatal putih adalah langkah 164. Seharusnya, putih bermain 'a', hitam 'b', lalu putih menangkap ko, diikuti oleh hitam 'c', putih 'd' yang akan memaksa hitam memainkan son-ko (ko yang merugikan), dan putih akan menang. Dalam permainan sebenarnya, pertarungan ini menjadi pertarungan setengah poin yang sangat tipis untuk hitam. Setelah itu, perbedaan poin semakin melebar, dan permainan berakhir pada langkah ke-264 dengan kemenangan hitam 3,5 poin. Dengan kemenangan dramatis ini, Ohira berhasil meraih gelar besar pertamanya setelah tiga kali percobaan.
4. Karya
Shuzo Ohira adalah seorang penulis yang produktif, yang menyusun beberapa buku tentang Go, berbagi wawasan dan pengetahuannya dengan para penggemar dan pembelajar Go.
- Omoyo no Shōten (Go Superbooks 19) (大模様の焦点 (ゴ・スーパーブックス19)Ōmoyō no Shōten (Go Sūpābukkusu 19)Bahasa Jepang), Nihon Ki-in, 1971
- Meikyoku Kanshōshitsu (Go Superbooks 28) (名局鑑賞室 (ゴ・スーパーブックス28)Meikyoku Kanshōshitsu (Go Sūpābukkusu 28)Bahasa Jepang), Nihon Ki-in, 1974
- (Diterbitkan kembali sebagai Meikyoku Kanshōshitsu Nihon Ki-in Archive: From Dōsaku to Shūsaku, Go of the Edo Period (名局鑑賞室 日本棋院アーカイブ 道策から秀策まで・江戸時代の碁Meikyoku Kanshōshitsu Nihon Ki-in Ākaibu Dōsaku kara Shūsaku made Edo jidai no GoBahasa Jepang), Nihon Ki-in, 2010)
- Dōteki Meijin Inseki (Nihon Igo Taikei 4) (道的・名人因碩 (日本囲碁大系4)Dōteki Meijin Inseki (Nihon Igo Taikei 4)Bahasa Jepang), Chikuma Shobō, 1976
- Kaiwan Ohira Shuzo (Gei no Tankyu Series 2) (怪腕 大平修三 (芸の探求シリーズ2)Kaiwan Ōhira Shūzō (Gei no Tankyū Shirīzu 2)Bahasa Jepang), Nihon Ki-in, 1977
- Ohira Shuzo (Gendai Igo Taikei 30) (大平修三(現代囲碁大系30)Ōhira Shūzō (Gendai Igo Taikei 30)Bahasa Jepang), Kodansha, 1983
- Ohira Tsumego 120-dai (大平詰碁120題Ōhira Tsumego 120-daiBahasa Jepang), Kinensha, 1978
- Hen no Uchikomi Uro Books (辺の打ちこみ 烏鷺うろブックスHen no Uchikomi Uro BukkusuBahasa Jepang), Nihon Ki-in, 1989
5. Penilaian dan Pengaruh
Shuzo Ohira dikenang sebagai salah satu pemain Go terkemuka di Jepang, dengan gaya permainan dan kepribadian yang unik. Julukan "Pukulan Palu" (Hammer Punch) yang diberikan kepadanya oleh Maeda Shinji secara sempurna menggambarkan gaya agresifnya yang khas. Kemampuan Ohira untuk menyerang batu lawan secara efektif membuatnya ditakuti di papan Go. Ia juga sering disebut sebagai "Pembunuh" sebelum julukan itu diasosiasikan dengan Kato Masao. Bahkan, Yamabe Toshiro pernah menyebutnya sebagai "reinkarnasi Jowa", sebuah pujian yang menggambarkan kekuatan dan ketangguhannya di papan.
Selain gaya permainannya yang memukau, Ohira juga dikenal sebagai "Pria Kejuaraan" karena prestasinya yang luar biasa, terutama empat kali kemenangannya secara berturut-turut di Kejuaraan Nihon Ki-in. Di luar papan, ia dikenal karena kepribadiannya yang sangat baik hati, sehingga ia dijuluki "Prototipe Orang Baik." Kombinasi keterampilan yang luar biasa dan karakter yang terpuji membuatnya menjadi sosok yang dihormati di kalangan komunitas Go.
Ohira juga dianggap sebagai salah satu pemain representatif dari generasi Showa (generasi yang lahir pada dekade 1930-an). Filosofi Go-nya yang menekankan pada "memperpanjang dan menarik" - yaitu menyerang setelah memperkuat pertahanan - mencerminkan pendekatan strategis yang mendalam yang melampaui agresi murni. Kontribusinya melalui buku-buku dan partisipasinya dalam turnamen utama telah meninggalkan warisan yang signifikan bagi dunia Go, membentuk pandangan dan strategi generasi pemain berikutnya.