1. Kehidupan Awal dan Latar Belakang
Soong Ai-ling memiliki latar belakang keluarga yang kuat dan pendidikan yang komprehensif, yang membentuk dasar bagi karier dan pengaruhnya di kemudian hari.

1.1. Kelahiran dan Keluarga
Soong Ai-ling lahir pada 15 Juli 1889 di Shanghai, Tiongkok. Ia merupakan putri pertama dari Charlie Soong (Song Jiashu) dan Ni Kwei-Tseng (Nie Guishuang). Ayahnya, Charlie Soong, adalah seorang misionaris Gereja Metodis yang kemudian beralih menjadi pengusaha sukses dan pendukung setia Sun Yat-sen. Ibunya, Ni Kwei-Tseng, juga berasal dari keluarga terkemuka.
Ia adalah yang tertua dari enam bersaudara yang semuanya menjadi tokoh penting dalam sejarah Tiongkok modern. Saudari-saudarinya adalah Soong Ching-ling, yang kemudian menjadi istri Sun Yat-sen, dan Soong Mei-ling, yang menjadi istri Chiang Kai-shek. Saudara laki-lakinya termasuk T. V. Soong (Song Ziwen), seorang politikus dan pengusaha terkemuka, serta Soong Zi-liang dan Soong Zi-on. Pada usia lima tahun, Ai-ling memulai pendidikannya di McTyeire School di Shanghai. Ia juga menghabiskan masa kecilnya sebentar di Guangzhou.
1.2. Pendidikan
Pada 30 Juni 1904, Soong Ai-ling tiba di Amerika Serikat melalui Pelabuhan San Francisco, California, pada usia 14 tahun. Ia melanjutkan pendidikannya di Wesleyan College di Macon, Georgia. Selama masa studinya di Amerika, ia juga menghadiri pesta yang diselenggarakan oleh Presiden Theodore Roosevelt di Gedung Putih pada tahun 1905, didampingi oleh pamannya. Setelah lulus, Soong Ai-ling kembali ke Tiongkok pada tahun 1909.
2. Pernikahan dan Kehidupan Keluarga
Pernikahan Soong Ai-ling dengan H.H. Kung memperkuat posisinya dalam lingkaran elit Tiongkok, menggabungkan kekayaan dan pengaruh politik.
2.1. Pernikahan dengan H.H. Kung
Soong Ai-ling bertemu dengan calon suaminya, H.H. Kung (Kung Hsiang-Hsi), seorang pengusaha dan bankir kaya, pada tahun 1913. Mereka menikah pada tahun berikutnya, 1914, di Yokohama, Jepang. H.H. Kung dikenal sebagai salah satu orang terkaya di Republik Tiongkok pada awal abad ke-20, dan menurut beberapa sumber, ia adalah keturunan ke-75 dari Konfusius. Setelah menikah, Soong Ai-ling sempat mengajar bahasa Inggris dan terlibat dalam pekerjaan kesejahteraan anak. Ia juga bertugas di Sekolah Mingxian di Shanxi.
2.2. Anak-anak
Soong Ai-ling dan H.H. Kung memiliki empat orang anak:
- Kung Ling-i (perempuan)
- Kung Ling-kan (laki-laki), juga dikenal sebagai David Kung Ling-kan
- Kung Ling-chun (perempuan), juga dikenal sebagai Kung Ling-wei
- Kung Ling-chie (laki-laki), juga dikenal sebagai Louis C. Kung. Ia kemudian menjadi seorang eksekutif perminyakan Amerika. Louis C. Kung menikah dengan aktris Debra Paget pada tahun 1964, meskipun mereka bercerai pada tahun 1980. Pasangan ini memiliki seorang putra bernama Gregory Teh-chi Kung, yang lahir pada tahun 1964. Louis C. Kung meninggal dunia pada tahun 1996 di Houston, Texas.
3. Karier dan Aktivitas Publik
Soong Ai-ling memiliki karier yang beragam, mulai dari sekretaris politik hingga pengusaha sukses dan filantropis di masa perang.
3.1. Karier Awal sebagai Sekretaris Sun Yat-sen
Pada akhir tahun 1911, Soong Ai-ling memulai kariernya sebagai sekretaris Sun Yat-sen. Dalam perannya ini, ia aktif terlibat dalam kegiatan politik dan sosial. Ia membantu Sun Yat-sen dalam survei nasional dan terlibat dalam penyusunan rencana pembangunan jalur kereta api dengan total panjang sekitar 100.00 K km. Ketika Revolusi Kedua Sun Yat-sen gagal pada tahun 1913, ia menemani ayahnya ke Jepang dan terus menjabat sebagai sekretaris Sun Yat-sen. Pekerjaan ini kemudian digantikan oleh adiknya, Soong Ching-ling, yang kelak menjadi Nyonya Sun Yat-sen.
3.2. Aktivitas Bisnis
Pada tahun 1936, Soong Ai-ling mendirikan Sandai Company, yang juga dikenal sebagai Sanbu Company. Melalui perusahaan ini dan berbagai usaha lainnya, ia berhasil membangun dirinya sebagai seorang pebisnis wanita yang sangat sukses dan mengumpulkan kekayaan yang luar biasa. Keberhasilannya dalam dunia bisnis menjadikannya figur yang berpengaruh dalam ekonomi Tiongkok.
3.3. Kegiatan Kemanusiaan dan Bantuan Perang
Selama Perang Sino-Jepang Kedua, Soong Ai-ling sangat aktif dalam berbagai upaya kemanusiaan dan bantuan perang. Ia menjadi anggota Komite Teman Nasional Prajurit Terluka dan Asosiasi Anak Pengungsi Nasional. Ia juga menjabat sebagai ketua seksi Hong Kong dari Komite Teman Nasional Prajurit Terluka. Bersama kedua adiknya, Soong Ching-ling dan Soong Mei-ling, ia sering tampil di depan umum di Hong Kong untuk mendukung pekerjaan bantuan hingga tahun 1940.
Ketika radio Jepang menyatakan bahwa mereka akan mengungsi daripada bergabung dengan pemerintah Tiongkok di Chongqing untuk menanggung kondisi perang, ketiga Soong bersaudari pergi ke Chongqing. Di sana, mereka terus tampil untuk meningkatkan moral publik, mengunjungi rumah sakit, sistem tempat perlindungan serangan udara, dan lokasi-lokasi yang terkena bom selama perang. Mereka juga mendirikan organisasi Indusco (juga disebut Gungho) untuk melindungi industri Tiongkok selama kondisi perang, di mana Soong Ai-ling adalah yang paling aktif di antara para saudari. Ia juga mendukung Asosiasi Koperasi Industri Tiongkok, mengorganisir Komite Kepemimpinan Wanita, dan mendirikan Asosiasi Kesejahteraan Anak Nasional.
4. Kehidupan Pribadi dan Masa Tua
Setelah perang, Soong Ai-ling menghabiskan masa tuanya di Amerika Serikat.
4.1. Migrasi ke Amerika Serikat dan Kematian
Pada tahun-tahun terakhir Perang Sino-Jepang Kedua, Soong Ai-ling, suaminya, dan anak-anaknya dituduh melakukan penyuapan, korupsi, pasar gelap, dan mencari keuntungan dari perang. Pada tahun 1944, suaminya akhirnya diminta untuk mengundurkan diri sebagai menteri keuangan. Setelah itu, ia dan suaminya memindahkan kekayaan dan bisnis mereka yang sangat besar ke luar negeri dan pindah ke Amerika Serikat pada tahun 1940-an, tepatnya pada tahun 1947 setelah perang berakhir.
Soong Ai-ling meninggal dunia pada usia 84 tahun pada 20 Oktober 1973 di Rumah Sakit Presbiterian New York di New York City. Ia meninggal karena kanker (tumor ganas). Jenazahnya dimakamkan dalam sebuah mausoleum di Pemakaman Ferncliff di Westchester County, New York. Meskipun adiknya, T.V. Soong, adalah saudara laki-lakinya, Ai-ling dan Mei-ling tidak menghadiri pemakaman T.V. Soong karena konflik politik masa lalu antara T.V. Soong dan H.H. Kung.
5. Evaluasi dan Warisan
Evaluasi terhadap Soong Ai-ling sangat beragam, mencerminkan kompleksitas perannya dalam sejarah Tiongkok dan kontroversi seputar kekayaannya.
5.1. Evaluasi Positif
Sebagai anggota tertua dari Soong bersaudari, Soong Ai-ling diakui atas kecerdasannya dan kemampuannya dalam bisnis. Ia berhasil membangun kekayaan yang besar melalui usaha-usaha bisnisnya sendiri, mendirikan perusahaan seperti Sandai Company. Kontribusinya selama Perang Sino-Jepang Kedua dalam upaya kemanusiaan, seperti membantu prajurit terluka, kesejahteraan anak-anak pengungsi, dan perlindungan industri Tiongkok melalui organisasi seperti Indusco, menunjukkan sisi filantropis dan tanggung jawab sosialnya. Ia juga berperan penting dalam mendukung Sun Yat-sen di awal kariernya, membantu dalam perencanaan pembangunan infrastruktur vital.
5.2. Kritik dan Kontroversi
Meskipun memiliki peran penting, Soong Ai-ling juga menjadi subjek kritik dan kontroversi yang signifikan, terutama terkait dengan kekayaannya. Ia sering dijuluki sebagai "wanita yang mencintai uang." Selama tahun-tahun terakhir perang, ia, suaminya, dan anak-anaknya dituduh melakukan penyuapan, korupsi, praktik pasar gelap, dan mencari keuntungan dari perang. Tuduhan ini mencapai puncaknya ketika suaminya, H.H. Kung, diminta untuk mengundurkan diri dari jabatannya sebagai menteri keuangan pada tahun 1944.
Dalam penilaian populer di Tiongkok, yang juga dipengaruhi oleh film The Soong Sisters, sering dikatakan bahwa "Soong Ai-ling mencintai uang, Soong Mei-ling mencintai kekuasaan, dan Soong Ching-ling mencintai negara." Sebuah anekdot yang terkenal menggambarkan kritik terhadap keluarga Kung, di mana keponakan dari Chiang Kai-shek, Chiang Hsiao-chen, dilaporkan mengatakan kepada Dai Li bahwa "Penyakit Jenderal Besar (Chiang Kai-shek) hanya bisa disembuhkan oleh Soong (Mei-ling). Penyakit Nyonya (Mei-ling) hanya bisa disembuhkan oleh Kong (Ai-ling). Tapi penyakit Kong (korupsi keluarga Kong) tidak bisa disembuhkan oleh siapa pun."
Beberapa penggambaran juga menyebutkan bahwa Soong Ai-ling memiliki wajah oval yang tertutup dan licik, serta "tidak ragu menggunakan tindakan keras jika menghadapi hambatan, tetapi selalu berada dalam bayang-bayang." Sejak usia muda, ia menunjukkan kecerdasan dan ketangkasan, sangat praktis, dan mencintai uang. Kritik ini menyoroti isu-isu keadilan sosial, pertimbangan etika, dan dampak yang lebih luas dari akumulasi kekayaan terhadap masyarakat.
5.3. Pengaruh
Pengaruh Soong Ai-ling sangat terasa dalam politik dan masyarakat Tiongkok melalui koneksi keluarganya dan kekayaan yang ia kumpulkan. Sebagai kakak tertua dari Soong bersaudari, ia sering dianggap sebagai kekuatan pendorong di balik layar, memengaruhi keputusan dan strategi politik melalui suaminya dan hubungan dengan saudara-saudarinya. Kekayaannya memungkinkan ia untuk membiayai berbagai proyek dan mempertahankan gaya hidup yang mewah, tetapi juga menimbulkan pertanyaan tentang sumber dan dampak kekayaan tersebut pada masyarakat Tiongkok yang sedang berjuang. Warisannya mencerminkan kompleksitas seorang wanita yang berkuasa yang hidup di masa transisi besar dalam sejarah Tiongkok.
6. Penggambaran dalam Media
Soong Ai-ling telah digambarkan dalam berbagai media populer, terutama dalam film. Dalam film Hong Kong tahun 1997 berjudul The Soong Sisters, Soong Ai-ling diperankan oleh aktris terkenal Michelle Yeoh. Film ini menggambarkan kehidupan dan hubungan ketiga Soong bersaudari, termasuk peran Ai-ling dalam keluarga dan politik Tiongkok.