1. Kehidupan Awal dan Latar Belakang
Kehidupan awal Sunderlal Bahuguna dan latar belakang keluarganya membentuk dasar bagi komitmennya yang mendalam terhadap keadilan sosial dan lingkungan. Pengalaman-pengalaman ini mendorongnya untuk memulai aktivisme sosial sejak usia muda, melawan berbagai bentuk diskriminasi dan ketidakadilan.
1.1. Masa Kecil dan Pendidikan
Sunderlal Bahuguna lahir di desa Maroda, dekat Tehri, di wilayah Uttarakhand, India. Ia menyatakan dalam sebuah acara di Kolkata bahwa nenek moyangnya, yang menyandang nama keluarga Bandyopadhyaya, bermigrasi dari Benggala ke Tehri sekitar 800 tahun yang lalu. Sejak usia 13 tahun, Bahuguna telah memulai kegiatan sosial di bawah bimbingan Shri Dev Suman, seorang nasionalis yang menyebarkan pesan non-kekerasan.
1.2. Awal Mula Aktivisme Sosial
Bahuguna terlibat dalam berbagai perjuangan sosial sejak dini. Ia secara aktif melawan diskriminasi kasta, khususnya terhadap kaum tak tersentuh (untouchability), sebuah isu yang menjadi fokus awalnya. Antara tahun 1965 hingga 1970, ia memimpin kampanye anti-alkohol di kalangan perempuan perbukitan, mengorganisir mereka untuk menentang konsumsi minuman keras yang merusak kehidupan keluarga. Sebelum kemerdekaan India pada tahun 1947, Bahuguna juga aktif memobilisasi masyarakat untuk melawan pemerintahan kolonial Inggris.
Pada masa kemerdekaan, ia berasosiasi dengan Partai Kongres di Uttar Pradesh. Terinspirasi oleh ajaran Mahatma Gandhi, Bahuguna mengadopsi prinsip-prinsip Gandhisme dalam hidupnya. Ia menikah dengan istrinya, Vimla Bahuguna, dengan syarat bahwa mereka akan tinggal di antara masyarakat pedesaan dan mendirikan sebuah ashram di desa. Komitmen ini membawanya untuk melakukan perjalanan kaki melintasi hutan dan perbukitan Himalaya, menempuh jarak lebih dari 4.70 K km, guna mengamati kerusakan yang ditimbulkan oleh proyek-proyek pembangunan skala besar terhadap ekosistem Himalaya yang rapuh dan degradasi kehidupan sosial di desa-desa.
2. Filosofi dan Ideologi
Filosofi dan ideologi Sunderlal Bahuguna berakar kuat pada ajaran Mahatma Gandhi, yang menekankan pentingnya non-kekerasan dan Satyagraha sebagai alat perjuangan. Ia percaya bahwa solusi terhadap masalah lingkungan dan sosial harus dicapai melalui cara-cara damai, dengan mengedepankan kebenaran dan keteguhan hati. Komitmennya untuk hidup di tengah masyarakat pedesaan dan mendirikan ashram mencerminkan keyakinannya pada kesederhanaan, swasembada, dan harmoni dengan alam. Slogan terkenalnya, "Ekologi adalah ekonomi permanen," merangkum pandangannya bahwa pelestarian lingkungan bukanlah pilihan, melainkan fondasi bagi keberlanjutan ekonomi dan kesejahteraan manusia.
3. Aktivitas Utama dan Pencapaian
Sunderlal Bahuguna mengabdikan hidupnya untuk berbagai gerakan lingkungan dan sosial, meninggalkan dampak yang signifikan melalui perjuangan tanpa kekerasan dan advokasi yang tak kenal lelah.
3.1. Gerakan Chipko
Gerakan Chipko dimulai pada awal tahun 1970-an di Uttarakhand (saat itu bagian dari Uttar Pradesh) sebagai respons spontan penduduk desa untuk menyelamatkan pohon-pohon dari penebangan oleh kontraktor hutan. Dalam bahasa Hindi, "chipko" secara harfiah berarti "memeluk" atau "menempel", dan gerakan ini mendapatkan namanya karena orang-orang yang berusaha menyelamatkan pohon-pohon mulai memeluk pohon-pohon tersebut ketika para penebang kayu mencoba menebangnya.
Salah satu kontribusi penting Sunderlal Bahuguna terhadap Gerakan Chipko, dan terhadap lingkungan secara umum, adalah penciptaan slogan gerakan tersebut: "Ekologi adalah ekonomi permanen." Slogan ini dengan cepat menjadi moto gerakan dan mencerminkan pandangan mendalam Bahuguna tentang hubungan antara lingkungan dan pembangunan.
Bahuguna membantu mengangkat gerakan ini ke kancah nasional dan internasional melalui pawai lintas Himalaya sejauh 5.00 K km yang ia lakukan dari tahun 1981 hingga 1983. Selama pawai ini, ia melakukan perjalanan dari desa ke desa, mengumpulkan dukungan untuk gerakan tersebut dan menyebarkan kesadaran tentang pentingnya konservasi hutan. Ia juga memiliki pertemuan penting dengan Perdana Menteri India saat itu, Indira Gandhi. Pertemuan ini diyakini telah menghasilkan larangan penebangan pohon hijau selama 15 tahun oleh pemerintah pada tahun 1980, sebuah kemenangan besar bagi gerakan lingkungan. Bahuguna juga memiliki hubungan dekat dengan Gaura Devi, salah satu pelopor gerakan Chipko.
3.2. Protes Anti-Bendungan Tehri

Bahuguna memainkan peran utama dalam protes anti-Bendungan Tehri selama beberapa dekade. Ia menggunakan metode Satyagraha dan berulang kali melakukan mogok makan di tepi Sungai Bhagirathi sebagai bentuk protesnya. Pada tahun 1995, ia mengakhiri mogok makan yang berlangsung selama 45 hari setelah menerima jaminan dari Perdana Menteri saat itu, P. V. Narasimha Rao, untuk membentuk komite peninjau dampak ekologis bendungan.
Setelah itu, ia melakukan mogok makan panjang lainnya yang berlangsung selama 74 hari di Gandhi Samadhi, Raj Ghat, selama masa jabatan Perdana Menteri H. D. Deve Gowda, yang memberikan jaminan pribadi untuk meninjau proyek tersebut. Namun, meskipun ada kasus pengadilan yang berlangsung di Mahkamah Agung selama lebih dari satu dekade, pekerjaan di Bendungan Tehri dilanjutkan pada tahun 2001. Sebagai respons, Bahuguna ditangkap pada 24 April 2001. Akhirnya, waduk bendungan mulai terisi pada tahun 2004, dan pada 31 Juli 2004, ia akhirnya dievakuasi ke akomodasi baru di Koti. Kemudian ia pindah ke ibu kota Uttarakhand, Dehradun, dan mulai tinggal di sana bersama istrinya.
3.3. Gerakan Sosial dan Aktivisme Lainnya
Selain Gerakan Chipko dan protes anti-Bendungan Tehri, Bahuguna juga aktif dalam berbagai gerakan sosial lainnya yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat perbukitan, terutama perempuan pekerja. Ia terlibat dalam gerakan anti-alkohol dan perjuangan melawan diskriminasi kasta, menunjukkan komitmennya yang luas terhadap keadilan sosial.
Pada 8 September 1983, Pandurang Hegde, seorang aktivis lingkungan dari Karnataka, memulai Gerakan Appiko (bahasa Kannada untuk Chipko, "memeluk") untuk memprotes penebangan pohon, monokultur, dan deforestasi di Ghat Barat. Gerakan ini mendapatkan inspirasi langsung dari Sunderlal Bahuguna dan Gerakan Chipko. Bahuguna sendiri telah mengunjungi wilayah tersebut pada tahun 1979 untuk membantu kampanye menentang proyek pembangkit listrik tenaga air Sungai Bedthi yang diusulkan. Setelah Gerakan Appiko dimulai, Bahuguna dan Pandurang Hegde berjalan melintasi banyak bagian India selatan, mempromosikan konservasi ekologi, terutama perlindungan Ghat Barat, yang merupakan hotspot keanekaragaman hayati. Upaya ini, bersama dengan Gerakan Selamatkan Ghat Barat yang lebih luas, menyebabkan moratorium penebangan hijau di seluruh wilayah pada tahun 1989.
4. Warisan dan Inspirasi

Warisan Sunderlal Bahuguna melampaui gerakan-gerakan spesifik yang ia pimpin. Ia dikenal sebagai seorang aktivis lingkungan yang gigih dan pembela setia masyarakat Himalaya serta sungai-sungai India. Perjuangannya telah menginspirasi banyak gerakan lingkungan dan sosial lainnya di seluruh dunia. Gerakan Appiko di Karnataka adalah contoh nyata bagaimana filosofi dan metode Bahuguna diadopsi dan disesuaikan dengan konteks lokal, menghasilkan kemenangan signifikan dalam konservasi lingkungan.
Komitmennya terhadap kesejahteraan masyarakat perbukitan, terutama perempuan pekerja, serta keterlibatannya dalam gerakan anti-alkohol dan perjuangan melawan diskriminasi kasta, menunjukkan bahwa aktivismenya tidak hanya berfokus pada lingkungan tetapi juga pada keadilan sosial yang lebih luas. Ia memahami bahwa isu-isu lingkungan dan sosial saling terkait erat.
Pada 21 Mei 2022, putri Bahuguna, Madhu Pathak, menyunting dan menerbitkan sebuah buku kenang-kenangan tentang kehidupan dan karyanya. Buku ini berisi kontribusi dari para aktivis sosial, penulis, intelektual, dan politisi terkemuka. Selain menguraikan kehidupan dan karya Bahuguna, buku ini juga membantu pembaca memahami gerakan massa ekologis di wilayah Himalaya Garhwal, memperkuat warisannya sebagai seorang pemikir dan pejuang yang visioner.
5. Penghargaan dan Pengakuan
Sunderlal Bahuguna menerima berbagai penghargaan dan pengakuan atas kontribusinya yang luar biasa terhadap lingkungan dan masyarakat.
- 1981: Padma Shri (Ditolak). Bahuguna menolak menerima penghargaan ini karena pemerintah menolak membatalkan proyek Bendungan Tehri meskipun ia telah melakukan protes. Penolakannya ini menjadi simbol keteguhan prinsipnya.
- 1986: Penghargaan Jamnalal Bajaj untuk karya konstruktif.
- 1987: Right Livelihood Award (untuk Gerakan Chipko). Penghargaan ini mengakui dampak global dari Gerakan Chipko dalam mempromosikan konservasi lingkungan melalui aksi non-kekerasan.
- 1989: Gelar Doktor Kehormatan Ilmu Sosial diberikan oleh IIT Roorkee.
- 2009: Padma Vibhushan Award oleh pemerintah India untuk konservasi lingkungan. Ini adalah penghargaan sipil tertinggi kedua di India, yang akhirnya diterima Bahuguna sebagai pengakuan atas dedikasinya yang tak tergoyahkan.

6. Karya Tulis
Sunderlal Bahuguna juga dikenal sebagai seorang penulis yang produktif, menggunakan karyanya untuk menyebarkan pesan konservasi dan keadilan sosial.
- Sundar Lal Bahuguna Sankalp ke Himalaya (ditulis oleh Madhu Pathak, Mei 2013)
- India's Environment: Myth & Reality (bersama Vandana Shiva dan Medha Patkar)
- Environmental Crisis and Humans at Risk: Priorities for action (bersama Rajiv K.Sinha)
- Bhu Prayog Men Buniyadi Parivartan Ki Or (dalam bahasa Hindi)
- Dharti Ki Pukar (dalam bahasa Hindi)
- Ecology is Permanent Economy: The Activism and Environmentalism of Sunderlal Bahuguna (oleh George Alfred James, 2013)
7. Kehidupan Pribadi
Kehidupan pribadi Sunderlal Bahuguna mencerminkan komitmennya yang kuat terhadap prinsip-prinsip yang ia perjuangkan. Ia menikah dengan Vimla Bahuguna dengan syarat bahwa mereka akan hidup di antara masyarakat pedesaan dan mendirikan ashram di desa, sebuah janji yang mereka penuhi. Komitmen ini menunjukkan dedikasinya untuk memahami dan melayani masyarakat dari dekat. Setelah Bendungan Tehri mulai terisi pada tahun 2004, Bahuguna dan istrinya dievakuasi ke akomodasi baru di Koti, sebelum akhirnya pindah dan menetap di Dehradun, ibu kota Uttarakhand.
8. Kematian
Sunderlal Bahuguna meninggal dunia pada 21 Mei 2021, pada usia 94 tahun, akibat komplikasi COVID-19. Ia telah dinyatakan positif COVID-19 pada 8 Mei 2021 dan dirawat di rumah sakit. Kepergiannya merupakan kehilangan besar bagi gerakan lingkungan dan sosial di India dan dunia. Tak lama setelah kematiannya, ia dikenang oleh Amul, sebuah merek susu terkemuka di India, dalam salah satu iklannya, yang menunjukkan betapa luasnya pengaruh dan pengakuan terhadap kontribusinya.
9. Evaluasi dan Dampak
Sunderlal Bahuguna adalah seorang aktivis lingkungan yang luar biasa, yang dampaknya terasa di berbagai lapisan masyarakat India dan di luar negeri. Pencapaiannya sebagai pembela hutan Himalaya dan penentang proyek-proyek pembangunan yang merusak lingkungan, seperti Bendungan Tehri, menempatkannya sebagai salah satu suara paling berpengaruh dalam gerakan konservasi. Slogannya "Ekologi adalah ekonomi permanen" telah menjadi prinsip panduan bagi banyak aktivis, menekankan bahwa kesejahteraan manusia tidak dapat dipisahkan dari kesehatan ekosistem.
Dampak sosial dari aktivitasnya sangat signifikan. Ia tidak hanya berjuang untuk pohon dan sungai, tetapi juga untuk hak-hak masyarakat yang terpinggirkan, khususnya perempuan perbukitan dan mereka yang menderita diskriminasi kasta. Pendekatan non-kekerasan dan Satyagraha yang ia adopsi, terinspirasi oleh Gandhi, menunjukkan kekuatan perlawanan damai dalam menghadapi kekuatan besar. Perjuangannya melawan Bendungan Tehri, meskipun pada akhirnya bendungan tersebut dibangun, berhasil meningkatkan kesadaran publik yang masif tentang dampak ekologis dan sosial dari proyek-proyek infrastruktur raksasa, serta mendorong dialog tentang pembangunan berkelanjutan.
Secara ekologis, upaya Bahuguna membantu melindungi sebagian besar hutan di Himalaya dan menginspirasi gerakan serupa, seperti Gerakan Appiko, yang menyebar kesadaran konservasi ke wilayah lain di India, seperti Ghat Barat. Ia adalah suara yang tak kenal lelah untuk ekosistem yang rapuh, mengingatkan bahwa "Jika Himalaya mati, negara ini tidak akan ada." Warisannya adalah pengingat abadi akan pentingnya menjaga keseimbangan antara kebutuhan manusia dan kelestarian alam, serta kekuatan individu dalam memperjuangkan keadilan lingkungan dan sosial.