1. Kehidupan dan Latar Belakang
Bagian ini membahas latar belakang kehidupan Takao Saito, mulai dari kelahirannya, masa kecil, hubungan keluarga, hingga pendidikan dan pengaruh awal yang membentuk kariernya sebagai seniman gekiga.
1.1. Kelahiran dan Masa Kecil
Takao Saito lahir pada 3 November 1936 di kota Nishiwasa, yang sekarang menjadi bagian dari Kota Wakayama, Prefektur Wakayama. Namun, tak lama setelah kelahirannya, keluarganya pindah ke Osaka, dan ia kemudian menetap di Kota Sakai, Prefektur Osaka. Saito sendiri baru mengetahui bahwa ia lahir di Nishiwasa saat usianya menginjak 43 tahun.
Ayahnya meninggalkan keluarga saat Saito masih kecil, sehingga ibunya harus membesarkan Saito dan keempat saudaranya sendirian. Ibunya menjalankan sebuah salon pangkas rambut untuk menghidupi keluarga. Sejak kecil, Saito dikenal memiliki bakat artistik yang luar biasa, terutama dalam pelajaran seni dan kerajinan. Ia juga dikenal sebagai anak yang "nakal" dan memiliki kecenderungan untuk berkelahi. Kisah-kisah kenakalan masa kecilnya banyak diceritakan dalam manga otobiografinya, Itemae Mikoto, di mana Saito menyatakan bahwa "hampir semua adalah kisah nyata, kecuali bagian di mana ia membakar dan memakan kucing peliharaannya."
1.2. Hubungan Keluarga
Hubungan Saito dengan ibunya sangat kompleks. Karena pengalaman ditinggalkan oleh ayahnya yang mencoba menjadi seniman (fotografer, pelukis, pematung) namun gagal, ibunya sangat membenci pekerjaan yang berhubungan dengan seni. Ibunya pernah membakar lukisan ayahnya di depan Saito dan mengatakan bahwa "seorang pria tidak bisa hidup dari seni." Bahkan lukisan Saito yang memenangkan medali emas di pameran seni lokal saat ia masih SD pun langsung dibakar oleh ibunya.
Ketika Saito memutuskan untuk berhenti dari bisnis pangkas rambut keluarga pada tahun 1956 untuk fokus pada manga, ibunya sangat marah. Menurut Saito, ibunya membenci manga dan profesi mangaka seolah-olah itu adalah musuh bebuyutan. Bahkan setelah Saito menjadi mangaka sukses, ibunya menolak untuk menyentuh atau melihat volume Golgo 13 yang dikirimnya, bahkan memalingkan muka dari buku-buku tersebut di ranjang kematiannya, menolak berdamai. Perasaan ini sangat memengaruhi Saito, sehingga ia menyimpan foto mendiang ibunya di studio kerjanya, menghadap ke arahnya saat ia bekerja.
Kakak laki-laki Saito, Hatsuji Saito, juga memiliki pandangan serupa. Meskipun ia kemudian menjabat sebagai presiden dan CEO Saito Production dan Leed Publishing, ia tetap menasihati anak-anaknya untuk "tidak membaca manga."
Saito memiliki dua putri dari pernikahannya dengan mantan istrinya, Setsuko Yamada. Kedua putrinya ini kemudian berkolaborasi dalam menulis dan menggambar manga dengan nama pena bersama "Jangurudō" (じゃんぐる堂), menerbitkan karya di majalah dōjinshi dan komersial, termasuk Comic Ran yang diterbitkan oleh Leed Publishing, perusahaan yang dikelola oleh kerabat mereka.
1.3. Pendidikan dan Pengaruh Awal
Setelah lulus dari sekolah menengah pertama pada tahun 1950, Saito mulai bekerja di salon pangkas rambut keluarganya dan mengambil alih bisnis tersebut pada tahun 1952. Meskipun pada awalnya ia tidak terlalu tertarik pada manga dan bercita-cita menjadi ilustrator, ia merasakan kekhawatiran akan masa depan industri ilustrasi.
Pada masa itu, ia sangat terpengaruh oleh film dan "komik 10 sen" yang dibawa oleh Pasukan Pendudukan Sekutu. Pengaruh ini mendorongnya untuk beralih ke manga naratif. Ia juga sangat terkejut saat melihat Shin Takarajima karya Osamu Tezuka (yang kebetulan memiliki tanggal lahir yang sama dengannya), dan merasa "bisa membuat film di atas kertas!" Pada awalnya, Saito menggambar dengan gaya yang lembut, terinspirasi oleh Tezuka.
Saat SMP, Saito pernah memenangkan medali emas dalam pameran lukisan prefektur. Ia juga dikenal karena menolak mengikuti ujian sekolah, menganggapnya sebagai "kuis belaka" yang tidak mengukur kemampuan individu. Namun, suatu ketika, seorang guru bernama "Togo" menasihatinya untuk menulis namanya di lembar ujian kosong sebagai bentuk tanggung jawab. Kejadian ini sangat membekas pada Saito dan membuatnya merenungkan makna janji dan tanggung jawab manusia. Nama guru ini, "Togo," kemudian menjadi bagian dari nama samaran karakter utamanya, Duke Togo di Golgo 13.
2. Awal Karier
Bagian ini menguraikan langkah-langkah awal Takao Saito dalam dunia manga, mulai dari keterlibatannya dalam pasar manga sewaan hingga pendirian Saito Production dan pengembangan sistem pembagian kerja yang revolusioner.
2.1. Manga Sewaan dan Gerakan Gekiga
Pada tahun 1953, Saito mengambil alih bisnis pangkas rambut keluarga bersama kakak perempuannya. Namun, ia terus menggambar di waktu luangnya. Setelah hampir dua tahun, pada tahun 1955, ia menyelesaikan manga cerita pertamanya, Baron Air (空気男爵Kūki DanshakuBahasa Jepang), dan membawanya ke Hinomaru Bunko, sebuah penerbit manga sewaan di Osaka. Meskipun awalnya ditolak karena digambar dalam ukuran asli, ia menghabiskan setahun untuk menulis ulang, dan akhirnya berhasil debut. Sejak itu, ia menjadi mangaka utama Hinomaru Bunko dan menerbitkan banyak volume.
Pada tahun 1956, Saito berhenti dari bisnis pangkas rambut untuk sepenuhnya fokus pada manga, sebuah keputusan yang sangat membuat ibunya marah. Pada tahun yang sama, ia mulai tinggal dan menggambar manga bersama seniman gekiga lainnya seperti Yoshihiro Tatsumi dan Masahiko Matsumoto di sebuah apartemen. Pada masa itu, Saito juga mempekerjakan Noboru Kawasaki sebagai asisten, meskipun Kawasaki dilaporkan segera melarikan diri karena Saito terlalu keras dalam mempekerjakan orang.
Pada tahun 1959, Saito bersama tujuh seniman lainnya, termasuk Tatsumi dan Matsumoto, mendirikan Gekiga Kōbō劇画工房Bahasa Jepang di Tokyo dengan tujuan menyebarkan gekiga (manga dramatis). Gekiga Kōbō menjadi kelompok produksi yang populer, menerima banyak permintaan dari penerbit manga sewaan dan menerbitkan banyak antologi gekiga. Namun, karena perbedaan pandangan tentang organisasi, pembagian kerja, dan distribusi honorarium, kelompok ini bubar dalam waktu singkat pada musim semi 1960. Saito sendiri menolak istilah "mangaka" dan lebih memilih "seniman gekiga", yang mencerminkan fokusnya pada narasi yang lebih serius dan realistis.
2.2. Pendirian Saito Production
Setelah bubarnya Gekiga Kōbō, Saito sempat merencanakan pendirian "New Gekiga Kōbō" bersama lima seniman gekiga aksi lainnya, termasuk Masami Kuroda dan Noboru Kawasaki, tetapi rencana itu gagal. Berdasarkan ide tersebut, pada April 1960, Saito mendirikan perusahaan produksi manganya sendiri, "Saito Production," di Kokubunji, Tokyo. Beberapa staf, termasuk Fumiyasu Ishikawa, yang sejalan dengan gagasan organisasi Saito, bergabung. Kakak laki-laki Saito, Hatsuji Saito, menjabat sebagai manajer. Sejak saat itu, Saito Production menerbitkan banyak gekiga untuk pasar manga sewaan, dengan Typhoon Goro menjadi seri yang sangat populer.
Pada tahun 1962, Saito mendirikan "Gekiga Shūdan" (劇画集団) bersama para seniman gekiga lainnya. Berbeda dengan Gekiga Kōbō yang berfokus pada produksi manga, Gekiga Shūdan adalah organisasi persahabatan bagi para seniman gekiga, yang juga menerbitkan buletin untuk anggota pembaca umum.
2.3. Sistem Produksi Pembagian Kerja
Saito Production adalah perusahaan produksi manga pertama yang memperkenalkan sistem pembagian kerja dan memiliki departemen penulisan skenario. Sistem ini memungkinkan Saito untuk mengadopsi metode produksi yang mirip dengan industri film, di mana setiap aspek pembuatan manga-mulai dari penulisan cerita, desain karakter, latar belakang, hingga pewarnaan dan penintaan-ditangani oleh staf yang berbeda dan ahli dalam bidangnya masing-masing.
Meskipun asisten manga umumnya dikenal dengan upah rendah dan jam kerja panjang, Saito Production dikenal karena kondisi kerja yang baik dan perlakuan yang layak terhadap stafnya. Model bisnis ini, yang memungkinkan serialisasi jangka panjang tanpa membebani satu individu, menjadi mungkin berkat sistem pembagian kerja yang efisien.

Sebagai contoh, dalam produksi Onihei Hankachō, Saito Production memiliki total 10 staf gambar. Shinji Hikino bertanggung jawab atas sketsa pensil berdasarkan skenario. Kepala seniman, Yoshihide Fujiwara dan saudara kembarnya Terumi Fujiwara, memeriksa dan mengatur komposisi sesuai gaya Onihei. Setelah komposisi ditentukan, naskah diberikan kepada Shuji Shirakawa (penanggung jawab latar belakang), Shuji Kimura (penanggung jawab karakter utama), dan Naoko Ura (penanggung jawab karakter pendukung). Shirakawa dan Ura kemudian membagi tugas gambar kepada staf lain. Setelah karakter dan latar belakang selesai, seluruh staf bekerja sama untuk menempelkan screentone, mewarnai hitam, dan melakukan koreksi. Seluruh proses, dari sketsa hingga naskah selesai, memakan waktu sekitar tujuh hari.
Berbeda dengan Osamu Tezuka di Tezuka Production yang hanya mencantumkan nama Tezuka sebagai penulis, Saito Production mencantumkan daftar lengkap staf di halaman terakhir setiap bab manga, mirip dengan kredit film. Namun, dalam volume tankōbon, kredit ini sering dihapus dan diganti dengan ruang kosong.
Meskipun ada mitos populer, terutama yang dipicu oleh manga Kochira Katsushika-ku Kameari Kōen Mae Hashutsujo karya Osamu Akimoto (yang merupakan penggemar berat Saito), bahwa Saito Takao hanya menggambar mata karakter utama, ini adalah mitos perkotaan. Setelah kematian Saito, staf gambar kini melacak dan menggambar wajah karakter dari stok yang ada karena menggambar wajah yang mirip membutuhkan waktu hingga satu jam.
3. Karya Utama
Bagian ini membahas secara mendalam karya-karya terpenting Takao Saito, dengan fokus pada mahakaryanya, Golgo 13, serta memperkenalkan dan menjelaskan ciri-ciri karya-karya penting lainnya.
3.1. Golgo 13
Golgo 13 adalah karya paling representatif dan ikonik dari Takao Saito. Manga ini mulai diserialisasikan pada Oktober 1968 di majalah Big Comic yang diterbitkan oleh Shogakukan, dan terus berlanjut hingga kematian Saito. Dengan serialisasi yang tak terputus selama lebih dari 50 tahun, Golgo 13 menjadi salah satu manga terlama dalam sejarah.
Pada Juli 2021, dengan diterbitkannya volume ke-201, Golgo 13 secara resmi diakui oleh Guinness World Records sebagai "Seri Manga Tunggal dengan Volume Terbanyak yang Diterbitkan." Rekor ini menegaskan statusnya sebagai fenomena budaya yang luar biasa. Saito pernah menyatakan pada tahun 2013 bahwa "manga ini telah berlanjut begitu lama sehingga bukan lagi milik penulis; itu milik para pembaca."
Golgo 13 mengisahkan petualangan seorang pembunuh bayaran misterius dan profesional bernama Duke Togo, yang dikenal dengan nama sandi Golgo 13. Kisah-kisahnya sering kali melibatkan intrik politik internasional, konspirasi, dan aksi yang intens. Manga ini telah diadaptasi ke berbagai media, termasuk dua film laga hidup, satu film animasi, sebuah OVA, sebuah seri anime televisi, dan beberapa permainan video.
3.2. Karya Utama Lainnya
Selain Golgo 13, Takao Saito telah menciptakan sejumlah karya penting lainnya yang menunjukkan jangkauan artistik dan naratifnya:
- 007 (1963-1967): Ini adalah adaptasi manga dari novel James Bond karya Ian Fleming, yang diserialisasikan di majalah Boy's Life milik Shogakukan. Karya ini menandai masuknya Saito ke industri manga arus utama.
- Muyonosuke (無用ノ介Bahasa Jepang, 1967): Sebuah gekiga aksi bertema Jidaigeki (drama sejarah) yang diserialisasikan di Weekly Shōnen Magazine. Karya ini menjadi salah satu hit utama majalah tersebut.
- Kage Gari (影狩りBahasa Jepang, 1969): Manga aksi yang mengikuti sekelompok pembunuh ninja yang memburu penjahat di era feodal Jepang.
- Barom-1 (バロム・1Bahasa Jepang, 1970): Sebuah seri tokusatsu yang diadaptasi menjadi manga, menampilkan dua anak laki-laki yang dapat bergabung untuk menjadi pahlawan super.
- Japan Sinks (1970): Adaptasi manga dari novel bencana populer.
- Master Thief Sugar (怪盗シュガーKaitō ShugāBahasa Jepang, 1972): Sebuah manga tentang pencuri ulung yang kemudian diadaptasi menjadi permainan video NES yang tidak dirilis, Secret Ties.
- Hawking (ホーキングBahasa Jepang, 1974): Manga yang mengeksplorasi tema-tema misteri dan investigasi.
- Survival (サバイバルBahasa Jepang, 1976-1980): Sebuah seri yang berfokus pada perjuangan seorang anak laki-laki untuk bertahan hidup setelah bencana apokaliptik.
- Doll: The Hotel Detective (ホテル探偵DOLLBahasa Jepang, 1980): Manga detektif yang berlatar di sebuah hotel.
- Kumotori Zanpei (雲盗り暫平Bahasa Jepang, 1983-1988): Seri lain yang menampilkan petualangan di era feodal.
- Onihei Hankachō (鬼平犯科帳Bahasa Jepang, 1993-sekarang): Adaptasi manga dari seri novel Shōtarō Ikenami tentang seorang kepala polisi yang menyamar di era Edo. Serialisasi ini juga terus berlanjut setelah kematian Saito, sesuai dengan keinginannya. Meskipun ada kesalahan editorial pada September 2019 yang menyebabkan edisi tersebut menjadi yang pertama dalam 25 tahun tanpa bab baru, serialisasi ini tetap berlanjut. Awalnya didasarkan pada skrip oleh Sentarō Kubota (volume 1-40), kemudian oleh Kusumi Ohara dari volume 40 hingga 53, dan kemudian Ohara bergabung dengan Kaori Moriyama.
- Breakdown (ブレイクダウンBahasa Jepang, 1995): Manga dengan tema bencana.
- Professional Swordsmen of the Edo Era (剣客商売Kenkyaku ShōbaiBahasa Jepang, 1998-1999): Adaptasi manga lainnya dari karya Ikenami.
- Shikake Jin Fujieda Baian (仕掛人 藤枝梅安Bahasa Jepang, 2002-2016): Seri lain yang berlatar di era Edo, yang dihentikan pada tahun 2016 karena alasan kesehatan Saito.
- Jūki Shokunin Dave (銃器職人・デイブBahasa Jepang, 2021): Sebuah manga spin-off dari Golgo 13 yang berfokus pada karakter Dave, seorang ahli senjata, yang mulai diserialisasikan tak lama sebelum kematian Saito.
Beberapa seri Saito, termasuk Onihei Hankachō, Barom-1, Japan Sinks, dan Doll: The Hotel Detective, juga dirilis dalam versi digital bahasa Inggris oleh JManga.
4. Filosofi dan Metode Kreatif
Bagian ini menjelaskan pandangan Takao Saito tentang karyanya dan pendekatan uniknya dalam proses penciptaan manga, yang membedakannya dari seniman lain.
4.1. Identitas sebagai Seniman Gekiga
Takao Saito secara konsisten menolak istilah "mangaka" (seniman manga) untuk dirinya sendiri, lebih memilih sebutan "seniman gekiga" (劇画家). Baginya, gekiga bukan sekadar genre, melainkan sebuah filosofi dan pendekatan yang lebih serius terhadap penceritaan visual. Gekiga, yang berarti "gambar dramatis," berfokus pada narasi yang lebih realistis, gelap, dan kompleks, sering kali menargetkan pembaca dewasa.
Saito mendefinisikan dunianya melalui lensa gekiga, menekankan kedalaman karakter, plot yang rumit, dan penggambaran kekerasan atau tema dewasa yang lebih eksplisit dibandingkan manga tradisional yang seringkali lebih ringan dan berorientasi pada hiburan. Filosofi ini tercermin jelas dalam karyanya yang paling terkenal, Golgo 13, yang dikenal karena penggambaran detail tentang senjata, politik internasional, dan psikologi karakter yang dingin. Baginya, gekiga adalah media yang memungkinkan eksplorasi tema-tema yang lebih matang dan reflektif, mirip dengan film atau novel.
4.2. Teknik dan Proses Menggambar
Saito mengembangkan teknik dan proses kerja yang khas, yang sangat memengaruhi efisiensi dan kualitas karyanya, terutama dalam konteks sistem pembagian kerja di Saito Production.
Awalnya, Saito menggunakan pena G untuk penintaan. Namun, ia kemudian beralih menggunakan spidol dengan ketebalan yang berbeda untuk penintaan. Salah satu kebiasaan uniknya adalah ia tidak membuat sketsa pensil setelah tahap name (tata letak panel dan dialog awal); ia langsung memulai penintaan. Untuk desain karakter, Saito sering memulai dengan menggambar bagian-bagian yang khas seperti alis dan cambang.
Dalam dialog di dalam karyanya, Saito memiliki preferensi khusus: ia menggunakan kanji untuk semua angka, kecuali untuk nama diri (misalnya, "tiga" akan ditulis sebagai 三, bukan 3).
Saito juga dikenal sebagai perokok berat sejak kelas 4 SD, dan ia menyatakan telah mencoba semua jenis tembakau, termasuk cerutu dan pipa. Ia sering merokok saat bekerja. Meskipun ia pernah menjadi perokok berantai yang menyulut rokok berikutnya dengan api rokok yang baru habis, ia mengatakan bahwa saat ini ia merokok sekitar 40 batang sehari.
5. Penghargaan dan Kehormatan
Bagian ini mencatat berbagai penghargaan dan kehormatan yang diterima Takao Saito atas kontribusinya yang luar biasa terhadap dunia manga dan seni.
5.1. Penghargaan Utama
Saito menerima banyak penghargaan bergengsi sepanjang kariernya:
- 1976**: Memenangkan Penghargaan Manga Shogakukan ke-21 dalam kategori Umum untuk karyanya Golgo 13.
- 2002**: Bersama Golgo 13, ia memenangkan Hadiah Utama di Penghargaan Asosiasi Kartunis Jepang.
- 2005**: Golgo 13 menjadi salah satu dari dua pemenang Penghargaan Juri Khusus di Penghargaan Manga Shogakukan ke-50.
- 2017**: Menerima Penghargaan Manga Spesial Kampung Halaman Iwate ke-7 karena memiliki tempat tinggal di Hanamaki, Iwate, dan memasukkan karakter dari prefektur tersebut dalam Golgo 13.
- 2018**: Menerima Penghargaan Budaya Prefektur Wakayama dari prefektur kelahirannya.
- 2019**: Diberi penghargaan oleh Majelis Metropolitan Tokyo atas kontribusinya terhadap seni sebagai penduduk Tokyo yang berjasa, dan juga dianugerahi Penghargaan Khusus dari komite Penghargaan Kebudayaan Osamu Tezuka atas kontribusinya terhadap manga selama beberapa dekade.
5.2. Kehormatan Pemerintah dan Pengakuan Pasca Kematian
Pemerintah Jepang juga mengakui kontribusi Saito terhadap seni dan budaya:
- 2003**: Pemerintah Jepang menganugerahkan Medali Pita Ungu kepadanya atas kontribusinya terhadap seni.
- 2010**: Pemerintah Jepang menganugerahkan Bintang Matahari Terbit, Kelas 4, Sinar Emas dengan Roset.
- 2021**: Pada 6 Oktober 2021, pemerintah Jepang memutuskan untuk menganugerahkan Pangkat Keenam Senior kepada Saito secara anumerta.
Pada tahun 2009, Saito termasuk di antara 158 seniman manga yang diundang untuk merayakan ulang tahun ke-50 majalah Weekly Shōnen Sunday (Shogakukan) dan Weekly Shōnen Magazine (Kodansha) di Imperial Hotel Tokyo. Pada tahun 2013, lebih dari 300 orang menghadiri acara di Imperial Hotel Tokyo untuk merayakan 45 tahun Golgo 13, termasuk Wakil Perdana Menteri Jepang Tarō Asō.
6. Penghargaan Saito Takao
Bagian ini menjelaskan latar belakang, tujuan, dan signifikansi dari penghargaan manga yang didirikan atas nama Takao Saito, serta daftar para pemenangnya.
6.1. Latar Belakang dan Tujuan Pendirian
Yayasan Kebudayaan Gekiga Saito Takao mendirikan {{lang|ja|Penghargaan Saito Takao|さいとう・たかを賞|Saitō Takao Shō}} pada tahun 2017. Penghargaan ini didirikan untuk mengakui "karya-karya luar biasa" yang dibuat menggunakan sistem pembagian kerja yang diterapkan Saito, yaitu memisahkan penulisan dan ilustrasi manga. Tujuan utamanya adalah untuk mendorong dan menghargai model produksi manga yang inovatif ini.
Penghargaan ini pertama kali diberikan pada Januari 2018. Penghargaan ini diberikan kepada penulis skenario, seniman ilustrator, dan editor/departemen editorial dari manga pemenang. Hadiah yang diberikan disebut "Trofi Golgo 13," dan pemenang dalam kategori penulis dan seniman juga menerima 500.00 K JPY (sekitar 4.53 K USD). Hanya editor manga profesional yang dapat mengajukan nominasi. Manga yang dinominasikan harus menargetkan pembaca dewasa dan merupakan karya asli, bukan adaptasi.
Selain Takao Saito (hingga kematiannya), Ryoichi Ikegami, Jūzō Yamasaki, dan penulis Masaru Sato telah menjadi anggota komite seleksi akhir. Takashi Nagasaki juga telah menjadi anggota komite sejak ia memenangkan penghargaan pada tahun pertama dengan nama pena Richard Woo. Karena pandemi COVID-19 di Jepang, Penghargaan Saito Takao keempat memberikan Penghargaan Khusus kepada Buronson atas 48 tahun karyanya dalam manga, dan karya-karya yang dinominasikan untuk tahun itu diperlakukan sebagai nominasi untuk tahun berikutnya.
6.2. Pemenang dan Signifikansi
Berikut adalah daftar penerima Penghargaan Saito Takao dari tahun ke tahun:
Tahun | Judul | Penulis | Ilustrator | Editor |
---|---|---|---|---|
2018 | Abracadabra ~Ryōki Hanzai Tokusōshitsu~ | Richard Woo | Seimu Yoshizaki | Nakayama, Hirai (Big Comic Original) |
2019 | Issak | Shinji Makari | Double-S | Hitoshi Arai |
2020 | Reiri | Hitoshi Iwaaki | Daisuke Muroi | Takafumi Sawa |
2021 | Tidak diberikan karena pandemi COVID-19; Buronson dianugerahi "Penghargaan Khusus". | |||
2022 | Shrink ~Seishinkai Yowai~ | Jin Nanami | Tsukiko | Naohiro Yamasato |
2023 | Kēki no Kirenai Hikō Shōnen-tachi | Koji Miyaguchi | Suzuki Masakazu | Tomoaki Iwasaka |
2024 | Abura | Number 8 | Sakuzo Baku | Sho Kobayashi, Shinpei Wada |
2025 | Shimazaki in the Land of Peace | Gouten Hamada | Takashi Seshimo | Kouji Tabuchi, Yuuji Hara |
Penghargaan ini memiliki signifikansi besar dalam industri manga karena secara eksplisit mengakui dan mempromosikan sistem produksi pembagian kerja, yang merupakan inovasi kunci Saito dalam pembuatan manga. Ini membantu menyoroti bahwa manga, terutama gekiga, dapat menjadi produk kolaboratif yang kompleks, bukan hanya hasil karya satu individu.
7. Kehidupan Pribadi
Bagian ini memberikan gambaran tentang kehidupan pribadi Takao Saito, termasuk hobi, kebiasaan, serta tokoh-tokoh yang berpengaruh dalam hidupnya.
7.1. Hobi dan Kecenderungan Pribadi
Takao Saito memiliki beberapa hobi dan kecenderungan pribadi yang menarik. Ia sangat gemar menonton televisi dan film. Sejak muda, ia juga merupakan penggemar berat gulat sumo. Mantan pesumo Sanmiyo Toshio adalah kerabat dari pihak ibunya.
Pada tahun 1980-an, Saito sangat antusias dengan golf. Di sebuah penginapan di Yamanashi, terdapat tanda tangan berbingkai dari Saito dan teman-teman mangaka dekatnya seperti Shotaro Ishinomori, Kenichi Kitami, Tetsuya Chiba, Jiro Tsunoda, Fujiko Fujio (A), dan Mitsutoshi Furuya, yang menunjukkan kecintaannya pada olahraga ini.
Saito adalah seorang perokok berat sejak kelas empat SD. Ia menyatakan telah mencoba "segala jenis tembakau," termasuk cerutu (ia menyukai merek Meksiko yang tipis) dan pipa. Ia sering menulis sambil merokok. Meskipun ia pernah menjadi perokok berantai yang menyulut rokok berikutnya dengan api rokok yang baru habis, ia mengatakan bahwa saat ini ia merokok sekitar 40 batang sehari.
Pada usia 28 tahun, Saito menderita ablasi retina, dan pada usia 48 tahun, ia didiagnosis menderita diabetes. Ia adalah teman dekat sesama seniman manga, Shotaro Ishinomori.
Saito juga merupakan penganut teori golongan darah dan kepribadian yang diusulkan oleh Masahiko Nomi, dan ia telah menerbitkan beberapa buku tentang topik tersebut. Pada 26 September 2014, ia diangkat sebagai Duta Kehormatan Kota Sakai, Prefektur Osaka. Manga Golgo 13 sering ditemukan di salon pangkas rambut dan restoran. Ini sebagian karena formatnya yang satu bab selesai, sehingga mudah dibaca saat menunggu, dan juga karena Saito sendiri berasal dari keluarga tukang cukur, sehingga banyak pemilik salon merasa akrab dengan karyanya.
7.2. Mentor dan Pengaruh
Salah satu tokoh paling berpengaruh dalam kehidupan awal Saito adalah seorang guru SMP bernama "Togo." Saito, yang pada masa itu sering mengembalikan lembar ujian kosong, sangat terkesan ketika guru Togo menasihatinya untuk setidaknya menulis namanya sebagai bukti tanggung jawab. Kejadian ini membuatnya merenungkan janji dan tanggung jawab manusia secara mendalam. Nama guru ini, "Togo," kemudian menjadi inspirasi untuk nama karakter utamanya di Golgo 13, Duke Togo. Kebetulan, guru Togo ini juga adalah kerabat dari nenek pihak ibu mangaka Kitsune Tennouji.
Saito juga memiliki beberapa "kisah keberanian" di masa mudanya, seperti mengusir yakuza yang mencoba memukul temannya Shinji Nagashima dengan tatapan tajam, atau melempar Masami Kuroda yang mabuk dan mengganggunya.
Ia tinggal di Nakano, Tokyo, tempat Saito Production berada, tetapi juga memiliki tempat tinggal di Prefektur Iwate, kampung halaman istrinya. Kecintaannya pada Iwate terlihat dalam Golgo 13, di mana ia sering menampilkan seorang pengusaha dari Prefektur Iwate (yang kemudian berhenti dari perusahaan dagang dan kembali ke kampung halamannya).
8. Kematian
Bagian ini menguraikan kronologi kematian Takao Saito dan bagaimana wasiatnya memengaruhi kelanjutan karya-karya utamanya.
8.1. Kronologi Kematian
Takao Saito meninggal dunia pada 24 September 2021, pada usia 84 tahun, akibat kanker pankreas. Kematiannya diumumkan lima hari kemudian oleh Shogakukan. Meskipun kesehatannya menurun, Saito tetap bersemangat dalam berkarya hingga akhir hayatnya. Semangatnya untuk terus berkarya dan berinovasi tetap membara, bahkan di masa-masa terakhirnya.
8.2. Kelanjutan Karya
Sesuai dengan wasiat Takao Saito, serialisasi karya-karya utamanya, terutama Golgo 13 dan Onihei Hankachō, terus berlanjut setelah kematiannya. Saito mengungkapkan keinginannya agar Golgo 13 dapat terus berjalan meskipun tanpa dirinya.
Kelanjutan Golgo 13 diurus oleh Saito Production, dengan bantuan staf penulisan skenario dan departemen editorial majalah Big Comic. Demikian pula, Leed Publishing mengumumkan pada 30 September 2021 bahwa Onihei Hankachō juga akan terus diserialisasikan sesuai dengan keinginan Saito. Ini menunjukkan bahwa sistem pembagian kerja dalam produksi manga yang telah ia kembangkan mencapai bentuk "pamungkasnya" melalui kelanjutan karyanya setelah kematiannya. Makam Saito berada di Kuil Baisō-in di Distrik Minato, Tokyo.
9. Warisan dan Pengaruh
Bagian ini menganalisis dampak inovasi Takao Saito pada industri manga dan kontribusinya yang lebih luas terhadap budaya Jepang.
9.1. Dampak pada Industri Manga
Takao Saito meninggalkan jejak yang tak terhapuskan dalam industri manga melalui dua inovasi utamanya:
- Sistem Produksi Pembagian Kerja: Saito Production adalah pelopor dalam memperkenalkan sistem pembagian kerja yang terorganisir dalam pembuatan manga. Berbeda dengan model tradisional di mana satu seniman bertanggung jawab atas semua aspek, Saito menerapkan pendekatan mirip studio film, dengan staf khusus untuk skenario, desain karakter, latar belakang, dan penintaan. Model ini memungkinkan efisiensi yang lebih tinggi, konsistensi kualitas, dan kemampuan untuk mempertahankan serialisasi jangka panjang, seperti yang terlihat pada Golgo 13. Sistem ini telah memengaruhi cara studio manga modern beroperasi dan memungkinkan produksi skala besar.
- Demokratisasi Genre Gekiga: Melalui karyanya seperti Golgo 13, Saito tidak hanya mempopulerkan genre gekiga tetapi juga membuatnya lebih mudah diakses oleh khalayak luas. Gekiga, dengan narasi yang lebih realistis, gelap, dan berorientasi dewasa, menjadi alternatif penting bagi manga yang lebih ringan. Golgo 13 khususnya, dengan tema-tema politik internasional dan aksi yang intens, menunjukkan potensi gekiga untuk menarik pembaca dewasa dan mengangkat isu-isu kompleks.
Kontribusi Saito ini secara signifikan membentuk lanskap industri manga, menunjukkan bahwa manga dapat menjadi bentuk seni dan hiburan yang serius dan matang.
9.2. Kontribusi Budaya
Takao Saito memberikan kontribusi besar terhadap perkembangan budaya manga Jepang dan meninggalkan jejak yang mendalam pada budaya populer secara umum. Karyanya, terutama Golgo 13, telah menjadi bagian integral dari budaya populer Jepang. Karakter Duke Togo, dengan persona dingin dan profesionalismenya, telah menjadi ikon yang dikenal luas, bahkan di luar kalangan penggemar manga.
Melalui gekiga, Saito memperluas batas-batas ekspresi dalam manga, memungkinkan eksplorasi tema-tema yang lebih serius dan dewasa. Ini membantu mengangkat status manga dari sekadar hiburan anak-anak menjadi media yang dihormati dan diakui secara budaya. Pengaruhnya tidak hanya terbatas pada seniman manga, tetapi juga pada penulis, pembuat film, dan kreator lain yang terinspirasi oleh pendekatan naratifnya yang mendalam dan realistis.
Saito juga berkontribusi pada pendidikan manga; pada tahun 1971, ia mulai memberikan kursus menggambar manga, yang menunjukkan komitmennya untuk mengembangkan generasi seniman berikutnya. Warisannya terus hidup melalui kelanjutan karyanya dan Penghargaan Saito Takao, yang mendorong inovasi dalam produksi manga.