1. Overview
Takeo Arishima (有島 武郎Arishima TakeoBahasa Jepang; 4 Maret 1878 - 9 Juni 1923) adalah seorang novelis, penulis cerita pendek, dan esais Jepang terkemuka selama akhir periode Meiji dan Taishō. Sebagai salah satu figur sentral dari kelompok sastra Shirakaba, ia dikenal karena gaya penulisan humanistik dan emosionalnya yang sering kali mengkritik masyarakat, agama, dan norma sosial. Berasal dari keluarga kaya, Arishima menjalani pendidikan yang komprehensif di Jepang dan Amerika Serikat, di mana ia terpapar pemikiran sosialisme dan filsafat Barat yang membentuk pandangan dunianya. Karya-karyanya yang paling terkenal, seperti novel Kain no Matsuei (Keturunan Kain) dan Aru Onna (Seorang Wanita), mengeksplorasi tema-tema individualisme, kemunafikan sosial, dan perjuangan melawan batasan masyarakat. Arishima juga dikenal karena idealisme sosialisnya yang ia praktikkan secara nyata, termasuk pelepasan kepemilikan lahan pertanian warisannya di Hokkaidō. Kehidupan pribadinya yang kompleks, ditandai dengan kematian istri dan hubungan romantis yang kontroversial, berakhir tragis dengan bunuh diri bersama pada tahun 1923. Warisannya mencakup diari-diari mendalam dan pengaruhnya yang berkelanjutan terhadap sastra dan pemikiran sosial Jepang, serta pengakuan luas di Tiongkok.
2. Kehidupan Awal dan Pendidikan
Takeo Arishima lahir pada 4 Maret 1878, di Koishikawa, Tokyo (sekarang Distrik Bunkyō) dalam sebuah keluarga kaya. Ia adalah putra tertua dari Arishima Take, seorang mantan pejabat samurai yang kemudian menjadi birokrat di Kementerian Keuangan Jepang dan pengusaha. Ibunya bernama Sachiko. Kakeknya, Uhei, juga seorang samurai.
Ketika Arishima berusia empat tahun, keluarganya pindah ke Yokohama karena ayahnya diangkat sebagai Kepala Bea Cukai Yokohama. Di Yokohama, ia tinggal di rumah keluarga Amerika sesuai dengan kebijakan pendidikan ayahnya, dan kemudian bersekolah di Sekolah Putri Yokohama Eiwa (sekarang Sekolah Dasar Yokohama Eiwa Aoyama Gakuin). Pengalaman-pengalaman masa kecilnya ini kemudian menginspirasi dongengnya yang berjudul Ichifusa no Budō (Setangkai Anggur).
Pada usia 10 tahun, Arishima masuk sekolah persiapan Gakushuin, sebuah sekolah bergengsi untuk bangsawan, di mana ia tinggal sebagai siswa asrama. Ia lulus dari program menengah Gakushuin pada usia 19 tahun. Setelah lulus dari Gakushuin, ia melanjutkan studinya di Sapporo Agricultural College (sekarang Fakultas Pertanian, Universitas Hokkaido). Selama masa studinya di sana, ia pernah mencoba bunuh diri bersama dengan Morimoto Kōkichi.
3. Perkembangan Keagamaan dan Intelektual
Pengalaman di Sapporo Agricultural College, termasuk pengaruh dari Uchimura Kanzō dan Morimoto Kōkichi, membawanya untuk memeluk Kekristenan pada tahun 1901. Morimoto Kōkichi kemudian mendirikan beberapa sekolah wanita di Jepang.
Setelah lulus dari perguruan tinggi dan menjalani masa tugas militer singkat yang wajib di Angkatan Darat Kekaisaran Jepang, Arishima mengambil pelajaran bahasa Inggris dari Mary Elkinton Nitobe, istri dari Inazo Nitobe. Pada Juli 1903, ia memperoleh posisi sebagai koresponden asing di Amerika Serikat untuk surat kabar Mainichi Shimbun. Di Amerika Serikat, ia mendaftar di Haverford College, sebuah institusi Quaker di luar Philadelphia, dan kemudian di Universitas Harvard. Di Harvard, ia belajar sejarah dan ekonomi selama sekitar satu tahun, meskipun ia tidak menyelesaikan seluruh programnya. Setelah lulus dari Haverford, ia sempat bekerja di sebuah rumah sakit jiwa yang dioperasikan oleh sekte Quaker. Ia mencatat pengalamannya selama perjalanan ke Amerika dalam diarinya.
Selama di Amerika, pandangannya terhadap Kekristenan mulai kritis, dan ia tertarik pada sosialisme. Ia juga sangat dipengaruhi oleh karya-karya penulis seperti Walt Whitman, Henrik Ibsen, dan Peter Kropotkin, serta filsuf Barat seperti Henri Bergson dan Friedrich Nietzsche. Waktu dan pengalamannya di Amerika, diikuti oleh setahun di Eropa, sangat memengaruhi gaya penulisannya dan pandangan dunianya, yang menghasilkan perasaan keterasingan dari masyarakat Jepang.
Setelah kembali ke Jepang pada tahun 1907, ia sempat kembali bertugas di militer sebelum menjadi guru bahasa Inggris dan etika pada tahun 1909 di almamaternya, Universitas Kekaisaran Tohoku (sekarang Universitas Hokkaido), yang merupakan peningkatan status dari Sapporo Agricultural College. Di sana, ia juga mendirikan klub seni "Kuroyuri-kai" pada tahun 1908, yang masih aktif hingga saat ini. Pada masa ini, ia mulai meragukan imannya dan secara bertahap menjauh dari Kekristenan. Ia juga pernah secara diam-diam memberikan dana kepada Ōsugi Sakae, seorang anarkis terkemuka, untuk perjalanannya ke luar negeri, meskipun mereka hanya bertemu beberapa kali. Arishima menyatakan bahwa ia ingin Ōsugi melihat dunia yang lebih luas daripada hanya terlibat dalam konflik internal di Jepang.
4. Karier Sastra
Melalui adiknya, Ikuma Arishima, Takeo Arishima berkenalan dengan penulis-penulis lain yang juga lulus dari Gakushuin, termasuk Shiga Naoya dan Mushanokōji Sanetomi. Arishima dan para penulis ini membentuk sebuah kelompok yang dinamai dari majalah sastra mereka, ShirakabaWhite BirchBahasa Jepang, yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1911. Ia menulis novel dan kritik sastra dan dikenal sebagai salah satu figur sentral dalam kelompok Shirakaba.
4.1. Kelompok Shirakaba dan Aktivitas Sastra
Kelompok sastra "Shirakaba" (白樺White BirchBahasa Jepang) didirikan oleh Takeo Arishima bersama dengan penulis-penulis sezaman seperti Shiga Naoya dan Mushanokōji Sanetomi. Majalah sastra mereka, yang juga bernama Shirakaba, pertama kali diterbitkan pada tahun 1911. Arishima menjadi salah satu tokoh sentral dalam kelompok ini, berkontribusi dalam bentuk novel dan kritik sastra. Kelompok ini dikenal karena mempromosikan humanisme dan individualisme dalam sastra Jepang.
4.2. Karya-karya Utama
Arishima pertama kali meraih ketenaran pada tahun 1917 dengan novelnya {{lang|ja|Kain no Matsuei|カインの末裔|The Descendants of Cain}}. Karya ini menggambarkan kutukan Tuhan terhadap manusia dan alam melalui mata seorang petani penyewa yang merusak diri sendiri.
Pada tahun 1919, ia menerbitkan karyanya yang paling terkenal, {{lang|ja|Aru Onna|或る女|A Certain Woman}}. Novel ini adalah melodrama moral dan psikologis tentang seorang wanita berkeinginan kuat yang berjuang melawan masyarakat yang hipokrit dan didominasi pria. Meskipun diakui secara kritis karena gaya penulisannya, tema dan karakter dalam karya-karya Arishima tidak selalu menarik bagi banyak pembaca Jepang kontemporer.
Karya-karya penting lainnya meliputi:
- Novel: Kankan Mushi, Osumatsu no Shi, Umare Izuru Nayami (Penderitaan Kelahiran), Meiro (Labirin), Clara no Shukke (Pengunduran Diri Klara), Kaisan (Kemenangan), Hone (Tulang), Shukyo (Kegilaan Minuman), Bunka no Matsuro (Akhir Peradaban), Unmei no Uttae (Keluhan Takdir), Seiza (Konstelasi, tidak selesai), Chiisaki Mono e (Untuk yang Kecil), Jikken-shitsu (Laboratorium).
- Esai: {{lang|ja|Oshiminaku Ai wa Ubau|惜しみなく愛は奪ふ|Love Takes Without Giving}}, Sengen Hitotsu (Satu Deklarasi), Futatsu no Michi (Dua Jalan).
- Dongeng: Ichifusa no Budō (Setangkai Anggur), Oborekake ta Kyōdai (Saudara yang Hampir Tenggelam).
- Drama: Domomata no Shi (Kematian Domomata).
4.3. Gaya Penulisan dan Tema
Gaya penulisan Arishima dicirikan oleh pendekatan yang humanistik dan intens secara emosional. Tema-tema sentral dalam karyanya sering kali sangat kritis terhadap masyarakat, agama, dan norma-norma sosial. Ia banyak menggunakan ide-ide dari Alkitab, karya Leo Tolstoy, dan pemikiran anarkisme sosialis. Meskipun demikian, tema dan karakter dalam karya-karyanya seringkali tidak sepenuhnya diterima oleh pembaca Jepang pada masanya.
4.4. Esai dan Kritik
Arishima juga aktif menulis esai dan kritik yang mencerminkan pandangan filosofis dan sosialnya. Ia menerbitkan esai-esai penting yang mengungkapkan pandangannya terhadap agama, kritik sosial, dan refleksi pribadinya dalam berbagai majalah. Salah satu esainya yang terkenal adalah "Mushanokoji Ani e" (Untuk Kakak Mushanokoji), yang diterbitkan di Chūō Kōron pada Juli 1918, di mana ia mengkritik konsep "Desa Baru" yang dipromosikan oleh Mushanokōji Sanetomi. Pada tahun 1922, ia menerbitkan esai "Sengen Hitotsu" (Satu Deklarasi) yang menjadi landasan bagi tindakannya melepaskan kepemilikan tanah.
5. Pemikiran dan Filsafat Sosial
Arishima adalah seorang pemikir yang mendalam, dan filsafat sosialnya banyak dipengaruhi oleh pengalaman hidup dan studinya di Barat. Ia mengembangkan pandangan kritis terhadap masyarakat Jepang kontemporer, yang ia anggap munafik, serta terhadap Kekristenan. Ia sangat tertarik pada sosialisme, individualisme, dan humanisme.
5.1. Idealisme Sosialis dan Praktik

Pada tahun 1922, Arishima menerapkan filsafat sosialis yang telah ia kembangkan dengan melepaskan kepemilikan lahan pertanian penyewa yang luas di Desa Karita (sekarang Niseko, Hokkaidō), yang ia warisi dari ayahnya. Ia secara terbuka menyatakan bahwa ia ingin menjauhkan diri dari borjuis kecil dalam revolusi yang akan datang. Tindakan ini menunjukkan komitmennya terhadap advokasi kesetaraan sosial dan kritik terhadap kelas borjuis, yang ia anggap sebagai bagian dari kemunafikan masyarakat.
5.2. Kritik terhadap Agama dan Masyarakat
Arishima memiliki pandangan yang sangat kritis terhadap Kekristenan, yang ia tinggalkan setelah kembali dari Amerika Serikat. Ia juga mengkritik masyarakat Jepang yang ia anggap patriarkal, represif, dan penuh kemunafikan. Pandangan-pandangan kritis ini sangat memengaruhi tema dan narasi dalam karya-karya sastranya, di mana ia sering kali mengekspos ketidakadilan dan kontradiksi sosial.
6. Kehidupan Pribadi dan Kematian
Kehidupan pribadi Arishima ditandai oleh peristiwa-peristiwa penting yang memengaruhi karya dan pandangannya.
6.1. Pernikahan dan Keluarga
Pada tahun 1909, Arishima menikah dengan Kamiō Yasuko, putri kedua dari Mayor Jenderal Kamiō Mitsuomi. Pada tahun 1911, putra sulungnya, Yukimitsu, lahir di Sapporo. Yukimitsu kemudian dikenal sebagai aktor film dan panggung terkenal, Masayuki Mori. Pada tahun 1913, saat masih mengajar di Sapporo, Arishima membangun sebuah rumah bergaya Barat di Kita-ku, Sapporo, dekat Universitas Hokkaido, dengan niat untuk tinggal di sana secara permanen. Namun, pada tahun berikutnya, ia harus meninggalkan Sapporo karena penyakit istrinya.
Pada tahun 1916, Arishima mengalami dua kehilangan besar: istrinya, Yasuko, meninggal dunia pada usia 27 tahun akibat tuberkulosis di Rumah Sakit Kyoundo di Hiratsuka, dan ayahnya juga meninggal pada tahun yang sama. Kematian istrinya meninggalkannya dengan tiga orang anak. Setelah kematian istrinya, Arishima tidak menikah lagi.
Keluarga Arishima juga memiliki tokoh-tokoh terkenal lainnya. Adik-adiknya adalah Ikuma Arishima, seorang pelukis, dan Ton Satomi, seorang penulis. Adik laki-laki lainnya, Arishima Yukio, adalah direktur di Nippon Oil and Fats. Adik perempuannya, Shima, menikah dengan Takagi Yoshihiro, putra dari Takagi Kanehiro yang mendirikan Universitas Kedokteran Jikei Tokyo. Adik perempuannya, Ai, menikah dengan Yamamoto Naoyoshi, pemilik Hotel Mikasa lama, dan cucu Ai adalah konduktor dan komposer Yamamoto Naozumi.
6.2. Hubungan dengan Akiko Hatano dan Bunuh Diri Bersama
Pada tahun 1922, Arishima bertemu dengan Akiko Hatano, seorang wanita yang sudah menikah dan seorang editor di majalah wanita terkenal Fujin Kōron. Hubungan mereka dengan cepat berkembang menjadi perselingkuhan. Hubungan ini diketahui oleh suami Hatano, Harufusa Hatano, yang kemudian mengancam Arishima dan Akiko, menyebabkan mereka berada dalam tekanan.
Pada 9 Juni 1923, Arishima dan Hatano melakukan bunuh diri bersama dengan cara menggantung diri di vila Arishima yang terpencil, Jōgetsusō, di Karuizawa, Nagano.
6.3. Penemuan Jenazah dan Surat Wasiat

Karena lokasi yang terpencil dan musim hujan, jenazah Arishima dan Hatano tidak ditemukan selama lebih dari sebulan, tepatnya pada 7 Juli 1923, oleh pengelola vila. Kondisi jenazah sudah sangat membusuk. Identifikasi mereka sebagian besar dilakukan berdasarkan surat wasiat yang ditinggalkan. Salah satu surat wasiat yang ditemukan berisi kalimat: "Saya tidak pernah berpikir sampai saat ini bahwa kematian begitu tidak berdaya di hadapan cinta."
Beberapa surat yang dipertukarkan antara Arishima dan Akiko Hatano, yang ditulis sekitar enam bulan sebelum kematian mereka, dipublikasikan untuk umum di Museum Sastra Hokkaido di Sapporo pada Juli 2009.
Setelah kematiannya, Uchimura Kanzō, yang pernah menjadi mentor spiritual Arishima, menyatakan ketidaksetujuannya yang kuat terhadap tindakan bunuh diri tersebut, bahkan menyatakan akan memutuskan hubungan dengan siapa pun di antara kenalannya yang memuji tindakan Arishima.
Puisi terakhir yang diyakini sebagai puisi perpisahan Arishima adalah:
: "Berapa tahun hidup yang akan dijalani seseorang,
: Tanpa melihat sukacita yang begitu dalam?
: Seperti seorang yang berlatih Zen,
: Menjauhi dunia, dengan tenang mendekati gerbang cinta.
: Seekor jangkrik jatuh ke tanah,
: Meninggalkan pohon, di musim gugur yang tenang tanpa angin."
Namun, kritikus Tangoki Junzo pada tahun 1950 menilai puisi-puisi ini tidak lebih dari "selera gadis remaja".
7. Warisan dan Evaluasi
Takeo Arishima meninggalkan warisan yang signifikan dalam sastra dan pemikiran Jepang, dan ia dikenang sebagai seorang novelis, filsuf, dan kritikus sosial.
7.1. Diari dan Tulisan Pribadi
Setelah kematiannya, Arishima dikenal luas karena diarinya yang sangat terperinci, yang terdiri dari lebih dari dua puluh jilid. Diari-diari ini berisi catatan intim tentang kehidupannya, ketakutan, dan harapannya, serta pandangannya terhadap dunia. Diari-diari ini memiliki nilai sastra dan historis yang tinggi karena memberikan wawasan mendalam tentang kehidupan batin dan pemikiran seorang intelektual terkemuka pada masanya.
7.2. Penilaian Kontemporer dan Kemudian

Para kritikus dan penulis sezaman Arishima menganggapnya sebagai seorang filsuf dan kritikus sosial, selain sebagai seorang novelis. Tulisannya dicirikan oleh intensitas emosional, humanisme, dan pengaruh kuat dari sosialisme, serta referensi dari Alkitab dan karya-karya Leo Tolstoy. Meskipun karyanya tidak selalu populer di kalangan pembaca kontemporer, Arishima diakui karena kedalaman pemikiran dan gaya sastranya.
7.3. Kritik dan Kontroversi
Meskipun dihormati, kehidupan dan karya Arishima juga tidak luput dari kritik dan kontroversi. Selain penilaian Tangoki Junzo terhadap puisi terakhirnya, terdapat perdebatan mengenai motivasi di balik bunuh dirinya bersama Akiko Hatano.
Arishima juga dikenal memiliki fobia ekstrem terhadap ular. Menariknya, Akiko Hatano menyukai ular dan mengenakan cincin dengan desain ular yang melingkar di jarinya. Namun, cincin tersebut tidak ditemukan saat jenazahnya ditemukan, menunjukkan bahwa ia mungkin telah melepasnya setelah menjalin hubungan dengan Arishima.
8. Pengaruh
Karya sastra, pemikiran sosial, dan gaya hidup Takeo Arishima memiliki dampak luas terhadap penulis, intelektual, dan masyarakat Jepang setelah kematiannya.
8.1. Pengaruh terhadap Generasi Mendatang
Ide-ide dan karya-karya Arishima terus menginspirasi atau memengaruhi perkembangan sastra, pemikiran, dan gerakan sosial di Jepang. Misalnya, Hokkaido Shimbunsha menyelenggarakan "Penghargaan Sastra Remaja Arishima" untuk menghormatinya.
Selain itu, Arishima memiliki pengakuan yang tinggi di Tiongkok. Karyanya diperkenalkan oleh Lu Xun, seorang penulis terkemuka Tiongkok, dan beberapa karyanya bahkan dimuat dalam buku teks di sana, sehingga ia dikenal luas oleh masyarakat Tiongkok.
9. Peringatan dan Penghormatan
Beberapa fasilitas dan penghargaan didedikasikan untuk mengenang Takeo Arishima dan warisannya:
- Museum Peringatan Arishima (有島記念館Arishima KinenkanBahasa Jepang) di Niseko, Hokkaidō: Museum ini menyimpan berbagai materi terkait Arishima karena ia pernah memiliki lahan pertanian di daerah tersebut.
- Taman Seni Sapporo (札幌芸術の森Sapporo Geijutsu no MoriBahasa Jepang) di Distrik Minami, Sapporo: Bekas kediaman Takeo Arishima yang dulunya berada di Distrik Kita, Sapporo, telah dipindahkan dan dilestarikan di sini. Bagian dalamnya berisi pameran tentang Arishima.
- Desa Sejarah Hokkaido (北海道開拓の村Hokkaidō Kaitaku no MuraBahasa Jepang) di Distrik Atsubetsu, Sapporo: Salah satu bekas tempat tinggal Arishima yang dulunya berada di Distrik Shiroishi, Sapporo, juga telah dipindahkan dan dilestarikan di sini.
- Makam Arishima terletak di Tama Cemetery di Tokyo. Makam tersebut dihiasi dengan relief wajah Takeo Arishima dan istrinya, Yasuko.
10. Tokoh dan Topik Terkait
- Morimoto Kōkichi
- Morito Tatsuo
- Tanikawa Tetsuzō
- Kagawa Toyohiko
- Kida Kinjirō
- Ōsugi Sakae
- Yamada Akio
- Nakamura Mitsuharu
- Masayuki Mori
- Ikuma Arishima
- Ton Satomi
- Kamiō Mitsuomi
- Shiga Naoya
- Mushanokōji Sanetomi
- Fujin Kōron
- Kain no Matsuei
- Aru Onna
- Oshiminaku Ai wa Ubau
- Umare Izuru Nayami
- Ichifusa no Budō
- Tama Cemetery
- Karuizawa