1. Kehidupan Awal dan Latar Belakang Keluarga
Volusianus lahir sebagai putra dari Trebonianus Gallus dan Afinia Gemina Baebiana. Informasi mengenai masa kecil dan pendidikannya terbatas, namun sebagai anak dari keluarga senator, Volusianus kemungkinan besar menerima pendidikan khas bangsawan Romawi, yang mencakup retorika, filsafat, dan seni militer.
1.1. Hubungan Keluarga dan Pernikahan
Volusianus adalah putra dari Trebonianus Gallus dan Afinia Gemina Baebiana. Ia juga memiliki seorang saudari bernama Vibia Galla. Volusianus menikah dengan putri Kaisar Decius, yang juga merupakan saudari dari Hostilianus, meskipun nama istrinya tidak diketahui dalam catatan sejarah.
1.2. Silsilah Keluarga
Volusianus memiliki hubungan kekerabatan dengan beberapa tokoh penting pada masanya. Ayahnya, Trebonianus Gallus, menjadi kaisar setelah kematian Decius dan Herennius Etruscus. Volusianus sendiri kemudian menjadi kaisar bersama ayahnya, dan ia menikah dengan putri Decius, menghubungkannya dengan dinasti kekaisaran sebelumnya. Setelah kematiannya, Aemilianus mengambil alih takhta.
Hubungan | Nama Tokoh | Keterangan |
---|---|---|
Ayah | Trebonianus Gallus | Kaisar Romawi (251-253 M), memerintah bersama Volusianus. |
Ibu | Afinia Gemina Baebiana | Istri Trebonianus Gallus. |
Saudari | Vibia Galla | Saudari Volusianus. |
Istri | Putri Decius | Nama tidak diketahui, saudari Hostilianus. |
Kaisar Pendahulu | Decius | Kaisar Romawi (249-251 M), meninggal dalam pertempuran. |
Kaisar Pendahulu | Herennius Etruscus | Putra dan rekan-kaisar Decius, meninggal dalam pertempuran. |
Rekan-kaisar Awal | Hostilianus | Putra Decius, diangkat sebagai Augustus oleh Trebonianus Gallus. |
Kaisar Penerus | Aemilianus | Jenderal yang memproklamasikan diri sebagai kaisar setelah kematian Gallus dan Volusianus. |
2. Suksesi Kekuasaan
Proses Volusianus naik takhta dan mendapatkan gelar kekaisaran terjadi di tengah kekacauan politik yang melanda Kekaisaran Romawi pada pertengahan abad ke-3 Masehi.
2.1. Penunjukan sebagai Caesar
Pada Juni 251 M, Kaisar Decius dan putranya, Herennius Etruscus, yang juga merupakan rekan-kaisar, tewas dalam pertempuran melawan Goth di Pertempuran Abrittus. Setelah kematian mereka, Trebonianus Gallus terpilih sebagai kaisar oleh legiun di medan perang. Untuk memperkuat legitimasinya dan berbagi kekuasaan dengan keluarga kekaisaran sebelumnya, Gallus mengangkat Hostilianus, putra bungsu Decius yang masih hidup, menjadi Augustus (rekan-kaisar). Tak lama setelah itu, pada Juli 251, Gallus mengangkat putranya, Volusianus, ke pangkat Caesar (pewaris takhta). Volusianus juga menerima gelar Princeps Juventutis (Pangeran Pemuda).
2.2. Pengangkatan sebagai Augustus
Pada Juli atau Agustus 251, Hostilianus meninggal dunia. Penyebab kematiannya masih menjadi perdebatan di kalangan sejarawan: Aurelius Victor dan penulis Epitome de Caesaribus menyatakan bahwa Hostilianus meninggal karena wabah penyakit, sementara Zosimus mengklaim bahwa Trebonianus Gallus membunuh Hostilianus agar Volusianus dapat mengambil tempatnya sebagai rekan-kaisar. Terlepas dari penyebabnya, Volusianus kemudian menerima pangkat Augustus, menjadikannya kaisar bersama ayahnya. Ia menjabat sebagai konsul pada tahun 252, bersama Trebonianus Gallus, dan pada tahun 253, bersama Valerius Maximus.
3. Masa Pemerintahan
Masa pemerintahan Volusianus berlangsung singkat, dari 251 hingga 253 Masehi, dan sepenuhnya dihabiskan sebagai rekan-kaisar bersama ayahnya, Trebonianus Gallus. Periode ini merupakan salah satu yang paling bergejolak dalam Krisis Abad Ketiga, ditandai oleh berbagai ancaman eksternal dan internal yang menguji stabilitas Kekaisaran Romawi.
3.1. Pemerintahan Bersama Trebonianus Gallus
Selama pemerintahan bersama mereka, Trebonianus Gallus dan Volusianus memilih untuk tetap berada di Roma daripada secara langsung menghadapi invasi asing yang melanda perbatasan kekaisaran. Mereka mengeluarkan hanya dua reskrip kekaisaran selama masa pemerintahan mereka yang singkat. Meskipun penganiayaan umat Kristen tidak seekstrem di bawah pemerintahan Decius, Paus Kornelius diasingkan pada tahun 252 M, dan Novatianus juga terpaksa melarikan diri dari Roma selama periode penganiayaan ini.
3.2. Peristiwa Utama dan Ancaman
Pemerintahan Volusianus dan ayahnya diwarnai oleh serangkaian tantangan besar yang mengancam keberlangsungan Kekaisaran Romawi.
3.2.1. Dampak Wabah Penyakit
Wabah penyakit yang sama yang merenggut nyawa Hostilianus juga melanda seluruh Roma dan wilayah kekaisaran lainnya. Wabah ini sering diidentifikasi sebagai Wabah Siprianus (Plague of Cyprian), yang melemahkan populasi dan ekonomi kekaisaran secara signifikan. Meskipun demikian, Trebonianus Gallus berhasil mendapatkan popularitas yang besar dengan memastikan bahwa semua korban wabah diberikan penguburan yang layak, tanpa memandang status sosial mereka.
3.2.2. Invasi Asing
Selama pemerintahan bersama Trebonianus Gallus dan Volusianus, Kekaisaran Romawi diserang oleh Goth dan Kekaisaran Sasaniyah.
- Invasi Sasaniyah:** Pada tahun 252, Kekaisaran Sasaniyah menyerang, dengan cepat menguasai Mesopotamia Romawi. Mereka mengalahkan pasukan Romawi dalam Pertempuran Barbalissos, dekat Barbalissos di provinsi Euphratensis (sekarang Suriah). Pasukan Sasaniyah kemudian maju jauh ke wilayah Romawi hingga mencapai Antiokhia, yang berhasil mereka rebut pada tahun 253 setelah pengepungan yang berkepanjangan.
- Invasi Goth:** Pada tahun 253, bangsa Goth menginvasi Moesia Inferior, setelah gubernur baru, Aemilianus, menolak membayar upeti kepada mereka. Bangsa Goth terpecah menjadi dua kelompok: satu kelompok menggeledah kota-kota di Moesia Inferior dan Thracia, sementara kelompok lainnya menyeberang ke Asia Kecil hingga mencapai Efesus.
3.2.3. Pemberontakan Internal
Aemilianus berhasil mengusir bangsa Goth, membantai banyak dari mereka dan memaksa sisanya kembali melintasi Sungai Donau. Prestise dari kemenangan ini begitu besar sehingga para prajurit Aemilianus secara spontan memproklamasikannya sebagai kaisar, menentang Trebonianus Gallus dan Volusianus. Ketika berita ini sampai ke Roma, Gallus dan Volusianus meminta bala bantuan dari Valerianus, kaisar masa depan, yang saat itu sedang memperkuat pertahanan kekaisaran di Sungai Rhein. Aemilianus bergerak menuju Italia dengan cepat, tiba sebelum Valerianus dapat mengirimkan bantuan. Pasukan yang tersedia bagi kedua kaisar bersama itu takut menghadapi pasukan Aemilianus yang jauh lebih kuat. Untuk mencegah pertempuran, mereka memberontak, membunuh Gallus dan Volusianus di Interamna, di Umbria, pada Agustus 253.
4. Numismatika
Koin-koin aureus yang dicetak pada masa pemerintahan Volusianus terbagi menjadi dua jenis utama.

Ada lima gaya koin yang menampilkan patung Volusianus pada bagian obverse (depan), dengan bagian reverse (belakang) menunjukkan:
- Aequitas sedang duduk
- Aeternitas sedang berdiri
- Apollo sedang berdiri
- Juno sedang duduk di dalam kuil melingkar
- Victoria sedang berdiri
Selain itu, ada enam gaya koin lainnya yang menampilkan patung Volusianus dengan Mahkota Radiate pada bagian obverse, dengan bagian reverse menampilkan:
- Concordia sedang duduk
- Felicitas sedang berdiri
- Libertas sedang berdiri
- Providentia sedang berdiri
- Salus sedang berdiri
- Virtus berhelm sedang berdiri
Koin-koin Volusianus kadang-kadang memuat inskripsi Saeculum nouum (zaman baru), di samping inskripsi tradisional Romae aeternae (Roma abadi) dan Pax aeternae (perdamaian abadi).
5. Kematian
Volusianus dan ayahnya, Trebonianus Gallus, tewas pada Agustus 253 Masehi. Mereka dibunuh oleh pasukan mereka sendiri di Interamna, sebuah kota di Umbria, Italia. Pembunuhan ini terjadi karena ketakutan para prajurit terhadap kekuatan pasukan Aemilianus, seorang jenderal yang memproklamasikan diri sebagai kaisar dan sedang bergerak cepat menuju Roma. Para prajurit Gallus dan Volusianus, yang merasa terancam oleh kekuatan Aemilianus, memilih untuk memberontak dan membunuh kaisar mereka sendiri untuk menghindari pertempuran yang mungkin akan mereka kalahkan. Menurut Chronographia 354, Volusianus dan ayahnya memerintah selama total dua tahun, empat bulan, dan sembilan hari.
6. Evaluasi Sejarah dan Warisan
Masa pemerintahan Volusianus yang singkat, hanya sekitar dua tahun, sepenuhnya dihabiskan sebagai rekan-kaisar bersama ayahnya, Trebonianus Gallus, di tengah gejolak Krisis Abad Ketiga. Masa ini ditandai oleh ketidakstabilan parah, invasi asing, dan wabah penyakit mematikan, yang semuanya berkontribusi pada keruntuhan yang cepat dari pemerintahan mereka. Volusianus tidak memiliki kesempatan untuk menunjukkan kepemimpinan yang signifikan atau meninggalkan warisan yang abadi, karena sebagian besar keputusan dan respons terhadap krisis ditangani oleh ayahnya. Kematiannya yang brutal di tangan pasukannya sendiri, yang takut menghadapi pasukan Aemilianus, mencerminkan nasib umum para kaisar pada periode ini, di mana kekuasaan sering kali direbut dan dipertahankan melalui kekuatan militer, dan kekalahan berarti kematian. Volusianus adalah salah satu dari banyak kaisar yang menjadi korban ketidakstabilan politik dan militer yang mendefinisikan Krisis Abad Ketiga.