1. Kehidupan Awal dan Latar Belakang
Yang Xinhai memiliki masa kecil yang sulit di tengah kemiskinan, yang membawanya pada kehidupan mengembara dan serangkaian kejahatan awal sebelum ia memulai pembunuhan berantai yang lebih besar.
1.1. Masa Kecil dan Pendidikan
Yang Xinhai lahir pada 17 Juli 1968, di Kabupaten Zhengyang, Henan, Tiongkok. Keluarganya adalah salah satu yang termiskin di desanya. Sebagai anak bungsu dari empat bersaudara, Yang dikenal cerdas tetapi juga introvert dan sulit diatur. Ia putus sekolah pada tahun 1985, saat berusia 17 tahun, dan menolak untuk kembali ke rumah. Sejak saat itu, ia mulai mengembara ke berbagai wilayah di Tiongkok, bekerja sebagai buruh.
1.2. Kehidupan Pengembaraan dan Aktivitas Kriminal Awal
Setelah meninggalkan rumah, Yang Xinhai menjalani kehidupan nomaden sebagai buruh. Periode ini juga menandai dimulainya aktivitas kriminal awalnya, yang mengarah pada penangkapan dan hukuman penjara sebelum ia memulai serangkaian pembunuhan berantai.
Pada tahun 1988 dan 1991, Yang dijatuhi hukuman kerja paksa di Xi'an, Shaanxi, dan Shijiazhuang, Hebei, karena kasus pencurian. Pada tahun 1996, ia dijatuhi hukuman lima tahun penjara karena percobaan pemerkosaan di Zhumadian, Henan. Meskipun dijatuhi hukuman lima tahun, ia hanya menjalani tiga tahun dan dibebaskan lebih awal pada tahun 1999. Periode pembebasan inilah yang menandai dimulainya serangkaian kejahatan yang jauh lebih mengerikan.
2. Karier Kriminal dan Modus Operandi
Karier kriminal Yang Xinhai sebagai pembunuh berantai ditandai oleh kekejaman ekstrem dan pola yang konsisten, mencakup serangkaian kejahatan mengerikan di empat provinsi Tiongkok.
2.1. Gambaran Umum Kejahatan
Pembunuhan yang dilakukan Yang Xinhai terjadi antara tahun 1999 dan 2003 di provinsi Anhui, Hebei, Henan, dan Shandong. Secara keseluruhan, ia terlibat dalam 26 insiden kriminal yang mengakibatkan 67 pembunuhan, 23 pemerkosaan, dan 10 cedera serius yang disengaja.
2.2. Modus Operandi dan Tipe Korban
Modus operandi Yang Xinhai melibatkan penyusupan ke rumah-rumah korbannya pada malam hari. Ia akan membunuh semua penghuni rumah, yang sebagian besar adalah petani, menggunakan kapak, palu, dan sekop. Seringkali, ia membantai seluruh keluarga tanpa pandang bulu. Sebelum melakukan kejahatannya, ia selalu mengenakan pakaian baru dan sepatu berukuran besar.
Perlakuan Yang terhadap korbannya bervariasi berdasarkan jenis kelamin dan usia. Korban pria biasanya dipukul kepalanya hingga tewas. Wanita seringkali diperkosa sebelum dibunuh. Sementara itu, anak-anak menjadi korban dengan cara yang bahkan lebih brutal. Sebagai contoh, pada Oktober 2002, Yang membunuh seorang ayah dan seorang gadis berusia enam tahun dengan sekop, lalu memerkosa seorang wanita hamil yang berhasil selamat dari serangan tersebut meskipun menderita cedera kepala serius.
2.3. Kronologi Pembunuhan Berantai
Berikut adalah daftar kronologis insiden pembunuhan berantai yang dilakukan oleh Yang Xinhai:
- 19 September 2000, Desa Guozhuang, Kota Beijiao, Distrik Chuanhui, Zhoukou, Henan: 2 pembunuhan.
- 1 Oktober 2000, Chunshuzhuang, Desa Xiaoying, Kota Wangdian, Distrik Yingzhou, Fuyang, Anhui: 3 pembunuhan, 1 pemerkosaan.
- 15 Agustus 2001, Desa Fangcheliu, Kota Juling, Kabupaten Linying, Luohe, Henan: 3 pembunuhan, 1 pemerkosaan.
- Musim Gugur 2001, Kota Kanglou, Kabupaten Xihua, Zhoukou, Henan: 2 pembunuhan.
- Musim Dingin 2001, sebuah desa di tenggara kota kabupaten Kabupaten Ye, Pingdingshan, Henan: 2 pembunuhan.
- 27 Januari 2002, Kabupaten Tongxu, Kaifeng, Henan: 3 pembunuhan, 1 pemerkosaan.
- 30 Juni 2002, Kota Chaigang, Kabupaten Fugou, Zhoukou, Henan: 4 pembunuhan, 1 pemerkosaan.
- 28 Juli 2002, Dengzhou, Nanyang, Henan: 4 pembunuhan, 2 pemerkosaan.
- 22 Oktober 2002, Desa Zhaihu, Kota Songji, Kabupaten Xiping, Zhumadian, Henan: 2 pembunuhan, 1 pemerkosaan, 1 cedera serius.
- 8 November 2002, Desa Gaoli, Kota Shaodian, Kabupaten Shangcai, Zhumadian, Henan: 4 pembunuhan, 2 pemerkosaan, 1 cedera serius.
- 16 November 2002, Desa Liuzhuang, Kota Zhangshi, Kabupaten Weishi, Kaifeng, Henan: 2 pembunuhan, 1 pemerkosaan.
- 19 November 2002, Desa Shiguai, Kota Wangmeng, Kabupaten Linying, Luohe, Henan: 2 pembunuhan.
- 1 Desember 2002, Desa Yanwan, Kota Wangpiliu, Kabupaten Luyi, Zhoukou, Henan: 2 pembunuhan, 1 pemerkosaan, 1 cedera serius.
- 6 Desember 2002, Desa Liuzhuang, Kota Renhe, Kabupaten Xiping, Zhumadian, Henan: 5 pembunuhan, 1 pemerkosaan.
- 13 Desember 2002, Desa Sijia, Kota Malan, Kabupaten Yanling, Xuchang, Henan: 2 pembunuhan.
- 15 Desember 2002, Xiaolizhuang, Kota Miaocha, Kabupaten Linquan, Fuyang, Anhui: 3 pembunuhan, 1 pemerkosaan.
- 5 Februari 2003, Kota Kuzhuang, Kabupaten Xiangcheng, Xuchang, Henan: 3 pembunuhan, 1 pemerkosaan, 1 cedera serius.
- 18 Februari 2003, Kota Chiying, Kabupaten Xihua, Zhoukou, Henan: 4 pembunuhan, 2 pemerkosaan.
- 23 Maret 2003, Kota Chengguan, Kabupaten Minquan, Shangqiu, Henan: 4 pembunuhan, 1 pemerkosaan.
- 2 April 2003, Desa Sanlizhai, Kota Taoyuan, Kabupaten Cao, Heze, Shandong: 2 pembunuhan.
- 5 Agustus 2003, Desa Lidao, Xingtai, Hebei: 3 pembunuhan.
- 8 Agustus 2003, Desa Dongliangxiang, Distrik Qiaoxi, Shijiazhuang, Hebei: 5 pembunuhan.
Jumlah total dari insiden-insiden ini adalah 26 kejadian, 67 pembunuhan, 23 pemerkosaan, dan 10 cedera serius yang disengaja.
3. Motif
Motif di balik kejahatan Yang Xinhai telah menjadi subjek berbagai spekulasi dan laporan. Beberapa laporan media pada saat penangkapannya menyatakan bahwa motifnya adalah balas dendam terhadap masyarakat sebagai akibat dari perpisahan dengan pacarnya. Konon, pacarnya meninggalkannya karena hukuman-hukuman sebelumnya atas pencurian dan pemerkosaan.
Namun, laporan media yang lebih baru mengklaim bahwa motif utamanya adalah kesenangan yang ia dapatkan dari perampokan, pemerkosaan, dan pembunuhan itu sendiri. Selain itu, ada pula analisis yang menunjukkan bahwa Yang memiliki kompleks inferioritas dan kompleks fisik yang menyebabkan ia merasa diabaikan, yang kemudian memicu ledakan kekerasan.
Meskipun Yang tidak pernah secara formal memberikan motif yang jelas, ia pernah dikutip mengatakan:
"Ketika saya membunuh orang, saya memiliki keinginan. Ini menginspirasi saya untuk membunuh lebih banyak. Saya tidak peduli apakah mereka pantas hidup atau tidak. Itu bukan urusan saya... Saya tidak punya keinginan untuk menjadi bagian dari masyarakat. Masyarakat bukan urusan saya."
Pernyataan ini menunjukkan ketidakpeduliannya terhadap nilai kehidupan manusia dan penolakannya terhadap norma-norma sosial.
4. Penangkapan, Persidangan, dan Eksekusi
Yang Xinhai akhirnya tertangkap setelah serangkaian kejahatan brutalnya, yang kemudian mengarah pada persidangan dan eksekusinya.
Yang Xinhai ditangkap pada 3 November 2003, setelah bertindak mencurigakan selama inspeksi polisi rutin di tempat-tempat hiburan di Cangzhou, Hebei. Polisi membawanya untuk diinterogasi dan menemukan bahwa ia adalah buronan atas kasus pembunuhan di empat provinsi. Selama penyelidikan, polisi juga membandingkan DNA-nya dengan jejak yang ditemukan di beberapa lokasi kejahatan, yang hasilnya cocok. Terungkap pula bahwa Yang Xinhai telah terinfeksi HIV dari salah satu korbannya.
Pada 1 Februari 2004, Yang Xinhai dijatuhi hukuman mati oleh Pengadilan Rakyat Menengah Kota Luohe, Henan. Ia dinyatakan bersalah atas 67 pembunuhan dan 23 pemerkosaan. Pada saat putusan hukuman ini, media resmi Tiongkok meyakini bahwa ia telah melakukan serangkaian pembunuhan terpanjang dan paling mengerikan dalam sejarah Tiongkok. Yang Xinhai dieksekusi pada 14 Februari 2004, melalui eksekusi regu tembak.
5. Penilaian dan Dampak
Yang Xinhai dijuluki "Pembunuh Monster" oleh media Tiongkok dan "con quái vật điên loạn" oleh media Vietnam karena kekejaman dan skala kejahatannya yang luar biasa. Ia diakui sebagai pembunuh berantai paling produktif yang diketahui di Tiongkok sejak berdirinya Republik Rakyat Tiongkok pada tahun 1949. Beberapa sumber bahkan menyebutnya sebagai pembunuh paling brutal tidak hanya dalam sejarah Tiongkok tetapi juga di seluruh dunia. Kejahatannya memiliki dampak sosial yang mendalam, menimbulkan ketakutan dan kekhawatiran yang meluas di kalangan masyarakat, terutama di daerah pedesaan yang menjadi target utamanya. Kasusnya menyoroti kerentanan masyarakat dan memicu diskusi tentang keamanan publik dan penegakan hukum di Tiongkok.