1. Gambaran Umum
Yukio Edano (枝野 幸男Edano YukioBahasa Jepang, lahir 31 Mei 1964) adalah seorang politikus dan pengacara Jepang yang saat ini menjabat sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat untuk Saitama ke-5. Ia dikenal sebagai salah satu pendiri dan mantan pemimpin Partai Demokratik Konstitusional Jepang, sebuah partai yang ia dirikan pada tahun 2017 untuk menampung faksi-faksi liberal setelah perpecahan Partai Demokrat. Sepanjang karier politiknya, Edano telah memegang berbagai posisi kunci dalam pemerintahan dan partai, termasuk Ketua Sekretariat Kabinet, Menteri Ekonomi, Perdagangan, dan Industri, serta Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Jepang.
Edano dipandang sebagai sosok progresif di tengah lanskap politik Jepang, sering kali mengadvokasi nilai-nilai liberal seperti perlindungan konstitusionalisme, kebebasan berekspresi, dan hak asasi manusia, sembari juga menyatakan dirinya sebagai seorang konservatif yang menghargai nilai-nilai tradisional Jepang seperti saling membantu daripada liberalisme ekonomi murni. Perannya yang paling menonjol di mata publik adalah sebagai juru bicara pemerintah selama Gempa bumi dan tsunami Tōhoku 2011 dan kecelakaan nuklir Fukushima Daiichi, di mana ia diakui atas komunikasinya yang jujur dan tanpa henti. Kepemimpinannya di Partai Demokratik Konstitusional telah menandai upayanya untuk menciptakan kekuatan oposisi yang kuat di Jepang, berfokus pada pendekatan "akar rumput" dalam politik dan ekonomi.
2. Kehidupan Awal dan Pendidikan
Edano lahir di Utsunomiya, Prefektur Tochigi, pada 31 Mei 1964, dari keluarga karyawan. Ayahnya sangat mengagumi figur politik liberal progresif Jepang, Yukio Ozaki, dan karenanya, Edano diberi nama "Yukio" meskipun dengan kanji yang berbeda, demi mendapatkan jumlah coretan yang baik. Sejak kecil, ia sudah bercita-cita menjadi politikus, yang dipengaruhi oleh kisah di balik namanya.
Selama masa sekolahnya, Edano menunjukkan bakat kepemimpinan yang kuat. Ia menjabat sebagai ketua OSIS di SD Mine Kota Utsunomiya dan SMP Yoto Kota Utsunomiya. Di SMP, ia berhasil memenangkan pemilihan ketua OSIS setelah pidato yang penuh semangat. Di SMA Prefektur Utsunomiya, ia memenangkan kompetisi debat sekolah selama tiga tahun berturut-turut, dengan topik-topik seperti masalah lingkungan, masalah ketenagakerjaan, serta isu-isu seputar pegawai negeri dan Serikat Guru Jepang. Ia juga merupakan anggota klub paduan suara selama SMP dan SMA, bahkan memenangkan kompetisi musik sekolah nasional NHK National School Music Competition selama dua tahun berturut-turut saat SMP.
Setelah lulus SMA, Edano melanjutkan pendidikan di Universitas Tohoku di Fakultas Hukum, dengan tujuan menjadi seorang pengacara. Di sana, ia belajar di bawah bimbingan sarjana hukum konstitusi Kazushi Kojima, yang membantunya memahami bahwa konstitusi dan hukum hanyalah alat. Ia lulus dari Universitas Tohoku dengan gelar di bidang hukum pada tahun 1987 dan berhasil lulus ujian advokat Jepang pada usia 24 tahun, setahun setelah kelulusannya. Setelah menyelesaikan pelatihan yudisial, ia menjadi seorang pengacara (dengan nomor registrasi 22259, angkatan pelatihan yudisial ke-43, dari Asosiasi Pengacara Daini Tokyo) dan bekerja di sebuah kantor hukum di Tokyo. Ia sendiri menyatakan bahwa ia memilih jalur ini karena merasa memiliki peluang lebih tinggi untuk menjadi politikus dibandingkan jika ia memilih karier sebagai karyawan biasa.
3. Karier Politik Awal
Yukio Edano memulai aktivitas politiknya setelah tertarik dengan idealisme dan visi anti-korupsi yang diusung oleh Morihiro Hosokawa, pendiri Partai Baru Jepang. Meskipun memiliki minat pada politik sejak muda, ia baru secara aktif terjun setelah Partai Baru Jepang mengumumkan panggilan terbuka untuk kandidat Dewan Perwakilan Rakyat Jepang menjelang pemilihan umum Jepang 1993.
3.1. Bergabung dengan Partai Baru Jepang
Setelah seleksi ketat dari sekitar 150 pelamar, Edano menjadi salah satu dari 15 kandidat yang terpilih. Pada 13 April 1993, ia secara resmi diumumkan sebagai kandidat Partai Baru Jepang untuk Distrik ke-5 Saitama (pra-reformasi electoral), sebuah daerah pemilihan yang jumlah kursinya baru saja bertambah dari tiga menjadi empat.
Karena kurangnya dana dan pengalaman politik, serta jadwal yang terburu-buru karena perkiraan awal pembubaran DPR pada musim gugul, bukan Juni, Edano harus mengandalkan pidato di pinggir jalan setiap pagi, strategi serupa yang digunakan oleh Yoshihiko Noda. Dalam pemilihan umum 1993, ia berhasil menduduki peringkat kedua, sedikit di belakang Kiyoshi Ueda, dan terpilih sebagai anggota parlemen untuk pertama kalinya.
3.2. Aktivitas Awal di Diet dan Pekerjaan Kebijakan
Setelah pemilihan, Kabinet Hosokawa, kabinet pertama sejak tahun 1950-an yang tidak menyertakan LDP, dibentuk. Edano menjadi anggota Komite Perdagangan dan Industri, dan turut serta dalam penyusunan Undang-Undang Kewajiban Produk (PL Law), sebuah janji kampanye partai. Ia juga berusaha memodernisasi manajemen partai, yang saat itu disebut sebagai "toko pribadi perwakilan Hosokawa," namun gagal karena penolakan dari biro partai.
Ketika Perdana Menteri Hosokawa mengundurkan diri pada April 1994, Edano memilih Tsutomu Hata dalam pemilihan perdana menteri berikutnya, meyakini bahwa LDP harus dihalangi untuk membentuk pemerintahan dengan segala cara. Menentang pembentukan kelompok parlemen baru yang mencakup semua partai kecuali Sosialis dan LDP, Edano meninggalkan Partai Baru Jepang pada Mei 1994 untuk membentuk kelompok parlemen sendiri bernama "Angin Demokratik" (民主の風). Tak lama kemudian, ia bergabung dengan Partai Baru Sakigake dan menentang mosi tidak percaya terhadap Kabinet Hata, yang menyebabkan perpecahan di dalam kelompok Sakigake.
Pada Juni 1994, Kabinet Murayama, koalisi antara LDP, JSP, dan Partai Baru Sakigake, dibentuk. Edano menjadi wakil ketua Kelompok Riset Kebijakan di bawah Ketua Kelompok Riset Kebijakan Naoto Kan. Pada Januari 1996, ketika Kabinet Hashimoto Pertama dibentuk, Edano memberikan suara kepercayaan kepada Kabinet Hashimoto, meskipun sempat ragu karena Hashimoto adalah anggota kelompok legislator yang menentang penghapusan produk darah dari Undang-Undang Kewajiban Produk, yang akan menghapus akuntabilitas pemerintah dari mereka. Dalam kabinet baru tersebut, ia menjabat sebagai ketua tim reformasi administrasi dan mengajukan rencana reformasi kepegawaiannya sendiri, termasuk perekrutan massal pegawai negeri dan reformasi praktik "amakudari" (penempatan kembali birokrat pensiunan). Ia juga menjadi pemimpin kelompok studi bipartisan yang terdiri dari politikus muda, yang sebagian besar dianggap sebagai acara jejaring bagi politikus yang ingin bergabung dengan Partai Demokrat (Jepang, 1996) yang baru.
Edano memainkan peran penting dalam menyelidiki skandal darah terkontaminasi HIV di Jepang yang dimulai pada tahun 1995. Ia dihubungi oleh tim pembela penggugat dan menjadi yakin akan tanggung jawab pemerintah dalam masalah tersebut. Pada Agustus 1995, pertemuan rahasia antara Menteri Kesejahteraan Shoichi Ide dan para korban skandal diatur. Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan menolak bertanggung jawab atas krisis tersebut, bahkan setelah pengadilan memerintahkan mereka, sehingga masalah tersebut dikejar oleh Komite Kesehatan dan Kesejahteraan Dewan Perwakilan Jepang. Ia mengajukan pertanyaan tertulis yang meminta penjelasan dari Kementerian pada waktu itu. Dalam Kabinet Hashimoto Pertama, ia juga mendukung upaya Naoto Kan untuk menyelesaikan masalah tersebut, yang mengarah pada penyelidikan kebenaran dan pengungkapan penggunaan produk non-panas bahkan setelah produk panas telah dikembangkan untuk mengobati HIV. Ia memimpin permintaan maaf kementerian pada Februari, dan pada Juli ia mengambil posisi untuk menginterogasi Hideo Abe, mantan kepala tim riset AIDS.
4. Era Partai Demokrat
Karier Yukio Edano di Partai Demokrat (termasuk berbagai bentuk awal, persatuan, dan integrasi) mencakup periode penting baik saat partai beroposisi maupun berkuasa, di mana ia memegang berbagai posisi kepemimpinan dan menteri.
4.1. Pembentukan dan Peran Awal dalam Partai Demokrat
Edano turut serta dalam pembentukan Partai Demokrat (Jepang, 1996) pada tahun 1996, dan mencalonkan diri di bawah bendera partai tersebut dalam pemilihan umum Jepang 1996. Meskipun ia kalah dalam pemilihan distriknya di Saitama ke-5 dari Nobuhiko Fukunaga dari LDP, ia berhasil terpilih kembali ke Dewan Perwakilan melalui blok perwakilan proporsional Kita-Kantō. Pada tahun 1997, ia menjadi Ketua Riset Kebijakan Partai Demokrat dan mendirikan "Asosiasi 2010" (2010年の会), sebuah kelompok politikus muda yang mengkritik sifat klan dalam politik Jepang dan Partai Sosial Demokrat.
Pada tahun 1998, Partai Demokrat, Partai Pemerintahan yang Baik, Partai Persaudaraan Baru, dan pecahan dari Partai Frontier Baru (Jepang) semuanya bergabung menjadi satu kelompok, dan partai tersebut didirikan kembali sebagai Partai Demokrat Jepang (1998-2016) untuk menciptakan kekuatan oposisi yang luas. Edano ditunjuk sebagai wakil ketua Kelompok Riset Kebijakan partai. Di Parlemen, ia mengajukan beberapa rancangan undang-undang, termasuk satu untuk mengizinkan nama keluarga terpisah bagi pasangan menikah, satu untuk membentuk Dewan Pengawas Administrasi, dan undang-undang yang lebih lanjut mengkriminalisasi kepemilikan pornografi anak. Ia juga berpengaruh dalam pengesahan 金融機能の再生のための緊急措置に関する法律Undang-Undang Rekonstruksi KeuanganBahasa Jepang. Ia disebut sebagai salah satu tokoh paling signifikan dalam booming undang-undang legislatif yang dimulai pada tahun 1990-an.
Pada pemilihan kepemimpinan Partai Demokrat Januari 1999, di mana Shigefumi Matsuzawa menantang pemimpin saat itu Naoto Kan, ia dinominasikan sebagai pemberi rekomendasi untuk Matsuzawa, yang menganjurkan privatisasi tiga layanan pos dan perusahaan khusus milik pemerintah. Kemudian, pada September, ia menjabat sebagai sekretaris kampanye untuk Kan ketika ia ditantang lagi oleh Yukio Hatoyama di dalam partai, yang pada akhirnya ia kalah. Di bawah kepemimpinan Hatoyama, ia diangkat sebagai Pejabat Ketua Kelompok Riset Kebijakan dan diangkat sebagai Wakil Kepala Sekretaris Kabinet di bawah sistem Kabinet Bayangan (ネクストキャビネット).
Ia memenangkan kembali daerah pemilihannya di Saitama ke-5 dalam pemilihan umum Jepang 2000, yang secara umum merupakan keberhasilan bagi Partai Demokrat yang baru. Ia juga membentuk dua kelompok studi baru, yang terutama berpusat pada mantan anggota Partai Baru Sakigake, di mana ia juga merupakan mantan anggotanya. Ia juga mendirikan kelompok politik Ryounkai pada tahun 2002 bersama dengan Seiji Maehara dan Yoshito Sengoku, yang sebagian besar berfungsi sebagai organisasi tekanan konservatif di dalam DP. Edano menjabat sebagai bendahara kelompok tersebut. Pada Desember 2002, ketika Yukio Hatoyama mengundurkan diri sebagai pemimpin partai dan Naoto Kan kembali menjabat sebagai sekretaris, Edano diangkat sebagai Ketua Riset Kebijakan (政策調査会長) dan Kepala Sekretaris Kabinet dalam sistem Kabinet Bayangan yang baru. Ia mengumumkan manifesto partai sebelum pemilihan umum Jepang 2003, di mana ia mempertahankan daerah pemilihannya dengan selisih yang lebih besar.
Pada tahun 2004, Kan digantikan sebagai pemimpin DP oleh Katsuya Okada. Pada tahun 2005, meskipun partai mengalami kesulitan nasional (DP kehilangan 65 kursi secara nasional), Edano terpilih kembali dengan selisih lima poin di daerah pemilihannya. Pada tahun 2005, ketika Okada mundur karena kegagalannya dalam pemilihan nasional, ia mendukung sekutunya sendiri, Seiji Maehara, untuk menggantikannya. Maehara menang tetapi segera mundur karena skandal seputar dugaan email palsu yang digunakannya. Edano juga mendapatkan posisi penjabat sekretaris jenderal untuk strategi dan komunikasi partai.
Ketika, pada tahun 2006, Ichirō Ozawa terpilih sebagai perwakilan partai berikutnya setelah pengunduran diri Maehara, Edano mengumumkan bahwa ia akan mundur dari peran kepemimpinan partai. Pada September 2008, Edano sempat mempertimbangkan untuk mencalonkan diri sebagai perwakilan partai untuk menghindari Ozawa terpilih kembali tanpa pemungutan suara karena kegagalan orang lain, seperti Naoto Kan, untuk mengumumkan tantangan. Ia menyerah karena ia tidak bisa mendapatkan pengakuan untuk mencalonkan diri dari anggota Diet lain. Edano terpilih kembali dengan selisih 20 poin dalam pemilihan umum Jepang 2009 yang luar biasa, di mana ia dan Partai Demokrat berhasil meraih kekuasaan.
4.2. Dalam Pemerintahan (Kabinet Hatoyama, Kan, Noda)
Setelah kemenangan telak Partai Demokrat dalam pemilihan umum 2009, Yukio Edano memegang beberapa jabatan penting dalam pemerintahan, menunjukkan perannya yang krusial dalam kabinet-kabinet Partai Demokrat.
4.2.1. Sekretaris Kabinet Utama dan Tanggap Bencana Tohoku
Pada Januari 2011, dalam perombakan kabinet di bawah Kabinet Kan, Edano ditunjuk sebagai Kepala Sekretaris Kabinet (sekaligus menjabat sebagai Menteri Negara untuk Urusan Okinawa dan Wilayah Utara). Pada usia 46 tahun, ia adalah Kepala Sekretaris Kabinet termuda kedua dalam sejarah Jepang. Pada awal Maret 2011, setelah pengunduran diri Menteri Luar Negeri Seiji Maehara, ia menjabat sebagai Menteri Luar Negeri ad interim hingga Takeaki Matsumoto ditunjuk. Pada 27 Juni, ia kembali diangkat sebagai Menteri Reformasi Administratif, posisi yang pernah dipegangnya di Kabinet Hatoyama.
Pada 11 Maret 2011, kurang dari dua bulan setelah menjabat sebagai Kepala Sekretaris Kabinet, terjadi Gempa bumi dan tsunami Tōhoku 2011 serta kecelakaan nuklir Fukushima Daiichi. Edano mengambil peran sebagai juru bicara utama pemerintah dalam menanggapi kedua peristiwa tersebut, melaporkan perkembangan pemulihan setiap hari. Ketegangan yang dihadapinya dan gaya tanggapnya yang energik membuatnya dibandingkan dengan Jack Bauer dari serial TV "24" di media luar negeri.

Dilaporkan bahwa Edano memerintahkan sentralisasi informasi dari bencana tersebut, misalnya, memerintahkan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Olahraga, Sains, dan Teknologi untuk menggunakan kendaraan pengamatannya guna mengukur radiasi dalam radius 20 km hingga 30 km dari pembangkit listrik tenaga nuklir. Namun, ketika ditanya tentang hasilnya dan efek kesehatannya, juru bicara menyatakan "Kami tidak akan mengevaluasi data. Kami tidak dapat mengomentari instruksi dari Kepala Sekretaris Kabinet." Selain itu, seorang reporter dari Sankei Shimbun menyatakan bahwa Edano telah menginstruksikannya untuk "mensentralisasi informasi di suatu tempat dan tidak merilisnya tanpa izin," yang pada akhirnya menyebabkan rilis hasil melalui SPEEDI Network (Sistem Jaringan Prakiraan Dampak Radiasi Cepat Darurat). Namun, bertentangan dengan instruksi Edano untuk menyatukan hasil prediksi SPEEDI untuk radiasi yang dianalisis oleh Badan Keamanan Nuklir dan Industri (Jepang), hanya dua dari empat puluh lima hasil yang dikirim ke Kantor Perdana Menteri. Di sisi lain, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Olahraga, Sains, dan Teknologi mengirimkan hasilnya kepada Angkatan Bersenjata Amerika Serikat segera setelah bencana melalui Kementerian Luar Negeri (Jepang).

Komisi Pengaturan Nuklir Amerika Serikat (NRC) merilis dokumen internal tentang dampak bencana Fukushima yang dioperasikan oleh Tokyo Electric Power Company. Di antara dokumen tersebut terdapat catatan di mana Edano meminta agar seorang ahli tenaga nuklir ditempatkan secara permanen di Kantor Perdana Menteri sebagai bentuk dukungan bagi Jepang, dengan surat kabar Yomiuri Shimbun menyatakan Edano membuat satu permintaan lagi, yaitu bahwa ahli tersebut tidak diizinkan masuk ke kediaman Perdana Menteri. Ketika ledakan hidrogen terjadi di gedung reaktor Unit 3 Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima Daiichi, Komisi Keamanan Nuklir Kabinet Jepang mengusulkan agar radius evakuasi diperpanjang dari 20 km menjadi 30 km. Sebagai tanggapan, Edano dan lainnya berargumen bahwa perlu untuk menyusun evakuasi berskala besar, menyatakan bahwa "Tidak masalah untuk memperluas area evakuasi hingga 30 km, tetapi lebih baik membatasinya pada evakuasi di dalam ruangan." Pada konferensi pers yang diadakan olehnya pada 12 Maret pukul 2 pagi, ia menyatakan mengenai pertimbangan keselamatan bagi warga sebelum membuka ventilasi bahwa "Evakuasi dalam 3 km dari pembangkit listrik dan evakuasi di dalam ruangan dalam 10 km akan memungkinkan warga untuk memastikan keselamatan semua orang."
Pada April 2011, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Olahraga, Sains, dan Teknologi menetapkan standar keselamatan untuk anak-anak sebesar 3.8 mikrosievert per jam, setara dengan 33 milisievert per tahun, tetapi menyerahkan kepada pemerintah daerah untuk memutuskan metode dekontaminasi dan tidak mengambil tindakan proaktif. Hal ini menyebabkan pemerintah daerah di sekitar pembangkit listrik membuang lapisan tanah atas yang mungkin terkontaminasi limbah radioaktif. Mengenai pembuangan lapisan tanah atas, Edano mengakui risiko limbah radioaktif di lapisan tanah atas, tetapi menyatakan pandangannya bahwa pembuangannya tidak diperlukan selama lapisan tanah atas ditangani di bawah pedoman Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Olahraga, Sains, dan Teknologi.
4.2.2. Menteri Ekonomi, Perdagangan, dan Industri
Dengan terbentuknya Kabinet Noda setelah pengunduran diri Naoto Kan, Edano mengundurkan diri sebagai Kepala Sekretaris Kabinet dan Menteri yang Bertanggung Jawab atas Reformasi Administratif. Awalnya, ia menyatakan akan mendukung kabinet sebagai warga negara biasa, tetapi sepuluh hari kemudian ia diangkat sebagai Menteri Ekonomi, Perdagangan, dan Industri oleh Noda, menyusul pengunduran diri Yoshio Hachiro karena dugaan perilaku tidak pantas terkait bencana nuklir di Fukushima. Pada 3 Oktober 2011, ia juga diangkat sebagai Menteri Khusus untuk Kompensasi Kerusakan Nuklir. Pada November 2011, kelompok Ryounkai kembali diorganisasi, dengan Edano kini menjadi sekretaris jenderal dan Maehara mulai menjabat sebagai Ketua organisasi.

Pada 3 April 2012, inspeksi berkala terhadap Unit 3 dan 4 Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Ōi milik Kansai Electric Power Company (KEPCO), yang telah berhenti beroperasi, memastikan bahwa standar keselamatan KEPCO telah memenuhi standar pemerintah, dan mengeluarkan deklarasi keselamatan. Selanjutnya, jika pembangkit listrik tersebut tidak dihidupkan kembali, dan gelombang panas yang terjadi pada tahun itu mencapai tingkat tahun 2010, diperkirakan akan terjadi kekurangan listrik hingga 20% dalam yurisdiksi Kansai Electric, yang menyebabkan kenaikan tarif harga listrik, sehingga pernyataan yang dikeluarkan berakhir dengan "perlu untuk menghidupkan kembali pembangkit [listrik Ōi]." Pada hari berikutnya, tanggal 14, ia bertemu dengan Gubernur Issei Nishikawa dari Prefektur Fukui, menjelaskan perlunya Unit 3 dan 4 untuk dihidupkan kembali, dan meminta kerja samanya dalam memulai kembali operasi. Pada 1 Juni, ia menyatakan bahwa "kedua unit tidak akan dapat menghasilkan listrik dengan kapasitas penuh hingga Juli," menunjukkan bahwa mereka tidak akan dapat tepat waktu untuk 2 Juli ketika permintaan penghematan daya 15% dimulai dalam yurisdiksi Kansai Electric Power Company.

Pada 16 Juni, pemerintah mengumumkan akan menghidupkan kembali operasi dengan persetujuan Gubernur Nishikawa. Pada 18 Juni, presiden KEPCO Makoto Yagi diinstruksikan untuk memastikan keselamatan pekerjaan dalam persiapan untuk menghidupkan kembali operasi, dan meminta konfirmasi tindakan keselamatan sebagai prasyarat untuk menghidupkan kembali pembangkit listrik. Kemudian, pada 25 Juli, menanggapi operasi penuh Unit 4 yang dimulai kembali, Presiden KEPCO Yagi menyatakan mengenai Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Takahama yang juga ditutup, "Kami ingin membuat pengaturan dengan pemerintah untuk menghidupkannya kembali sebagai prioritas." Sebagai tanggapan, Edano mengatakan "Ini adalah komentar yang sangat tidak menyenangkan. Tidak mungkin kami dapat menghidupkan kembali operasi tanpa memeriksa keselamatan secara menyeluruh", dan menyatakan gagasan bahwa perhatian harus diberikan pada evaluasi dan penilaian oleh Otoritas Regulasi Nuklir, yang akan dibentuk pada September tahun itu. Pada 28 Agustus, mengenai pasokan dan permintaan listrik dalam yurisdiksi KEPCO, yang mencapai tujuan penghematan daya pada musim panas, ia mengatakan bahwa situasi "akan sangat mengerikan" jika Pembangkit Listrik Ōi tidak dapat dihidupkan kembali.

Pada 15 September, sebuah pertemuan diadakan di Prefektur Aomori dengan Gubernur Mimura dan para kepala kota-kota setempat yang memiliki pembangkit listrik. Edano berbicara tentang pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Ōma dan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Shimane, yang keduanya konstruksinya dihentikan setelah gempa bumi tahun 2011. Ia secara efektif menyampaikan keinginannya untuk melanjutkan pembangunan Pembangkit Listrik Shimane pada akhir tahun itu. Pada September 2012, Edano menyetujui dilanjutkannya pembangunan di Shimane, dan, pada Oktober, Pembangkit Listrik Ōma juga diberikan lampu hijau untuk melanjutkan pembangunan.
4.3. Tahun-tahun DPJ Pasca-Kabinet
Setelah Partai Demokrat Jepang kalah telak dalam pemilihan umum Jepang 2012, Edano berhasil mempertahankan kursinya di daerah pemilihan satu kursi dengan selisih 5 poin, menjadi satu-satunya anggota DPJ yang mempertahankan daerah pemilihan satu kursi di Saitama. Ia diangkat sebagai sekretaris jenderal DPJ pada September 2014. Edano kembali mempertahankan kursinya dalam pemilihan umum Jepang 2014, namun dengan selisih yang jauh lebih tipis, yaitu dua poin. Setelah pemilihan kepemimpinan Partai Demokrat Jepang 2015, ia tetap menjabat sebagai sekretaris jenderal di bawah kepemimpinan Katsuya Okada.
Pada Maret 2016, Partai Demokrat (Jepang, 2016) dibentuk dari merger DPJ, Partai Inovasi Jepang, dan Vision of Reform. Edano bergabung dengan partai baru tersebut dan tetap menjabat sebagai sekretaris jenderal setelah merger. Kemudian pada Oktober tahun yang sama, ia juga menjadi Ketua Riset Konstitusi Partai Demokrat. Setahun kemudian, pada 27 Juli 2017, perwakilan Partai Demokrat Renhō mengumumkan pengunduran dirinya menyusul hasil yang kurang memuaskan dalam pemilihan umum prefektur Tokyo 2017, di mana kandidat Partai Demokrat bahkan tampil lebih buruk dari Partai Komunis Jepang. Edano mencalonkan diri dalam pemilihan kepemimpinan partai pada September 2017, namun kalah dalam persaingan dengan Seiji Maehara dan Ryounkai.
5. Kepemimpinan Partai Demokratik Konstitusional
Bagian ini menguraikan peran sentral Yukio Edano dalam pembentukan dan kepemimpinannya sebagai ketua Partai Demokratik Konstitusional Jepang, sebuah kekuatan politik penting di Jepang yang ia ciptakan sebagai wadah bagi para liberal dan konstitusionalis.
5.1. Pembentukan Partai Demokratik Konstitusional

Pada sore hari 28 September 2017, dalam pertemuan umum anggota kedua majelis Partai Demokrat sebagai persiapan untuk pemilihan umum Jepang 2017 - yang dipanggil oleh Perdana Menteri Shinzo Abe hanya tiga minggu setelah pemilihan kepemimpinan DP - pemimpin Seiji Maehara mengusulkan penggabungan *de facto* dengan partai baru yang didirikan oleh Yuriko Koike, Kibō no Tō (Partai Harapan). Maehara juga menjelaskan bahwa ia menentang undang-undang keamanan Jepang 2015. Proposal Maehara diterima, dan Edano sempat berpikir bahwa merger tersebut akan berhasil. Namun, sekitar dua jam kemudian, Koike, yang menjabat sebagai perwakilan partai, mengatakan "Saya tidak berpikir siapa pun yang ingin bergabung dengan [Kibō no Tō] dan tidak mendukung undang-undang keamanan akan melamar sejak awal." Pada 29 September, Koike menyatakan pada konferensi pers rutin bahwa ia akan mengecualikan anggota sayap kiri dan liberal dari Partai Demokrat, dengan tunduk pada penerimaan undang-undang keamanan dan amandemen konstitusi.
Pada dini hari 30 September, Kyodo News melaporkan bahwa Edano mulai mempertimbangkan untuk mencalonkan diri sebagai independen, atau kemungkinan membentuk partai baru untuk kaum liberal yang kini tidak memiliki partai dari bekas DP. Pada hari yang sama, sebuah "daftar pengecualian" yang diduga berisi 15 mantan dan anggota DP saat ini yang diduga dibuat oleh Koike diedarkan. Malam itu, Edano, Akira Nagatsuma, Kiyomi Tsujimoto, Shoichi Kondo, dan Tetsuro Fukuyama bertemu di sebuah kamar hotel di Tokyo untuk membahas kemungkinan pembentukan partai baru.
Keempat anggota yang sebelumnya bertemu di kamar hotel memutuskan untuk mengumumkan pembentukan partai pada hari berikutnya, tanggal 2 Oktober. Edano diberi pilihan antara tiga nama: "Partai Demokrat", "Partai Demokrat Baru Jepang", atau "Partai Demokratik Konstitusional Jepang". Fukuyama segera meminta seorang desainer yang dikenalnya untuk membuat tiga desain logo. Dari ketiga pilihan tersebut, "Partai Demokrat" menerima reaksi keras dari staf kampanye online, yang menyatakan bahwa hal itu akan menghubungkan partai baru kembali dengan konotasi negatif dari pemerintahan DPJ sebelumnya. Mereka juga memprotes "Partai Demokrat Baru", dengan alasan adanya jinx dalam nama partai dengan kata "baru" yang membuat mereka cepat pudar. Akhirnya, "Partai Demokratik Konstitusional" dipilih karena partai-partai sebelum perang yang berbagi karakter dengan nama tersebut, yang tampaknya merupakan ide positif bagi Edano. Keesokan paginya, Edano memberi tahu Fukuyama tentang pilihan tersebut. Juga pada pagi itu, Edano mengunjungi Markas Besar RENGO dan bertemu dengan Presiden Rikio Kozu, menjelaskan situasi dan rencananya untuk membentuk partai baru. Setelah meninggalkan Partai Demokrat, ia mengadakan konferensi pers malam itu dan mengumumkan bahwa ia akan membentuk partai baru, Partai Demokratik Konstitusional Jepang, untuk "memainkan peran menghentikan kegilaan pemerintahan Abe."
Keesokan harinya, Nagatsuma mengajukan pemberitahuan pembentukan partai baru ke Kementerian Dalam Negeri dan Komunikasi (Jepang), yang diterima. Pada sore hari itu, Kibō no Tō mengumumkan 192 kandidatnya sendiri untuk pemilihan Dewan Perwakilan Rakyat, termasuk satu yang menantang kursi Edano sendiri. Partai Komunis Jepang menunjukkan kerja samanya dengan CDP, dan menarik kandidatnya dari distrik ke-5 Saitama sebagai tanda niat baik. Dalam pemilihan umum bulan itu, koalisi CDP-SDP-JCP membuat hasil yang mengejutkan di atas Kibō no Tō, secara keseluruhan menempati posisi kedua dengan lima kursi lebih banyak dari partai tersebut.
5.2. Kepemimpinan Partai dan Pemilu Besar
Edano sendiri memenangkan distriknya dengan selisih yang lebih lebar hampir 20 poin dari Hideki Makihara sekali lagi, peningkatan selisih 19% untuk Edano, meskipun Makihara kembali terpilih secara proporsional. Edano mengumpulkan 27.57 M JPY dalam 20 hari antara mengumumkan pembentukan partai dan pemilihan, yang secara luas dianggap sebagai jumlah yang luar biasa dibandingkan dengan jumlah sebelumnya dan bahkan Perdana Menteri (saat itu) Shinzo Abe.
Pada 14 September 2020, CDP yang dibentuk pada pemilihan 2017 dibubarkan dan didirikan kembali sehari kemudian sebagai CDP lagi. Langkah ini terjadi karena merger mayoritas Partai Demokrat untuk Rakyat dan Partai Sosial Demokrat (Jepang) setuju untuk bergabung dengan CDP untuk membentuk kelompok oposisi yang lebih bersatu, meskipun pecahan tetap ada di kedua partai, termasuk Yuichiro Tamaki dan Mizuho Fukushima masing-masing. Ia mencalonkan diri melawan Kenta Izumi dalam pemilihan kepemimpinan Partai Demokratik Konstitusional Jepang 2020 berikutnya dan menang dengan selisih 40%.
5.3. Pengunduran Diri sebagai Pemimpin
Meskipun partai meningkatkan kursinya secara umum menjadi 96 dalam pemilihan umum Jepang 2021, merger tersebut berarti bahwa jumlah kursi telah berkurang dari 109 kursi setelah merger. Meskipun telah mengalahkan politikus penting, seperti mantan Sekretaris Jenderal LDP Nobuteru Ishihara dan Akira Amari, partai tersebut mengalami kerugian seperti kekalahan Ichirō Ozawa di daerah pemilihannya untuk pertama kalinya dalam lima puluh tahun, meskipun ia masih terpilih kembali di blok proporsional. Edano sendiri memenangkan distrik ke-5 Saitama hanya dengan selisih 3%, dan tidak sepenuhnya jelas ia akan muncul sebagai pemenang hingga keesokan harinya. Meskipun Edano membantah akan mengundurkan diri sebagai pemimpin partai pada malam pemilihan umum, kekalahan besar partai secara keseluruhan memaksanya untuk mengumumkan niatnya untuk mengundurkan diri pada konferensi eksekutif partai pada 2 November, dan menyatakan bahwa "Kita harus menyiapkan sistem baru dan bergerak maju dengan pemilihan Dewan Penasihat tahun depan." Ia menandai tanggal 10 November, hari penutupan sesi Diet khusus, sebagai hari ia akan mengundurkan diri, dan kemudian mengadakan pemilihan perwakilan dengan partisipasi anggota partai.

Ia bergabung dengan kelompok partai Sanctuary pada 5 November, yang saat ini dipimpin oleh Shoichi Kondo. Ia menjadi penasihat kelompok tersebut. Pengunduran dirinya sebagai perwakilan diterima pada tanggal 12, dan jadwal untuk pemilihan perwakilan berikutnya ditetapkan.
Pada tahun 2023, setelah tiga tahun menjabat tanpa posisi partai, beredar rumor bahwa ia ingin mengambil kembali kepemimpinan CDP setelah kegagalan Kenta Izumi untuk merebut kembali momentum di partai. Ia merilis versi revisi dari "Edano Vision," sebuah manifesto yang ia terbitkan saat menjabat sebagai pemimpin partai, pada Agustus 2023. Pada 11 Juli 2024, terungkap bahwa ia kemungkinan besar akan mencalonkan diri sebagai pemimpin pada musim gugur. Meskipun Edano membantah kebocoran tersebut, ia secara publik mengumumkan di X (sebelumnya Twitter) bahwa ia akan mencalonkan diri sebagai pemimpin pada 9 Agustus. Dalam pemilihan yang diadakan pada 23 September, Edano kalah dari mantan perdana menteri Yoshihiko Noda, dengan meraih 180 poin berbanding 232 poin milik Noda. Pada 1 Oktober, ia diangkat sebagai penasihat tertinggi partai.
Pada 15 Oktober 2024, pemilihan umum Jepang 2024 diumumkan, dan dari distrik ke-5 Saitama, selain Edano, Menteri Kehakiman LDP yang menjabat, Makihara, Chihiro Tsujimura dari Reiwa Shinsengumi, dan Yuko Yamamoto dari Partai Komunis Jepang mencalonkan diri. Pada 17 Oktober, surat kabar Yomiuri Shimbun merilis situasi awal dan melaporkan bahwa "Edano dan Makihara berada dalam pertarungan yang tidak akan menyerah." LDP menghadapi tantangan berat karena skandal dana kampanye, kontroversi Gereja Unifikasi, dan masalah pemberian 20.00 M JPY kepada kandidat tidak resmi yang terungkap pada 23 Oktober. Pada 27 Oktober, pemilihan umum dilaksanakan. Tak lama setelah pukul 20:00, waktu penutupan pemungutan suara, surat kabar Asahi Shimbun melaporkan kemenangan Edano, dan ia berhasil memenangkan pemilihan untuk masa jabatan ke-11. LDP memenangkan 7 kursi di blok perwakilan proporsional Kita-Kantō, dengan Atsushi Nonaka terpilih sebagai kandidat ke-7 (rasio kekalahan 73,937%), sementara Makihara, yang berada di posisi ke-8 (72,602%), kehilangan kursinya.
Pada 13 November 2024, ia menjabat sebagai Ketua Komite Peninjau Konstitusi Dewan Perwakilan Rakyat. Dalam pidato pelantikannya, Edano menyatakan niatnya untuk "berupaya mengelola komite secara adil dan harmonis, serta terus berupaya mencari titik temu dengan mempertimbangkan pembentukan konsensus yang luas."
6. Pandangan dan Kebijakan Politik
Yukio Edano dikenal karena filosofi politiknya yang unik, seringkali menempatkan dirinya di persimpangan liberalisme dan konservatisme, serta pandangan spesifiknya mengenai berbagai isu penting di Jepang.
6.1. Filosofi Politik Inti
Edano mendefinisikan dirinya sebagai "liberal sekaligus konservatif," meyakini bahwa kedua konsep ini tidak bertentangan. Baginya, nilai-nilai konservatif yang ingin ia pertahankan adalah gagasan "saling membantu daripada pendekatan *laissez-faire* terhadap tanggung jawab diri." Ia lebih lanjut menyatakan keinginannya untuk "menghargai kebebasan, [dan] mengakui nilai-nilai yang beragam." Ia secara pribadi menganggap dirinya sebagai "konservatif arus utama" dan bahkan dilaporkan pernah mengatakan kepada mantan Perdana Menteri Tomiichi Murayama bahwa ia akan "membentuk pemerintahan liberal lagi selagi Anda masih sehat."
6.2. "Demokrasi Konstitusional"
Saat mendirikan CDP pada tahun 2017, ia mengadvokasi doktrin "demokrasi konstitusional," yang ia kaitkan dengan gagasan bahwa "demokrasi sejati terwujud ketika kekuasaan negara dibatasi oleh konstitusi." Dalam pidatonya di Yurakucho, ia menyatakan, "Dalam beberapa tahun terakhir, kita menemukan diri kita dalam situasi di mana kita perlu mengingat kembali kata konstitusionalisme. Itulah Jepang hari ini." Ia juga berargumen bahwa konflik politik utama abad ke-21 bukanlah antara kiri dan kanan, melainkan antara pendekatan *top-down* (atas-bawah) dan *bottom-up* (akar rumput). Ia mengadvokasi gagasan tersebut, dengan mengatakan bahwa "Ini bukan demokrasi dari atas, di mana orang dapat membuat keputusan sewenang-wenang karena mereka memiliki angka, tetapi demokrasi di akar rumput. Daripada kebijakan ekonomi dari atas yang membuat yang kuat semakin kuat dan pada akhirnya menetes ke bawah kepada Anda, itu meningkatkan ekonomi dengan meningkatkan mata pencarian."
6.3. Debat Konstitusi
Yukio Edano memiliki pandangan yang berkembang dan kadang-kadang kompleks mengenai reformasi konstitusi, terutama terkait Pasal 9 Konstitusi Jepang dan kekuasaan Perdana Menteri untuk membubarkan Diet.
6.3.1. Pasal 9 dan Bela Diri
Pada 10 September 2013, Edano, yang ditunjuk sebagai Ketua Komite Investigasi Konstitusi Partai Demokrat, mengumumkan proposal pribadinya untuk amandemen Pasal 9 Konstitusi. Namun, ia menarik proposal tersebut pada 2 Desember 2017.
Proposal amandemen yang ia usulkan untuk ditambahkan adalah Pasal 9-2, yang berbunyi:
- Ayat 1: "Apabila terjadi serangan bersenjata mendesak dan tidak adil terhadap negara kita, dan tidak ada cara lain yang tepat untuk menolaknya, maka dalam batas minimum yang diperlukan, negara kita dapat bertindak secara independen, atau bersama-sama dengan negara lain yang bertindak berdasarkan hukum internasional untuk melindungi perdamaian dan kemerdekaan negara kita serta keamanan negara dan rakyatnya, menggunakan hak bela diri."
- Ayat 2: "Apabila pasukan negara lain yang bertindak untuk melindungi keamanan negara kita berdasarkan hukum internasional, diserang secara bersenjata mendesak dan tidak adil, dan tidak ada cara lain yang tepat untuk menolaknya, dan hal tersebut berpotensi memengaruhi perdamaian dan kemerdekaan negara kita serta keamanan negara dan rakyatnya, maka dalam batas minimum yang diperlukan, negara kita dapat bersama-sama dengan negara tersebut menggunakan hak bela diri."
Dalam esai-esainya, ia juga menulis: "Pada dasarnya, membicarakannya dalam dualitas apakah itu individu atau kolektif adalah hal yang aneh. Diskusi semacam itu hanya dilakukan oleh politikus dan akademisi Jepang. Untuk kasus-kasus batas yang putusannya rumit, perlu ada batasan yang jelas agar tidak menimbulkan irasionalitas. Namun, penggunaan hak bela diri kolektif lainnya secara tegas ditolak untuk menghindari interpretasi yang meluas. Bukankah itu akan menjadi penghalang terkuat?"
Sarjana hukum konstitusi Osamu Nishi menyatakan: "Pasal 9-2 yang diajukan oleh Edano adalah tindakan bela diri kolektif yang terbatas... Yang perlu diperhatikan dari Pasal 9-3 adalah bahwa jika diminta oleh PBB, negara ini dapat berpartisipasi tidak hanya dalam PKO tetapi juga dalam pasukan multinasional, dan jika terjadi serangan bersenjata yang mendesak dan tidak adil, negara ini dapat mengambil tindakan bela diri minimal yang diperlukan. Pasal 9-2 dan 9-3 yang diajukan oleh Edano sangat bertentangan dengan argumennya saat ini yang menentang amandemen konstitusi."
6.3.2. Legislasi Keamanan
Edano menolak interpretasi perluasan hak membela diri kolektif yang dilakukan oleh pemerintah Abe. Ia berargumen bahwa Pasal 9-2 dan 9-3 yang ia usulkan dapat dijelaskan dalam lingkup "bela diri individual" (個別的自衛権) yang telah ada sebelum pemerintahan Abe. Profesor hukum konstitusi Yasuo Hasebe setuju, menyatakan bahwa proposal Edano bertujuan untuk memperjelas dan membatasi lingkup bela diri dalam konstitusi, berbeda dengan interpretasi Abe yang memperluas ruang lingkup Pasukan Bela Diri hingga ke "ujung dunia."
Edano tetap pada pendiriannya yang pro-perdamaian dan hanya mendukung amandemen Pasal 9 jika hal itu memperkuat prinsip pertahanan eksklusif dan perdamaian. Ia mengkritik Hukum Keamanan (安保法制) yang diusulkan oleh Kabinet Abe Ketiga sebagai undang-undang yang memungkinkan "perang di luar negeri" dan bertentangan dengan konstitusi. Ia menyatakan bahwa jika konstitusi diamandemen sedemikian rupa sehingga Hukum Keamanan "jelas-jelas inkonstitusional," maka ia tidak akan menolaknya. Dari posisi ini, Edano bekerja sama dengan kelompok pro-konstitusi, termasuk Partai Komunis Jepang, untuk menentang "perubahan buruk" konstitusi oleh kabinet Abe dan membela konstitusionalisme.
Pada tahun 2015, sebagai Sekretaris Jenderal Partai Demokrat, Edano mengadvokasi pembatalan undang-undang keamanan, dengan menyatakan bahwa itu adalah "pertempuran antara opini publik dan Perdana Menteri." Ia membandingkannya dengan sejarah Jepang sebelum perang, di mana "interpretasi berubah, dan militer lepas kendali. Ini sangat mirip dengan situasi sekarang." Setelah undang-undang itu disahkan, pada tahun 2017, ia membentuk Partai Demokratik Konstitusional dan mengadvokasi penghapusan undang-undang keamanan. Ia juga menandatangani perjanjian kebijakan dengan Citizen's Alliance for the Abolition of Security Laws and Restoration of Constitutionalism, termasuk penghapusan bagian-bagian inkonstitusional dari undang-undang keamanan.
Namun, dalam wawancara pada Desember 2023, Edano menyatakan bahwa "bagian inkonstitusional akan hilang hanya dengan mengubah keputusan kabinet," menunjukkan bahwa amandemen undang-undang keamanan tidak diperlukan. Ia juga mengatakan, "Saya tidak mengatakan kebijakan keamanan itu buruk. Saya hanya mengatakan itu buruk dari sudut pandang konstitusionalisme." Pada Agustus 2024, ia juga menyatakan bahwa "operasi saat ini berada dalam cakupan yang dapat dijelaskan oleh hak membela diri individu. Undang-undang tersebut tidak bermasalah saat ini."
6.3.3. Kekuasaan Perdana Menteri untuk Membubarkan Diet
Sejak tahun 2004, selama era Partai Demokrat sebagai oposisi, Edano telah menunjukkan kekhawatiran mengenai kekuasaan Perdana Menteri untuk membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat. Ia mengkritik penggunaan Pasal 7 Konstitusi Jepang, khususnya Pasal 7 Ayat 3 (tindakan kenegaraan), sebagai dasar pembubaran parlemen, dengan menyatakan bahwa dasar hukumnya tidak memadai. Ia berargumen bahwa, seperti tindakan kenegaraan lainnya, hal itu harus diatur secara jelas dalam peraturan hukum untuk memastikan akuntabilitas dan menghindari penyalahgunaan.
Pada tahun 2017, ia mengadvokasi pembatasan kekuasaan Perdana Menteri untuk membubarkan Diet, dengan mengacu pada undang-undang seperti Undang-Undang Parlemen Berjangka Tetap 2011 di Inggris dan Undang-Undang Dasar Republik Federal Jerman. Di Inggris, parlemen hanya dapat dibubarkan jika mosi tidak percaya disahkan dan perdana menteri memutuskan untuk tidak mengundurkan diri, atau jika ada "pembubaran sukarela parlemen" yang membutuhkan persetujuan dua pertiga anggota parlemen. Di Jerman, parlemen hanya dapat dibubarkan jika mosi tidak percaya disahkan dan kanselir memutuskan untuk tidak membubarkan parlemen, atau jika mosi kepercayaan yang diajukan oleh kanselir ditolak.
Edano berpendapat bahwa pembatasan kekuasaan pembubaran diperlukan untuk mencegah intervensi politik yang sewenang-wenang dalam pemilihan umum. Ia mengutip pakar hukum konstitusi Sota Kimura yang menjelaskan bahwa sejarah pembatasan ini di Inggris berasal dari kritik bahwa kekuasaan pembubaran yang bebas oleh perdana menteri dapat membenarkan pemilihan yang dilakukan sesuai dengan kepentingan partai yang berkuasa. Dengan demikian, pembatasan kekuasaan pembubaran adalah metode untuk mencegah campur tangan kepentingan tertentu dalam pemilihan.
6.4. Kebijakan Ekonomi
Yukio Edano telah menyajikan pandangan yang komprehensif mengenai ekonomi Jepang, mencakup reformasi struktural, ketenagakerjaan, kebijakan fiskal, dan perdagangan.
6.4.1. Reformasi Struktural dan Ketenagakerjaan
Edano berpendapat bahwa Jepang telah mencapai batasnya dalam model "ekonomi kejar-kejaran" (catch-up economy) yang berupaya mengejar dan melampaui negara-negara Barat sejak Restorasi Meiji. Ia percaya bahwa struktur politik, ekonomi, dan sosial Jepang harus ditransformasi menjadi sesuatu yang lebih beragam dan orisinal.
Ia mengkritik sistem terpusat yang diatur oleh birokrasi, seperti "sistem konvoi" di industri keuangan, serta sistem pekerjaan seumur hidup dan gaji berbasis senioritas, yang menurutnya, meskipun efisien untuk memanfaatkan modal dan tenaga kerja yang terbatas di masa lalu, tidak lagi mampu bersaing dalam hal harga di bidang produksi massal karena peningkatan kualitas tenaga kerja di negara lain. Ia mengusulkan penghentian sentralisasi dan mendorong desentralisasi melalui pemerintah daerah untuk mempromosikan kompetisi berbasis keunikan regional. Ia juga menganjurkan deregulasi untuk mendorong inovasi dan reformasi manajemen, seperti yang dibahas oleh Schumpeter.
Menurut Edano, untuk merevitalisasi konsumsi di Jepang yang kaya akan barang, perlu dikembangkan sektor-sektor yang memiliki permintaan laten, seperti perawatan lansia dan anak, yang terkait dengan usia lanjut dan pengasuhan anak. Ia juga menekankan pentingnya mengubah struktur industri dengan mempromosikan mobilitas pekerjaan dan fleksibilitas tenaga kerja. Edano berpendapat bahwa langkah-langkah stimulus ekonomi melalui pekerjaan umum tidak diperlukan, melainkan kebijakan penanggulangan pengangguran dan jaminan sosial.
Ia mengkritik kebijakan yang melonggarkan Undang-Undang Ketenagakerjaan Berbasis Pengiriman (Jepang) setelah gelembung ekonomi pecah, karena hal itu mempertahankan struktur ekonomi yang sangat bergantung pada ekspor, yang berpusat pada produksi massal di sektor manufaktur. Edano menganjurkan agar pemerintah menginvestasikan dana di sektor-sektor yang menanggapi masyarakat menua dan tingkat kelahiran yang menurun, seperti perawatan lansia dan medis, pendidikan, dan penitipan anak, untuk menciptakan lapangan kerja.
Selain itu, ia berpendapat bahwa industri manufaktur Jepang hanya dapat mempertahankan daya saing internasionalnya di sektor-sektor bernilai tambah tinggi yang melibatkan manajemen kualitas dan keahlian teknis. Untuk mempertahankan nilai tambah tinggi ini, diperlukan pekerjaan yang stabil yang memungkinkan pelatihan internal profesional. Oleh karena itu, ia sangat mengkritik praktik penipuan kontrak dan secara khusus menyebut penipuan kontrak oleh Canon harus diperlakukan sama buruknya atau bahkan lebih buruk daripada skandal penipuan makanan. Ia juga berpendapat bahwa, terlepas dari jumlah mutlaknya, bagian dari kenaikan pendapatan masyarakat berpenghasilan rendah secara relatif lebih banyak dialihkan ke konsumsi.
6.4.2. Pajak Konsumsi dan Kebijakan Moneter
Pada 29 Mei 2013, dalam tulisannya di HuffPost, Edano menyatakan, "Saya percaya bahwa kenaikan pajak konsumsi akan berkontribusi pada revitalisasi ekonomi dalam jangka menengah hingga panjang." Pada September 2014, ia berpandangan bahwa kenaikan pajak konsumsi tidak dapat dihindari mengingat kondisi fiskal Jepang saat itu. Namun, pada pemilihan kepemimpinan Partai Demokrat Agustus 2017, ia mengatakan bahwa "menunda kenaikan pajak konsumsi adalah strategi yang lebih baik untuk saat ini."
Mengenai kenaikan pajak konsumsi menjadi 10% pada tahun 2019, ia awalnya menyatakan akan "mengembalikannya ke 8% terlebih dahulu," namun kemudian bersikap hati-hati terhadap penurunan pajak setelah kenaikan, dengan alasan "akan terjadi kebingungan jika pajak dinaikkan lalu diturunkan." Pada Juni 2021, ia menyatakan dalam sidang umum Dewan Perwakilan Rakyat bahwa ia akan "mengusahakan pengurangan pajak konsumsi sementara menjadi 5%." Pada pemilihan umum Dewan Perwakilan Rakyat Oktober 2021, Partai Demokratik Konstitusional yang ia pimpin memasukkan "pengurangan pajak konsumsi sementara 5%" sebagai janji kampanye.
Namun, pada 28 Oktober 2022, dalam siaran langsung di saluran YouTube-nya, Edano menyatakan penyesalannya: "Yang saya sesali dari pemilihan Dewan Perwakilan Rakyat adalah mengatakan pengurangan pajak konsumsi, meskipun itu sementara. Saya sangat menyesal bahwa itu adalah kesalahan politik." Ia menambahkan, "Saya tidak akan pernah lagi mengatakan pengurangan pajak."
Mengenai kebijakan moneter, Edano berpendapat bahwa deflasi tidak dapat diatasi hanya dengan kebijakan moneter. Ia menyatakan bahwa jika pelonggaran kuantitatif yang berlebihan terus berlanjut, itu hanya akan menyebabkan inflasi yang didorong biaya, yang akan berdampak negatif pada upah dan kehidupan masyarakat. Ia percaya bahwa penyebab deflasi di Jepang adalah masalah struktural, termasuk penurunan permintaan akibat penuaan masyarakat dan kemiskinan kelas menengah.
Ia pernah menyatakan bahwa menaikkan suku bunga akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Namun, dalam wawancara pada Agustus 2017, ia mengisyaratkan kelanjutan pelonggaran moneter, dengan menyatakan, "Kebijakan pelonggaran moneter yang sedang dilakukan oleh pemerintahan Abe saat ini tidak mungkin dihentikan dengan perubahan pemerintahan. Saya akan melanjutkannya bahkan jika saya menjadi perdana menteri. Kebijakan moneter harus dinilai sesuai dengan situasi saat itu. Ini tidak bisa hanya berdasarkan 'apa yang seharusnya dilakukan'."
6.4.3. Perdagangan Bebas dan Penanganan Krisis Keuangan
Di bawah pemerintahan Partai Demokrat, Edano menunjukkan sikap positif terhadap partisipasi dalam negosiasi Kemitraan Trans-Pasifik (TPP). Setelah menjabat sebagai Menteri Ekonomi, Perdagangan, dan Industri, ia menyatakan bahwa "TPP akan mendukung pemulihan pascabencana dalam jangka menengah hingga panjang." Dalam pemilihan umum 2012, ia juga menyatakan pandangannya bahwa tarif di sektor pertanian harus dihapuskan sepenuhnya.
Dalam krisis keuangan Jepang 1998, Edano secara konsisten menentang penanganan sebelum kebangkrutan, dengan alasan bahwa dana publik harus dibatasi untuk perlindungan deposan dan perlindungan peminjam yang sehat. Ia berpendapat bahwa pinjaman bank akan terus menyusut kecuali aset bermasalah ditangani, dan bahwa diperlukan penilaian ketat serta injeksi modal paksa untuk membantu lembaga keuangan bangkit kembali.
Ia mengambil sikap keras terhadap lembaga keuangan konsumen terkait masalah utang berganda (masalah *sarakin*). Dalam Kabinet Abe Pertama, ia menuntut reformasi sistem suku bunga abu-abu (grey zone interest). Khawatir dengan upaya Akira Amari dan Kimiyasu Nishikawa untuk mengembalikan sistem suku bunga abu-abu, Edano memimpin pembentukan federasi anggota parlemen bipartisan dan menjabat sebagai ketua bersama dengan Masazumi Gotoda.
6.5. Kebijakan Energi
Pandangan Yukio Edano tentang kebijakan tenaga nuklir telah berkembang secara signifikan, terutama setelah kecelakaan nuklir Fukushima Daiichi pada tahun 2011.
Mengenai pengaktifan kembali Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Ōi, dalam komite anggaran pada 5 Maret 2012, ia menyatakan "Jika keamanan telah dikonfirmasi, saya ingin kami menggunakan energi nuklir setidaknya untuk saat ini." Sebagai Menteri Ekonomi, Perdagangan, dan Industri, setelah memutuskan pengaktifan kembali Pembangkit Listrik Ōi pada Agustus 2012, ia mengatakan, "Meskipun kita secara bertahap mengurangi ketergantungan pada energi nuklir, dalam proses transisi tersebut, pada titik ini, kita tidak punya pilihan selain menggunakan pembangkit listrik tenaga nuklir yang keamanannya telah dikonfirmasi seperti Ōi. Kami sudah membicarakan hal ini, tetapi sepertinya belum tersampaikan dengan baik." Pada 15 September tahun yang sama, mengenai rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Ōma, ia menyatakan, "Saya tidak berencana mengubah penanganan pembangkit listrik tenaga nuklir yang sudah memiliki izin pembangunan," dan untuk pertama kalinya sebagai menteri, ia mengisyaratkan persetujuan untuk melanjutkan pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir domestik yang telah dimulai namun dihentikan setelah Gempa Bumi Tōhoku 2011.
Setelah pembentukan Partai Demokratik Konstitusional Jepang (2017), ia beralih menentang pengaktifan kembali pembangkit listrik tenaga nuklir. Ia menyatakan, "Nuklir nol adalah realisme melalui energi terbarukan. Jika terjadi kecelakaan, tidak ada kekuatan manusia yang dapat menghentikannya. Kita harus menghentikannya sesegera mungkin." Namun, pada Februari 2021, dalam wawancara dengan Nishinippon Shimbun mengenai kebijakan nuklir Jepang di masa depan, ia mengatakan, "Sampai kita memutuskan ke mana bahan bakar nuklir bekas akan pergi, kita tidak bisa menyatakan penghentian pembangkit listrik tenaga nuklir. Bahan bakar nuklir bekas adalah sesuatu yang telah dipercayakan kepada kita dengan janji bahwa itu bukan sampah." Ia menambahkan, "Menghentikan pembangkit listrik tenaga nuklir bukanlah hal yang mudah." Pernyataan ini menimbulkan gelombang di dalam dan di luar partai. Pada 26 Maret, Edano menjelaskan maksud pernyataannya, "Jika kami berkuasa, kami akan dengan jelas memulai penghentian pembangkit listrik tenaga nuklir. Namun, tujuan untuk mencapai nol nuklir (termasuk penonaktifan) adalah dalam skala 100 tahun."
6.6. Hubungan Luar Negeri dan Keamanan
Yukio Edano memiliki pandangan yang realistis namun tegas mengenai diplomasi dan keamanan, dengan fokus pada menjaga beragam opsi diplomatik dan menyeimbangkan hubungan di Asia Timur.

Ia menekankan perlunya memastikan berbagai pilihan (*diplomatic cards*) tersedia dalam setiap situasi. Ia mengkritik proses diplomatik Jepang selama Perang Irak, di mana Jepang hanya memiliki opsi dukungan tanpa syarat kepada Amerika Serikat. Ia berpandangan bahwa "Saya tidak berpikir rezim Tiongkok akan berlanjut dalam jangka menengah hingga panjang," dan, dengan mempertimbangkan masa depan di mana kehadiran militer AS di Asia Timur tidak lagi diperlukan setelah Tiongkok sepenuhnya terdemokrasi, Jepang harus memajukan integrasi ekonomi dengan Semenanjung Korea, Taiwan, dan ASEAN untuk dapat bersaing dengan AS dan Tiongkok.
Edano dikenal sebagai seorang yang tegas terhadap Tiongkok. Pada tahun 1995, ketika menghadiri Konferensi Wanita Dunia di Beijing, ia membawa spanduk menentang uji coba nuklir Tiongkok yang disita oleh otoritas keamanan. Ia juga menulis surat protes besar-besar di tempat konferensi, yang kemudian dihentikan oleh pihak berwenang.
Pada 2 Oktober 2010, dalam sebuah ceramah di Saitama, menanggapi Insiden Tabrakan Kapal Ikan Tiongkok-Jepang di Kepulauan Senkaku, ia menyatakan, "Kita harus berinteraksi dengan Tiongkok dengan asumsi bahwa aturan hukum tidak berlaku di sana. Perusahaan yang menjalin kemitraan ekonomi dengan negara seperti itu adalah orang yang naif. Mereka harus menghadapi manajemen dengan risiko negara dan tanggung jawab diri." Ia juga menambahkan, "Tidak mungkin ada hubungan saling menguntungkan strategis dengan Tiongkok. Tiongkok dan Jepang jelas memiliki sistem politik yang berbeda, dan mengharapkan kerja sama yang didasari kepercayaan seperti dalam hubungan dengan AS atau Korea Selatan adalah hal yang aneh." Ia bahkan menyebut Tiongkok sebagai "tetangga yang buruk," namun menambahkan, "tetangga yang buruk tetaplah tetangga. Kita harus berinteraksi dengannya dengan cara tertentu." Pada 10 Februari 2011, dalam tanggapannya kepada Shigeki Sato dari Komeito di Komite Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat, ia menyatakan, "Saya tidak secara langsung menyebut Republik Rakyat Tiongkok sebagai tetangga yang buruk. Saya hanya mengatakan secara umum bahwa kita harus berinteraksi dengan tetangga, baik itu tetangga yang baik maupun yang buruk. Saya ingin berusaha agar kedua negara (Jepang dan Tiongkok) dapat menjadi tetangga yang baik satu sama lain."
Edano adalah anggota Liga Anggota Parlemen Persahabatan Jepang-Taiwan dan sering mengunjungi Taiwan untuk berinteraksi dengan politikus Taiwan. Ia adalah salah satu politikus pro-Taiwan terkemuka. Ia menyebut mantan Presiden Taiwan Lee Teng-hui sebagai salah satu tokoh politik yang ia hormati, dan bahkan menyebutnya dalam konferensi pers saat menjabat sebagai Menteri Negara untuk Reformasi Administratif pada tahun 2010. Pada 30 Juli 2020, setelah meninggalnya Lee Teng-hui, Edano memposting pesan belasungkawa di Twitter, menyebut Lee sebagai "salah satu politikus terbaik abad ke-20" karena berhasil memimpin transisi damai dari rezim diktator militer ke sistem yang paling demokratis di Asia.
Edano juga aktif dalam masalah Tibet dan mendukung Pemerintahan Tibet dalam Pengasingan. Pada tahun 2005, ia menjadi perwakilan dari Liga Anggota Parlemen yang Mempertimbangkan Masalah Tibet, sebuah federasi anggota parlemen lintas partai. Pada tahun 2008, ia menyusun pernyataan liga tersebut yang menyatakan bahwa kunjungan Presiden Hu Jintao ke Jepang tidak akan disambut jika penindasan di Tibet memburuk. Pada tahun 2009, ia mengundurkan diri sebagai perwakilan liga dan kini menjabat sebagai penasihat kehormatan.
Meskipun mengidentifikasi dirinya sebagai seorang dovish, Edano adalah seorang realis dan menganjurkan perlunya Undang-Undang Darurat Jepang. Ia kritis terhadap pandangan ekstrem kiri dan kanan, pernah menyatakan, "Tentu saja, dalam kebijakan keamanan, pandangan Takahiro Yokomichi dan orang-orang dekatnya seringkali tidak masuk akal dan di luar batas, sehingga saya sering kali frustrasi."
Mengenai isu relokasi Pangkalan Udara Futenma di Prefektur Okinawa, saat menjabat sebagai Kepala Sekretaris Kabinet, ia menyatakan bahwa "(perjanjian Jepang-AS) adalah janji antarnegara, dan juga perjanjian yang memiliki berbagai latar belakang," dan bahwa "tidak ada perubahan dalam pemikiran untuk merespons dengan mematuhi perjanjian tersebut." Ia menunjukkan niat untuk melanjutkan perjanjian Jepang-AS yang akan merelokasi pangkalan ke daerah Henoko, Nago, Okinawa. Namun, setelah pendirian Partai Demokratik Konstitusional, ia beralih menentang relokasi ke Henoko, dengan menyatakan bahwa "Kita harus menegosiasikan ulang dengan pemerintah AS untuk solusi yang tidak melibatkan pembangunan pangkalan baru di Henoko. Terus memaksa pembangunan yang menyebabkan perpecahan dan konflik di Okinawa terlalu tidak masuk akal." Mengenai konsistensi dengan era pemerintahan Partai Demokrat, ia menjelaskan, "CDP adalah partai baru. Kami telah dengan cermat memeriksa dan mendiskusikan masalah relokasi di dalam partai berdasarkan pelajaran dari masa lalu."
Pada 1 Juli 2021, ia mengirimkan ucapan selamat pada peringatan 100 tahun berdirinya Partai Komunis Tiongkok.
Pada 24 Oktober 2021, dalam program NHK "Sunday Debate," Edano menyatakan mengenai peningkatan anggaran pertahanan, "Apakah kita membeli pesawat tempur yang sudah ketinggalan zaman?" dan menekankan perlunya pemeriksaan cermat. Namun, penulis militer JSF menyatakan bahwa F-35 adalah pesawat tempur siluman tercanggih pada tahun 2021, dan Swiss mengadopsinya sebagai pesawat tempur generasi berikutnya setelah memberinya penilaian tertinggi, sehingga pernyataan Edano tentang pesawat tempur yang "ketinggalan zaman" adalah salah.
6.7. Kebijakan Hukum dan Administrasi
Yukio Edano telah aktif dalam mengadvokasi reformasi dalam sistem hukum dan administrasi Jepang, dengan fokus pada pembatasan kekuasaan polisi, meningkatkan transparansi administrasi, dan melindungi kebebasan berekspresi.
6.7.1. Sistem Hukum dan Kepolisian
Edano telah bertindak untuk mencegah perluasan berlebihan kekuasaan polisi dan menekankan perlunya mekanisme pengawasan terhadap polisi. Pada tahun 1995, ia menyoroti dalam komite anggaran praktik polisi Jepang yang berulang kali melakukan penangkapan atas pelanggaran kecil dalam insiden Aum Shinrikyo. Ia menyatakan, "Jika polisi merasa wajar untuk melakukan penangkapan dengan mudah, saya khawatir kita akan menuju negara polisi seperti sebelum perang."
Pada saat perumusan Undang-Undang Intersepsi Komunikasi untuk Penyelidikan Kriminal pada tahun 1999, ia berpendapat bahwa pengamanan kelembagaan untuk mencegah penyalahgunaan tidak memadai. Ia menekankan bahwa kehadiran pihak ketiga dan pemberitahuan kepada individu yang bersangkutan sangat penting untuk penyadapan. Namun, sebelum ia sempat berargumen di Komite Hukum, koalisi LDP-Liberal-Komeito memaksakan pengesahan undang-undang tersebut, melanggar kesepakatan waktu antara partai yang berkuasa dan oposisi.
Ia bersikap negatif terhadap undang-undang konspirasi dan merupakan salah satu penggerak utama "Rapat Darurat Anggota Parlemen Lintas Partai dan Warga Negara Menentang Undang-Undang Konspirasi."
Mengenai amandemen Undang-Undang Anti-Pornografi Anak, ia bersikap hati-hati terhadap regulasi yang hanya menghukum kepemilikan pornografi anak. Ia mengutip definisi pornografi anak yang tidak jelas dan kekhawatiran penyalahgunaan kekuasaan penyelidikan sebagai alasannya. Ia berpendapat bahwa perluasan sanksi harus dibatasi pada mereka yang secara aktif mengumpulkan atau membeli pornografi anak.
6.7.2. Administrasi dan Pekerjaan Umum

Edano mengusulkan reformasi sistem "amakudari" (penempatan kembali birokrat pensiunan). Ia mengusulkan sistem yang mewajibkan izin untuk penempatan kembali ke lembaga administratif independen atau organisasi publik yang berada di bawah yurisdiksi departemen tempat birokrat tersebut bekerja, misalnya selama 20 tahun setelah pensiun, atau untuk penempatan kembali ke perusahaan yang menerima pesanan atau bekerja dengan departemen asal birokrat tersebut.
Mengenai hak pilih warga asing permanen di tingkat lokal, ia berpendapat bahwa hal itu seharusnya dapat diputuskan oleh masing-masing pemerintah daerah. Namun, ia mengkritik sistem pembagian peran antara pemerintah pusat dan daerah, dengan alasan bahwa dalam kondisi saat ini, hasil pemilihan daerah dapat memengaruhi kepentingan nasional. Oleh karena itu, ia bersikap hati-hati terhadap pemberian hak pilih saat ini.
Ia menganjurkan pembentukan Dewan Pengawas Administrasi (GAO versi Jepang) dengan kekuasaan investigasi yang kuat di Parlemen, untuk menyediakan fungsi audit eksternal terhadap administrasi. Pada tahun 1996, ia mengajukan Rancangan Undang-Undang Dewan Pengawas Administrasi dan menunjukkan bahwa Biro Inspeksi Administratif di Badan Urusan Umum tidak berfungsi dengan baik, menegaskan pentingnya pembentukan Dewan Pengawas Administrasi. Diskusi ini mengarah pada pembentukan Komite Audit dan Pengawasan Administrasi (Dewan Perwakilan Jepang). Pada tahun 2005, sebagai Ketua Komite Investigasi Konstitusi Partai Demokrat, ia memasukkan pembentukan Dewan Pengawas Administrasi dalam proposal konstitusi yang disusunnya.
Edano sering menentang pekerjaan umum yang didorong oleh kepentingan. Pada tahun 1997, meskipun Partai Demokrat (Jepang, 1996) mendukung anggaran dan rancangan undang-undang kereta cepat *shinkansen*, Edano bersama anggota parlemen muda lainnya dari perkotaan menentang usulan tersebut.
6.7.3. Kebebasan Berekspresi
Edano telah lama menentang regulasi berlebihan pada konten ekspresi seperti manga, anime, dan pornografi anak yang didorong oleh LDP dan Komeito. Ia telah gigih mengejar masalah-masalah dalam rancangan undang-undang yang memungkinkan interpretasi sewenang-wenang dan telah bekerja keras untuk membela kebebasan berekspresi.
6.8. Pandangan Lainnya
Yukio Edano juga memiliki posisi pada isu-isu sosial lainnya yang mencerminkan spektrum luas pandangan politiknya.
- Gerakan Pembebasan Buraku:** Pada Juni 2005, ia terpilih sebagai wakil ketua pada Kongres Bersama Pembebasan Buraku Prefektur Saitama ke-17 yang diadakan di Saitama oleh Pusat Perdamaian Saitama.
- Bendera dan Lagu Kebangsaan Nasional:** Ia menentang Undang-Undang Bendera dan Lagu Kebangsaan Nasional. Namun, ia menjelaskan alasannya: mengenai bendera nasional, ia tidak menentang pengesahan hukum karena relevansinya dengan hukum internasional. Mengenai lagu kebangsaan, ia percaya bahwa "pengakuan oleh sebagian besar warga negara sebagai lagu kebangsaan" adalah yang terpenting, dan bahwa hal itu harus ditangani dalam lingkup hukum adat, bukan melalui hukum tertulis yang dapat dipengaruhi oleh motivasi politik. Ini berarti ia menyetujui bendera Jepang (Hinomaru) dan lagu kebangsaan Jepang (Kimigayo) secara hukum sebagai bendera dan lagu kebangsaan.
- Pembubaran Diet:** Pada November 2014, ia mengkritik kebijakan LDP dan menuntut pembubaran Dewan Perwakilan Rakyat, dengan menyatakan, "Tidak ada yang lebih saya syukuri selain pembubaran dini." Namun, ketika pembubaran benar-benar terjadi, ia mengkritiknya sebagai "pembubaran yang egois."
- Penentangan Expo Aichi:** Pada tahun 1995, ia berpartisipasi dalam pertemuan yang menentang Expo Aichi 2005 yang diselenggarakan pada tahun 2005.
- Penanganan Anggota Parlemen Proporsional:** Pada 26 Februari 2016, ketika anggota Dewan Perwakilan Rakyat Takako Suzuki dari blok proporsional Hokkaido Partai Demokrat mengajukan pengunduran dirinya dari partai, Edano menyatakan, "(Suzuki) tidak memenangkan di daerah pemilihan satu kursi dan diselamatkan oleh perwakilan proporsional, jadi ini adalah kursi dari semua orang yang menulis nama Partai Demokrat. Jika dia mengundurkan diri dari partai, saya ingin dia mengembalikan kursi itu." Ia juga menyebutnya sebagai "tindakan anti-partai yang serius" dan mempertimbangkan untuk mengusirnya. Namun, setelah menjadi Ketua Partai Demokratik Konstitusional pada Oktober 2018, ia memilih untuk menerima pengunduran diri anggota parlemen Yuta Hiyoshi dan Masayuki Aoyama yang terpilih dari blok proporsional Tokai, tanpa mencabut keanggotaan mereka (karena semua kandidat yang terdaftar di blok Tokai telah terpilih, tidak akan ada kenaikan anggota meskipun kedua anggota parlemen tersebut mengundurkan diri).
7. Kehidupan Pribadi
Yukio Edano menikah dengan Kazuko, mantan pramugari maskapai internasional Japan Airlines. Mereka menikah pada Oktober 1998. Meskipun Edano adalah seorang pendukung sistem nama keluarga terpisah untuk pasangan menikah, ia menikah secara hukum karena "istrinya menginginkan pernikahan yang sah." Mereka bertemu melalui kenalan bersama dalam perjodohan pada April dan memutuskan untuk menikah pada Juli. Pada tahun 2019, ia menerbitkan buku berjudul "Rahasia Keluarga Edano - 20 Tahun Istri Bertelinga Besar" (枝野家のひみつ -福耳夫人の20年-) dari Kobunsha.
Pasangan ini mengalami kesulitan infertilitas, dan setelah empat tahun menjalani perawatan infertilitas sejak 2002, mereka dikaruniai dua putra kembar pada Juli 2006. Adik perempuannya menjabat sebagai sekretaris kebijakan Edano hingga tahun 2022.
Edano bergolongan darah B. Ia memiliki hobi karaoke dan lagu favoritnya adalah "Ano Kane wo Narasu no wa Anata" milik Akiko Wada. Ia juga menyukai "Fukyōwaon" dari Keyakizaka46, sebuah lagu yang ia nyanyikan di karaoke. Ia tidur sekitar enam jam sehari. Karena kecintaannya pada Keyakizaka46, ia pernah muncul dalam pesan video di acara TV mereka, "Keyakitte, Kakenai?". Ia juga seorang penggemar berat shogi (catur Jepang), yang ia sebut sebagai "pemain pengamat" (見る将, *miru-shō*).
Meskipun lahir dan besar di wilayah Kanto Utara, ia adalah penggemar berat Hanshin Tigers, tim bisbol dari wilayah Kansai. Dalam sepak bola, ia mendukung Omiya Ardija, tim lokal dari kampung halamannya di Omiya, dan merupakan anggota individu klub pendukung Ardija. Ia sering menghadiri acara motivasi pemain sebelum musim dimulai, meskipun jadwalnya padat.
Edano adalah seorang perokok. Ia adalah anggota "Mokumoku-kai" (mokumoku = mengepulkan asap), sebuah federasi anggota parlemen lintas partai yang mendukung perokok. Bahkan setelah revisi Undang-Undang Promosi Kesehatan mulai berlaku penuh pada April 2020, ia terus merokok di kantor gedung Dewan Perwakilan Rakyat, yang sebenarnya dilarang. Mengenai hal ini, Edano menyesal dengan mengatakan, "Pengakuan saya terhadap sistem dan penerapannya yang ketat terlalu lunak," namun ia juga mengisyaratkan bahwa banyak anggota parlemen lain yang melakukan hal serupa di kantor mereka, dengan menyatakan, "Tidak diragukan lagi ada banyak anggota parlemen (yang merokok di kantor mereka), dan ada aspek di mana hal itu tidak diterapkan secara menyeluruh."
Karena rabun jauh yang parah, ia menggunakan lensa kontak lunak. Kadang-kadang ia juga terlihat memakai kacamata. Ia menyebut buku "Cerita Bangsa Roma" karya Shiono Nanami sebagai "buku terbaik dalam hidup saya."
Pada tahun 2002, bersama dengan Ittō Yamamoto, Tetsuro Fukuyama, dan Kenichi Mizuno, ia secara rinci mempublikasikan gambaran umum dana politiknya dan penanganan petisi dalam sebuah majalah.
Selama Gempa bumi dan tsunami Tōhoku 2011, sebagai Kepala Sekretaris Kabinet, ia mengadakan konferensi pers setiap hari. Banyak komentar yang memintanya untuk beristirahat dan tidur diposting di Twitter, dan tagar "#edano_nero" (Edano, tidurlah!) menjadi populer. Fenomena ini diliput oleh The Wall Street Journal dan The Guardian, dan penulis William Gibson bahkan mentwit "Edano, sleep." Istilah "edareru" (枝る), yang berarti meniru gaya Edano yang bekerja tanpa henti, juga muncul di internet dan terpilih sebagai salah satu dari 10 karya terbaik dalam "Penghargaan Kamus Bahasa Jepang Meikyo ke-6".
Setelah kecelakaan nuklir Fukushima Daiichi, desas-desus jahat menyebar di internet bahwa ia telah "melarikan keluarganya ke Singapura" karena takut akan radiasi. Ia dengan jelas membantah desas-desus ini dalam konferensi pers. Untuk membantah desas-desus ini, istri Edano bahkan selalu membawa paspor Jepang-nya untuk membuktikan bahwa ia tidak bepergian ke luar negeri.
Edano adalah orang yang memulai praktik menghadirkan juru bahasa isyarat dalam konferensi pers pemerintah saat menjabat sebagai Kepala Sekretaris Kabinet. Praktik ini kemudian diteruskan oleh pemerintahan LDP. Edano juga membawa juru bahasa isyarat dalam pidato-pidato kampanyenya, yang kemudian diikuti oleh partai-partai lain.
Ia menyukai idola (tepatnya, lagu-lagu idola) dan mengatakan bahwa ia menghafal lagu-lagu untuk menambah repertoar karaokenya. Saat menjabat sebagai pemimpin Partai Demokratik Konstitusional, ia terkadang berbicara tentang idola dalam konferensi pers regulernya. Pada 1 Oktober 2017, sebelum pembentukan Partai Demokratik Konstitusional, ia dilaporkan oleh Sankei Shimbun mengatakan kepada orang-orang di sekitarnya setelah meninggalkan markas Partai Demokrat, "Saya ingin pergi karaoke sendirian. Saya akan menyanyikan 'Fukyōwaon' (dari Keyakizaka46)." Dalam siaran "Hōdō Station" pada 2 Oktober, sebuah adegan wawancara dengan Edano ditayangkan di mana ia ditanya tentang lirik favoritnya dari "Fukyōwaon," dan Edano menjawab, "'Sekali berkompromi berarti sama saja dengan mati'." Belakangan, Edano mengatakan, "Ketika saya dikelilingi oleh wartawan di lift, saya secara alami mengucapkan itu sebagai monolog tanpa berpikir sama sekali. Saya benar-benar hanya ingin menyanyikannya. Saya tidak memikirkan keterkaitannya dengan lirik. Tapi, saya segera menyadari bahwa itu akan digunakan secara politis. Beberapa reporter memang bereaksi. Jadi, sejak itu jadi sulit untuk menyanyikannya."
Ia menjabat sebagai profesor tamu di Lembaga Riset Umum Universitas Seigakuin.
8. Kontroversi dan Kritik
Sepanjang karier politiknya, Yukio Edano menghadapi berbagai kontroversi dan kritik.
Pada 27 Maret 2010, pada peringatan seratus tahun Perjanjian Aneksasi Jepang-Korea, Yukio Edano, yang saat itu menjabat sebagai Menteri Negara untuk Revitalisasi Pemerintah Jepang, menyatakan bahwa "Invasi dan kolonisasi Tiongkok dan Korea secara historis tidak dapat dihindari... karena Tiongkok dan Korea tidak dapat memodernisasi diri mereka sendiri."
Pada 28 Juni 2010, dalam acara "Shin Hōdō 2001" di Fuji Television, Edano merujuk pada Federasi Serikat Pekerja Pegawai Negeri Sipil Nasional (Kokkō Rōren) di bawah RENGO dan Federasi Serikat Pekerja Pegawai Negeri Sipil Jepang (Kokkō Rōren) di bawah afiliasi Partai Komunis, dengan mengatakan, "Sebagian besar serikat pekerja pegawai negeri sipil mendukung Partai Komunis. Sangat sedikit yang mendukung Partai Demokrat." Pernyataan ini menimbulkan reaksi dari Tadayoshi Ichida dari Partai Komunis Jepang, yang membalas, "Itu bohong. Batalkan." Koran Akahata pada 28 Juni melaporkan hal ini sebagai "serangan kotor terhadap Partai Komunis." Dalam wawancara dengan Sankei Shimbun, Edano menjawab, "Juga merupakan tanggung jawab politikus untuk menyampaikan pesan agar tidak disalahpahami."
Pada 5 Juli 2020, pada hari pemilihan Gubernur Tokyo, Edano memposting di Twitter, "Sebagai seseorang yang dibesarkan dengan *Utsunomiya Minmin* (restoran gyoza), saya mencari toko gyoza khusus di Sendai dan Tokyo setelah meninggalkan Utsunomiya pada usia 18, tetapi tidak menemukannya." Dalam postingan tersebut, ia menyertakan tagar "#Utsunomiya". Namun, postingan ini menimbulkan banyak kritik karena dianggap mengisyaratkan dukungan terhadap Kenji Utsunomiya, kandidat yang didukung Partai Demokratik Konstitusional dalam pemilihan tersebut, yang dilarang oleh Undang-Undang Pemilu Publik pada hari pemungutan suara. Kritikus di internet menyebutnya sebagai "pelanggaran hukum yang dilakukan secara halus."
Pada 2 April 2021, dalam konferensi pers, Edano mengkritik penanganan Kabinet Suga terhadap pandemi COVID-19 dan menyatakan, "Saya ingin mereka mundur sesegera mungkin." Ia lebih lanjut menjelaskan bahwa di negara-negara dengan sistem parlementer, ada contoh di mana partai minoritas untuk sementara waktu mengambil alih sebagai kabinet sementara. Ia berargumen, "Kabinet di bawah kepemimpinan saya harus mengelola krisis dan pemilihan umum untuk saat ini." Namun, Partai Demokratik Konstitusional hanya memiliki 24% kursi di Dewan Perwakilan Rakyat, dan ada suara kebingungan dari dalam partai yang menganggapnya tidak realistis dan "bukan konstitusionalisme," serta kritik dari beberapa anggota partai yang berkuasa.
Pada tahun 2006, artikel di media terkait Gereja Unifikasi, Sekai Nippo, memuat artikel diskusi meja bundar yang menyebut Yukio Edano memiliki hubungan dengan organisasi afiliasi Gereja Unifikasi. Partai Demokratik Konstitusional juga mengakui hal ini.
Ia menganalisis kepribadiannya sendiri sebagai "keras kepala dan pemarah."
9. Citra Publik dan Penerimaan
Yukio Edano dikenal karena komunikasi publiknya yang tanpa henti selama bencana Fukushima, yang membuatnya mendapatkan perbandingan dengan karakter fiksi Jack Bauer dari serial TV "24" di media asing. Kegigihannya dalam menghadapi krisis dan gaya komunikasinya yang lugas telah membentuk citra dirinya sebagai sosok yang tangguh dan dapat dipercaya di mata publik.
Di internet, ia sering disebut dengan julukan akrab "Edanon." Menurut laporan Kii Minpo, Edano tidak menunjukkan sikap meremehkan terhadap pertanyaan yang dianggap "bodoh" dan dipuji oleh media asing karena "tidak berbohong," meskipun juga dikritik karena "tidak mengungkapkan semua informasi."
Meskipun mengusung konsep "bottom-up" (dari bawah ke atas) sebagai salah satu prinsip partainya, kepemimpinan Edano sebagai Ketua Partai Demokratik Konstitusional terkadang dikritik oleh anggota muda partai dan mantan anggota Partai Demokrat Nasional sebagai "diktator." Namun, ada juga suara yang menilai hal ini sebagai bentuk kepemimpinan yang kuat.
10. Publikasi dan Media
Yukio Edano telah mengarang beberapa buku dan sering tampil di berbagai media, baik di televisi maupun diperankan oleh aktor dalam produksi media.
10.1. Buku dan Tulisan
- Soredemo Seiji wa Kaerareru: Shiminha Wakate Giin no Funsenki (Tetapi Politik Masih Bisa Diubah: Kisah Perjuangan Seorang Anggota Parlemen Muda Pro-Warga Negara) (1998)
- "Jigyō Shiwahe" no Chikara (Kekuatan "Peninjauan Bisnis") (2010)
- Journalism, Kenryoku, Yoron o Tou (Mempertanyakan Jurnalisme, Kekuasaan, dan Opini Publik) (Penulis bersama: Kōichi Katō, Yasuhiro Okudaira, Takao Saitō, Hirofumi Wakamiya, Yukio Edano) (2010)
- Edano Yukio Gakusei ni Kataru Kibō no Me wa Aru (Yukio Edano Berbicara kepada Mahasiswa: Ada Harapan) (2012)
- Tatakarerutemo Iwanakereba Naranai Koto. "Datsu Kindaika" to "Fu no Saibunpai" (Apa yang Harus Dikatakan Meski Dikritik. "Demodernisasi" dan "Redistribusi Negatif") (2012)
- Edano Vision Sasai Au Nihon (Visi Edano: Jepang yang Saling Mendukung) (2021)
10.2. Penampilan dan Pemeran Media
Edano telah tampil di berbagai program televisi dan menjadi subjek karakter yang diperankan oleh aktor:
- Fuse Hiroshi - Film televisi Nippon Television 1000-nen Go ni Nokoshitai... Hōdō Eizō (Rekaman Berita yang Ingin Ditinggalkan untuk 1000 Tahun Mendatang) (disiarkan 23 Desember 2011)
- Sugawara Daikichi - Film Taiyō no Futa (Tudung Matahari) (dirilis 16 Juli 2016)
- Inoue Hajime - Seri original Netflix The Days (dirilis 1 Juni 2023) - karakter tersebut disebut sebagai "Kepala Sekretaris Kabinet."
11. Organisasi Afiliasi
Yukio Edano adalah anggota atau memiliki afiliasi dengan beberapa kelompok politik dan liga anggota parlemen, yang mencerminkan spektrum luas pandangan dan advokasinya:
- Ra no Kai
- Liga Anggota Parlemen yang Mempertimbangkan Masalah Tibet (Penasihat Kehormatan)
- Liga Anggota Parlemen yang Bertujuan untuk Pembentukan Undang-Undang Pengungkapan Kebenaran untuk Perdamaian Abadi
- Mokumoku-kai (kelompok anggota parlemen perokok)
12. Sejarah Pemilu
Berikut adalah ringkasan catatan dan hasil pencalonan Yukio Edano dalam pemilihan umum:
Pemilihan | Distrik Pemilihan | Partai | Suara | Persentase Suara | Peringkat | Status | Usia |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Ke-40 DPR | Bekas Distrik ke-5 Saitama | Partai Baru Jepang | NaN Q 96926 | 16,11% | 2 | Terpilih | 29 |
Ke-41 DPR | Kita-Kantō Proportional (Distrik ke-5 Saitama) | Partai Demokrat (lama) | NaN Q 51425 | 25,17% | 3 | Terpilih (Proportional) | 32 |
Ke-42 DPR | Distrik ke-5 Saitama | Partai Demokrat | NaN Q 106711 | 45,52% | 1 | Terpilih | 36 |
Ke-43 DPR | Distrik ke-5 Saitama | Partai Demokrat | NaN Q 95626 | 56,41% | 1 | Terpilih | 39 |
Ke-44 DPR | Distrik ke-5 Saitama | Partai Demokrat | NaN Q 103014 | 48,68% | 1 | Terpilih | 41 |
Ke-45 DPR | Distrik ke-5 Saitama | Partai Demokrat | NaN Q 130920 | 59,15% | 1 | Terpilih | 45 |
Ke-46 DPR | Distrik ke-5 Saitama | Partai Demokrat | NaN Q 93585 | 45,37% | 1 | Terpilih | 48 |
Ke-47 DPR | Distrik ke-5 Saitama | Partai Demokrat | NaN Q 90030 | 46,09% | 1 | Terpilih | 50 |
Ke-48 DPR | Distrik ke-5 Saitama | Partai Demokratik Konstitusional (lama) | NaN Q 119091 | 57,40% | 1 | Terpilih | 53 |
Ke-49 DPR | Distrik ke-5 Saitama | Partai Demokratik Konstitusional | NaN Q 113615 | 51,38% | 1 | Terpilih | 57 |
Ke-50 DPR | Distrik ke-5 Saitama | Partai Demokratik Konstitusional | NaN Q 107778 | 50,98% | 1 | Terpilih | 60 |
13. Pranala Luar
- [https://www.edano.gr.jp/ Situs web resmi Yukio Edano]
- [https://twitter.com/edanoyukio0531 Yukio Edano di X (sebelumnya Twitter)]