1. Kehidupan Awal dan Pendidikan
Abdul Rahman bin Ya'kub lahir di desa Kampung Jepak, Bintulu, Sarawak pada 3 Januari 1928. Ayahnya bernama Tuan Wan Ya'kub bin Wan Yusuf, seorang nelayan, dan ibunya bernama Siti Hajar binti Haji Mohd Tahir, seorang ibu rumah tangga. Keluarga Rahman kemudian pindah dari Bintulu ke Miri dengan harapan mendapatkan akses pendidikan yang lebih baik.
Rahman pertama kali bersekolah di Sekolah Melayu dan kemudian di Sekolah Anchi di Miri. Pada tahun 1939, ayahnya berupaya mengirimnya ke Sekolah Arab Aljunied untuk pendidikan Islam, namun ibunya menentang keputusan tersebut karena pecahnya Perang Dunia II. Ia kemudian dipindahkan ke St. Joseph Miri, tetapi studinya terhenti akibat invasi Jepang. Pada usia muda, ia mempelajari seni bela diri Jepang Aikido dan bahkan sempat bertemu dengan pendiri Aikido, Morihei Ueshiba.
2. Awal Karier dan Aktivitas Hukum
Karena kendala keuangan, Rahman terpaksa meninggalkan sekolah pada tahun 1947 dan bekerja sebagai penguji minyak untuk Perusahaan Sarawak Shell di Lutong, dengan penghasilan 2 MYR per hari. Tidak puas dengan pendapatannya, Abdul Rahman kemudian mencoba bekerja di Rumah Sakit Umum Sarawak, dengan harapan dapat mengawasi pekerja lain. Namun, ia justru berakhir dengan menyapu lantai dan membantu pasien, dan memutuskan berhenti setelah hanya satu hari bekerja.
Abdul Rahman kemudian mendapatkan pekerjaan sebagai Petugas Pribumi Pelajar. Ia dikirim ke Madrasah Melayu Kuching sebagai siswa kelas tiga. Pada tahun 1948, ia dikirim ke Miri sebagai Petugas Pribumi Percobaan dan Hakim Kelas Empat. Ia tinggal di Miri sampai tahun 1952, sebagian besar menangani pekerjaan pengadilan. Pada tahun 1952, Rahman dipromosikan menjadi hakim kelas satu. Ia berhasil lulus dengan Sertifikat Tingkat Dua pada ujian Senior Cambridge setahun kemudian.
Pada usia 26 tahun, Abdul Rahman diterima di Universitas Southampton untuk belajar hukum pada tahun 1954. Lima tahun kemudian, ia lulus sebagai pengacara terlatih dan diangkat sebagai Petugas Hukum Kadet. Ia bekerja sebagai Wakil Jaksa Penuntut Umum di Departemen Hukum Sarawak dari tahun 1959 hingga 1963. Ia adalah Bumiputera pertama dari Sarawak yang lulus sebagai pengacara pada tahun 1958 dari Lincoln's Inn.
3. Masuk ke Politik Federal
Rahman memainkan peran penting dalam pembentukan Parti Negara Sarawak (PANAS) dan Barisan Ra'ayat Jati Sarawak (BARJASA) dengan membantu menyusun konstitusi kedua partai tersebut. Namun, Rahman memutuskan untuk bergabung dengan BARJASA karena ia menentang kaum bangsawan Melayu di PANAS. Rahman bertanding dalam pemilihan dewan lokal Sarawak tahun 1963 tetapi dikalahkan bersama dengan anggota partainya seperti Ustaz Abdul Kadir Hassan dan Suut Haji Tahir.
Meskipun demikian, pemerintah federal Malaysia mencalonkan Abdul Rahman sebagai Ketua Menteri Sarawak yang pertama. Namun, pencalonannya ditolak oleh Perikatan Sarawak yang saat itu didominasi oleh Partai Kebangsaan Sarawak (SNAP). Setelah kekalahannya dalam pemilihan dewan distrik Sarawak tahun 1963 yang terdiri dari tiga tingkat, Rahman diangkat oleh pemerintah federal Malaysia sebagai Senator di Dewan Negara. Ia kemudian diangkat sebagai Asisten Menteri Federal Pembangunan Nasional dan Pedesaan untuk Sarawak. Tunku Abdul Rahman, Perdana Menteri Malaysia yang pertama, membawa Abdul Rahman ke dunia politik, sementara Perdana Menteri kedua, Abdul Razak Hussein, menjadi mentornya. Tunku merasa puas dengan kinerja Abdul Rahman sebagai asisten menteri federal. Rahman kemudian dipromosikan menjadi Menteri Penuh Tanah dan Pertambangan pada tahun 1965.
4. Masa Jabatan sebagai Menteri Federal
Sebagai menteri federal, Abdul Rahman memainkan peran penting dalam perumusan kebijakan nasional, terutama di bidang pendidikan dan ekonomi. Ia juga terlibat dalam pembentukan perusahaan minyak nasional dan memperjuangkan hak-hak negara bagian.
Pada tahun 1965, Rahman diangkat sebagai Menteri Tanah dan Pertambangan. Ia mulai merekomendasikan pemerintah federal untuk mendirikan perusahaan minyak nasional, yang kemudian dikenal sebagai Petronas pada tahun 1974. Ia juga merekomendasikan Tengku Razaleigh Hamzah untuk diangkat sebagai ketua Petronas.
Rahman menjadi Menteri Pendidikan pada tahun 1969. Ia mengambil langkah berani dengan mengubah bahasa pengantar untuk semua sekolah dan institusi pendidikan tinggi dari Bahasa Inggris ke Bahasa Melayu. Ia juga dikreditkan atas pembentukan Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) pada tahun 1970. Selain itu, ia menghapuskan ujian masuk umum kelas enam sekolah dasar, sehingga semua siswa kelas enam dapat melanjutkan pendidikan menengah mereka. Rahman Ya'kub mengundurkan diri dari jabatan Menteri Pendidikan sebelum kembali ke Sarawak untuk menjadi Ketua Menteri pada tahun 1970. Pada 7 Juli 1970, Persatuan Bahasa Melayu Universiti Malaya (PBMUM) dan Persatuan Mahasiswa Islam UM (PMIUM) menemui kediaman Tun Abdul Razak untuk menanyakan pengunduran diri Rahman Ya'kub. Pada 9 Juli 1970, sekitar 2.000 siswa dari PBMUM bersama dengan siswa dari UKM mengadakan demonstrasi memprotes pengunduran diri Rahman Ya'kub. Pada 10 Juli, Rahman Ya'kub menjelaskan bahwa kebijakan bahasa Melayu tidak akan diubah bahkan setelah ia mengundurkan diri.
4.1. Pengangkatan dan Lanskap Politik Sarawak
Abdul Rahman memenangkan konstituensi negara bagian Kuala Rajang selama pemilihan negara bagian 1969 yang dilanjutkan pada tahun 1970, mewakili Parti Bumiputera Sarawak, yang merupakan bagian dari Perikatan Sarawak. Setelah pemilihan, tidak ada partai yang memegang mayoritas jelas. Abdul Rahman berencana untuk bekerja sama dengan Parti Pesaka Sarawak (PESAKA) untuk membentuk pemerintahan, tetapi PESAKA tidak menerima Rahman sebagai Ketua Menteri mereka. Oleh karena itu, PESAKA bernegosiasi dengan Partai Kebangsaan Sarawak (SNAP) dan Parti Rakyat Bersatu Sarawak (SUPP) untuk membentuk pemerintahan. Namun, tanpa sepengetahuan SNAP dan PESAKA, SUPP diam-diam bernegosiasi dengan Parti Bumiputera untuk membentuk koalisi terpisah.
Rahman berhasil meyakinkan SUPP untuk membentuk pemerintahan koalisi dengan dirinya sebagai Ketua Menteri. Sebagai bagian dari kesepakatan untuk bergabung dengan koalisi, SUPP menuntut agar Persatuan Cina Sarawak (SCA) dikeluarkan dari Perikatan Sarawak dan dibubarkan kemudian. Untuk memastikan partisipasi Dayak dalam kabinet Sarawak, Rahman menawarkan Penghulu Abok dari PESAKA jabatan kabinet. Simon Dembab Raja dari PESAKA bergabung dengan kabinet sehari kemudian sebagai Wakil Ketua Menteri. Segera setelah itu, Temenggung Jugah, presiden PESAKA, mengumumkan dukungannya untuk pemerintahan koalisi Rahman, sehingga meninggalkan SNAP sebagai satu-satunya partai oposisi di Sarawak. Rahman dipanggil oleh Tun Abdul Razak untuk mengatasi pemberontakan komunis di Sarawak.
4.2. Keanggotaan UMNO
Abdul Rahman diangkat sebagai anggota eksekutif Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO) pada 16 Mei 1965 selama krisis undang-undang tanah Stephen Kalong Ningkan. Ia adalah wakil presiden cabang UMNO Datu Keramat dan merupakan anggota komite pusat partai meskipun ia juga anggota PBB. Pada tahun 1970, Abdul Rahman adalah salah satu kandidat yang memperebutkan kursi wakil presiden UMNO. Rahman menyusun konstitusi PBB dengan mengadaptasi dari konstitusi UMNO. Mirip dengan struktur partai UMNO, PBB mengadopsi empat tingkat birokrasi yaitu Majelis Umum, Dewan Tertinggi, cabang, dan sub-cabang. Ini mirip dengan struktur organisasi UMNO di tingkat nasional, kantor penghubung negeri, divisi, dan cabang. Di setiap tingkat partai, PBB memiliki sayap pemuda dan wanita yang juga mirip dengan pengaturan UMNO. Abdul Rahman mampu memengaruhi kebijakan partai dan pemilihan partai selama masa jabatannya sebagai presiden PBB dari tahun 1977 hingga 1981.
Telah menjadi niat Rahman Ya'kub untuk membawa UMNO ke Sarawak guna menyatukan politik bumiputera nasional. Penyatuan semacam itu dapat menjadi dasar pemerintahan federal/negara bagian Malaysia. Ia mengeluh bahwa UMNO tidak menyesuaikan kebijakan partainya dengan perubahan zaman; di mana UMNO seharusnya terbuka untuk menerima penduduk asli non-Muslim di Sarawak sebagai anggota UMNO. Menurut pendapat Rahman Ya'kub, keengganan UMNO untuk menerima anggota non-Muslim bukanlah fenomena yang sehat, karena dengan membiarkan anggota non-Muslim bergabung dengan UMNO, hal itu dapat memainkan peran besar untuk membantu memperkuat partai UMNO dan mendorong persatuan yang lebih baik di antara penduduk asli di Malaysia. Selain itu, para pemimpin UMNO federal selalu dapat datang ke Sarawak untuk meyakinkan rekan-rekan mereka di Malaysia Timur untuk mendapatkan suara selama majelis umum UMNO. Oleh karena itu, Rahman berharap langkah-langkah tersebut memungkinkan para pemimpin UMNO federal untuk lebih menghargai masalah-masalah lokal di Sarawak, menjembatani kesenjangan geografis antara Semenanjung Malaysia dan Malaysia Timur.
4.3. Kebijakan Pembangunan Nasional
Untuk menjaga kepentingan nasional, Abdul Rahman menyatakan bahwa ia mengecam slogan "Sarawak untuk Rakyat Sarawak" dan menggantinya dengan "Malaysia untuk Rakyat Malaysia" beberapa minggu setelah ia menjadi Ketua Menteri. Rahman berpendapat bahwa politik regional tidak hanya memecah belah tetapi juga dapat merusak solidaritas nasional. Ia juga mengatakan bahwa Sarawak harus menerima kebijakan dari pemerintah federal karena "Sarawak menerima banyak uang dari pemerintah federal. Tanpa bantuan mereka, kita tidak akan pernah berharap untuk maju begitu cepat." Rahman juga mengatakan "Sarawak akan menjadi negara bagian model untuk Malaysia, dan akan berenang dan tenggelam bersama Malaysia".
Rahman juga mengajukan mosi di Dewan Negri untuk menjadikan Bahasa Melayu bersama dengan Bahasa Inggris sebagai bahasa resmi Sarawak. Mosi tersebut disahkan dengan suara bulat pada 26 Maret 1974. Mosi ini memicu kritik keras dari Stephen Kalong Ningkan. Abdul Rahman juga mulai mengimplementasikan kebijakan pendidikan nasional di Sarawak. Ia mengubah bahasa pengantar semua sekolah di Sarawak dari Bahasa Inggris ke Bahasa Melayu. Sekolah Datuk Abdul Rahman adalah sekolah pertama di Sarawak yang menerima perubahan ini pada tahun 1970. Pada tahun 1976, sebanyak 258 sekolah dasar yang melibatkan 36.267 siswa mengadopsi Bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar mereka.
Abdul Rahman mulai menunjuk pejabat Bumiputera Muslim ke posisi-posisi penting dalam pemerintahan. Ia menunjuk Abang Yusuf Puteh sebagai sekretaris negara bagian yang baru, menggantikan Gerusin Lembat yang merupakan sekretaris negara bagian Sarawak non-Eropa pertama. Bujang Mohammad Nor diangkat sebagai sekretaris keuangan, Safri Awang Zaidell diangkat sebagai sekretaris dewan pelayanan masyarakat, dan Hamdan bin Sirat sebagai Komisaris Polisi Sarawak.
Abdul Rahman mendirikan Yayasan Sarawak untuk menyediakan beasiswa dan pinjaman pendidikan bagi siswa yang membutuhkan. Ia juga mendirikan beberapa badan hukum termasuk Unit Perencanaan Negara untuk mempercepat pembangunan di Sarawak. Lima divisi administratif di Sarawak telah ditingkatkan menjadi tujuh di bawah masa jabatannya. Sebuah jembatan yang dibangun pada Mei 1975 yang menghubungkan dua wilayah otoritas lokal, yaitu Dewan Bandaraya Kuching Utara (DBKU) di Petra Jaya dan Majlis Bandaraya Kuching Selatan (MBKS) di kota Kuching, dinamai menurut namanya.
Rahman Ya'kub juga mendirikan Perusahaan Pengembangan Ekonomi Sarawak (SEDC) pada tahun 1972. Pada tahun 1981, SEDC memiliki 13 anak perusahaan yang terlibat dalam berbagai sektor ekonomi seperti Perkhidmatan Insurans (Broker) Sdn Bhd, Kuching Hotel Sdn Bhd, Eksport Utama Sdn Bhd (ekspor lada hitam), Perina Sdn Bhd (barang grosir seperti beras, gula, dan tepung), Sarawak Motor Industries (perakitan mobil BMW dan Toyota), Cement Manufacturers Sarawak Sdn Bhd (sekarang Cahya Mata Sarawak Berhad), dan Sarawak Chemical Industries. SEDC juga mendirikan kawasan industri di Piasau (Miri), Ulu Lanang (Sibu), dan Limbang.
Rahman Ya'kub juga mendirikan Perusahaan Pengembangan Industri Kayu Sarawak (STIDC) pada Juni 1973 untuk mengembangkan industri penebangan kayu di Sarawak.
4.4. Kebijakan Ekonomi: Hak Minyak dan Gas, Kehutanan
Menurut Sarawak Tribune (dimiliki oleh Abdul Rahman) yang diterbitkan selama Affair Ming Court 1987, pemerintah federal mencoba mendapatkan hak minyak Sarawak dengan mengadakan beberapa diskusi dengan pemimpin negara bagian seperti Abdul Rahman melalui Abdul Taib Mahmud pada awal tahun 1970-an. Taib adalah Menteri Industri Primer federal yang bertanggung jawab atas semua industri pertambangan termasuk minyak bumi dan gas. Taib dengan ajudannya Adenan Satem mencoba membujuk Abdul Rahman untuk menyerahkan Landas kontinen Sarawak ke kendali penuh pemerintah federal, sehingga Sarawak kehilangan royalti minyak 10 persen yang telah diterimanya dari perusahaan minyak asing.
Meskipun Abdul Rahman menolak menerima rencana tersebut, Taib memutuskan untuk memperkenalkan undang-undang hidrokarbon pada tahun 1974 yang akan memberikan dominasi penuh minyak dan gas Sarawak kepada pemerintah federal, tanpa berkonsultasi dengan Abdul Rahman. Namun, dalam otobiografi Tengku Razaleigh Hamzah yang diterbitkan pada tahun 1986, Taib menganjurkan pembagian royalti minyak 10 persen antara pemerintah federal dan pemerintah negara bagian. Abdul Rahman mengancam akan menuntut pemerintah federal di pengadilan jika undang-undang tersebut tidak ditarik. Abdul Rahman memperoleh tiga pendapat hukum dari mantan Jaksa Agung Australia, seorang ahli hukum internasional publik dari Universitas Cambridge, dan seorang mantan hakim Pengadilan Tinggi untuk mendukung klaim Sarawak bahwa perairan teritorial Sarawak tidak terbatas pada batas tiga mil laut untuk royalti minyak. Abdul Razak kemudian mengundang Abdul Rahman ke Kuala Lumpur untuk diskusi tertutup. Selama diskusi, Rahman menyetujui pembayaran royalti minyak yang lebih kecil karena pemerintah federal tidak kaya pada saat itu dan royalti minyak akan direvisi di masa depan. Undang-undang hidrokarbon akhirnya ditarik dengan protes gigih dari pemerintah Sarawak. Menurut Lukas Straumann, konflik hak minyak dan gas diselesaikan sebagai urusan internal keluarga Abdul Rahman.
Pemerintah federal memutuskan untuk menunjuk Tengku Razaleigh Hamzah untuk menegosiasikan persyaratan baru dengan Abdul Rahman. Pada tahun 2010, Abdul Rahman mengklaim bahwa dalam pertemuan keputusan akhir pembayaran royalti minyak yang dipimpin oleh Tun Tan Siew Sin (Menteri Keuangan Federal) dan dihadiri oleh Wakil Ketua Menteri Sarawak Tan Sri Stephen Yong, kesepakatan royalti minyak 5 persen dicapai tanpa berkonsultasi dengan Abdul Rahman. Namun, menurut otobiografi Tengku Razaleigh Hamzah yang diterbitkan pada tahun 1986, Abdul Rahman menyetujui pembagian yang sama dari royalti minyak 10 persen antara pemerintah federal dan negara bagian setelah diskusi pribadi dengan Razaleigh. Pada tahun 2021, Tengku Razaleigh lebih lanjut mengklaim bahwa royalti minyak 5 persen dihitung sendiri oleh Rahman. Namun, menurut memoar yang ditulis oleh Stephen Yong pada tahun 1998, Ketua Menteri Datu Mustapha Datu Harun dari negara bagian tetangga Sabah menyetujui royalti minyak 5 persen yang ditawarkan oleh pemerintah federal Malaysia. Dengan demikian, pemerintah Sarawak dengan enggan menyetujui kesepakalti royalti minyak atas nama kepentingan nasional. Dalam pertemuan dewan tertinggi (rapat kabinet) yang diadakan pada 23 Mei 1974, Rahman Ya'kub menemukan bahwa perbendaharaan federal tidak menyediakan dana yang diperlukan untuk operasi keamanan di Sarawak. Rahman Ya'kub menyatakan bahwa jika dana tidak tiba pada 27 Mei, ia tidak akan menandatangani kesepakatan royalti minyak Petronas. Dana keamanan tiba tepat waktu kemudian. Abdul Rahman akhirnya menyetujui royalti minyak 5 persen yang diberikan oleh pemerintah federal. Undang-Undang Pengembangan Minyak Bumi disahkan di parlemen pada tahun 1974. Ini akan memungkinkan perusahaan minyak dan gas Malaysia, Petronas, untuk menguasai cadangan minyak dan gas di Sarawak. Pendapatan dari minyak dan gas akan dibagi antara negara bagian penghasil minyak (5 persen), pemerintah federal (5 persen), perusahaan produsen (41 persen), dan Petronas (49 persen).
4.5. Upaya Keamanan dan Perdamaian: Penindasan Pemberontak Komunis
Pemberontakan Komunis Sarawak bertanggung jawab atas pembunuhan 12 pengintai perbatasan Iban di divisi ketujuh pada 27 Agustus 1970. Komunis juga bertanggung jawab atas pembunuhan beberapa penduduk desa di divisi pertama, kedua, dan ketiga.
Gerakan komunis terganggu ketika Abdul Rahman menandatangani Memorandum Kesepahaman (MoU) dengan Direktur Komisaris Politik Pasukan Rakyat Kalimantan Utara (PARAKU) yang dipimpin oleh Bong Kee Chok di Sri Aman pada 21 Oktober 1973. Pada 4 Maret 1974, Abdul Rahman menyelenggarakan konferensi pers di pusat pameran Tun Razak di Kuching yang dihadiri oleh berbagai media domestik dan internasional. Ia secara resmi mengumumkan MoU, pemberitahuan "Keberhasilan Operasi Sri Aman", surat dari Bong kepada Abdul Rahman yang memulai proses perdamaian, dan deklarasi singkat oleh Bong. Abdul Rahman kemudian mengumumkan bahwa jam malam akan dicabut untuk seluruh Sarawak. Ia kemudian bergabung dengan prosesi perdamaian yang dihadiri oleh 10.000 orang.
4.6. Agama dan Dampak Sosial
Untuk memperkuat posisi Islam di Sarawak, Abdul Rahman bertanggung jawab atas revisi Pasal 4(1) dan (2) Konstitusi Negara Bagian Sarawak menjadi "Yang di-Pertuan Agong adalah kepala agama Islam di Sarawak" dan "Dewan Negri berwenang untuk membuat ketentuan untuk mengatur urusan Islam melalui sebuah Dewan untuk menasihati Yang di-Pertuan Agong". Ketentuan-ketentuan tersebut memungkinkan Dewan Negri untuk mengesahkan ordinansi mengenai urusan agama Islam.
Setelah Kongres Islam Malaysia Timur 1968 yang diadakan di Kuching, Abdul Rahman mendirikan sebuah LSM Islam yang disponsori negara pada tahun 1969, yaitu Angkatan Nahdatul Islam Bersatu (BINA), dan menjadi presiden pertamanya hingga tahun 1988. LSM ini kemudian berganti nama menjadi Harakah Islamiah (HIKMAH) pada tahun 1994. Melalui LSM ini, Rahman dapat mengadakan berbagai kegiatan Islam tanpa melalui lembaga negara. LSM ini bertanggung jawab atas konversi ribuan penduduk asli dan Tionghoa dan dipublikasikan melalui surat kabar. Antara tahun 1973 dan 1980, setidaknya 2.236 kasus konversi dilaporkan di surat kabar. Konversi massal akan dihadiri oleh Abdul Rahman sendiri dan menteri Muslim lainnya di kediamannya. Jumlah total konversi yang dilakukan oleh Abdul Rahman, bagaimanapun, lebih sedikit daripada jumlah konversi yang dilakukan oleh Tun Mustapha di negara bagian tetangga Sabah di mana yang terakhir diyakini telah mengkonversi total 95.000 warga Sabah. Meskipun beberapa konversi karena keyakinan tulus pada Islam, yang lain melihat ini sebagai cara untuk mendapatkan jabatan politik, pekerjaan, atau kontrak dari pemerintah. Misalnya, setelah upacara konversi suku Iban di Kuching, Abdul Rahman mengumumkan bahwa 40-pintu rumah panjang akan dibangun oleh BINA untuk para mualaf baru. Pada Desember 1978, Undang-Undang Majlis Islam diubah untuk memungkinkan pembentukan Mahkamah Syariah di Sarawak yang terdiri dari Mahkamah Syariah Agung, Mahkamah Banding, dan beberapa pengadilan Kadi. Mahkamah Syariah Agung dan Mahkamah Banding diberlakukan di seluruh Sarawak, sementara Pengadilan Kadi hanya diberlakukan di Kuching, Sibu, dan Miri. Undang-Undang Majlis Islam (Amandemen) baru diberlakukan pada 1 Januari 1983.
4.7. Strategi Politik dan Patronase
Abdul Rahman bin Ya'kub dikenal karena menggunakan kekuasaannya sebagai Ketua Menteri untuk mendistribusikan sumber daya negara kepada klien-kliennya. Sebagai imbalannya, klien-klien tersebut akan membiayai kampanye pemilihannya selama pemilihan negara bagian. Hal ini bertujuan untuk memastikan loyalitas klien-kliennya terhadap kepemimpinannya. Zainuddin Satem, Salleh Jafaruddin (keponakan Rahman), Wan Habib Syed Mahmud (keponakan Rahman), Wan Madzihi Madzar (keponakan Rahman), dan Daniel Tajem adalah beberapa penerima konsesi kayu. Ia juga memberikan beberapa konsesi kayu kepada anggota keluarganya yaitu Norlia Abdul Rahman (putri), Khadijah Abdul Rahman (putri), dan Jamil Abdullah (saudara ipar Rahman). Sebuah studi kasus di distrik Belaga mengungkapkan bahwa saham lisensi kayu Lembahan Mewah 70 persen dimiliki oleh putrinya, sementara 30 persen sisanya dimiliki oleh istri Datuk Tajang Laing, anggota dewan negara bagian untuk distrik Belaga. Di antara perusahaan-perusahaan yang terkait dengan Rahman yang telah menerima konsesi kayu adalah Baltim Timber Sdn Bhd, Syarikat Delapan Sdn Bhd, Barbet Sdn Bhd, dan Lembahan Mewah Sdn Bhd.
Abdul Rahman dengan bantuan pemerintah federal Malaysia juga mendistribusikan proyek-proyek pembangunan, hibah keuangan, dan bantuan lainnya kepada pemilih sebagai imbalan atas dukungan pemilu. Para menteri akan mendistribusikan proyek-proyek pembangunan yang sudah termasuk dalam Rencana Malaysia atau menjanjikan proyek-proyek baru di bawah kementerian masing-masing. Misalnya, dalam Pemilihan umum Malaysia 1978, tujuh proyek pembangunan baru senilai total 189.90 M MYR dialokasikan oleh pemimpin federal dan negara bagian. Proyek pembangunan dan hibah keuangan juga diambil dari hibah anggota dewan negara bagian dan anggota parlemen (MP) yang masing-masing bernilai 200.00 K MYR dan 300.00 K MYR.
Hibah keuangan akan diberikan kepada pemilih untuk membeli barang-barang penting. Subsidi dalam bentuk pupuk, dan kebutuhan spesifik lainnya seperti tangki air, dan sertifikat tanah juga akan diberikan kepada pemilih. Dalam pemilihan tahun 1974, 8 proyek pembangunan dan hibah keuangan senilai 22.40 M MYR didistribusikan. Dalam pemilihan tahun 1978, 102 proyek senilai 200.00 M MYR didistribusikan. Peningkatan jumlah proyek pembangunan tersebut terutama disebabkan oleh tantangan intens yang diajukan oleh oposisi yaitu Parti Anak Jati Sarawak (PAJAR), Parti Negara Rakyat Sarawak (PNRS), Sarawak People's Party (SAPO), dan Parti Umat Sarawak (UMAT). Pemberian proyek pembangunan semacam itu secara perlahan mengikis dukungan elektoral bagi oposisi. Menurut Alli Kawi, pemimpin PAJAR:
"Kemudian datanglah serangan. Truk-truk dan perahu-perahu tangki air dikirim ke rumah panjang dan kampung-kampung Melayu. Jalan-jalan kecil segera dibangun. Ini adalah pekerjaan kecil yang murah dan tidak merepotkan bagi pemerintah yang tidak memerlukan perencanaan. Perahu-perahu yang ditenagai oleh dua mesin kuat terlihat berlabuh di sungai dekat Kampung Pusa dengan beberapa orang berpengaruh dan kaya yang datang untuk membantu kampanye Barisan Nasional. Sekali lagi jelas bahwa ini adalah kasus uang dan lebih banyak uang dan kami tidak bisa melawan mereka dolar demi dolar."
4.8. Hubungan dengan Pemerintah Federal
Sebelum Pemilihan umum negara bagian Sarawak 1974, Rahman mengancam akan mengundurkan diri karena kurangnya dukungan dari pemerintah federal untuk menghadapi pemilihan. Sekretaris Sarawak Abang Yusuf Puteh bertemu dengan Perdana Menteri untuk menyelesaikan masalah alokasi. Abdul Rahman kemudian berubah pikiran dan melanjutkan pemerintahannya di Sarawak. Ia juga berselisih dengan pemerintah federal karena perlakuan buruk terhadap lembaga-lembaga negara bagian Sarawak dalam sejumlah masalah. Meskipun sesekali terjadi gejolak dengan pemerintah federal, Abdul Rahman umumnya mempertahankan hubungan yang baik dengan pemerintah federal, terutama selama pemerintahan Tun Abdul Razak.
Parti Pesaka Bumiputera Bersatu (PBB) dibentuk setelah penggabungan Parti Bumiputera dan PESAKA pada tahun 1973. Pada tahun yang sama, SCA dikeluarkan dari Perikatan Sarawak yang menyebabkan kehancurannya. Sementara itu, Perikatan Sarawak digantikan oleh koalisi Barisan Nasional (BN) yang mencakup lebih banyak partai. Abdul Rahman berhasil memimpin koalisi BN-nya meraih kemenangan lain dalam Pemilihan umum negara bagian Sarawak 1974, di mana koalisi tersebut mengamankan total 30 dari 48 kursi meskipun partai SNAP memenangkan 18 kursi untuk bangku oposisi. Partai PBB berhasil meningkatkan suara populer dari 47,3 persen pada tahun 1970 menjadi 70,3 persen pada tahun 1974. Namun, sekretaris jenderal SUPP, Stephen Yong, yang juga wakil ketua menteri Sarawak pada saat itu, dikalahkan dalam pemilihan. Untuk pemilihan parlemen 1974, BN Sarawak memenangkan 15 dari 24 kursi sementara kursi yang tersisa dimenangkan oleh SNAP. Untuk menetralkan ancaman elektoral oleh SNAP, Abdul Rahman memutuskan untuk mengizinkan SNAP masuk ke koalisi BN pada 1 November 1976. Oleh karena itu, tidak ada suara oposisi di Sarawak untuk waktu yang singkat.
Namun, hubungan Abdul Rahman dengan SUPP mulai memburuk setelah pemilihan tahun 1974. Pada Mei 1978, delegasi pemimpin SUPP yang dipimpin oleh Stephen Yong mencoba membujuk Perdana Menteri Hussein Onn untuk mencopot Abdul Rahman. Namun, rencana tersebut gagal karena pemilihan tahun 1978 sudah dekat. Akibatnya, Abdul Rahman mengizinkan masuknya Partai Tindakan Demokratik (DAP) yang berbasis di Semenanjung ke Sarawak pada tahun 1978 untuk memeriksa dukungan elektoral Tionghoa terhadap SUPP. Pada 28 Maret 1978, Parti Anak Jati Sarawak (PAJAR) dibentuk karena ketidakpuasan sejumlah orang Melayu terhadap peningkatan toleransi Abdul Rahman terhadap kronisme dan pengabaiannya terhadap kesejahteraan komunitas Melayu.
Abdul Rahman memutuskan untuk tidak membubarkan Dewan Negri Sarawak selama Pemilihan umum Malaysia 1978 karena ia perlu mengatasi oposisi oleh partai PAJAR dan menyelesaikan alokasi kursi majelis negara bagian setelah masuknya SNAP ke dalam koalisi BN. Namun, koalisi BN Abdul Rahman menunjukkan kinerja yang kuat dalam pemilihan parlemen 1978 dengan memenangkan 23 dari 24 kursi parlemen di Sarawak. Satu kursi yang tersisa dimenangkan oleh Sarawak People's Party (SAPO). Abdul Rahman membubarkan Dewan Negri satu tahun setelah pemilihan parlemen. Ini adalah pertama kalinya dalam sejarah Sarawak bahwa pemilihan negara bagian diadakan secara terpisah dari pemilihan parlemen nasional. Kedua pemilihan terus diadakan secara terpisah sejak saat itu. Koalisi BN Sarawak memenangkan 45 dari 48 kursi majelis negara bagian dengan 61,23 persen suara populer dalam Pemilihan umum negara bagian Sarawak 1979.
4.9. Pensiun
Abdul Rahman menjalani operasi jantung yang sukses di London pada Oktober 1980. Dengan kesehatannya yang menurun, Rahman akhirnya memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatan Ketua Menteri sambil menunjuk keponakan dan penggantinya Abdul Taib Mahmud pada 26 Maret 1981. Setelah mengumumkan pengunduran dirinya, Rahman berkata:
"Taib akan mengemudi perahu dengan lebih terampil dan cepat. Saya tidak lagi mampu mengemudi perahu tetapi cukuplah saya mengibarkan bendera."
5. Menjabat sebagai Yang di-Pertua Negeri Sarawak
Pada tahun 1981, Abdul Rahman mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Ketua Menteri dan menjadi Gubernur Sarawak. Namun, ia tetap mempertahankan pengaruhnya atas tuas utama patronase negara seperti izin pengembangan lahan, kontrak pemerintah, dan lisensi kayu. Pada tahun 1985, Rahman Ya'kub dan Asosiasi Nasional Melayu Sarawak mengundang UMNO untuk mendirikan cabangnya di Sabah dan Sarawak untuk membantu integrasi bumiputera ke dalam politik nasional. Namun, Mahathir Mohamad, yang saat itu menjabat sebagai Perdana Menteri dan presiden UMNO, mengklarifikasi bahwa UMNO tidak berniat mendirikan cabangnya di kedua negara bagian tersebut dan senang bekerja sama dengan partai-partai lokal.
Rahman Ya'kub kemudian mengundurkan diri dari jabatannya sebagai gubernur Sarawak pada tahun 1986 karena alasan kesehatan.
6. Konfrontasi Politik dan 'Affair Ming Court' 1987
Krisis politik ini sudah mulai memanas ketika Abdul Rahman bin Ya'kub menjabat sebagai gubernur Sarawak. Ia mengkritik keponakannya dalam pidato pada upacara pembukaan pelabuhan Bintulu pada tahun 1983. Pada tahun 1985, Abdul Rahman terlibat dalam perselisihan sengit dengan keponakannya, Abdul Taib Mahmud, mengenai hak alokasi.
Pada tahun 1987, Abdul Rahman membentuk partai baru bernama Parti Persatuan Rakyat Malaysia Sarawak (PERMAS) untuk menantang Taib Mahmud dalam pemilihan. Ia juga membentuk aliansi dengan Partai Rakyat Dayak Sarawak (PBDS) untuk menggulingkan Taib Mahmud. Pada Maret 1987, 27 dari 48 anggota dewan negara bagian tiba-tiba mengalihkan dukungan mereka kepada Abdul Rahman bin Ya'kub sambil menyerukan Taib Mahmud untuk mengundurkan diri sebagai Ketua Menteri. Di antara para pembelot tersebut adalah 4 menteri kabinet Taib dan 3 asisten menteri. Perang tuduhan mengenai konsesi kayu kemudian pecah antara Abdul Rahman bin Ya'kub dan Taib Mahmud. Taib mencabut 30 lisensi kayu yang dipegang oleh para pembelotnya dan klien Abdul Rahman. Taib kemudian menuduh Abdul Rahman memberikan 1.25 M ha konsesi penebangan senilai 22.50 B MYR kepada Abdul Rahman sendiri dan kerabatnya. Abdul Rahman bin Ya'kub, sebagai balasan, mengungkapkan daftar konsesi kayu seluas 1.60 M ha yang dipegang oleh klien dan keluarga Taib.
Meskipun upaya dalam Pemilihan umum negara bagian Sarawak 1987 tidak berhasil, Abdul Rahman melanjutkan perjuangannya dengan sekutunya, Partai Rakyat Dayak Sarawak, melawan Barisan Nasional yang dipimpin Taib hingga Pemilihan umum negara bagian Sarawak 1991 ketika koalisi Taib memenangkan mayoritas besar 49 dari 56 kursi di majelis negara bagian.
7. Kehidupan Akhir dan Rekonsiliasi
Abdul Rahman merayakan ulang tahunnya yang ke-80 di Hilton Hotel, Kuching pada tahun 2008. Selama upacara megah tersebut, ia memeluk keponakannya, Pehin Sri Abdul Taib Mahmud, menandai berakhirnya hubungan tegang selama 20 tahun antara paman dan keponakan setelah Affair Ming Court. Ia mengatakan bahwa ia memperbaiki hubungannya dengan Taib karena "darah lebih kental daripada air". Ia aktif dalam kegiatan keagamaan karena ia mengadakan kelas agama gratis untuk masyarakat di kediamannya, "Sri Bahagia", di Petra Jaya.
8. Kematian
Abdul Rahman bin Ya'kub dirawat di Unit Perawatan Intensif (ICU) Pusat Medis Spesialis Normah, Kuching pada awal November 2014 karena masalah kesehatan. Ia kehilangan nafsu makan dan harus bergantung pada peralatan ventilasi. Ia meninggal dunia dengan tenang pada pukul 21:40 pada 9 Januari 2015, pada usia 87 tahun. Ia diberikan pemakaman kenegaraan oleh pemerintah negara bagian Sarawak dan dimakamkan di Pemakaman Muslim Samariang di Petra Jaya, Kuching.
9. Warisan dan Penghargaan
9.1. Warisan
Beberapa tempat dinamai untuk menghormatinya, yaitu ruang seminar asrama di kampus Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM), sebuah perpustakaan di Universiti Malaysia Sarawak (UNIMAS), dan sebuah jembatan yang dikenal sebagai Jembatan Datuk Patinggi Haji Abdul Rahman. Pada 22 Juni 1971, Sekolah Menengah Sedaya di Kanowit berganti nama menjadi Sekolah Menengah Dato Haji Abdul Rahman Ya'kub. Pusat Medis Spesialis Normah, yang dibangun pada tahun 1988, dinamai menurut nama istri pertama Abdul Rahman Ya'kub, Toh Puan Normah Abdullah.
9.2. Penghargaan Malaysia
- Malaysia :
- Grand Commander of the Order of the Defender of the Realm (SMN) - Tun (1982)
- Commander of the Order of the Defender of the Realm (PMN) - Tan Sri (1977)

- Knight Grand Commander of the Order of the Star of Hornbill Sarawak (DP) - Datuk Patinggi

- Knight Commander of the Order of the Star of Sarawak (PNBS) - Dato' (kemudian Dato Sri) (1967)
- Member Grand Companion of the Order of Sultan Mahmud I of Terengganu (SSMT) - Dato' Seri (1984)
- Knight Grand Commander of the Order of the Crown of Johor (SPMJ) - Dato' (1971)
- Recipient of the Order of the Most Distinguished and Most Valiant Warrior (PYGP) (1985)
- Grand Knight of the Order of the Crown of Pahang (SIMP) - Dato' (kemudian Dato' Indera) (1972)
- Knight Grand Commander of the Order of the Crown of Selangor (SPMS) - Dato' Seri (1980)
- Knight Grand Companion of the Order of Loyalty to the Royal House of Kedah (SSDK) - Dato' Seri
- Knight Grand Commander of the Exalted Order of the Crown of Kedah (SPMK) - Dato' Seri
- Knight Grand Commander of the Order of the Crown of Perlis (SPMP) - Dato' Seri (1979)
- Grand Commander of the Order of Kinabalu (SPDK) - Datuk Seri Panglima