1. Gambaran Umum
Malaysia adalah sebuah negara federasi monarki konstitusional elektif di Asia Tenggara, terdiri dari tiga belas negara bagian dan tiga wilayah federal yang terbagi antara Semenanjung Malaysia dan Malaysia Timur di pulau Borneo. Dengan ibu kota di Kuala Lumpur dan pusat pemerintahan federal di Putrajaya, negara ini memiliki populasi lebih dari 34 juta jiwa dan merupakan salah satu dari 17 negara megadiverse dengan iklim tropis.
Sejarah Malaysia bermula dari permukiman prasejarah, berkembang melalui kerajaan-kerajaan awal seperti Sriwijaya dan Kesultanan Melaka yang menjadi pusat perdagangan dan penyebaran Islam, hingga masa kolonialisme Eropa oleh Portugis, Belanda, dan Inggris. Setelah pendudukan Jepang selama Perang Dunia II, Malaysia mencapai kemerdekaan pada tahun 1957 dan membentuk federasi pada tahun 1963, yang kemudian menghadapi berbagai tantangan termasuk keluarnya Singapura. Politik Malaysia bercirikan sistem parlementer Westminster, dengan Yang di-Pertuan Agong sebagai kepala negara dan Perdana Menteri sebagai kepala pemerintahan. Isu etnisitas, terutama kebijakan Bumiputera, dan hak asasi manusia memainkan peran penting dalam dinamika politik dan sosial.
Ekonomi Malaysia telah bertransformasi dari ketergantungan pada komoditas primer menjadi negara industri baru dengan sektor manufaktur dan jasa yang kuat, didukung oleh infrastruktur yang berkembang. Meskipun mencapai pertumbuhan ekonomi yang signifikan, negara ini menghadapi tantangan terkait kesenjangan ekonomi antaretnis dan isu lingkungan akibat industri seperti kelapa sawit. Masyarakat Malaysia sangat beragam, terdiri dari mayoritas etnis Melayu, serta minoritas Tionghoa dan India yang signifikan, yang tercermin dalam kekayaan bahasa, agama, dan budaya, termasuk seni, kuliner, dan berbagai festival.
2. Nama
Nama "Malaysia" merupakan gabungan dari kata "Malays" (Melayu) dan akhiran Latin-Yunani "-ia"/"-ία" yang dapat diterjemahkan sebagai "tanah orang Melayu". Istilah "Melayu" sendiri memiliki beberapa teori asal-usul. Ada yang berpendapat berasal dari bahasa Sanskerta "Himalaya", yang merujuk pada daerah tinggi di pegunungan, atau "Malaiyur-pura" yang berarti kota gunung. Teori lain menyebutkan berasal dari bahasa Tamil "malai" (gunung) dan "ur" (kota, tanah). Ada juga yang mengaitkannya dengan peristiwa Ekspedisi Pamalayu. Sebuah teori lain menyatakan berasal dari kata bahasa Jawa "mlaya" atau "mlayu" yang berarti "lari", merujuk pada sungai bernama Sungai Melayu karena arusnya yang deras.
Variasi nama yang bunyinya mirip telah muncul dalam catatan-catatan yang lebih tua dari abad ke-11, sebagai toponim untuk wilayah di Sumatra atau merujuk pada wilayah yang lebih luas di sekitar Selat Malaka. Teks Sanskerta Vayu Purana, yang diperkirakan ada sejak milenium pertama Masehi, menyebutkan sebuah daratan bernama 'Malayadvipa' yang diidentifikasi oleh beberapa sarjana sebagai semenanjung Malaya modern. Catatan penting lainnya adalah dari Geographia karya Ptolemy pada abad ke-2 yang menggunakan nama Malayu Kulon untuk pantai barat Golden Chersonese (Semenanjung Emas), dan catatan biksu Yijing pada abad ke-7 tentang Malayu.
Pada suatu masa, Kerajaan Melayu mengambil namanya dari Sungai Melayu. Istilah "Melayu" kemudian dikaitkan dengan Sriwijaya dan tetap terkait dengan berbagai bagian Sumatra, terutama Palembang, tempat asal pendiri Kesultanan Melaka diperkirakan. Istilah ini baru berkembang menjadi etnonim ketika Melaka menjadi kekuatan regional pada abad ke-15. Proses Islamisasi membentuk identitas etno-religius di Melaka, dengan istilah "Melayu" mulai muncul sebagai sinonim dari "orang Melaka". Ini mungkin secara khusus merujuk pada penutur bahasa Melayu lokal yang setia kepada Sultan Melaka. Penggunaan awal istilah MalayosMalayosBahasa Portugis oleh Portugis mencerminkan hal ini, hanya merujuk pada orang-orang yang berkuasa di Melaka. Dominasi pedagang dari Melaka menyebabkan "Melayu" dikaitkan dengan pedagang Muslim, dan dari sana dikaitkan dengan kelompok budaya dan linguistik yang lebih luas. Melaka dan kemudian Kesultanan Johor mengklaim sebagai pusat budaya Melayu, sebuah posisi yang didukung oleh Inggris yang menyebabkan istilah "Melayu" lebih sering dikaitkan dengan semenanjung Malaya daripada Sumatra.
Sebelum penjajahan Eropa, Semenanjung Malaya dikenal secara lokal sebagai Tanah Melayu. Berdasarkan klasifikasi rasial yang dibuat oleh sarjana Jerman Johann Friedrich Blumenbach, penduduk asli Asia Tenggara Maritim dikelompokkan ke dalam satu kategori, yaitu ras Melayu. Setelah ekspedisi navigator Prancis Jules Dumont d'Urville ke Oseania pada tahun 1826, ia kemudian mengusulkan istilah Malaysia, Mikronesia, dan Melanesia kepada Société de Géographie pada tahun 1831, untuk membedakan budaya dan kelompok pulau Pasifik ini dari istilah Polinesia yang sudah ada. Dumont d'Urville menggambarkan Malaysia sebagai "wilayah yang biasa dikenal sebagai Hindia Timur". Pada tahun 1850, etnolog Inggris George Samuel Windsor Earl, menulis dalam Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia, mengusulkan penamaan pulau-pulau di Asia Tenggara sebagai "Melayunesia" atau "Indunesia", dan lebih memilih yang pertama. Nama Malaysia kemudian digunakan untuk menyebut wilayah yang sekarang dikenal sebagai Kepulauan Melayu. Dalam terminologi modern, "Melayu" tetap menjadi nama kelompok etno-religius rumpun Austronesia yang mayoritas mendiami Semenanjung Malaya dan sebagian pulau-pulau Asia Tenggara yang berdekatan, termasuk pantai timur Sumatra, pesisir Borneo, dan pulau-pulau kecil di antaranya.
Negara yang memperoleh kemerdekaan dari Britania Raya pada tahun 1957 mengambil nama Federasi Malaya, yang dipilih daripada nama-nama potensial lain seperti Malaysia dan Langkasuka, merujuk pada kerajaan bersejarah yang terletak di bagian utara Semenanjung Malaya pada milenium pertama Masehi. Meskipun demikian, nama Malaysia diadopsi pada tahun 1963 ketika negara-negara bagian Federasi Malaya yang ada, ditambah Singapura, Borneo Utara, dan Sarawak membentuk sebuah federasi baru. Dalam bahasa Inggris, nama resmi negara ini hanyalah "Malaysia". Dalam bahasa Melayu, nama negara seperti yang tertera pada beberapa dokumen resmi, termasuk sumpah Yang di-Pertuan Agong adalah Persekutuan MalaysiaFederasi MalaysiaBahasa Melayu, yang berarti "Federasi Malaysia". Meskipun demikian, nama Malaysia lebih banyak digunakan secara resmi, termasuk dalam Perjanjian Malaysia 1963 dan Konstitusi Federal. Satu teori menyatakan bahwa nama tersebut dipilih agar si mewakili masuknya Singapura, Borneo Utara, dan Sarawak ke Malaya pada tahun 1963. Politikus di Filipina sempat mempertimbangkan untuk menamai negara mereka Malaysia sebelum negara modern ini menggunakan nama tersebut.
3. Sejarah
3.1. Prasejarah dan Kerajaan Awal
Bukti adanya permukiman manusia modern di Malaysia berasal dari 40.000 tahun yang lalu. Di Semenanjung Malaya, penghuni pertama diperkirakan adalah orang Negrito. Wilayah Malaysia berpartisipasi dalam Jalur Giok Maritim antara tahun 2000 SM hingga 1000 M. Pedagang dan pemukim dari India dan Tiongkok tiba seawal abad pertama Masehi, mendirikan pelabuhan dagang dan kota-kota pesisir pada abad kedua dan ketiga. Kehadiran mereka menghasilkan pengaruh India dan Tiongkok yang kuat pada budaya lokal, dan masyarakat Semenanjung Malaya mengadopsi agama Hindu dan Buddha. Prasasti Sanskerta muncul seawal abad keempat atau kelima. Kerajaan Langkasuka muncul sekitar abad kedua di wilayah utara Semenanjung Malaya, bertahan hingga sekitar abad ke-15. Antara abad ke-7 dan ke-13, sebagian besar Semenanjung Malaya selatan merupakan bagian dari kemaharajaan maritim Sriwijaya. Pada abad ke-13 dan ke-14, kemaharajaan Majapahit berhasil merebut kendali atas sebagian besar semenanjung dan Kepulauan Melayu dari Sriwijaya. Pengaruh kerajaan-kerajaan awal ini menandai periode interaksi budaya dan perdagangan yang signifikan, membentuk dasar bagi perkembangan masyarakat selanjutnya di wilayah tersebut.
3.2. Kesultanan Melaka
Pada awal abad ke-15, Parameswara, seorang raja pelarian dari bekas Kerajaan Singapura yang terkait dengan istana Sriwijaya kuno, mendirikan Kesultanan Melaka. Konversi Parameswara ke agama Islam diikuti dengan penyebaran Islam yang meningkat. Melaka merupakan pusat perdagangan penting pada masa ini, menarik perdagangan dari seluruh wilayah. Di bawah pemerintahan para sultan seperti Sultan Mansur Syah dan Sultan Alauddin Riayat Syah, Melaka mencapai puncak kejayaannya, dikenal sebagai "Venesia dari Timur". Kemakmurannya didukung oleh lokasinya yang strategis di Selat Malaka, sistem administrasi yang efisien, dan kebijakan perdagangan yang terbuka. Kesultanan ini juga memainkan peran penting dalam penyebaran bahasa dan budaya Melayu di seluruh Kepulauan Melayu, serta menjadi pusat penyebaran agama Islam. Kejatuhan Melaka ke tangan Portugis pada tahun 1511 menandai berakhirnya sebuah era penting dalam sejarah Melayu, namun warisannya tetap bertahan dalam bentuk budaya, agama, dan struktur politik di kesultanan-kesultanan Melayu berikutnya.
3.3. Pemerintahan Kolonial Eropa

Pada tahun 1511, Melaka ditaklukkan oleh Portugal, yang menandai dimulainya era kolonialisme Eropa di wilayah tersebut. Kekuasaan Portugis di Melaka berlangsung selama lebih dari satu abad, di mana mereka membangun benteng A Famosa dan berusaha mengendalikan jalur perdagangan rempah-rempah. Namun, pemerintahan Portugis sering menghadapi perlawanan dari kesultanan-kesultanan Melayu lainnya dan kekuatan regional seperti Kesultanan Aceh.
Pada tahun 1641, Belanda, yang bersekutu dengan Kesultanan Johor, berhasil merebut Melaka dari tangan Portugis. Belanda kemudian mendominasi perdagangan di Selat Malaka, meskipun pengaruh mereka di pedalaman Semenanjung Malaya relatif terbatas.

Pada tahun 1786, Kekaisaran Britania mulai membangun kehadirannya di Malaya ketika Sultan Kedah menyewakan Pulau Pinang kepada British East India Company. Inggris kemudian memperoleh kota Singapura pada tahun 1819, dan pada tahun 1824 mengambil alih kendali Melaka setelah Traktat Anglo-Belanda. Pada tahun 1826, Inggris secara langsung mengendalikan Penang, Melaka, Singapura, dan pulau Labuan, yang mereka bentuk sebagai koloni mahkota Negeri-Negeri Selat.
Menjelang abad ke-20, negara-negara bagian Pahang, Selangor, Perak, dan Negeri Sembilan, yang dikenal sebagai Negeri-Negeri Melayu Bersekutu, memiliki residen Inggris yang ditunjuk untuk menasihati para penguasa Melayu, di mana para penguasa terikat untuk tunduk pada nasihat tersebut berdasarkan perjanjian. Lima negara bagian lainnya di semenanjung, yang dikenal sebagai Negeri-Negeri Melayu Tidak Bersekutu, meskipun tidak secara langsung di bawah pemerintahan Inggris, juga menerima penasihat Inggris sekitar pergantian abad ke-20. Pembangunan di semenanjung dan Borneo umumnya terpisah hingga abad ke-19. Di bawah pemerintahan Inggris, imigrasi orang Tionghoa dan India untuk bekerja sebagai buruh didorong, yang kemudian membentuk masyarakat multietnis di Malaysia. Wilayah yang sekarang menjadi Sabah berada di bawah kendali Inggris sebagai Borneo Utara ketika Kesultanan Brunei dan Kesultanan Sulu mengalihkan hak kepemilikan wilayah masing-masing antara tahun 1877 dan 1878. Pada tahun 1842, Sarawak diserahkan oleh Sultan Brunei kepada James Brooke, yang keturunannya memerintah sebagai Raja Putih atas kerajaan merdeka hingga tahun 1946, ketika Sarawak menjadi koloni mahkota.
Pemerintahan kolonial Eropa membawa perubahan signifikan dalam struktur politik, ekonomi, dan sosial di wilayah tersebut. Meskipun pembangunan infrastruktur dan eksploitasi sumber daya alam memberikan keuntungan ekonomi bagi penjajah, kebijakan-kebijakan kolonial sering kali merugikan penduduk pribumi, menciptakan ketidaksetaraan, dan menjadi dasar bagi ketegangan etnis di masa depan.
3.4. Perang Dunia II dan Pendudukan Jepang
Pada Perang Dunia Kedua, Angkatan Darat Jepang menginvasi dan menduduki Malaya, Borneo Utara, Sarawak, dan Singapura selama lebih dari tiga tahun, dari tahun 1941 hingga 1945. Invasi Jepang dimulai dengan pendaratan di Kota Bharu, Kelantan, pada tanggal 8 Desember 1941, bersamaan dengan serangan terhadap Pearl Harbor. Pasukan Jepang dengan cepat mengalahkan pasukan Inggris dan Sekutu, yang sebagian besar tidak siap menghadapi taktik perang Jepang yang agresif.
Selama masa pendudukan, ketegangan etnis meningkat dan nasionalisme tumbuh. Kebijakan Jepang yang keras dan diskriminatif, terutama terhadap komunitas Tionghoa, memicu perlawanan. Banyak orang Tionghoa bergabung dengan gerakan gerilya anti-Jepang, seperti Tentara Rakyat Malaya Anti-Jepang (MPAJA), yang sebagian besar berhaluan komunis. Di sisi lain, beberapa kelompok Melayu awalnya menyambut baik Jepang sebagai pembebas dari penjajahan Inggris, meskipun sentimen ini berubah seiring dengan kebrutalan pendudukan Jepang. Pendudukan Jepang juga menyebabkan penderitaan ekonomi yang parah, dengan kekurangan makanan dan barang-barang kebutuhan pokok.
Kekalahan Jepang pada tahun 1945 dan kembalinya pemerintahan Inggris tidak serta-merta memulihkan stabilitas. Pengalaman pendudukan telah melemahkan mitos superioritas Eropa dan memicu semangat nasionalisme yang lebih kuat di kalangan penduduk Malaya. Latar belakang konflik etnis yang diperburuk selama masa pendudukan, serta tumbuhnya kesadaran politik dan nasionalisme, menjadi faktor penting dalam perjuangan menuju kemerdekaan di tahun-tahun berikutnya.
3.5. Jalan Menuju Kemerdekaan
Setelah Perang Dunia II, rencana Inggris untuk menyatukan administrasi Malaya di bawah satu koloni mahkota yang disebut Uni Malaya mendapat penentangan kuat dari orang Melayu. Mereka menentang pelemahan kekuasaan para penguasa Melayu dan pemberian kewarganegaraan kepada etnis Tionghoa dan imigran lainnya. Uni Malaya, yang didirikan pada tahun 1946 dan terdiri dari semua wilayah kekuasaan Inggris di Semenanjung Malaya kecuali Singapura, dengan cepat dibubarkan. Pada tanggal 1 Februari 1948, Uni Malaya digantikan oleh Federasi Malaya, yang memulihkan otonomi para penguasa negara-negara Melayu di bawah perlindungan Inggris.
Selama periode ini, pemberontak yang sebagian besar terdiri dari etnis Tionghoa di bawah kepemimpinan Partai Komunis Malaya melancarkan operasi gerilya yang dirancang untuk memaksa Inggris keluar dari Malaya. Darurat Malaya (1948-1960) melibatkan kampanye anti-pemberontakan yang panjang oleh pasukan Persemakmuran di Malaya. Keadaan darurat ini berdampak besar pada masyarakat, dengan pembatasan pergerakan, program pemukiman kembali paksa (Kampung Baru), dan tindakan keras terhadap mereka yang dicurigai mendukung komunis. Meskipun berhasil menekan pemberontakan, Darurat Malaya meninggalkan warisan ketegangan etnis dan memperkuat peran militer dalam politik negara.
Gerakan kemerdekaan Malaya dipimpin oleh Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO), yang kemudian membentuk aliansi dengan Kongres India Malaysia (MIC) dan Asosiasi Tionghoa Malaysia (MCA), yang dikenal sebagai Partai Perikatan. Tokoh kunci dalam gerakan ini adalah Tunku Abdul Rahman dari UMNO. Melalui negosiasi dengan pemerintah Inggris, Federasi Malaya akhirnya mencapai kemerdekaan pada tanggal 31 Agustus 1957, dan menjadi anggota independen Persemakmuran Bangsa-Bangsa. Kemerdekaan ini diraih melalui jalur damai, namun tantangan besar menanti negara muda ini, termasuk isu-isu integrasi nasional, pembangunan ekonomi, dan keamanan regional.
3.6. Pembentukan Federasi Malaysia dan Tantangan Awal
Setelah kemerdekaan Federasi Malaya pada tahun 1957, sebuah rencana komprehensif dirancang untuk menyatukan Malaya dengan koloni-koloni mahkota Inggris yaitu Borneo Utara (dikenal sebagai Sabah setelah bergabung), Sarawak, dan Singapura. Federasi yang diusulkan ini awalnya dijadwalkan terbentuk pada tanggal 31 Agustus 1963, bertepatan dengan peringatan kemerdekaan Malaya. Namun, karena perlunya melakukan survei mengenai tingkat dukungan terhadap federasi di Sabah dan Sarawak oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa, sebagaimana diminta oleh para penentang federasi seperti Sukarno dari Indonesia dan Partai Rakyat Bersatu Sarawak, tanggal pembentukan federasi ditunda hingga 16 September 1963. Pada tanggal tersebut, Federasi Malaysia secara resmi terbentuk.
Pembentukan federasi ini membawa serta ketegangan yang meningkat, termasuk konfrontasi dengan Indonesia yang menentang pembentukan Malaysia dan menganggapnya sebagai proyek neokolonialisme Inggris. Selain itu, terjadi konflik berkelanjutan melawan komunis di Borneo dan Semenanjung Malaya, yang meningkat menjadi Pemberontakan Komunis Sarawak dan Darurat Malaya Kedua. Isu-isu lain termasuk serangan lintas batas ke Sabah oleh perompak Moro dari pulau-pulau selatan Filipina.
Salah satu tantangan awal terbesar adalah pengusiran Singapura dari Federasi pada tanggal 9 Agustus 1965. Perbedaan politik dan ideologi yang mendasar antara pemerintah federal pimpinan UMNO dan pemerintah negara bagian Singapura pimpinan PAP, terutama terkait isu-isu hak istimewa Melayu dan konsep "Malaysian Malaysia" yang diusung oleh Lee Kuan Yew, menyebabkan perpecahan yang tak terhindarkan.
Konflik etnis juga menjadi tantangan signifikan. Ketegangan rasial memuncak dalam kerusuhan ras 13 Mei pada tahun 1969 di Kuala Lumpur, menyusul hasil pemilihan umum yang menunjukkan penurunan dukungan terhadap partai pemerintah. Peristiwa ini mengakibatkan penangguhan parlemen, deklarasi keadaan darurat, dan pembentukan Majelis Gerakan Negara (MAGERAN) yang memerintah dengan dekret. Peristiwa 13 Mei menjadi titik balik dalam sejarah Malaysia, yang mengarah pada implementasi Dasar Ekonomi Baru yang bertujuan untuk mengatasi ketidakseimbangan ekonomi antaretnis, meskipun kebijakan ini sendiri juga kontroversial dan berdampak pada hubungan antar etnis dan hak asasi manusia.
3.7. Malaysia Modern

Setelah kerusuhan ras 13 Mei 1969, Dasar Ekonomi Baru (DEB) yang kontroversial diluncurkan oleh Perdana Menteri Tun Abdul Razak, dengan tujuan untuk meningkatkan bagian ekonomi yang dipegang oleh bumiputera (istilah yang mencakup orang Melayu dan suku-suku pribumi lainnya). Kebijakan ini memberikan perlakuan istimewa kepada bumiputera dalam bidang pekerjaan, pendidikan, beasiswa, bisnis, dan akses ke perumahan murah serta tabungan yang dibantu. Meskipun DEB bertujuan mengurangi kemiskinan dan merestrukturisasi masyarakat untuk menghilangkan identifikasi ras dengan fungsi ekonomi, pelaksanaannya sering dikritik karena dianggap diskriminatif terhadap kelompok non-bumiputera dan berkontribusi pada politik patronase serta korupsi.
Di bawah pemerintahan Perdana Menteri Mahathir Mohamad, yang dimulai pada tahun 1980-an, Malaysia mengalami periode pertumbuhan ekonomi yang pesat dan urbanisasi. Ekonomi beralih dari berbasis pertanian menjadi berbasis manufaktur dan industri. Sejumlah proyek mega diselesaikan, seperti Menara Kembar Petronas, Lebuhraya Utara-Selatan, Koridor Raya Multimedia, dan ibu kota administratif federal baru, Putrajaya. Era Mahathir juga ditandai dengan kebijakan "Wawasan 2020" yang bertujuan menjadikan Malaysia negara maju sepenuhnya pada tahun 2020. Namun, masa pemerintahannya juga diwarnai dengan kritik terhadap pengekangan kebebasan sipil, penggunaan Akta Keselamatan Dalam Negeri untuk menahan lawan politik, dan pelemahan institusi demokrasi seperti peradilan.
Pada akhir tahun 1990-an, krisis keuangan Asia berdampak pada negara ini, hampir menyebabkan jatuhnya mata uang, pasar saham, dan pasar properti; namun, Malaysia kemudian pulih, sebagian melalui kebijakan pengendalian modal yang tidak konvensional yang diterapkan oleh Mahathir, yang berbeda dari rekomendasi Dana Moneter Internasional.
Skandal 1MDB menjadi skandal korupsi global besar yang melibatkan Perdana Menteri saat itu, Najib Razak, pada tahun 2015. Skandal ini, bersama dengan isu-isu lain seperti meningkatnya biaya hidup dan ketidakpuasan terhadap pemerintahan Barisan Nasional yang telah lama berkuasa, berkontribusi pada perubahan bersejarah dalam pemilihan umum 2018, di mana koalisi oposisi Pakatan Harapan berhasil mengalahkan Barisan Nasional untuk pertama kalinya sejak kemerdekaan.
Namun, pemerintahan Pakatan Harapan tidak bertahan lama. Pada tahun 2020-an, negara ini dilanda krisis politik yang bertepatan dengan krisis kesehatan dan ekonomi yang disebabkan oleh pandemi COVID-19. Ini kemudian diikuti oleh pemilihan umum lebih awal pada November 2022, yang menghasilkan parlemen gantung pertama dalam sejarah negara itu. Pada tanggal 24 November 2022, Anwar Ibrahim dilantik sebagai Perdana Menteri ke-10, memimpin pemerintahan koalisi besar. Perubahan politik dan sosial ini terus membentuk lanskap Malaysia modern, dengan isu-isu seperti reformasi kelembagaan, hak asasi manusia, kesetaraan etnis, dan pembangunan berkelanjutan menjadi agenda utama.
4. Geografi
Geografi Malaysia mencakup bentang alam yang beragam, mulai dari dataran pantai hingga pegunungan tinggi seperti Gunung Kinabalu, serta iklim khatulistiwa yang dipengaruhi monsun. Negara ini juga dikenal dengan keanekaragaman hayati yang kaya, menjadikannya salah satu negara megadiverse, meskipun menghadapi tantangan lingkungan seperti deforestasi.
4.1. Bentang Alam

Malaysia adalah negara terbesar ke-66 berdasarkan luas daratan total, dengan luas total 330.80 K km2. Negara ini memiliki perbatasan darat dengan Thailand di Malaysia Barat, dan Indonesia serta Brunei di Malaysia Timur. Malaysia terhubung dengan Singapura melalui sebuah tambak sempit dan sebuah jembatan. Negara ini juga memiliki perbatasan laut dengan Vietnam dan Filipina. Perbatasan darat sebagian besar ditentukan oleh fitur geologis seperti Sungai Perlis, Sungai Golok, dan Kanal Pagalayan, sementara beberapa perbatasan laut menjadi subjek sengketa yang berkelanjutan. Brunei membentuk wilayah yang hampir merupakan daerah kantong di Malaysia, dengan negara bagian Sarawak membaginya menjadi dua bagian. Malaysia adalah satu-satunya negara dengan wilayah di daratan Asia dan kepulauan Melayu. Selat Malaka, yang terletak di antara Sumatra dan Semenanjung Malaysia, adalah salah satu jalur pelayaran terpenting dalam perdagangan global, membawa 40 persen perdagangan dunia.
Dua bagian Malaysia, yang dipisahkan satu sama lain oleh Laut Tiongkok Selatan, memiliki lanskap yang sebagian besar serupa yaitu Semenanjung dan Malaysia Timur memiliki dataran pantai yang menanjak menjadi perbukitan dan pegunungan. Semenanjung Malaysia, yang mencakup 40 persen luas daratan Malaysia, membentang 740 km dari utara ke selatan, dan lebar maksimumnya adalah 322 km. Wilayah ini dibagi antara pantai timur dan baratnya oleh Pegunungan Titiwangsa, yang menjulang hingga ketinggian puncak 2.18 K m di Gunung Korbu, bagian dari serangkaian pegunungan yang membentang di tengah semenanjung. Pegunungan ini sebagian besar berhutan lebat, dan terutama terdiri dari granit dan batuan beku lainnya. Sebagian besar telah terkikis, menciptakan lanskap karst. Pegunungan ini merupakan hulu dari beberapa sistem sungai di Semenanjung Malaysia. Dataran pantai yang mengelilingi semenanjung mencapai lebar maksimum 50 km, dan garis pantai semenanjung hampir sepanjang 1.93 K km, meskipun pelabuhan hanya tersedia di sisi barat.
Malaysia Timur, di pulau Borneo, memiliki garis pantai sepanjang 2.61 K km. Wilayah ini dibagi antara daerah pesisir, perbukitan dan lembah, serta pedalaman pegunungan. Pegunungan Crocker membentang ke utara dari Sarawak, membagi negara bagian Sabah. Di sinilah terletak Gunung Kinabalu setinggi 4.09 K m, gunung tertinggi di Malaysia. Gunung Kinabalu terletak di Taman Nasional Kinabalu, yang dilindungi sebagai salah satu dari empat Situs Warisan Dunia UNESCO di Malaysia. Pegunungan tertinggi membentuk perbatasan antara Malaysia dan Indonesia. Sarawak memiliki Gua Mulu, sistem gua terbesar di dunia, di Taman Nasional Gunung Mulu yang juga merupakan Situs Warisan Dunia. Sungai terbesar di Malaysia adalah Sungai Rajang. Di sekitar dua bagian Malaysia ini terdapat banyak pulau, yang terbesar adalah Banggi.
4.2. Iklim
Iklim lokal adalah iklim khatulistiwa dan ditandai oleh monsun barat daya tahunan (April hingga Oktober) dan timur laut (Oktober hingga Februari). Suhu dimoderasi oleh keberadaan lautan di sekitarnya. Kelembapan biasanya tinggi, dan curah hujan tahunan rata-rata adalah 250 cm. Iklim Semenanjung dan Malaysia Timur berbeda, karena iklim di semenanjung secara langsung dipengaruhi oleh angin dari daratan, berbeda dengan cuaca yang lebih maritim di Timur. Iklim lokal dapat dibagi menjadi tiga wilayah, dataran tinggi, dataran rendah, dan pesisir. Perubahan iklim akan menyebabkan kenaikan permukaan laut dan peningkatan curah hujan, meningkatkan risiko banjir dan menyebabkan kekeringan. Suhu rata-rata tahunan berkisar antara 25°C hingga 28°C, dengan variasi suhu harian yang kecil. Kelembapan relatif yang tinggi, seringkali melebihi 80%, membuat cuaca terasa panas dan lembap sepanjang tahun. Daerah dataran tinggi seperti Cameron Highlands dan Genting Highlands memiliki suhu yang lebih sejuk.
4.3. Keanekaragaman Hayati dan Lingkungan

Malaysia menandatangani Konvensi Keanekaragaman Hayati Rio pada 12 Juni 1993, dan menjadi pihak dalam konvensi tersebut pada 24 Juni 1994. Selanjutnya, Malaysia telah menghasilkan Strategi dan Rencana Aksi Keanekaragaman Hayati Nasional, yang diterima oleh konvensi pada 16 April 1998. Negara ini adalah negara megadiverse dengan jumlah spesies yang tinggi dan tingkat endemisme yang tinggi. Diperkirakan Malaysia memiliki 20 persen spesies hewan dunia. Tingkat endemisme yang tinggi ditemukan di berbagai hutan pegunungan Borneo, karena spesies terisolasi satu sama lain oleh hutan dataran rendah.
Ada sekitar 210 spesies mamalia di negara ini. Lebih dari 620 spesies burung telah tercatat di Semenanjung Malaysia, dengan banyak yang endemik di pegunungan di sana. Sejumlah besar spesies burung endemik juga ditemukan di Borneo Malaysia. 250 spesies reptil telah tercatat di negara ini, dengan sekitar 150 spesies ular dan 80 spesies kadal. Ada sekitar 150 spesies katak, dan ribuan spesies serangga. Zona ekonomi eksklusif Malaysia adalah 866791321 K m2 (334.67 K mile2) dan 1,5 kali lebih besar dari luas daratannya, sebagian besar berada di Laut Tiongkok Selatan. Beberapa perairannya berada di Segitiga Terumbu Karang, sebuah titik panas keanekaragaman hayati. Perairan di sekitar Pulau Sipadan adalah yang paling beragam secara hayati di dunia. Berbatasan dengan Malaysia Timur, Laut Sulu adalah titik panas keanekaragaman hayati, dengan sekitar 600 spesies karang dan 1200 spesies ikan. Keanekaragaman hayati gua-gua Malaysia yang unik selalu menarik pecinta ekowisata dari seluruh dunia.
Hampir 4.000 spesies jamur, termasuk spesies pembentuk lumut kerak, telah tercatat dari Malaysia. Dari dua kelompok jamur dengan jumlah spesies terbesar di Malaysia, Ascomycota dan tahap aseksualnya telah disurvei di beberapa habitat (kayu lapuk, ekosistem laut dan air tawar, sebagai parasit beberapa tumbuhan, dan sebagai agen biodegradasi), tetapi belum atau hanya sedikit disurvei di habitat lain (sebagai endobion, di tanah, di kotoran hewan, sebagai patogen manusia dan hewan); Basidiomycota hanya disurvei sebagian: jamur braket, serta jamur payung dan jamur beracun telah dipelajari, tetapi jamur karat dan jamur hangus Malaysia masih sangat sedikit diketahui. Tidak diragukan lagi, masih banyak spesies jamur di Malaysia yang belum tercatat, dan kemungkinan besar banyak di antaranya, ketika ditemukan, akan menjadi baru bagi ilmu pengetahuan.

Sekitar dua pertiga Malaysia tertutup hutan pada tahun 2007, dengan beberapa hutan diyakini berusia 130 juta tahun. Hutan-hutan didominasi oleh dipterokarpa. Hutan dataran rendah meliputi area di bawah 760 m, dan dulunya Malaysia Timur tertutup oleh hutan hujan seperti itu, yang didukung oleh iklimnya yang panas dan basah. Ada sekitar 14.500 spesies tumbuhan berbunga dan pohon. Selain hutan hujan, ada lebih dari 1.43 K km2 hutan bakau di Malaysia, dan sejumlah besar hutan gambut. Di ketinggian yang lebih tinggi, pohon ek, kastanye, dan rhododendron menggantikan dipterokarpa. Diperkirakan ada 8.500 spesies tumbuhan vaskular di Semenanjung Malaysia, dengan 15.000 lainnya di Timur. Hutan-hutan Malaysia Timur diperkirakan menjadi habitat bagi sekitar 2.000 spesies pohon, dan merupakan salah satu daerah paling beragam secara hayati di dunia, dengan 240 spesies pohon yang berbeda setiap hektar. Hutan-hutan ini menjadi rumah bagi banyak anggota genus Rafflesia, bunga terbesar di dunia, dengan diameter maksimum 1 m.
Pembalakan liar, bersama dengan praktik budidaya, telah merusak tutupan pohon, menyebabkan degradasi lingkungan yang parah di negara ini. Lebih dari 80 persen hutan hujan Sarawak telah ditebang. Banjir di Malaysia Timur diperburuk oleh hilangnya pohon, dan lebih dari 60 persen hutan semenanjung telah ditebangi. Dengan laju deforestasi saat ini, terutama untuk industri minyak kelapa sawit, hutan diprediksi akan punah pada tahun 2020. Deforestasi merupakan masalah besar bagi hewan, jamur, dan tumbuhan, yang menyebabkan spesies seperti Begonia eiromischa punah. Sebagian besar hutan yang tersisa ditemukan di dalam cagar alam dan taman nasional. Perusakan habitat telah terbukti menjadi ancaman bagi kehidupan laut. Penangkapan ikan ilegal adalah ancaman besar lainnya, dengan metode penangkapan ikan seperti penangkapan ikan dengan dinamit dan peracunan yang menghabiskan ekosistem laut. Jumlah penyu belimbing telah turun 98 persen sejak tahun 1950-an. Perburuan juga menjadi masalah bagi beberapa hewan, dengan konsumsi berlebih dan penggunaan bagian-bagian hewan untuk keuntungan membahayakan banyak hewan, dari kehidupan laut hingga harimau. Kehidupan laut juga sangat dipengaruhi oleh pariwisata yang tidak terkendali. Industri kelapa sawit, meskipun penting bagi ekonomi, telah menyebabkan deforestasi luas, hilangnya habitat bagi spesies seperti orangutan, dan masalah sosial terkait hak tanah adat dan kondisi pekerja. Pemerintah Malaysia bertujuan untuk menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi dengan perlindungan lingkungan, tetapi dituduh lebih memihak bisnis besar daripada lingkungan. Beberapa pemerintah negara bagian sekarang mencoba untuk mengatasi dampak lingkungan dan polusi yang disebabkan oleh deforestasi; dan pemerintah federal mencoba untuk mengurangi penebangan sebesar 10 persen setiap tahun. Sebanyak 28 taman nasional telah didirikan, 23 di Malaysia Timur dan lima di semenanjung. Pariwisata telah dibatasi di daerah-daerah yang beragam secara hayati seperti pulau Sipadan. Perdagangan satwa liar adalah masalah besar, dan pemerintah Malaysia telah mengadakan pembicaraan dengan pemerintah Brunei dan Indonesia untuk menstandardisasi undang-undang anti-perdagangan. Upaya konservasi, termasuk perluasan kawasan lindung dan penegakan hukum yang lebih ketat terhadap pembalakan liar dan perburuan, sangat penting untuk melindungi keanekaragaman hayati Malaysia yang unik.
5. Politik
Sistem politik Malaysia adalah monarki konstitusional federal elektif dengan pembagian kekuasaan antara eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Yang di-Pertuan Agong menjabat sebagai kepala negara, sementara Perdana Menteri memimpin kabinet. Parlemen bikameral menjalankan fungsi legislatif. Sistem peradilan didasarkan pada hukum umum Inggris dengan tambahan Mahkamah Syariah. Politik Malaysia sangat dipengaruhi oleh komposisi etnis, dengan partai-partai besar seringkali berbasis etnis, dan isu hak asasi manusia menjadi perhatian penting.
5.1. Struktur Pemerintahan
Malaysia adalah sebuah negara federasi monarki konstitusional elektif dan satu-satunya negara federal di Asia Tenggara. Sistem pemerintahannya sangat mirip dengan sistem parlementer Westminster, sebuah warisan dari pemerintahan Inggris. Bentuk pemerintahan ini didasarkan pada prinsip pembagian kekuasaan antara cabang legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Parlemen federal bikameral terdiri dari Dewan Rakyat (majelis rendah) dan Dewan Negara (majelis tinggi). Kekuasaan eksekutif dipegang oleh Kabinet yang dipimpin oleh Perdana Menteri. Sistem peradilan didasarkan pada hukum umum Inggris, dengan Mahkamah Persekutuan sebagai pengadilan tertinggi. Struktur federal memberikan otonomi tertentu kepada negara-negara bagian, masing-masing dengan majelis legislatif dan pemerintahannya sendiri, meskipun kekuasaan pemerintah federal tetap dominan.
5.2. Kepala Negara
Kepala negara Malaysia adalah Yang di-Pertuan Agong, yang biasa disebut Raja. Yang di-Pertuan Agong dipilih untuk masa jabatan lima tahun oleh dan dari antara sembilan penguasa turun-temurun dari Negeri-negeri Melayu. Empat negara bagian lainnya, yang memiliki Gubernur tituler, tidak berpartisipasi dalam pemilihan. Berdasarkan kesepakatan tidak resmi, posisi tersebut dirotasi di antara kesembilan penguasa, dan saat ini dijabat oleh Ibrahim Iskandar dari Johor sejak 31 Januari 2024. Peran Raja sebagian besar bersifat seremonial sejak perubahan konstitusi pada 1994, termasuk dalam memilih menteri dan anggota majelis tinggi. Namun, Raja memiliki beberapa wewenang konstitusional penting, seperti membubarkan Parlemen atas nasihat Perdana Menteri, memberikan pengampunan, dan menjadi panglima tertinggi angkatan bersenjata. Kedudukan Raja sebagai simbol persatuan dan penjaga adat istiadat Melayu serta agama Islam sangat dihormati.
5.3. Eksekutif
Kekuasaan eksekutif dipegang oleh Kabinet, yang dipimpin oleh Perdana Menteri. Perdana Menteri harus merupakan anggota Dewan Rakyat, yang menurut pendapat Yang di-Pertuan Agong, mendapat dukungan mayoritas anggota. Kabinet dipilih dari anggota kedua majelis Parlemen. Perdana Menteri adalah kepala kabinet sekaligus kepala pemerintahan. Kementerian-kementerian utama pemerintah, seperti Kementerian Keuangan, Kementerian Dalam Negeri, dan Kementerian Luar Negeri, menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan sehari-hari. Fungsi eksekutif mencakup pelaksanaan undang-undang, pengelolaan administrasi negara, dan perumusan kebijakan publik. Dalam praktiknya, kekuasaan eksekutif di Malaysia cenderung kuat, dengan Perdana Menteri memiliki pengaruh yang signifikan dalam pengambilan keputusan.
5.4. Legislatif
Kekuasaan legislatif dibagi antara legislatif federal dan negara bagian. Parlemen federal bikameral terdiri dari majelis rendah, Dewan Rakyat, dan majelis tinggi, Dewan Negara. Dewan Rakyat yang beranggotakan 222 orang dipilih untuk masa jabatan maksimum lima tahun dari daerah pemilihan anggota tunggal. Semua 70 senator menjabat selama tiga tahun; 26 dipilih oleh 13 majelis negara bagian, dan 44 sisanya diangkat oleh Raja atas rekomendasi Perdana Menteri. Parlemen mengikuti sistem multipartai dan pemerintah dipilih melalui sistem first-past-the-post. Pemilihan umum parlemen diadakan setidaknya sekali setiap lima tahun. Sebelum tahun 2018, hanya pemilih terdaftar berusia 21 tahun ke atas yang dapat memilih anggota Dewan Rakyat dan, di sebagian besar negara bagian, untuk majelis legislatif negara bagian. Pemungutan suara tidak wajib. Pada Juli 2019, sebuah RUU untuk menurunkan usia memilih menjadi 18 tahun secara resmi disahkan. Proses legislatif melibatkan pembacaan RUU di kedua majelis, perdebatan, dan persetujuan kerajaan sebelum menjadi undang-undang. Fungsi utama legislatif adalah membuat undang-undang, mengawasi pemerintah, dan menyetujui anggaran negara.
5.5. Yudikatif
Sistem hukum Malaysia didasarkan pada hukum umum Inggris. Meskipun badan yudikatif secara teoretis independen, independensinya dipertanyakan dan pengangkatan hakim kurang akuntabel dan transparan. Pengadilan tertinggi dalam sistem peradilan adalah Mahkamah Persekutuan, diikuti oleh Mahkamah Rayuan dan dua Mahkamah Tinggi, satu untuk Semenanjung Malaysia dan satu untuk Malaysia Timur. Malaysia juga memiliki pengadilan khusus untuk mengadili kasus-kasus yang diajukan oleh atau terhadap keluarga kerajaan. Selain itu, terdapat sistem Mahkamah Syariah yang memiliki yurisdiksi atas umat Islam dalam hal-hal yang berkaitan dengan hukum keluarga Islam dan beberapa pelanggaran agama. Keputusan Mahkamah Syariah tidak dapat ditinjau oleh pengadilan sipil. Independensi dan integritas yudikatif merupakan isu penting dalam pembangunan demokrasi di Malaysia, terutama setelah beberapa krisis konstitusional dan tuduhan campur tangan eksekutif di masa lalu.
5.6. Partai Politik dan Pemilihan Umum

Malaysia menganut sistem multipartai, meskipun secara historis didominasi oleh satu koalisi, yaitu Barisan Nasional (BN), yang berkuasa sejak kemerdekaan hingga tahun 2018. Partai komponen utama BN adalah Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO), Asosiasi Tionghoa Malaysia (MCA), dan Kongres India Malaysia (MIC). Koalisi oposisi utama saat ini adalah Pakatan Harapan (PH), yang sempat berkuasa setelah pemilihan umum 2018, dan komponen utamanya termasuk Partai Keadilan Rakyat (PKR) dan Partai Aksi Demokratik (DAP). Koalisi lain yang signifikan adalah Perikatan Nasional (PN), yang memerintah dari tahun 2020 hingga 2022. Sistem pemilihan umum menggunakan sistem first-past-the-post, yang sering dikritik karena dapat menghasilkan hasil yang tidak proporsional dan praktik gerrymandering. Pemilihan umum di Malaysia sering kali diwarnai dengan isu-isu etnisitas, patronase politik, dan tuduhan kecurangan pemilu. Hasil pemilihan umum utama, seperti pada tahun 2008, 2013, 2018, dan 2022, menunjukkan meningkatnya polarisasi politik dan pergeseran dukungan pemilih, yang mencerminkan dinamika demokrasi yang berkembang namun penuh tantangan. Reformasi sistem pemilihan umum, termasuk pembersihan daftar pemilih dan pembatasan dana kampanye, menjadi tuntutan penting dari masyarakat sipil.
5.7. Etnisitas dan Politik

Komposisi etnis memainkan peran yang sangat penting dan berpengaruh dalam politik Malaysia. Sebagian besar partai politik utama dibentuk berdasarkan garis etnis, seperti UMNO yang mewakili kepentingan Melayu, MCA untuk Tionghoa, dan MIC untuk India. Kebijakan Bumiputera, yang memberikan hak istimewa kepada etnis Melayu dan pribumi lainnya, merupakan elemen sentral dalam politik Malaysia dan sering menjadi sumber perdebatan dan ketegangan. Kebijakan ini, yang awalnya bertujuan untuk mengatasi ketidaksetaraan ekonomi pasca-Peristiwa 13 Mei 1969, dikritik karena dianggap diskriminatif terhadap kelompok minoritas dan menghambat persaingan yang sehat. Dampaknya terhadap kelompok minoritas mencakup keterbatasan akses dalam pendidikan tinggi negeri, pekerjaan di sektor publik, dan peluang bisnis. Isu-isu politik terkait etnis lainnya termasuk perdebatan mengenai status bahasa, agama, dan budaya, serta representasi etnis dalam pemerintahan dan lembaga publik. Politik berbasis etnis ini sering kali dieksploitasi oleh elit politik untuk mempertahankan kekuasaan, yang dapat menghambat upaya menuju kesetaraan sosial yang lebih besar dan integrasi nasional yang sejati. Keseimbangan antara melindungi hak-hak mayoritas bumiputera dan memastikan keadilan bagi semua kelompok etnis tetap menjadi tantangan utama dalam politik Malaysia.
5.8. Hak Asasi Manusia
Situasi hak asasi manusia di Malaysia sering menjadi sorotan dan kritik dari organisasi hak asasi manusia domestik dan internasional. Kebebasan berekspresi dan kebebasan pers dibatasi oleh undang-undang seperti Akta Hasutan, Akta Mesin Cetak dan Penerbitan, dan Akta Komunikasi dan Multimedia, yang sering digunakan untuk membungkam kritik terhadap pemerintah dan membahas isu-isu sensitif. Penahanan tanpa pengadilan di bawah undang-undang seperti SOSMA juga menjadi perhatian.
Hak-hak minoritas, termasuk hak LGBT, sering kali tidak diakui atau dilindungi. Homoseksualitas dikriminalisasi, dan individu LGBT menghadapi diskriminasi dan kekerasan. Meskipun konstitusi menjamin kebebasan beragama, praktik agama non-Islam menghadapi beberapa batasan, dan isu konversi agama dari Islam menjadi sangat kontroversial.
Hukuman mati masih diterapkan untuk berbagai kejahatan, termasuk perdagangan narkoba, pembunuhan, dan terorisme, meskipun ada moratorium eksekusi sejak 2018 dan diskusi berkelanjutan mengenai penghapusannya.
Isu pekerja migran dan pengungsi juga signifikan. Malaysia menampung sejumlah besar pekerja migran, banyak di antaranya tidak berdokumen, yang rentan terhadap eksploitasi dan kondisi kerja yang buruk. Pengungsi dan pencari suaka, termasuk Rohingya, tidak memiliki status hukum formal dan menghadapi kesulitan dalam mengakses layanan dasar.
Kebijakan pemerintah terkait isu-isu ini sering kali tidak konsisten dan mendapat kritik. Meskipun ada beberapa upaya positif, seperti pembentukan Komisi Hak Asasi Manusia Malaysia (SUHAKAM), pengaruhnya terbatas. Masyarakat sipil, termasuk LSM hak asasi manusia dan kelompok aktivis, memainkan peran penting dalam mengadvokasi reformasi dan perlindungan hak asasi manusia yang lebih baik, meskipun mereka juga menghadapi tekanan dari pihak berwenang. Peningkatan kesadaran publik dan tekanan internasional terus mendorong perlunya reformasi yang lebih substantif dalam bidang hak asasi manusia di Malaysia.
6. Pembagian Administratif

Malaysia adalah sebuah federasi yang terdiri dari 13 negara bagian dan tiga wilayah federal. Sebelas negara bagian dan dua wilayah federal berada di Semenanjung Malaysia, sedangkan dua negara bagian lainnya dan satu wilayah federal membentuk Malaysia Timur. Pemerintahan negara bagian dibagi antara pemerintah federal dan negara bagian, dengan kekuasaan yang berbeda dicadangkan untuk masing-masing, dan pemerintah federal memiliki administrasi langsung atas wilayah federal. Setiap negara bagian memiliki Dewan Undangan Negeri unikameral yang anggotanya dipilih dari daerah pemilihan anggota tunggal. Pemerintah negara bagian dipimpin oleh Menteri Besar atau Ketua Menteri, yang merupakan anggota dewan negara bagian dari partai mayoritas di dewan tersebut. Di setiap negara bagian dengan penguasa turun-temurun, Menteri Besar biasanya harus seorang Melayu, yang ditunjuk oleh penguasa atas rekomendasi Perdana Menteri. Sabah dan Sarawak memiliki otonomi yang jauh lebih besar daripada negara bagian lainnya, terutama memiliki kebijakan dan kontrol imigrasi yang terpisah, serta status kependudukan yang unik.
Pembagian administratif ini mencerminkan sejarah kerajaan-kerajaan Melayu serta warisan kolonial Inggris.
Berikut adalah daftar 13 negara bagian (dengan ibu kota dalam tanda kurung) dan 3 wilayah federal:
- Johor (Johor Bahru)
- Kedah (Alor Setar)
- Kelantan (Kota Bharu)
- Melaka (Kota Melaka)
- Negeri Sembilan (Seremban)
- Pahang (Kuantan)
- Pulau Pinang (George Town)
- Perak (Ipoh)
- Perlis (Kangar)
- Selangor (Shah Alam)
- Sabah (Kota Kinabalu)
- Sarawak (Kuching)
- Terengganu (Kuala Terengganu)
Wilayah Federal:
- Wilayah Federal Kuala Lumpur
- Wilayah Federal Labuan (Victoria)
- Wilayah Federal Putrajaya
7. Hubungan Luar Negeri
Kebijakan luar negeri Malaysia berfokus pada netralitas, keamanan regional di Asia Tenggara, dan hubungan dengan negara Islam, sambil menjalin hubungan kompleks dengan negara tetangga dan negara besar, serta aktif berpartisipasi dalam organisasi internasional seperti ASEAN, PBB, dan OKI.
7.1. Hubungan dengan Negara Tetangga

Malaysia menjaga hubungan yang kompleks dengan negara-negara tetangganya di Asia Tenggara. Dengan Singapura, meskipun ada sejarah perpisahan yang penuh ketegangan, hubungan ekonomi sangat erat, terutama melalui perdagangan dan investasi. Namun, isu-isu seperti reklamasi tanah oleh Singapura, sengketa pasokan air, dan perbedaan pandangan politik kadang-kadang menimbulkan gesekan. Perspektif hak asasi manusia dan demokrasi di kedua negara juga sering dibandingkan, dengan Malaysia terkadang menunjukkan ruang sipil yang sedikit lebih terbuka dalam beberapa aspek.
Hubungan dengan Indonesia umumnya bersahabat, didasari oleh kesamaan budaya, bahasa, dan agama. Namun, hubungan ini juga diwarnai oleh sengketa wilayah maritim di Laut Sulawesi (kasus Sipadan-Ligitan yang dimenangkan Malaysia di Mahkamah Internasional) dan Laut Tiongkok Selatan, serta isu-isu pekerja migran Indonesia di Malaysia yang sering menghadapi perlakuan buruk dan kurangnya perlindungan hukum, yang menjadi keprihatinan dari sudut pandang hak asasi manusia. Klaim budaya atas warisan bersama seperti batik atau lagu daerah juga kadang memicu sentimen nasionalis di kedua negara.
Dengan Thailand, Malaysia bekerja sama dalam isu keamanan perbatasan, terutama terkait pemberontakan di Thailand Selatan yang berbatasan. Ada kekhawatiran mengenai potensi limpahan konflik dan perlindungan bagi pengungsi atau kombatan. Perdagangan lintas batas dan pariwisata penting bagi kedua negara.
Hubungan dengan Brunei umumnya baik, didukung oleh kesamaan budaya Melayu dan Islam. Sengketa perbatasan darat dan maritim sebagian besar telah diselesaikan. Keduanya adalah produsen minyak dan gas.
Dengan Filipina, hubungan diwarnai oleh klaim historis Filipina atas Sabah, yang meskipun tidak aktif dikejar, tetap menjadi isu laten. Serangan lintas batas oleh kelompok militan dari Filipina selatan ke Sabah juga menjadi masalah keamanan serius yang berdampak pada penduduk lokal dan memerlukan kerja sama keamanan. Isu pengungsi dari Filipina selatan di Sabah juga menjadi perhatian kemanusiaan.
Malaysia mengutamakan ASEAN sebagai landasan kebijakan luar negerinya, mempromosikan sentralitas ASEAN dan penyelesaian sengketa secara damai di kawasan, termasuk dalam isu Sengketa Laut Tiongkok Selatan. Dalam sengketa ini, Malaysia mengambil sikap yang lebih hati-hati dibandingkan beberapa negara ASEAN lainnya, namun tetap menegaskan hak kedaulatannya atas wilayah maritimnya yang tumpang tindih dengan klaim Tiongkok. Dampak sengketa ini terhadap nelayan lokal dan akses sumber daya menjadi perhatian.
7.2. Hubungan dengan Negara Besar

Malaysia menjaga hubungan diplomatik dan perdagangan yang penting dengan negara-negara besar seperti Tiongkok, Jepang, dan Amerika Serikat.
Tiongkok adalah mitra dagang terbesar Malaysia dan sumber investasi yang signifikan, terutama melalui Inisiatif Sabuk dan Jalan. Hubungan ini strategis namun kompleks, diwarnai oleh sengketa klaim maritim di Laut Tiongkok Selatan di mana Malaysia secara konsisten mempertahankan hak kedaulatannya meskipun menghadapi tekanan dari Tiongkok. Isu-isu hak asasi manusia di Tiongkok, seperti perlakuan terhadap Muslim Uighur, kadang-kadang menimbulkan keprihatinan di Malaysia yang mayoritas Muslim, meskipun pemerintah Malaysia cenderung tidak terlalu vokal dalam mengkritik Tiongkok karena pertimbangan ekonomi dan geopolitik.
Jepang adalah mitra dagang dan investor penting lainnya, dengan sejarah panjang kerja sama ekonomi, terutama melalui kebijakan "Look East Policy" yang dipelopori oleh Mahathir Mohamad. Hubungan ini umumnya positif, dengan fokus pada transfer teknologi, pendidikan, dan perdagangan. Isu hak asasi manusia jarang menjadi titik gesekan dalam hubungan bilateral ini.
Amerika Serikat adalah mitra penting dalam bidang keamanan, perdagangan, dan investasi. Kerja sama pertahanan cukup erat, termasuk latihan militer bersama. Namun, hubungan ini kadang diuji oleh kritik AS terhadap catatan hak asasi manusia dan demokrasi di Malaysia, seperti kebebasan pers, perlakuan terhadap pekerja migran, dan isu korupsi (misalnya, penyelidikan Departemen Kehakiman AS terkait skandal 1MDB). Malaysia, di sisi lain, terkadang mengkritik kebijakan luar negeri AS, terutama terkait isu Palestina.
Secara umum, Malaysia berusaha menyeimbangkan hubungannya dengan negara-negara besar ini, menghindari ketergantungan berlebihan pada satu pihak dan memaksimalkan kepentingan nasionalnya dalam kerangka kebijakan luar negeri yang pragmatis.
7.3. Kegiatan dalam Organisasi Internasional
Malaysia memainkan peran aktif dalam berbagai organisasi internasional, mencerminkan komitmennya terhadap multilateralisme dan kerja sama global.
Sebagai anggota pendiri ASEAN, Malaysia secara konsisten mendukung penguatan integrasi regional, sentralitas ASEAN dalam arsitektur keamanan regional, dan penyelesaian sengketa secara damai. Malaysia telah beberapa kali menjadi ketua ASEAN dan menjadi tuan rumah berbagai pertemuan penting.
Di PBB, Malaysia berpartisipasi aktif dalam berbagai badan dan program PBB. Malaysia telah beberapa kali menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB dan sering menyuarakan keprihatinan negara-negara berkembang serta isu-isu seperti Palestina dan reformasi PBB. Malaysia juga berkontribusi pada operasi penjaga perdamaian PBB di berbagai belahan dunia.
Sebagai negara mayoritas Muslim, Malaysia adalah anggota aktif OKI. Malaysia telah memainkan peran penting dalam mempromosikan solidaritas Islam, kerja sama ekonomi antar negara Muslim, dan menangani isu-isu yang dihadapi dunia Islam, termasuk moderasi dan kontra-terorisme. Malaysia juga pernah menjabat sebagai ketua OKI.
Sebagai bekas jajahan Inggris, Malaysia adalah anggota Persemakmuran Bangsa-Bangsa. Melalui Persemakmuran, Malaysia berpartisipasi dalam berbagai program kerja sama di bidang pendidikan, perdagangan, tata kelola pemerintahan yang baik, dan hak asasi manusia. Malaysia menjadi tuan rumah Pesta Olahraga Persemakmuran 1998 di Kuala Lumpur.
Selain itu, Malaysia juga merupakan anggota APEC, GNB, dan D-8. Keterlibatan Malaysia dalam organisasi-organisasi ini menunjukkan upayanya untuk memajukan kepentingan nasional, mempromosikan perdamaian dan keamanan internasional, serta mendorong pembangunan ekonomi dan sosial global, seringkali dengan menekankan perspektif negara berkembang dan prinsip-prinsip kedaulatan serta non-intervensi.
8. Pertahanan


Angkatan Tentera Malaysia (ATM) terdiri dari tiga cabang utama: Tentera Darat Malaysia (TDM), Tentera Laut Diraja Malaysia (TLDM), dan Tentera Udara Diraja Malaysia (TUDM). Tidak ada wajib militer di Malaysia, dan usia yang disyaratkan untuk dinas militer sukarela adalah 18 tahun. Anggaran pertahanan Malaysia sekitar 1,5% dari PDB negara, dan mempekerjakan sekitar 1,23% dari tenaga kerja Malaysia. Pasukan penjaga perdamaian Malaysia dari MALBATT telah berkontribusi pada banyak misi penjaga perdamaian PBB, seperti di Kongo, Iran-Irak, Namibia, Kamboja, Bosnia dan Herzegovina, Somalia, Kosovo, Timor Leste, dan Lebanon.
Kebijakan pertahanan utama Malaysia berfokus pada pertahanan kedaulatan teritorial, perlindungan kepentingan maritim, dan kontribusi terhadap keamanan regional dan internasional. Modernisasi angkatan bersenjata menjadi prioritas, dengan pengadaan aset-aset baru dan peningkatan kemampuan tempur.
Malaysia juga terlibat dalam kerja sama pertahanan dengan negara-negara tetangga dan mitra internasional. Perjanjian Pertahanan Lima Negara (FPDA) adalah inisiatif keamanan regional yang telah berlangsung selama hampir 40 tahun, melibatkan latihan militer gabungan antara Malaysia, Singapura, Australia, Selandia Baru, dan Inggris. Latihan gabungan dan permainan perang juga telah diadakan dengan Brunei, Tiongkok, India, Indonesia, Jepang, dan Amerika Serikat. Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam telah sepakat untuk menjadi tuan rumah latihan pasukan keamanan gabungan untuk mengamankan perbatasan maritim mereka dan mengatasi isu-isu seperti imigrasi ilegal, pembajakan, dan penyelundupan. Ada kekhawatiran sebelumnya bahwa kegiatan militan ekstremis di wilayah Muslim Filipina selatan dan Thailand selatan akan meluas ke Malaysia, sehingga Malaysia meningkatkan keamanan perbatasannya. Peningkatan kemampuan pertahanan dan kerja sama regional dianggap penting untuk menghadapi tantangan keamanan tradisional dan non-tradisional, termasuk terorisme, kejahatan lintas batas, dan sengketa maritim.
9. Ekonomi
Ekonomi Malaysia telah bertransformasi dari berbasis komoditas menjadi ekonomi industri baru yang terdiversifikasi, dengan sektor manufaktur dan jasa yang kuat. Meskipun mengalami pertumbuhan pesat, isu kesenjangan ekonomi antaretnis, dampak sosial kebijakan afirmatif, dan keberlanjutan lingkungan menjadi perhatian utama dalam pembangunan infrastruktur dan industri-industri kuncinya seperti elektronik, minyak kelapa sawit, serta minyak dan gas.
9.1. Pembangunan dan Struktur Ekonomi
Malaysia adalah ekonomi pasar yang relatif terbuka, berorientasi negara, dan negara industri baru. Sejak kemerdekaan pada tahun 1957, Malaysia telah mengalami transformasi ekonomi yang signifikan, beralih dari ekonomi yang bergantung pada komoditas primer (karet dan timah) menjadi ekonomi yang lebih terdiversifikasi dengan sektor manufaktur dan jasa yang kuat.
Proses pertumbuhan ekonomi dipercepat oleh Dasar Ekonomi Baru (DEB) yang diluncurkan pada tahun 1971 setelah kerusuhan ras 13 Mei 1969. Tujuan utama DEB adalah untuk memberantas kemiskinan dan merestrukturisasi masyarakat guna menghilangkan identifikasi ras dengan fungsi ekonomi. Kebijakan ini memberikan perlakuan istimewa kepada Bumiputera untuk meningkatkan partisipasi mereka dalam ekonomi. Meskipun DEB berhasil dalam beberapa aspek, seperti mengurangi kemiskinan absolut dan meningkatkan kepemilikan ekuitas Bumiputera, kebijakan ini juga dikritik karena menciptakan ketergantungan, mendorong politik patronase, dan berkontribusi pada kesenjangan pendapatan serta ketegangan etnis. Dampak sosial dari DEB, termasuk pengaruhnya terhadap hak asasi manusia dan kesetaraan, terus menjadi subjek perdebatan.
Struktur industri Malaysia telah berubah secara dramatis. Sektor pertanian, meskipun masih penting (terutama minyak kelapa sawit dan karet), kontribusinya terhadap PDB telah menurun. Sektor manufaktur, khususnya elektronik, menjadi pendorong utama pertumbuhan pada tahun 1980-an dan 1990-an. Saat ini, sektor jasa, termasuk pariwisata, keuangan, dan teknologi informasi, merupakan kontributor terbesar terhadap PDB.
Strategi pembangunan nasional seperti 'Wawasan 2020', yang diluncurkan oleh Perdana Menteri Mahathir Mohamad pada tahun 1991, bertujuan menjadikan Malaysia negara maju sepenuhnya pada tahun 2020. Meskipun target ini tidak sepenuhnya tercapai, Wawasan 2020 telah memberikan arah bagi pembangunan ekonomi selama beberapa dekade. Pencapaiannya meliputi peningkatan pendapatan per kapita, modernisasi infrastruktur, dan peningkatan kualitas hidup. Namun, tantangan tetap ada, termasuk perlunya meningkatkan produktivitas, inovasi, dan mengatasi kesenjangan keterampilan.
Pertimbangan aspek sosial seperti dampak lingkungan dari industrialisasi dan pertanian skala besar (misalnya, deforestasi akibat perkebunan kelapa sawit) dan hak-hak buruh (terutama bagi pekerja migran) menjadi semakin penting dalam agenda pembangunan Malaysia. Upaya menuju pembangunan berkelanjutan dan inklusif terus menjadi fokus kebijakan ekonomi.
9.2. Industri Utama

Ekonomi Malaysia didukung oleh beragam industri utama, yang masing-masing memiliki dampak sosial dan lingkungan yang perlu diperhatikan.
- Manufaktur: Sektor ini, khususnya elektronik dan kelistrikan (E&E), telah lama menjadi tulang punggung ekspor Malaysia. Negara ini adalah pemain global dalam perakitan dan pengujian semikonduktor serta produksi komponen elektronik lainnya. Industri otomotif juga berkembang dengan merek nasional seperti Proton dan Perodua, meskipun menghadapi persaingan ketat. Sektor manufaktur menyediakan banyak lapangan kerja, tetapi juga menimbulkan isu terkait kondisi kerja, upah, dan ketergantungan pada pekerja migran. Polusi industri dan pengelolaan limbah juga menjadi perhatian lingkungan.
- Pertanian: Minyak kelapa sawit adalah komoditas pertanian utama, dengan Malaysia menjadi salah satu produsen dan pengekspor terbesar di dunia. Industri ini memberikan kontribusi signifikan terhadap pendapatan ekspor dan lapangan kerja di daerah pedesaan. Namun, ekspansi perkebunan kelapa sawit telah dikaitkan dengan deforestasi luas, hilangnya keanekaragaman hayati (termasuk habitat orangutan), kebakaran hutan, dan konflik lahan dengan masyarakat adat. Isu hak-hak buruh di perkebunan, termasuk pekerja anak dan kerja paksa, juga menjadi sorotan internasional. Karet pernah menjadi komoditas utama, dan meskipun perannya telah menurun, Malaysia tetap menjadi produsen penting.
- Pertambangan: Minyak bumi dan gas alam merupakan sumber pendapatan negara yang signifikan, dikelola oleh perusahaan minyak nasional Petronas. Eksplorasi dan produksi minyak dan gas lepas pantai terus berlanjut. Industri ini padat modal dan teknologi, tetapi juga memiliki risiko lingkungan terkait tumpahan minyak dan dampak pada ekosistem laut. Pendapatan dari minyak dan gas telah mendanai banyak proyek pembangunan, tetapi fluktuasi harga global dapat memengaruhi stabilitas fiskal. Penambangan timah pernah mendominasi ekonomi, tetapi kini perannya kecil.
- Pariwisata: Sektor pariwisata adalah penyumbang penting bagi PDB dan devisa. Malaysia menawarkan beragam atraksi, mulai dari kota-kota bersejarah, pantai, pulau, hingga hutan hujan dan keanekaragaman hayati. Pariwisata medis juga berkembang. Dampak sosial pariwisata mencakup penciptaan lapangan kerja, tetapi juga potensi komodifikasi budaya dan tekanan pada infrastruktur lokal. Dampak lingkungan termasuk kerusakan terumbu karang, polusi, dan tekanan pada sumber daya alam di destinasi populer.
- Keuangan: Sektor jasa keuangan, termasuk perbankan konvensional dan keuangan Islam, telah berkembang pesat. Malaysia telah memposisikan dirinya sebagai pusat global untuk keuangan Islam. Sektor ini mendukung kegiatan ekonomi lainnya dan menyediakan lapangan kerja bagi tenaga terampil. Tata kelola yang baik dan stabilitas sektor keuangan penting untuk pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
Pemerintah Malaysia terus berupaya untuk mendiversifikasi ekonomi dan beralih ke industri bernilai tambah lebih tinggi, sambil mencoba menyeimbangkan pertumbuhan dengan keberlanjutan sosial dan lingkungan.
9.3. Perdagangan
Perdagangan internasional memainkan peran vital dalam ekonomi Malaysia, difasilitasi oleh lokasinya yang strategis di sepanjang Selat Malaka, salah satu jalur pelayaran tersibuk di dunia. Malaysia secara konsisten mempertahankan surplus perdagangan.
Komoditas Ekspor Utama:
Produk ekspor utama Malaysia meliputi:
- Produk elektronik dan kelistrikan (E&E), terutama semikonduktor dan sirkuit terpadu.
- Minyak bumi mentah dan produk minyak bumi olahan.
- Gas alam cair (LNG).
- Minyak kelapa sawit dan produk berbasis kelapa sawit.
- Produk karet (seperti sarung tangan karet).
- Produk kimia.
- Mesin dan peralatan transportasi.
- Produk kayu dan furnitur.
Komoditas Impor Utama:
Produk impor utama Malaysia meliputi:
- Mesin dan peralatan transportasi.
- Produk elektronik dan kelistrikan (untuk diproses lebih lanjut dan diekspor kembali atau untuk konsumsi domestik).
- Produk kimia.
- Produk manufaktur.
- Bahan bakar mineral (meskipun produsen, Malaysia juga mengimpor jenis minyak mentah tertentu untuk pengolahan).
- Bahan makanan.
Negara Mitra Dagang Utama:
Negara-negara mitra dagang utama Malaysia termasuk:
- Tiongkok (menjadi mitra dagang terbesar secara keseluruhan).
- Singapura.
- Amerika Serikat.
- Jepang.
- Thailand.
- Hong Kong.
- Uni Eropa.
- India.
Neraca Perdagangan dan Status Perdagangan Luar Negeri Lainnya:
Malaysia umumnya mencatat neraca perdagangan surplus, yang berarti nilai ekspornya melebihi nilai impornya. Negara ini aktif dalam perjanjian perdagangan bebas (FTA) baik secara bilateral maupun melalui ASEAN, seperti Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN (AFTA) dan perjanjian dengan mitra dialog ASEAN. Malaysia juga merupakan anggota Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP) dan Perjanjian Komprehensif dan Progresif untuk Kemitraan Trans-Pasifik (CPTPP).
Pemerintah Malaysia terus mendorong promosi ekspor dan diversifikasi pasar untuk mengurangi ketergantungan pada pasar tertentu dan meningkatkan daya saing produk Malaysia di pasar global. Isu-isu seperti standar kualitas, keberlanjutan (terutama untuk produk seperti minyak kelapa sawit), dan rantai pasokan global menjadi pertimbangan penting dalam kebijakan perdagangan luar negeri Malaysia.
9.4. Infrastruktur


Malaysia telah berinvestasi secara signifikan dalam pengembangan infrastruktur untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kualitas hidup.
- Transportasi:
- Jalan Raya: Malaysia memiliki jaringan jalan raya yang luas dan berkualitas baik, terutama di Semenanjung Malaysia. Lebuhraya Utara-Selatan adalah tulang punggung jaringan jalan tol, menghubungkan kota-kota besar dari perbatasan Thailand hingga Singapura. Di Malaysia Timur, jaringan jalan raya kurang berkembang dan seringkali menjadi tantangan karena medan yang sulit.
- Rel: Keretapi Tanah Melayu (KTM) mengoperasikan layanan kereta api antarkota dan komuter di Semenanjung Malaysia. Terdapat juga layanan kereta api kargo. Di Sabah, Kereta Api Negara Bagian Sabah mengoperasikan jalur pendek. Proyek kereta api berkecepatan tinggi (HSR) antara Kuala Lumpur dan Singapura sempat direncanakan namun kemudian dibatalkan dan kini sedang ditinjau kembali. Sistem transit aliran ringan (LRT) dan monorel tersedia di Kuala Lumpur dan sekitarnya untuk transportasi publik.
- Pelabuhan: Malaysia memiliki beberapa pelabuhan laut yang penting secara strategis. Pelabuhan Klang dan Pelabuhan Tanjung Pelepas adalah dua pelabuhan peti kemas tersibuk di dunia dan berfungsi sebagai hub transshipment utama. Pelabuhan penting lainnya termasuk Pelabuhan Penang, Pelabuhan Kuantan, dan pelabuhan-pelabuhan di Sabah dan Sarawak yang melayani perdagangan regional dan komoditas.
- Bandar Udara: Bandar Udara Internasional Kuala Lumpur (KLIA) di Sepang adalah bandara utama dan hub internasional, melayani banyak maskapai penerbangan global. Bandara internasional lainnya terdapat di Penang, Kota Kinabalu, Kuching, dan Langkawi. Malaysia Airlines adalah maskapai penerbangan nasional, dan AirAsia adalah maskapai penerbangan berbiaya rendah terkemuka yang berbasis di Malaysia.
- Komunikasi: Jaringan telekomunikasi Malaysia relatif maju, dengan penetrasi telepon seluler yang tinggi dan peningkatan akses ke layanan broadband. Pemerintah telah meluncurkan inisiatif untuk memperluas jangkauan internet berkecepatan tinggi ke seluruh negeri, termasuk daerah pedesaan.
- Energi:
- Minyak Bumi dan Gas Alam: Malaysia adalah produsen bersih minyak dan gas, yang merupakan sumber pendapatan ekspor yang signifikan. Petronas, perusahaan minyak dan gas nasional, memainkan peran dominan dalam sektor ini.
- Listrik: Tenaga Nasional Berhad (TNB) adalah perusahaan utilitas listrik utama di Semenanjung Malaysia. Di Sabah dan Sarawak, layanan listrik disediakan oleh perusahaan negara bagian. Pembangkit listrik terutama bergantung pada gas alam dan batu bara, meskipun ada upaya untuk meningkatkan pangsa energi terbarukan seperti tenaga surya dan hidroelektrik dalam bauran energi nasional. Jaringan transmisi listrik nasional (National Grid) menghubungkan pembangkit listrik dengan konsumen di seluruh Semenanjung.
Pembangunan infrastruktur terus menjadi prioritas pemerintah, dengan fokus pada peningkatan konektivitas, efisiensi, dan keberlanjutan. Proyek-proyek infrastruktur besar, meskipun penting untuk pembangunan, terkadang menimbulkan isu terkait dampak lingkungan, pembebasan lahan, dan transparansi pengadaan.
9.5. Kesenjangan Ekonomi Antaretnis
Masalah ketidakseimbangan ekonomi antaretnis telah menjadi karakteristik utama dan isu sensitif dalam masyarakat Malaysia sejak sebelum kemerdekaan. Secara historis, kelompok etnis Tionghoa mendominasi sektor perdagangan dan industri, sementara orang India banyak terlibat dalam profesi dan perkebunan skala kecil, dan mayoritas orang Melayu terkonsentrasi di sektor pertanian subsisten dan pekerjaan sektor publik tingkat rendah. Kesenjangan ini dianggap sebagai salah satu pemicu utama kerusuhan ras 13 Mei 1969.
Sebagai respons, pemerintah meluncurkan Dasar Ekonomi Baru (DEB) pada tahun 1971, dengan dua tujuan utama: memberantas kemiskinan tanpa memandang ras, dan merestrukturisasi masyarakat untuk menghilangkan identifikasi ras dengan fungsi ekonomi dan lokasi geografis. Kebijakan ini melibatkan tindakan afirmatif yang signifikan untuk meningkatkan partisipasi dan kepemilikan Bumiputera (Melayu dan pribumi lainnya) dalam ekonomi. Ini termasuk kuota untuk penerimaan universitas, pekerjaan di sektor publik, kepemilikan saham perusahaan, lisensi bisnis, dan kontrak pemerintah.
Dampak kebijakan Bumiputera terhadap kesetaraan sosial dan pembangunan berkelanjutan sangat kompleks dan kontroversial. Di satu sisi, kebijakan ini dikreditkan dengan berhasil mengurangi kemiskinan absolut secara signifikan dan menciptakan kelas menengah Melayu yang lebih besar. Partisipasi Bumiputera dalam pendidikan tinggi dan profesi modern juga meningkat.
Namun, di sisi lain, kebijakan ini dikritik karena:
- Menciptakan Ketergantungan dan Patronase: Sistem preferensi telah dikritik karena mendorong budaya ketergantungan dan politik patronase, di mana peluang sering kali diberikan berdasarkan koneksi politik daripada meritokrasi.
- Diskriminasi terhadap Non-Bumiputera: Kelompok Tionghoa dan India merasa didiskriminasi dan terpinggirkan, dengan akses terbatas ke peluang di sektor publik dan pendidikan tinggi negeri. Hal ini telah menyebabkan "brain drain" di mana banyak profesional non-Bumiputera mencari peluang di luar negeri.
- Kesenjangan Intra-Etnis: Manfaat dari kebijakan Bumiputera tidak selalu merata di kalangan Bumiputera sendiri. Elit politik dan mereka yang memiliki koneksi baik sering kali menjadi penerima manfaat utama, sementara banyak Bumiputera di daerah pedesaan dan berpenghasilan rendah masih tertinggal.
- Dampak pada Daya Saing Ekonomi: Beberapa pihak berpendapat bahwa kebijakan preferensial dapat menghambat daya saing ekonomi secara keseluruhan dengan tidak selalu menempatkan individu atau perusahaan yang paling kompeten pada posisi kunci.
- Pembangunan Berkelanjutan: Fokus pada distribusi kekayaan berbasis etnis terkadang mengalihkan perhatian dari isu-isu pembangunan berkelanjutan yang lebih luas, seperti perlindungan lingkungan dan peningkatan produktivitas jangka panjang.
Meskipun DEB secara resmi berakhir pada tahun 1990 dan digantikan oleh kebijakan-kebijakan pembangunan berikutnya (seperti Dasar Pembangunan Nasional dan Model Ekonomi Baru), elemen-elemen inti dari tindakan afirmatif untuk Bumiputera sebagian besar tetap dipertahankan. Perdebatan mengenai keadilan, efektivitas, dan perlunya mereformasi kebijakan-kebijakan ini terus berlanjut dalam wacana politik dan sosial Malaysia. Mencapai keseimbangan antara mengatasi ketidaksetaraan historis dan memastikan kesetaraan peluang bagi semua warga negara tetap menjadi tantangan besar bagi pembangunan sosial yang adil dan berkelanjutan di Malaysia.
10. Masyarakat dan Kependudukan
Masyarakat Malaysia sangat beragam secara etnis, dengan mayoritas Bumiputera dan minoritas Tionghoa serta India yang signifikan, mencerminkan keragaman bahasa dan agama, meskipun Islam adalah agama resmi. Sistem pendidikan dan layanan kesehatan terus berkembang, namun tantangan sosial seperti isu pekerja migran dan kesetaraan akses tetap ada.
10.1. Kependudukan

Menurut Departemen Statistik Malaysia, populasi negara ini adalah 32.447.385 pada tahun 2020, menjadikannya negara terpadat ke-42 di dunia. Laju pertumbuhan penduduk diperkirakan sekitar 1,54 persen per tahun (perkiraan 2012). Malaysia memiliki kepadatan penduduk rata-rata 96 orang per km2, peringkat ke-116 dunia untuk kepadatan penduduk. Penduduk dalam kelompok usia 15-64 tahun merupakan 69,5 persen dari total populasi; kelompok usia 0-14 tahun sebesar 24,5 persen; sedangkan warga lanjut usia 65 tahun atau lebih sebesar 6,0 persen. Pada tahun 1960, ketika sensus resmi pertama dicatat di Malaysia, populasinya adalah 8,11 juta. Sebanyak 91,8 persen populasi adalah warga negara Malaysia.
Warga negara Malaysia terbagi berdasarkan garis etnis lokal, dengan 69,7 persen dianggap bumiputera. Kelompok bumiputera terbesar adalah Melayu, yang didefinisikan dalam konstitusi sebagai Muslim yang menjalankan adat dan budaya Melayu. Mereka memainkan peran dominan secara politik. Status bumiputera juga diberikan kepada kelompok pribumi non-Melayu di Sabah dan Sarawak: yang meliputi Dayak (Iban, Bidayuh, Orang Ulu), Kadazan-Dusun, Melanau, Bajau, dan lainnya. Bumiputera non-Melayu mencakup lebih dari setengah populasi Sarawak dan lebih dari dua pertiga populasi Sabah. Terdapat juga kelompok pribumi atau Orang Asli dalam jumlah yang jauh lebih kecil di semenanjung.
Dua kelompok etnis lokal non-Bumiputera lainnya adalah Tionghoa Malaysia (22,8 persen) dan India Malaysia (6,8 persen). Orang Tionghoa lokal secara historis lebih dominan dalam komunitas bisnis. Orang India lokal sebagian besar keturunan Tamil.
Populasi terkonsentrasi di Semenanjung Malaysia, di mana 20 juta dari sekitar 28 juta orang Malaysia tinggal. Sekitar 70 persen populasi tinggal di perkotaan. Karena meningkatnya industri padat karya, negara ini diperkirakan memiliki lebih dari 3 juta pekerja migran; sekitar 10 persen dari populasi. LSM yang berbasis di Sabah memperkirakan bahwa dari 3 juta penduduk Sabah, 2 juta adalah imigran ilegal. Malaysia menampung sekitar 171.500 pengungsi dan pencari suaka. Dari populasi ini, sekitar 79.000 berasal dari Burma, 72.400 dari Filipina, dan 17.700 dari Indonesia. Tantangan sosial terkait imigrasi meliputi isu eksploitasi pekerja migran, perdagangan manusia, dan tekanan pada layanan publik. Pejabat Malaysia dilaporkan telah menyerahkan orang yang dideportasi langsung kepada penyelundup manusia pada tahun 2007, dan Malaysia mempekerjakan RELA, sebuah milisi sukarela dengan sejarah kontroversi, untuk menegakkan hukum imigrasinya.
10.2. Bahasa

Bahasa resmi dan nasional Malaysia adalah Bahasa Malaysia, bentuk standar dari bahasa Melayu. Istilah resmi sebelumnya adalah Bahasa Malaysiabahasa MalaysiaBahasa Melayu (secara harfiah berarti bahasa Malaysia) namun pemerintah sekarang menggunakan istilah Bahasa MelayuBahasa MelayuBahasa Melayu untuk merujuk pada bahasa resmi. Akta Bahasa Kebangsaan 1967 menetapkan aksara Latin (Rumi) sebagai aksara resmi bahasa nasional, tetapi tidak melarang penggunaan aksara Jawi tradisional.
Bahasa Inggris tetap menjadi bahasa kedua aktif, penggunaannya diizinkan untuk beberapa keperluan resmi berdasarkan Akta Bahasa Kebangsaan 1967. Di Sarawak, bahasa Inggris adalah bahasa resmi negara bagian bersama dengan bahasa Melayu. Secara historis, bahasa Inggris adalah bahasa administrasi de facto; bahasa Melayu menjadi dominan setelah kerusuhan ras 1969 (Peristiwa 13 Mei). Bahasa Inggris Malaysia, juga dikenal sebagai Bahasa Inggris Standar Malaysia, adalah bentuk bahasa Inggris yang berasal dari Bahasa Inggris Britania. Bahasa Inggris Malaysia banyak digunakan dalam bisnis, bersama dengan Manglish, yang merupakan bentuk bahasa Inggris sehari-hari dengan pengaruh kuat dari bahasa Melayu, Tionghoa, dan Tamil. Pemerintah tidak menganjurkan penggunaan bahasa Melayu non-standar.
Banyak bahasa lain digunakan di Malaysia, yang memiliki penutur dari 137 bahasa hidup. Semenanjung Malaysia memiliki penutur dari 41 bahasa ini. Suku-suku asli Malaysia Timur memiliki bahasa mereka sendiri yang terkait, tetapi mudah dibedakan dari, bahasa Melayu. Bahasa Iban adalah bahasa suku utama di Sarawak sementara bahasa Dusunik dan bahasa Kadazan dituturkan oleh penduduk asli di Sabah. Orang Tionghoa Malaysia sebagian besar berbicara dialek Tionghoa dari bagian selatan Tiongkok. Varietas bahasa Tionghoa yang lebih umum di negara ini adalah Mandarin, Kanton, Hokkien, dan sebagainya. Bahasa Tamil digunakan secara dominan oleh mayoritas orang India Malaysia. Sejumlah kecil orang Malaysia memiliki keturunan Eropa dan berbicara bahasa kreol, seperti kreol Melaka berbasis Portugis, dan Chavacano berbasis Spanyol. Keberagaman bahasa ini mencerminkan warisan multietnis negara dan menjadi bagian penting dari identitas nasional, meskipun kebijakan bahasa yang memprioritaskan Bahasa Malaysia terkadang menimbulkan perdebatan terkait hak-hak bahasa minoritas.
10.3. Agama

Konstitusi memberikan kebebasan beragama, sambil menetapkan Islam sebagai "agama Federasi". Menurut angka Sensus Penduduk dan Perumahan 2020, etnisitas dan keyakinan agama sangat berkorelasi. Sekitar 63,5% penduduk mempraktikkan Islam, 18,7% mempraktikkan Buddhisme, 9,1% Kekristenan, 6,1% Hinduisme, dan 1,3% mempraktikkan Konfusianisme, Taoisme, dan kepercayaan Tionghoa tradisional lainnya. Sebanyak 2,7% menyatakan tidak beragama atau mempraktikkan agama lain atau tidak memberikan informasi apa pun. Negara bagian Sarawak, Pulau Pinang, dan wilayah federal Kuala Lumpur memiliki mayoritas non-Muslim.
Islam Sunni dari mazhab Syafi'i dalam fikih adalah cabang dominan Islam di Malaysia, sementara 18% adalah Muslim non-denominasi. Konstitusi Malaysia secara ketat mendefinisikan apa yang membuat seseorang menjadi "Melayu", yaitu mereka yang Muslim, berbicara bahasa Melayu secara teratur, mempraktikkan adat Melayu, dan tinggal di atau memiliki leluhur dari Brunei, Malaysia, dan Singapura. Statistik dari Sensus 2010 menunjukkan bahwa 83,6% populasi Tionghoa mengidentifikasi diri sebagai Buddhis, dengan sejumlah besar penganut Taoisme (3,4%) dan Kristen (11,1%), bersama dengan populasi Muslim kecil di daerah seperti Penang. Mayoritas populasi India menganut Hindu (86,2%), dengan minoritas signifikan yang mengidentifikasi diri sebagai Kristen (6,0%) atau Muslim (4,1%). Kekristenan adalah agama dominan komunitas bumiputera non-Melayu (46,5%), sementara 40,4% mengidentifikasi diri sebagai Muslim.
Muslim diwajibkan untuk mengikuti keputusan Mahkamah Syariah dalam hal-hal yang menyangkut agama mereka. Para hakim Islam diharapkan mengikuti mazhab hukum Syafi'i, yang merupakan mazhab utama di Malaysia. Yurisdiksi pengadilan Syariah terbatas pada umat Islam dalam hal-hal seperti perkawinan, warisan, perceraian, murtad, konversi agama, hak asuh anak, dan hukum pidana Islam terbatas. Tidak ada pelanggaran pidana atau perdata lainnya yang berada di bawah yurisdiksi pengadilan Syariah, yang memiliki hierarki serupa dengan pengadilan sipil. Pengadilan sipil tidak menangani hal-hal yang berkaitan dengan praktik Islam.
Kebebasan beragama, meskipun dijamin, menghadapi beberapa batasan. Misalnya, penyebaran agama non-Islam kepada Muslim dilarang, dan konversi keluar dari Islam sangat sulit secara hukum dan sosial, sering kali mengakibatkan diskriminasi dan pengucilan. Pembangunan tempat ibadah non-Islam juga kadang menghadapi kendala birokrasi. Isu penggunaan kata "Allah" oleh non-Muslim pernah menjadi sumber ketegangan. Hak-hak kelompok minoritas agama, termasuk Syiah dan Ahmadiyah yang dianggap menyimpang oleh otoritas Islam Sunni arus utama, sering kali dibatasi. Hubungan antara agama dan negara, serta peran Islam dalam kehidupan publik, terus menjadi topik perdebatan penting di Malaysia.
10.4. Pendidikan

Sistem pendidikan Malaysia mencakup pendidikan taman kanak-kanak yang tidak wajib, diikuti oleh enam tahun pendidikan dasar wajib dan lima tahun pendidikan menengah opsional. Sekolah dalam sistem pendidikan dasar dibagi menjadi dua kategori: sekolah dasar kebangsaan, yang mengajar dalam bahasa Melayu (contoh: Sekolah Kebangsaan Sungai Binjai, SK Bukit Tiu), dan sekolah vernakular, yang mengajar dalam bahasa Tionghoa atau Tamil (contoh: SJK(C) Pin Hwa 2, SJK(T) Bandar Mentakab). Keberadaan sekolah vernakular mencerminkan lingkungan multibahasa negara, tetapi juga menjadi subjek perdebatan terkait integrasi nasional.
Pendidikan menengah (contoh: Sekolah Menengah Kebangsaan Sura, Sekolah Tinggi Kajang) berlangsung selama lima tahun. Pada tahun terakhir pendidikan menengah, siswa mengikuti ujian Sijil Pelajaran Malaysia (SPM). Sejak diperkenalkannya program matrikulasi pada tahun 1999, siswa yang menyelesaikan program 12 bulan di perguruan tinggi matrikulasi dapat mendaftar di universitas lokal. Namun, dalam sistem matrikulasi, hanya 10 persen tempat yang terbuka untuk siswa non-bumiputera, yang menjadi sumber kritik terkait kesetaraan akses pendidikan tinggi. Siswa juga dapat melanjutkan ke Tingkatan Enam (pra-universitas) dan mengambil ujian Sijil Tinggi Persekolahan Malaysia (STPM).
Malaysia memiliki sejumlah universitas negeri dan swasta, serta kampus cabang universitas asing. Kualitas pendidikan dan akses yang adil bagi semua kelompok etnis terus menjadi isu penting. Kebijakan pendidikan, termasuk bahasa pengantar dan alokasi sumber daya, sering kali dipengaruhi oleh pertimbangan politik dan etnis. Upaya untuk meningkatkan standar pendidikan dan memastikan relevansinya dengan kebutuhan pasar tenaga kerja terus dilakukan.
10.5. Kesehatan
Malaysia menjalankan sistem layanan kesehatan dua tingkat yang efisien dan luas, terdiri dari sistem layanan kesehatan universal dan sistem layanan kesehatan swasta yang berdampingan; disediakan oleh layanan kesehatan yang sangat disubsidi melalui jaringan luas rumah sakit umum dan klinik. Kementerian Kesehatan adalah penyedia utama layanan kesehatan bagi penduduk negara ini. Sistem layanan kesehatan Malaysia dianggap sebagai salah
satu yang paling maju di Asia, yang berkontribusi pada industri pariwisata medis yang berkembang pesat.
Malaysia menghabiskan 3,83% dari PDB-nya untuk layanan kesehatan pada tahun 2019. Pada tahun 2020, angka harapan hidup keseluruhan di Malaysia saat lahir adalah 76 tahun (74 tahun untuk pria dan 78 tahun untuk wanita), dan memiliki tingkat kematian bayi sebesar 7 kematian per 1000 kelahiran. Malaysia memiliki tingkat kesuburan total sebesar 2,0 pada tahun 2020, yang sedikit di bawah tingkat penggantian 2,1. Pada tahun 2020, tingkat kelahiran kasar negara ini adalah 16 per 1000 orang, dan tingkat kematian kasar adalah 5 per 1000 orang.
Pada tahun 2021, penyebab utama kematian di kalangan orang dewasa Malaysia adalah penyakit arteri koroner, mewakili 17% dari kematian yang disertifikasi secara medis pada tahun 2020-diikuti oleh pneumonia; yang menyumbang 11% kematian. Kecelakaan lalu lintas dianggap sebagai bahaya kesehatan utama, karena Malaysia, relatif terhadap populasinya, memiliki salah satu tingkat kematian lalu lintas tertinggi di dunia. Merokok juga dianggap sebagai masalah kesehatan utama di seluruh negeri. Akses terhadap layanan kesehatan umumnya baik di daerah perkotaan, tetapi bisa menjadi tantangan di daerah pedesaan dan terpencil, terutama di Malaysia Timur. Pemerintah terus berupaya meningkatkan kualitas dan jangkauan layanan kesehatan bagi seluruh penduduk.
11. Budaya
Budaya Malaysia adalah cerminan masyarakatnya yang multietnis, dengan seni tradisional yang kaya, kuliner yang beragam, berbagai jenis olahraga populer, serta media massa yang berperan dalam dinamika sosial. Negara ini juga merayakan berbagai hari libur dan festival yang mencerminkan keragaman agama dan etnis.
11.1. Seni

Seni tradisional Malaysia terutama berpusat pada bidang ukiran, tenun, dan kerajinan perak. Seni tradisional berkisar dari keranjang anyaman tangan dari daerah pedesaan hingga kerajinan perak dari istana Melayu. Karya seni umum termasuk keris hias, set sirih pinang, dan kain tenun batik dan songket. Penduduk asli Malaysia Timur dikenal dengan topeng kayu mereka. Setiap kelompok etnis memiliki seni pertunjukan yang berbeda, dengan sedikit tumpang tindih di antara mereka. Namun, seni Melayu menunjukkan beberapa pengaruh India Utara karena pengaruh historis India.
Musik dan seni pertunjukan tradisional Melayu tampaknya berasal dari wilayah Kelantan-Pattani dengan pengaruh dari India, Tiongkok, Thailand, dan Indonesia. Musiknya didasarkan pada alat musik perkusi, yang terpenting adalah gendang. Setidaknya ada 14 jenis gendang tradisional. Gendang dan alat musik perkusi tradisional lainnya sering dibuat dari bahan alami. Musik secara tradisional digunakan untuk bercerita, merayakan peristiwa siklus hidup, dan acara-acara seperti panen. Musik pernah digunakan sebagai bentuk komunikasi jarak jauh. Di Malaysia Timur, ansambel musik berbasis gong seperti agung dan kulintang umum digunakan dalam upacara seperti pemakaman dan pernikahan. Ansambel ini juga umum di daerah tetangga seperti di Mindanao di Filipina, Kalimantan di Indonesia, dan Brunei.
Malaysia memiliki tradisi lisan yang kuat yang telah ada sejak sebelum munculnya tulisan dan berlanjut hingga hari ini. Setiap Kesultanan Melayu menciptakan tradisi sastra mereka sendiri, dipengaruhi oleh cerita lisan yang sudah ada sebelumnya dan oleh cerita-cerita yang datang bersama Islam. Sastra Melayu pertama menggunakan aksara Arab. Tulisan Melayu tertua yang diketahui ada di batu Terengganu, dibuat pada tahun 1303. Sastra Tionghoa dan India menjadi umum seiring bertambahnya jumlah penutur di Malaysia, dan karya-karya lokal berdasarkan bahasa dari daerah tersebut mulai diproduksi pada abad ke-19. Bahasa Inggris juga telah menjadi bahasa sastra yang umum. Pada tahun 1971, pemerintah mengambil langkah untuk mendefinisikan sastra dari berbagai bahasa. Sastra yang ditulis dalam bahasa Melayu disebut "sastra nasional Malaysia", sastra dalam bahasa bumiputera lainnya disebut "sastra daerah", sedangkan sastra dalam bahasa lain disebut "sastra sektoral". Puisi Melayu sangat berkembang, dan menggunakan banyak bentuk. Bentuk Hikayat populer, dan pantun telah menyebar dari bahasa Melayu ke bahasa lain.
Seni modern Malaysia mulai berkembang pada paruh kedua abad ke-20, dengan seniman-seniman seperti Ibrahim Hussein, Syed Ahmad Jamal, dan Latiff Mohidin yang mengeksplorasi berbagai gaya dan media, seringkali memadukan unsur tradisional dengan pengaruh kontemporer.
11.2. Kuliner


Masakan Malaysia mencerminkan susunan multietnis populasinya. Banyak budaya dari dalam negeri dan dari daerah sekitarnya telah sangat memengaruhi masakannya. Sebagian besar pengaruh berasal dari budaya Melayu, Tionghoa, India, Thailand, Jawa, dan Sumatra, sebagian besar karena negara ini merupakan bagian dari jalur rempah kuno. Masakan ini sangat mirip dengan masakan Singapura dan Brunei, dan juga memiliki kemiripan dengan masakan Filipina. Setiap negara bagian memiliki hidangan yang beragam, dan seringkali makanan di Malaysia berbeda dari hidangan aslinya.
Kadang-kadang makanan yang tidak ditemukan dalam budaya aslinya diasimilasi ke dalam budaya lain; misalnya, restoran Tionghoa di Malaysia sering menyajikan hidangan Melayu. Makanan dari satu budaya terkadang juga dimasak menggunakan gaya yang diambil dari budaya lain. Misalnya, sambal belacan (pasta udang) biasa digunakan sebagai bahan oleh restoran Tionghoa untuk membuat tumis kangkung (kangkung belacan). Ini berarti bahwa meskipun banyak makanan Malaysia dapat ditelusuri kembali ke budaya tertentu, mereka memiliki identitas mereka sendiri. Nasi adalah makanan pokok dan merupakan unsur penting dalam budaya negara ini. Cabai biasa ditemukan dalam masakan lokal, meskipun ini tidak selalu membuatnya pedas.
Beberapa hidangan khas Malaysia yang populer antara lain:
- Nasi lemak: Dianggap sebagai hidangan nasional, nasi lemak adalah nasi yang dimasak dengan santan dan daun pandan, disajikan dengan sambal pedas, ikan teri goreng, kacang goreng, telur rebus, dan irisan mentimun.
- Sate: Daging (biasanya ayam, sapi, atau kambing) yang ditusuk dan dipanggang, disajikan dengan saus kacang pedas, ketupat (nasi yang dimasak dalam anyaman daun kelapa), dan irisan bawang merah serta mentimun.
- Roti canai: Roti pipih yang dipengaruhi India, sering disajikan dengan kuah kari dal atau kari ayam/daging.
- Laksa: Sup mi pedas dengan berbagai variasi regional, seperti Assam Laksa (asam pedas dengan ikan) di Penang, dan Curry Laksa (dengan santan) di tempat lain.
- Char kway teow: Kwetiau (mi pipih dari beras) yang digoreng dengan kecap, tauge, kucai, udang, kerang, dan telur.
- Nasi kandar: Hidangan nasi campur ala India Muslim dari Penang, di mana nasi putih disajikan dengan berbagai pilihan kari dan lauk pauk.
- Bak kut teh: Sup iga babi (non-halal) yang dimasak dengan berbagai bumbu dan rempah, populer di kalangan komunitas Tionghoa.
Budaya jajanan kaki lima (hawker food) juga sangat kuat di Malaysia, dengan banyak pusat jajanan yang menawarkan berbagai hidangan lokal dengan harga terjangkau.
11.3. Olahraga

Olahraga populer di Malaysia meliputi sepak bola, bulu tangkis, hoki lapangan, boling, tenis, skuasy, seni bela diri, berkuda, berlayar, dan papan luncur. Sepak bola adalah olahraga paling populer di Malaysia. Pertandingan bulu tangkis juga menarik ribuan penonton, dan sejak tahun 1948 Malaysia telah menjadi salah satu dari empat negara yang pernah menjadi tuan rumah Piala Thomas, trofi kejuaraan dunia beregu putra bulu tangkis. Federasi Boling Lapangan Malaysia terdaftar pada tahun 1997. Skuasy dibawa ke negara ini oleh anggota tentara Inggris, dengan kompetisi pertama diadakan pada tahun 1939. Asosiasi Raket Skuasy Malaysia dibentuk pada tanggal 25 Juni 1972. Tim nasional hoki lapangan putra Malaysia menduduki peringkat ke-10 dunia per Juni 2022. Piala Dunia Hoki ke-3 dan ke-10 diselenggarakan di Stadion Merdeka di Kuala Lumpur. Negara ini juga memiliki sirkuit Formula Satu sendiri - Sirkuit Internasional Sepang, dengan Grand Prix Malaysia pertama diadakan pada tahun 1999. Olahraga tradisional termasuk Silat Melayu, gaya seni bela diri paling umum yang dipraktikkan oleh etnis Melayu.
Dewan Olimpiade Federasi Malaya dibentuk pada tahun 1953, dan menerima pengakuan dari IOC pada tahun 1954. Dewan ini pertama kali berpartisipasi dalam Olimpiade Melbourne 1956. Dewan tersebut berganti nama menjadi Dewan Olimpiade Malaysia pada tahun 1964, dan telah berpartisipasi dalam semua kecuali satu Olimpiade sejak pembentukannya. Jumlah atlet terbanyak yang pernah dikirim ke Olimpiade adalah 57 orang ke Olimpiade Munich 1972. Selain Olimpiade, Malaysia juga berpartisipasi dalam Paralimpiade. Malaysia telah berkompetisi di Pesta Olahraga Persemakmuran sejak tahun 1950 sebagai Malaya, dan sejak tahun 1966 sebagai Malaysia. Pesta Olahraga Persemakmuran pernah diselenggarakan di Kuala Lumpur pada tahun 1998.
11.4. Media Massa
Surat kabar utama Malaysia dimiliki oleh pemerintah dan partai politik dalam koalisi yang berkuasa, meskipun beberapa partai oposisi besar juga memiliki surat kabar sendiri, yang dijual secara terbuka bersama surat kabar reguler. Terdapat perbedaan antara media di kedua bagian negara. Media yang berbasis di Semenanjung memberikan prioritas rendah pada berita dari Timur dan seringkali memperlakukan negara-negara bagian timur sebagai koloni semenanjung. Akibatnya, wilayah Malaysia Timur, Sarawak, meluncurkan TV Sarawak sebagai siaran streaming internet mulai tahun 2014, dan sebagai stasiun TV pada 10 Oktober 2020 untuk mengatasi prioritas dan liputan rendah dari media berbasis Semenanjung dan untuk memperkuat representasi Malaysia Timur. Media telah disalahkan karena meningkatkan ketegangan antara Indonesia dan Malaysia, dan memberikan citra buruk orang Indonesia kepada Malaysia. Negara ini memiliki surat kabar harian berbahasa Melayu, Inggris, Tionghoa, dan Tamil. Berita Kadazandusun dan Bajau hanya tersedia melalui siaran TV Berita RTM. Berita Kadazan tertulis pernah dimuat dalam publikasi seperti The Borneo Post, Borneo Mail, Daily Express, dan New Sabah Times, tetapi publikasi telah berhenti bersama dengan surat kabar atau sebagai bagian.
Kebebasan pers terbatas, dengan banyak pembatasan pada hak penerbitan dan penyebaran informasi. Pemerintah sebelumnya telah mencoba menindak surat kabar oposisi sebelum pemilihan umum. Pada tahun 2007, sebuah lembaga pemerintah mengeluarkan arahan kepada semua stasiun televisi dan radio swasta untuk menahan diri dari menyiarkan pidato yang dibuat oleh para pemimpin oposisi, sebuah langkah yang dikutuk oleh politisi dari Partai Aksi Demokratik oposisi. Sabah, di mana semua tabloid kecuali satu independen dari kontrol pemerintah, memiliki pers paling bebas di Malaysia. Undang-undang seperti Akta Mesin Cetak dan Penerbitan juga telah dikutip sebagai membatasi kebebasan berekspresi.
Lingkungan media di Malaysia sering dikritik karena kurangnya independensi dan adanya sensor diri yang meluas. Peringkat Malaysia dalam indeks kebebasan pers global cenderung rendah. Namun, media daring dan platform media sosial telah menjadi ruang yang semakin penting bagi suara-suara alternatif dan kritik terhadap pemerintah, meskipun mereka juga menghadapi upaya pembatasan dan regulasi. Peran media massa dalam pembangunan demokrasi, memastikan akuntabilitas pemerintah, dan merepresentasikan beragam suara dalam masyarakat majemuk Malaysia tetap menjadi isu penting dan sering diperdebatkan.
11.5. Hari Libur dan Festival

Masyarakat Malaysia merayakan beberapa hari libur dan festival sepanjang tahun. Beberapa di antaranya adalah hari libur umum yang ditetapkan secara federal dan beberapa dirayakan oleh masing-masing negara bagian. Festival lain dirayakan oleh kelompok etnis atau agama tertentu, dan hari libur utama setiap kelompok besar telah dinyatakan sebagai hari libur umum. Hari libur nasional yang paling banyak dirayakan adalah Hari Merdeka (Hari Kemerdekaan) pada tanggal 31 Agustus, untuk memperingati kemerdekaan Federasi Malaya pada tahun 1957. Hari Malaysia pada tanggal 16 September memperingati pembentukan federasi pada tahun 1963. Hari libur nasional penting lainnya adalah Hari Buruh (1 Mei) dan hari ulang tahun Raja (minggu pertama bulan Juni).
Hari libur Muslim menonjol karena Islam adalah agama negara; Hari Raya Puasa (juga disebut Hari Raya Aidilfitri, bahasa Melayu untuk Idul Fitri), Hari Raya Haji (juga disebut Hari Raya Aidiladha, bahasa Melayu untuk Idul Adha), Maulidur Rasul (hari lahir Nabi), dan lainnya dirayakan. Masyarakat Tionghoa Malaysia merayakan festival seperti Tahun Baru Imlek dan festival lain yang berkaitan dengan kepercayaan tradisional Tionghoa. Hari Waisak dirayakan oleh umat Buddha. Umat Hindu di Malaysia merayakan Deepavali, festival cahaya, sementara Thaipusam adalah ritual keagamaan yang dihadiri oleh para peziarah dari seluruh negeri yang berkumpul di Batu Caves. Komunitas Kristen Malaysia merayakan sebagian besar hari libur yang dirayakan oleh umat Kristen di tempat lain, terutama Natal dan Paskah. Selain itu, komunitas Dayak di Sarawak merayakan festival panen yang dikenal sebagai Gawai, dan komunitas Kadazandusun merayakan Kaamatan. Meskipun sebagian besar festival diidentifikasi dengan kelompok etnis atau agama tertentu, perayaannya bersifat universal. Dalam tradisi yang dikenal sebagai "rumah terbuka", masyarakat Malaysia berpartisipasi dalam perayaan orang lain, seringkali mengunjungi rumah mereka yang merayakan festival tersebut.
Perayaan-perayaan ini mencerminkan keragaman budaya Malaysia dan berfungsi sebagai momen penting untuk memperkuat ikatan sosial dan pemahaman antaretnis.