1. Kehidupan dan Latar Belakang
Abdullah bin Jiluwi Al Saud memiliki latar belakang keluarga yang mendalam dalam sejarah Dinasti Al Saud, yang membentuk perannya dalam peristiwa-peristiwa penting yang mengarah pada pembentukan Arab Saudi modern.
1.1. Kelahiran dan Masa Kecil
Abdullah bin Jiluwi lahir pada tahun 1870. Ia adalah cucu dari Turki bin Abdullah, pendiri Negara Saudi Kedua, dan putra dari Jiluwi bin Turki. Hubungannya dengan Abdulaziz bin Abdul Rahman sangat dekat; ia adalah sepupu pertama Abdulaziz (sekali dihapus), yang berarti ia adalah sepupu dari ayah Abdulaziz, Abdul Rahman bin Faisal Al Saud.
1.2. Pendidikan
Meskipun detail spesifik mengenai pendidikan formal dan informal yang diterima Abdullah bin Jiluwi tidak banyak tercatat dalam sumber-sumber sejarah yang tersedia, sebagai anggota keluarga Dinasti Al Saud pada masanya, ia kemungkinan besar menerima pendidikan agama dan militer yang lazim bagi bangsawan Saudi.
1.3. Pengasingan dan Aktivitas Awal
Setelah keluarga Dinasti Al Saud mundur dari ibu kota Riyadh, Abdullah bin Jiluwi menemani sepupunya, Abdul Rahman bin Faisal, dalam pengasingan mereka ke Kuwait. Selama periode ini, ia mengembangkan hubungan yang sangat dekat dengan Abdulaziz bin Abdul Rahman, yang kelak menjadi pendiri Arab Saudi modern. Kedekatan ini menjadi fondasi bagi peran pentingnya dalam upaya-upaya awal pendirian negara.
2. Peran dalam Pembangunan Negara Saudi
Abdullah bin Jiluwi Al Saud adalah seorang tokoh militer dan politik yang tak terpisahkan dari proses pembangunan negara Arab Saudi modern, dengan kontribusi signifikan dalam pertempuran dan ekspansi wilayah.
2.1. Serangan Kastil Masmak dan Perebutan Kembali Riyadh
Abdullah bin Jiluwi merupakan salah satu pendukung utama dalam serangan terhadap Kastil Masmak pada tanggal 15 Januari 1902. Serangan ini berhasil merebut kembali Riyadh dari kendali Dinasti Rashidi oleh Abdulaziz. Dalam pertempuran memperebutkan benteng tersebut, Abdullah bin Jiluwi membunuh Ajlan Al Shammar, gubernur Rashidi, dan menyelamatkan nyawa Abdulaziz. Sebuah tanda tombak yang dilemparkan oleh Abdullah bin Jiluwi bahkan masih terlihat di pintu kayu masuk Kastil Masmak hingga saat ini.
2.2. Penaklukan Provinsi Timur
Selain perannya dalam perebutan Riyadh, Abdullah bin Jiluwi menjabat sebagai wakil komandan Abdulaziz dan membantunya dalam penaklukan Provinsi Timur pada tahun 1913. Kontribusinya ini sangat penting dalam ekspansi wilayah dan konsolidasi kekuasaan Dinasti Al Saud di seluruh Semenanjung Arab.
3. Masa Jabatan sebagai Gubernur
Setelah konsolidasi kekuasaan Dinasti Al Saud, Abdullah bin Jiluwi diangkat menjadi gubernur di beberapa wilayah penting, menunjukkan kapasitas administratif dan kepemimpinannya yang kuat.
3.1. Gubernur Al-Ahsa dan Al-Qassim
Sebagai bagian dari proses pembentukan dan konsolidasi negara Saudi, Abdullah bin Jiluwi pertama kali diangkat sebagai gubernur Al-Ahsa, dan kemudian Al-Qassim. Selama masa jabatannya di Al-Ahsa, ia menghadapi bentrokan dengan Ikhwan karena tindakan vigilante moral mereka, yang dianggapnya sebagai ancaman serius terhadap ketertiban dan stabilitas.
3.2. Gubernur Provinsi Timur
Setelah menjabat di Al-Ahsa dan Al-Qassim, Abdullah bin Jiluwi dipindahkan ke Provinsi Timur (yang saat itu dikenal sebagai Provinsi Al Hasa). Pemindahan ini terjadi karena Abdullah bin Jiluwi tidak dapat mengklaim suksesi takhta, dan putra-putra Abdulaziz belum cukup dewasa untuk memikul tanggung jawab tersebut. Selama periode ini, Abdullah bin Jiluwi adalah anggota Dinasti Al Saud paling berkuasa kedua setelah Abdulaziz sendiri. Provinsi tersebut diperintah dengan tegas dan hampir menjadi wilayah kekuasaan keluarga yang semi-independen.
4. Kehidupan Pribadi
Abdullah bin Jiluwi Al Saud memiliki kehidupan pribadi yang juga terkait dengan dinamika Dinasti Al Saud dan peristiwa-peristiwa penting pada masanya.
4.1. Keluarga dan Pernikahan
Abdullah bin Jiluwi meninggal pada tahun 1938. Salah satu istrinya, Wasmiyah Al Damir, kemudian menjadi salah satu istri Raja Abdulaziz. Namun, tidak ada anak yang lahir dari pernikahan ini. Abdullah juga menikah dengan seorang wanita dari suku Al Subai. Putra sulungnya, Fahd, tewas dibunuh oleh suku Ajman pada Mei 1929, menyusul pembunuhan pemimpin suku Ajman, Dhaydan bin Hithlain.
5. Kematian
Abdullah bin Jiluwi Al Saud meninggal dunia pada tahun 1938. Kematiannya menandai berakhirnya era salah satu tokoh kunci dalam pendirian dan konsolidasi Arab Saudi.
6. Evaluasi dan Warisan
Abdullah bin Jiluwi Al Saud meninggalkan warisan yang signifikan dalam sejarah Arab Saudi, terutama melalui perannya dalam konsolidasi kekuasaan Dinasti Al Saud dan pembentukan struktur pemerintahan regional.
6.1. Suksesi Jabatan Gubernur dan Pengaruh Keluarga
Setelah kematian Abdullah bin Jiluwi pada tahun 1938, putranya, Saud bin Abdullah, menggantikannya sebagai gubernur Provinsi Timur dan menjabat dari tahun 1938 hingga 1967. Putra Abdullah lainnya, Abdul Muhsin bin Abdullah Al Saud, juga menjabat sebagai gubernur provinsi tersebut dari tahun 1967 hingga 1985, ketika Raja Fahd menunjuk putranya sendiri, Muhammad, untuk posisi tersebut. Suksesi jabatan gubernur di antara putra-putranya ini menunjukkan bagaimana pengaruh keluarga Abdullah bin Jiluwi terus berlanjut dan memperkuat kendali Dinasti Al Saud di wilayah tersebut selama beberapa dekade.
6.2. Kontribusi terhadap Pembangunan Negara
Kontribusi Abdullah bin Jiluwi terhadap pembangunan negara sangat besar. Perannya yang tegas sebagai gubernur, khususnya di Provinsi Timur, membantu dalam sentralisasi negara dan pembentukan struktur pemerintahan regional yang mendukung kekuasaan Raja Abdulaziz. Loyalitasnya yang tak tergoyahkan kepada Abdulaziz dan kemampuannya dalam memimpin militer serta administrasi menjadikannya pilar penting dalam konsolidasi kekuasaan Dinasti Al Saud dan pembentukan Arab Saudi sebagai negara yang bersatu.